Anda di halaman 1dari 27

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

PADA MATERI HIMPUNAN MELALUI PENERAPAN METODE


PEMBELARA PEER LESSON DI SMPN 06 SINGOSARI

Nama afra afandi gunawan

Npm: 150401060011
Keputakaan yang out of date harap diganti saja. Ambil yang
10 tahun terakhir.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan


kualitas sumber daya manusia, karena melalui pendidikan manusia
bisa mengenal tentang ilmu pengetahuan serta mengembangkan ilmu
pengetahuan tersebut menjadi teknologi. Suatu bangsa yang memiliki
kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, menunjukan bahwa
bangsa tersebut memiliki rasa peduli terhadap perkembangan
pendidikan. Menurut Ngalim Purwanto (2004) pendididkan adalah
segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani anak-anak kearah
kedewasaan agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.

Salah satu mata pelajaran yang merupakan materi dasar dan


penting dalam pencapaian tujuan pendidikan secara umum adalah
pelajaran matematika. Hal ini dikarenakan matematika merupakan
sarana berpikir secara logis, sistematis, dan analisis sehingga
matematika dapat menunjang ke mata pelajaran lainnya. Kompetensi
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelolah, dan memanfaatkan informasi untuk
bertahan hidup pada keadaannya yang selalu berubah, tidak pasti dan
kompetitif (Moch Masykur Ag, 2007).

(Beri keterangan yang punya pendapat di


paragrap ini dan dari mana asalnya. Misalnya
berdasar amatan awal di SMP … pada saat
pembelajaran berlangsung ditemukan ….). Namun
dalam kenyataannya masih banyak siswa yang mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan masalah matematika karena kurangnya tingkat
pemahaman dan penguasaan materi sehingga hasil belajar matematika
pun rendah. Berkaitan dengan masalah tersebut pada pembelajaran
matematika juga ditemukan keragaman masalah sebagai berikut: 1)
Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran matematika masih belum
nampak, 2) Siswa jarang mengajukan pertanyaan walaupun guru
sering meminta siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum atau
kurang paham, 3) Keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan pada
proses pembelajaran matematika juga masih kurang, 4) Kurangnya
keberanian siswa untuk mengerjakan soal didepan kelas.

Selain permasalahan di atas juga ditemukan masalah dalam


pembelajaran matematika yaitu pemahaman suatu konsep termasuk
seperti rumus dan aplikasinya merupakan hal yang sangat penting
yang harus dimiliki siswa. Namun, dapat dilihat bahwa prestasi belajar
matematika yang dicapai siswa masih rendah karena pemahaman
konsep yang kurang..

Ika Septi Lusiana (2004 : 66) menemukan bahwa kurangnya


pemahaman siswa dalam mempelajari sebuah konsep diakibatkan oleh
: 1) Motivasi belajar siswa rendah, 2) Perhatian siswa terhadap
pembelajaran metematika sangat rendah, 3) Gangguan kelas besar, 4)
Partisipasi aktif siswa rendah, 5) Kemandirian siswa rendah.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan disetiap lembaga


pendidikan harus mengefektifkan proses pembelajaran. Diantaranya
dengan pemilihan metode yang tepat sesuai dengan materi yang di
terapkan. Sehingga perlu dilakukan untuk meningkatkan motivasi serta
minat belajar siswa pada matematika. Metode yang ditentukan harus
berorientasi pada siswa yang dapat menimbulkan keaktian siswa
dalam belajar. Keaktian siswa dalam belajar dapat mengembangkan
pengetahuan secara optimal sehingga pencapaian pembelajaran dengan
optimal pula. Djamarah dan Zain (2010) menyebutkan bahwa
kedudukan metode adalah sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai
strategi pengajaran dan juga sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Menurut Trianto (2010) menyebutkan bahwa model


pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran tutorial. Menurut Pupuh dan Sobry S (2010)
berpendapat makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam
mengajar, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan
pembelajaran.

Meningkatnya mutu pendidikan dalam suatu instansi


pendidikan terlebih khusus dalam bidang matematika bisa dilihat dari
hasil belajar siswa. Hal tersebut dapat diketahui dari tingkat
pemahaman serta daya serap siswa. Menurut Sudjana (2010), hasil
belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito (dalam Depdiknas, 2006:
125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan
adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada
diri orang yang belajar. Sehubungan dengan pendapat itu, maka
Wahidmurni, dkk. (2010) menjelaskan bahwa sesorang dapat
dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan
adanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut di
antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau
sikapnya terhadap suatu objek.
Pengertian hasil belajar atau pembelajaran ditandai dengan
perubahan perilaku secara keseluruhan. Prinsip ini mengandung
makna bahwa perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah
meliputi semua aspek perilaku. Perubahan perilaku itu meliputi aspek-
aspek perilaku kognitif, konatif, afektif atau motorik. (Surya, 2004).

Sebagai upaya meningkat hasil belajar siswa, diperlukan model


pemelajarn yang tepat.salah satunya model pembelajaran peer lessons
dengan tujuan meningkatkan serta mengembangkan kreatiitas pelajar
dalam berpikir, bekarya dan berkomunikasi secara aktif melalui
diskusi kelompok dan presentasi. Keunggulan dari pembelajaran ini
adalah siswa dapat bekerja sendiri, biasa mengajar materi kepada
temanya dan bisa menguasai topic pembelajaran. Menurut hisyam
zaini dkk (2009;65) strategi pemelajaran yang paling baik adalah
dengan mengajarkan kepada orang lain, maka strategi ini akan sangat
membantu peserta didik dalam mengajarkan materi kepada teman-
temanya.

(Di sini tuliskan singkat penelitian milik orang


lain sejenis yang sudah sukses menerapkan peer
lessons. Kemudian tuliskan perbedaan/kelebihan/
kemajuan/kelanjutan penelitianmu dibandingkan
penelitian yang sejenis tadi).

B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan, maka identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah: Dari latar belakang yang telah
dikemukakan, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika rendah.
2. Keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran matematika masih
belum nampak.
3. Keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses
pembelajaran matematika juga masih kurang.

4. (bgmn metode pembelajarannya yg ternyata


akan diperbaiki dg peer lessons).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dapat
dimunculkan rumusan masalah dalam penelian ini sebagai berikut:
Bagimana peningkatan hasil belajar matematika siswa pada materi
himpunan melalui penerapan metode pembelajaran peer lessons?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelian ini adalah untuk mengetahui
peningkatkan hasil belajar siswa setelah menggunakan metode
pembelajaran peer lessons.
E. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menadi salah
satu bahan acuan untuk digunakan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penilitian ini bermanfaat untuk :
a. Sebagai sebuah alternatif untuk meningkatka hasil belajar
siswa pada pembelajaran matematika melalui metode Peer
Lesson.
b. Untuk siswa dapat meningkatkan pemahaman konsep belajar
matematika.
c. Secara khusus, bisa memberi nilai lebih pada metode
pembelajaran matematika.

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1) Bagi Siswa
a) Diharapkan siswa selalu aktif mengikuti pembelajaran
matematika

b) Diharapkan adanya peningkatan motivasi dan pemahaman


konsep belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran
peer lessons.

2) Bagi Guru
a. Untuk mendapatkan gambaran tentang penggunaan metode
yang sesuai dengan materi yang disampaikan.

b. Dapat memberikan alternatif tentang pendekatan


pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
Peer Lesson.

3) Bagi Sekolah
a. Memberikan masukan dalam kualitas pembelajaran, khususnya
pada pembelajaran matematika.

b. Sebagai usaha dalam meningkatkan keaktifan dan pemahaman


konsep belajar matematika.

4) Bagi peneliti
a. Dapat digunakan sebagai pengalaman menulis karya ilmiah.

b. Dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menerapkan


pembelajaran dengan menggunakan metode Peer Lesson dalam
pendidikan matematika.
F. Definisi Operasional
a. Peningkatan Hasil Belajar

Peningkatan adalah proses, perbuatan, cara meningkatkan


usaha, kegiatan dan sebagainya (Tim Penyusun Kamus Pusat dan
Pengembangan Bahasa.2008:1470).

Adapun peningkatan yang dimaksud dengan peningkatan pada


penelitian ini adalah sebuah cara yang dilakukan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa.

Hasil belajar adalah poa-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-


pengertian, sikap-sikap, resiasi dan keterampilan (Agus Suprijono.
2009: 5). Yang dimaksud meningkatkan hasil belajar dalam penelitian
ini adalah suatu proses yang dapat meningkatkan lebih atau lebih
tinggi hasil pembelajaran matematika dari pembelajaran sebelumnya..

b. Mata Pelajaran Matematika


Mata pelajaran matematika adalah suatu mata pelajaran yang
bersisi tentang ilmu bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai
bilangan (Tim Penyusun Kamus Pusat dan Pengembangan Bahasa,
2008: 888).
a. Himpunan
Himpunan didefinisikan sebagai kumpulan dari
objek tertentu yang memiliki definisi yang jelas dan
dianggap sebagai satu kesatuan. Secara umum, himpunan
disimbolkan dengan huruf kapital dan jika anggota
himpunan tersebut berupa huruf maka anggotanya
dituliskan dengan huruf kecil. Ada beberapa jenis
himpunan sebagai berikut:
b. Himpunan Semesta
Himpunan Semesta didefinisikan sebagai himpunan
yang memuat semua anggota ataupun objek himpunan
yang dibicarakan. Himpunan semesta disimbolkan dengan
S. Sebagai contoh, misalkan A = { 3, 5, 7, 9} maka kita
bisa menuliskan himpunan semesta yang mungkin adalah S
= {bilangan ganjil} atau S = {bilangan asli} atau S =
{Bilangan Cacah} atau S = {bilangan real}. Tetapi kita
tidak menuliskannya sebagai S = {bilangan prima} karena
ada angka 9 yang bukan termasuk bilangan prima.

c. Himpunan Kosong
Himpunan kosong didefinisikan sebagai himpunan
yang tidak memiliki anggota. Himpunan kosong
disimbolkan dengan Ø atau { }. Sebagai contoh, misalkan
B adalah himpunan bilangan ganjil yang habis dibagi dua.
Karena tidak ada bilangan ganjil yang habis dibagi dua,
maka A tidak memiliki anggota sehingga merupakan
himpunan kosong. Ditulis menjadi B = { } atau B = Ø.
d. Himpunan Bagian
Himpunan A merupakan himpunan bagian B, jika
setiap anggota A juga anggota B dan dinotasikan A ⊂ B
atau B ⊃ A.
c. Metode pembelajaran peer lessons
Metode Peer Lessons adalah bagian dari strategi
pembelajaran aktif dimana siswa yang faham membantu siswa
yang belum paham artinya dalam strategi ini merupakan belajar
dari teman, khususnya dalam pembelajaran matematika kelas VII
(Hisyam Zaini dkk, 2008: 62).
BAB 11

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1. Hasil belajar
a. Pengertian hasil belajar

Pada prinsipnya belajar diartikan sebagai suatu proses yang


dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
dalam berintereaksi dengan lingkungannya, (Moh. Surya, 1997).
Kegiatan belajar bisa dirasakan atau dialami pada orang -orang
yang sedang belajar. Selain itu kegiatan belajar dapat disaksikan
oleh orang lain. Belajar yang dihayati oleh seorang pebelajar
(siswa) ada hubunganya dengan usaha pembelajaran, yang
dilakukan pembelajar (guru). Disebuah sisi belajr yang
dilaksanakan pebelajar berkaitan dengan pertumbuhan jasmani yang
siap berkembang.sedangkan pada sisi lain kegiatan belajar yang
berupa perkembangan mental tersebut didorong oleh tindakan
pendidikan atau pembelajaran. Dengan demikian, belajar ada
hubungan dengan usaha atau rekayasa pembelajar.

Pengertian hasil belajar tidak bisa dipisahkan dari kegiatan


belajar di sekolah maupun diluar sekolah. Hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami
aktivitas belajar. Hasil belajar matematika merupakan hasil
kergiatan dari belajar matematika dalam bentuk pengetahuan
sebagai akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan
peserta didik ( Hamsa B, Uno).
Untuk bisa mengetahui apakah pembelajaran yang
dilakukan berhasil ataupu tidak, dapat dilihat dari proses
pembelajaran itu sendiri dan hasil belajar yang diperoleh peserta
didik Pembelajaran dikatakan berhasil jika terjadi perubahan pada
diri peserta didik yang terjadi akibat belajar. Hasil belajar dapat
diketahui dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru.

Merujuk pemikiran Gagne (dalam Suprijono, 2009) hasil belajar


berupa:

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan


dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambing.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil


belajar matematika adalah kemampuan yang diperoleh peserta didik
setelah melakukan aktivitas mental untuk memahami arti dari struktur-
struktur, hubungan-hubungan, simbol-simbol yang ada dalam materi
pelajaran matematika sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku
pada peserta didik. Hasil belajar merupakan evaluasi dari proses
kegiatan belajar mengajar.

Evaluasi dapat memungkinkan kita untuk:


1) Mengukur kompetensi atau kapabilitas siswa apakah mereka
telah merealisasikan tujuan yang telah ditentukan.
2) Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan.
3) Memutuskan ranking siswa.
4) Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya
strategi pembelajaran yang digunakan
5) Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pelajaran
dan menentukan apakah sumber belajar tambahan
diperlukan( Davies ivor K, 1987).
b. Faktor – factor yang mempengaruhi hasil belajar

Terdapat asumsi dasar bahwa proses pengajaran yang optimal


akan memungkinkan hasil belaja yang optimal pula ( Nana
Sudjana). Hasil belajar yang diperoleh peserta didik
ditentukan oleh dua faktor utama yaitu :

1) Factor internal
a. Factor fisiologis

Secara umum, kondisi fisiologis seperti keadaan


kesehatan yang baik, tidak lelah dan capek, tidak dalam
keadaan cacat jasmani dan seterusnya, semua akan membantu
dalam proses dan hasil belajar.

b. Factor psikologis

Faktor psikologis yang berpengaruh pada hasil belajar


peserta didik yakni : intelegensia, perhatian, minat dan bakat,
motif dan motivasi, kognitif dan daya nalar. Setiap peserta
didik yang memiliki intelegensi tinggi mempunyai peluang
besar untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Untuk
menjamin hasil belajar yang baik, maka peserta didik wajib
dihadapkan pada obyek-obyek yang dapat menarik perhatian
siswa.

Para pendidik seharusnya berusaha agar bisa


mengetahui minat dan bakat para siswanya yang kemudian bisa
dikembangkannya. Tugas para gurulah untuk menyemangati
peserta didiknya sehingga bisa memiliki daya nalar yang kuat.

Sedangkan motivasi berarti seni untuk membuat siswa


terdorong melakukan kegiatan belajar. Oleh karena itu, guru
harus memotiasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Kognitif dan daya nalar, meliputi persepsi,
mengingat dan berpikir.

Semakin rutin seseorang melibatkan diri dalam


beraktivitas akan semakin kuat daya ingatnya. Mengingat
merupakan suatu aktivitas kognitif dimana orang menyadari
bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau atau
berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh melalui
pengalamannya di masa lampau.

2) Factor eksternal
a. Factor lingkungan

Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi hasil belajar.


Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan
juga lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya keadaan
suhu, kelembaban, kepengapan udara dan sebagainya.

Sedangkan lingkungan sosial bisa berwujud manusia


maupun hal-hal lainnya. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba
melihat faktor yang mempengaruhi hasil belajar dari segi
faktor lingkungan yaitu faktor lingkungan sosial.
b. Factor instrumental

Faktor instrumental merupakan faktor yang keberadaan


dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang
diharapkan. Faktor instrumentalis dapat berupa kurikulum,
saran dan fasilitas dan guru. Kurikulum berarti mengenai
komponen-komponennya, yakni tujuan, bahan atau program,
proses belajar mengajar dan evaluasi.

Faktor tersebut jelas besar pengaruhnya pada proses


dan hasil belajar, misal kita lihat dari sisi tujuan kurikulum,
setiap tujuan kurikulum merupakan pernyataan keinginan
tentang hasil pendidikan. Oleh karena itu, setiap ada perubahan
tujuan kurikulum bisa dipastikan ada perubahan keinginan.

Perubahan tujuan itu akan mengubah program atau


bahan (mata pelajaran) yang diberikan bahkan mungkin aspek
lain termasuk sarana dan fasilitas dan kompetensi guru yang
diharapkan ( Indah Komsiyah,2012 ). Guru sebagai tenaga
kependidikan, mempunyai peran yakni sebagai fasilitator
artinya pendidik harus menyediakan kemudahan-kemudahan
bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar (Oemar
Hamalik, 2011).

Penelitian ini mengkaji lebih dalam dari segi faktor


lingkungan yang mempengaruhi hasil belajar. Dimana kalau
lingkungan belajar tercipta suasana yang kondusif, peserta
didik ikut terlibat aktif maka akan meningkatkan hasil belajar
peserta didik.

c. Teori Belajar
a) Teori bruner ( Saminanto,2012 )
Menurut Bruner, belajar merupakan suatu proses aktif
yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal -hal baru di
luar informasi yang diberikan kepada dirinya. Jika seseorang
mempelajari sesuatu pengetahuan, pengetahuan itu perlu
dipelajari dalam tahap - tahap tertentu agar pengetahuan itu dapat
diinteralisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut.

Proses internalisasi akan terjadi secara sungguh -sungguh


(yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika
pengetahuan yang dipelajari dalam tiga tahapan sebagai berikut :

1. Tahap enaktif, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu


pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara
aktif, dengan menggunakan benda - benda kongkret atau
menggunakan situasi yang nyata.
2. Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu
pengetahuan di mana pengetahuan itu direpresentasikan
(diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual, gambar, atau
diagram yang menggambarkan kegiatan kongkret.
3. Tahap simbolik, yaitu suatu tahap pembelajaran di mana
pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol -
simbol abstrak, yaitu simbol - simbol arbiter yang
digunakan berdasarkan kesepakatan orang - orang dalam
bidang yang bersangkutan, baik simbol - simbol verbal
(misalnya huruf - huruf, kata - kata, kalimat -kalimat),
lambang matematika, maupun lambang -lambang abstrak
yang lain.

Pembelajaran menurut bruner adalah peserta didik


belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep - konsep
dan prinsip yang memecahkan masalah dan pendidik
berfungsi sebagai motivator yang mendorong siswa untuk
mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan
yang memungkinkan peserta didik menemukan prinsip -
prinsip untuk diri mereka sendiri. Pembelajaran ini
bertujuan membangkitkan keingintahuan peserta didik,
memotivasi peserta didik untuk bekerja sampai
menemukan jawabannya.

b) Teori Ausubel (Saminanto,2012).\

Teori makna (meaning theory) dari Ausubel


(Brownell dan Chazal) mengemukakan pentingnya
pembelajaran bermakna. Kebermaknaan pembelajaran
akan membuat kegiatan belajar lebih menarik, lebih
bermanfaat, dan lebih menantang sehingga konsep dan
prosedur materi yang disampaikan akan lebih mudah
dipahami dan lebih tahan-tahan lama diingat oleh peserta
didik sehingga hasil belajar lebih meningkat dari
sebelumnya. Kebermaknaan yang di maksud adalah
pernyataan konsep - konsep dalam bentuk bagan, diagram
atau peta sehingga tampak keterkaitan diantara konsep
-konsep yang diberikan.

Menurut Ausubel, metode - metode yang


digunakan dalam proses pembelajaran akan sangat efektif
dalam menghasilkan kegiatan belajar yang bermakna
apabila dipenuhi dua syarat berikut :

a. Syarat pertama: peserta didik memiliki sikap mental


yang mendukung terjadinya kegiatan belajar yang
bermakna. Contoh, peserta didik betul - betul
mempunyai keinginan yang kuat untuk memahami
hal - hal yang akan dipelajari dan berusaha untuk
mengaitkan hal - hal baru dengan hal - hal lama yang
telah ia ketahui, yang kiranya relevan.
b. Syarat kedua: materi yang akan dipelajari merupakan
materi yang terkait dengan struktur kognitif yang
pada saat itu telah dimiliki peserta didik, sehingga
dengan demikian dapat mengasimilasikan
pengetahuan -pengetahuan baru yang dipelajari itu
kedalam struktur kognitif yang ia miliki. Dengan
demikian struktur kognitif peserta didik mengalami
perkembangan.
c) Teori pieget

Mendeskripsikan perkembangan penalaran logis


dari awal masa anak-anak sampai dewasa. Teori
perkembangan Jean Piaget mendefinisikan kecerdasan,
pengetahuan, dan relasi pembelajar dengan lingkungan.
Karakteristik esensial dari pemikiran logikal dengan
karakteristik partikular. Secara spesifik, pembelajaran
secara jelas mengenali perubahan (transformasi) dan
ketidakberubahan (konservasi) situasi;(b) memahami
operasi kebalikan untuk setiap transformasi (keterbalikan);
dan(c) mengidentifikasi solusi masalah sebagai
keniscayaan logikal.

Peran Pendidikan, menurut Piaget, adalah


mendukung riset spontan oleh anak. Eksperimen dengan
objek riil dan interaksi dengan teman, yang didukung oleh
pertanyaan dari guru, memungkinkan anak untuk
mengonstruksi pengetahuan fisika dan logika
matematika.Persyaratan utama untuk kurikulum adalah
kesempatan yang luas bagi anak untuk berinteraksi dengan
dunia fisik melalui berbagai cara, memperbaiki kesalahan
mereka, dan mengembangkan jawaban melalui interaksi
dengan teman (Gredler,Margaret, 2011).

para praktisi pengajaran mulai menganalisis


faktorfaktor penyebab kurang berhasilnya pembelajaran
matematika, diantaranya (Mutadi, 2007):

1. Pendidik cenderung mengajarkan matematika dalam


konteks yang abstrak, mengakibatkan hilangnya daya
tarik dan bertambahnya rasa takut peserta didik akan
pelajaran matematika tersebut.
2. Pendidik cenderung menyampaikan materi matematika
mengikuti pola pembelajaran “theoryexample-task”
yang membuat matematika menjadi dangkal dan
kehilangan maknanya.
3. Pendidik cenderung memfokuskan pada content dan
cenderung melupakan context dalam pembelajaran
matematika, sehingga anak merasa asing dengan
matematika.
4. Pendidik sering mendominasi proses pembelajaran
matematika dan kurang memberikan ruang pada peserta
didik untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
5. Pendidik kurang memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk berpikir kreatif.
6. Kurangnya kemampuan pendidik untuk menerapkan
teknologi informatika dalam pembelajaran matematik.
7. Kemampuan pendidik matematika yang masih rendah
dan banyaknya pendidik yang “miss-match” yang
mengajar matematika.
8. Kurangnya sarana dan prasarana dalam pembelajaran
matematika.

Menurut undang-undang No. 20 tahun 2003, pembelajaran


adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Amin Suyitno mengungkapkan,
pembelajaran merupakan upaya menciptakan iklim dan pelayanan
terhadap kemampuan peserta, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan
peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi yang optimal antara
guru dengan peserta serta antara peserta didik dengan peserta didik
(Amin Suyitno, 2010).

Menurut Hamzah B. Uno, matematika adalah sebagai suatu


bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk
memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsurunsurnya logika
dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas serta
mempunyai cabang-cabang antara lain aritmetika, aljabar, geometri,
dan analisis ( Hamzah B. Uno, 2012). Sedangkan Hudojo menyatakan
bahwa matematika adalah ilmu yang berkenaan dengan gagasan
berstruktur yang hubungan-hubungannya diatur secara logis (Herman
Hudojo, 2005 ).

Dari pengertian di atas terdapat ciri-ciri khusus atau


karakteristik yang dapat merangkum pengertian secara umum.
Beberapa karakteristik matematika tersebut adalah sebagai berikut:

a. Memiliki objek kajian abstrak.


b. Bertumpu pada kesepakatan.
c. Berpola pikir deduktif
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti
e. Memperbaiki semesta pembicaraan.
f. Konsisten dalam sistemnya.
Jadi pembelajaran matematika adalah aktivitas yang sengaja
dilakukan untuk mencapai tujuan matematika yang di dalamnya
terkandung upaya untuk meningkatkan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik tentang
matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara
guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta
didik. Berdasarkan PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006, Mata
pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan berikut: (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006 ).

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar


konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, luwes,
akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model
dan menafsirkan solusi yang diperoleh
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,
atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah.
2. Metode pembelajaran peer lessons.

Menurut Wina Sanjaya, dalam konteks pembelajaran strategi


dapat dikatakan sebagai pola umum yang berisi tentang rentetan
kegiatan yang dapat dijadikan pedoman (petunjuk umum) agar
kompetensi sebagai tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
optimal.Dalam memilih suatu strategi, hendaknya dapat mengajak
siswa untuk belajar aktif. Ketika siswa pasif atau hanya menerima
pelajaran dari guru,ada kecenderungan untuk cepat melupakan
pelajaran yang telah diberikan (Hisyam Zaini, 2006 ).Salah satu
bentuk pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang menggunakan
strategi peer lesson.

Strategi peer lesson merupakan suatu strategi pembelajaran


active learning . Stategi ini didesain untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab siswa secara mandiri dan menuntut saling
ketergantungan yang positif terhadap teman sekelompoknya karena
setiap bertanggung jawab untuk mengusai materi pelajaran yang telah
ditentukan dan mengajarkan atau menyampaikan materi pelajaran
kepada kelompok lain. Pada strategi peer lesson siswa diajak untuk
turut aktif dalam proses pembelajaran. Siswa diajak belajar secara
aktif baik di dalam maupun di luar kelas, mereka diberi kesempatan
untuk memilih strategi apa yang siswa inginkan dan siswa juga
mempunyai tanggung jawab menguasai pelajaran untuk
dipresentasikan atau diajarkan kepada temannya.

Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti siswa mendominasi


aktivitas pembelajaran. Dengan demikian siswa secara aktif
menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi
pelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang baru
siswa pelajari ke dalam persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.
Dengan adanya belajar dari teman siswa dapat belajar secara aktif, di
dalam dan luar kelas dan mereka mempunyai tanggung jawab untuk
mendiskusikan dan mengajarkan materi pelajaran kepada teman yang
lain, sehingga mereka untuk lebih giat belajar baik secara mandiri
maupun kelompok. Dengan demikian hasil belajar akan lebih
maksimal.

Pembelajaran dengan menerapkan strategi peer lesson


menuntut siswa untuk mempelajari, memahami, berdiskusi, bertanya,
menanggapi dan menjelaskan materi kepada teman-temannya.
Penerimaan informasi atau materi akan berlangsung secara efektif
dengan melakukan proses pembelajran dengan menerapkan strategi
peer lesson. Maslaw dan Brunner mengatakan “Belajar dengan teman
menjadikan siswa cenderung lebih terlibat aktif dalam kegiatan
belajar, karena belajar dengan teman, siswa merasa mendapatkan
lingkungan sosial yang dapat mendukung emosional dan intelektual
mereka”( Melvin L. Silberman, 2006 ).

Teori belajar memberikan arahan kepada guru dalam


menyampaikan bahan pelajaran dengan memahami teori belajar, guru
akan memahami proses terjadinya pembelajaran. Kelebihan strategi ini
adalah dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus
mengajarkan kepada orang lain atau siswa lain. Strategi peer lesson
sangat tepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan
dan individual. Dengan strategi ini memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berperan sebagai guru bagi teman-temannya (Ahmad
Sabri, 2007 ).

Dalam peer lesson siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok


kecil. Masing-masing anggota kelompok mempunyai tanggung jawab
masing-masing untuk menjelaskan hasil diskusi kepada kelompok lain
sesuai pertanyaan yang mereka dapat. Dalam mempresentasikan hasil
diskusi hendaknya tidak mengunakan metode ceramah saja atau
seperti membaca laporan. Namun dapat menggunakan metode atau
strategi pembelajaran yang cocok dengan materi yang mereka
presentasikan kepada teman.

Sebelum melakukan presentasi siswa diberi waktu yang cukup


baik didalam kelas maupun di luar kelas. Guru dapat memberi
beberapa saran kepada siswa. Seperti manggunakan alat bantu,
menyediakan media pengajaran yang diperlukan atau menggunakan
contoh-contoh yang relevan. Setelah semua kelompok melaksanakan
tugasnya. Guru memberikan kesimpulan dan klarifikasi sekiranya ada
yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa.

Manfaat dari strategi peer lessons adalah sebagai berikut :

a. Otak bekerja secara aktif

Dengan strategi peer lesson siswa diajak belajar secara


aktif baik di dalam maupun di luar kelas. Mereka di beri
kesempatan untuk memilih strategi apa yang mereka inginkan
dan mereka juga mempunyai tanggung jawab menguasai
pelajaran untuk dipresentasikan atau diajarkan kepada temannya.
Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi
aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif
menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari
materi pelajaran, memecahkan persoalan atau
mengaplikasikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam
persoalan yang ada dalam kehidupan nyata ( Ibid., )

b. Hasil belajar yang maksimal


Keberhasilan belajar siswa salah satu ditentukan oleh
metode / strategi belajar yang digunakan. Kerena setiap individu
memiliki perbedaan dalam banyak aspek mulai dari fisik, pola
berfikir dan caracara merespon atau mempelajari hal-hal baru
( Idri Shaffat, 2009). Strategi yang digunakan dalam
pembelajaran diharapkan mampu memberikan stimulus kepada
siswa dalam proses pembelajaran.
Dengan strategi peer lesson siswa dapat belajar secara
aktif, di dalam dan di luar kelas dan mereka mempunyai
tanggung jawab untuk mendiskusikan dan mengajarkan materi
pelajaran kepada teman yang lain, sehingga mendorong mereka
untuk lebih giat belajar baik secara mandiri maupun kelompok.
Dengan demikian hasil belajar akan lebih maksimal. Penelitian
menunjukan bahwa pertanyaan kepada siswa atau meminta
mereka untuk mendiskusikan materi yang baru saja diberikan
mampu meningkatkan nilai evaluasi dengan kenaikan yang
signifikan (Rita Kusuma wardani, 2010).
c. Tidak mudah lupakan materi

Ketika siswa hanya menerima dari guru, ada


kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan (
ibid ). Dan dengan strategipeer lesson ini siswa diajak serta
untuk aktif dalam proses pembelajaran baik di dalam maupun di
luar kelas. Dengan demikian akan membuahkan hasil belajar
yang langgeng.

d. Proses pembelajaran yang menyenangkan

Strategi peer lesson merupakan strategi pembelajaran


yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Dengan belajar
aktif ini siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses
pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik.
Dengan cara ini biasanya siswa akan merasakan suasana
menyenangkan ( ibid ).

e. Otak dapat dapat memproses intormasi dengan baik


Otak tidak akan dapat memproses informasi yang masuk
kalau otak itu tidak dalam kondisi on, maka otak memerlukan
sesuatu yang dapat dipakai untuk menghubungkan antara
informasi yang baru diajarkan dengan informasi yng telah
dimiliki. Jika belajar itu pasif, otak tidak akan dapat
menghubungkan antar informasi yang baru dengan informasi
yang lama. Selanjutnya otak perlu beberapa langkah untuk
menyimpan informasi. Langkah itu berupa pengulangan
informasi, mempertanyakan informasi atau mengajarkan kepada
orang lain ( ibid ).

Langkah – langkah pelaksanaan strategi peer lessons di dalam


kelas :

1. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak


segmen materi yang akan disampaikan.
2. Masing-masing kelompok kecil diberi tugas untuk
diselesaikan, kemudian mengajarkannya kepada kelompok
lain.
3. Setiap kelompok diminta menyiapkan strategi untuk
manyampaikan hasil diskusi kepada teman-teman sekelas.\
4. Guru membuat beberapa saran :
5. Memberi siswa waktu yang cukup untuk persiapan, baik di
dalam maupun di luar kelas.
6. Setiap kelompok mempresentasikan sesuai tugas yang telah
diberikan.
7. Setelah semua kelompok melaksanakan tugas, beri
kesimpulan dan klarifikasi sekiranya ada yang perlu
diluruskan dari pemahamnan siswa.
3. Hubungan Hasil Belajar dengan Strategi Peer Lessons
Hasil pembelajaran dan proses pembelajaran, merupakan dua
buah aspek yang sangat penting dan tidak bisa dilepaskan satu sama
lain. Di dalam pembelajaran terjadi proses berfikir yang merupakan
kegiatan mental. Dalam kegiatan mental siswa menyusun hubungan-
hubungan antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai
pengertian. Hasil belajar adalah kegiatan mental siswa memahami dan
menguasai hubungan-hubungan dan menampilkan pemahaman serta
pengusaan bahan pembelajaran yang dipelajari (Herman Hudojo,
1990 ).

Kemampuan profesional guru juga sangat penting dalam rangka


meningkatkan kualitas pendidikan. Sikap aktif, kreatif dan inovatif
terwujud dengan menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran.
Guru harus bisa mampu membimbing dan memberikan arahan bagi
siswa dalam proses pembelajaran.menurut Hisyam Zaini
mengemukakan bahwa “ Sekolah sebagai institusi penting perlu
menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis. Proses belajar
demokratis perlu diterapkan untuk membentuk siswa yang aktif dan
kreatif. Siswa perlu dilibatkan dalam setiap kegiatan pembelajaran”.
strategi peer lesson merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran
aktif. Dengan strategi peer lesson siswa dapat belajar secara aktif, di
dalam dan di luar kelas dan mereka mempunyai tanggung jawab untuk
mendiskusikan dan mengajarkan materi pelajaran kepada teman yang
lain, sehingga mendorong mereka untuk lebih giat belajar baik secara
mandiri maupun kelompok. Dengan demikian hasil belajar akan lebih
maksimal (Meina Fauzia, Tersedia dalam:
http://etd.eprints.ums.ac.id/8356/1/A410060115.pdf).

B. Indikator Keberhasilan
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain menyatakan bahwa yang
menjadi petunjuk suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah
sebagai berikut.
1. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
2. Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran / instruksional khusus
telah dicapai siswa, baik secara individu maupun kelompok (Syaiful
bahri Djamarah dan Azwan Zain, S, 2006 ).

Pelaksanaan siklus pada penelitian ini dihentikan apabila


memenuhi indicator keberhasilan yang ditetapkan yakni setiap individu
mampu mencapai nilai ketuntasan sekurang-kurangnya 65% dari
persentase maksimal tes hasil belajar matematika, dan dalam satu kelas
yang mampu memperoleh ketuntasan hasil belajar matematika mencapai
sekurang-kurangnya 85% dari jumlah seluruh siswa.

Anda mungkin juga menyukai