0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
21 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber hukum Islam yaitu Al-Quran, Sunnah, dan akal/ijtihad. Ijtihad dilakukan dengan menggunakan akal untuk memahami Al-Quran dan Sunnah lalu merumuskan hukum baru. Seseorang harus memenuhi syarat tertentu seperti menguasai bahasa Arab dan ilmu-ilmu Islam untuk dapat melakukan ijtihad. Metode ijtihad meliputi ijma, qiyas, maslahah
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber hukum Islam yaitu Al-Quran, Sunnah, dan akal/ijtihad. Ijtihad dilakukan dengan menggunakan akal untuk memahami Al-Quran dan Sunnah lalu merumuskan hukum baru. Seseorang harus memenuhi syarat tertentu seperti menguasai bahasa Arab dan ilmu-ilmu Islam untuk dapat melakukan ijtihad. Metode ijtihad meliputi ijma, qiyas, maslahah
Dokumen tersebut membahas sumber-sumber hukum Islam yaitu Al-Quran, Sunnah, dan akal/ijtihad. Ijtihad dilakukan dengan menggunakan akal untuk memahami Al-Quran dan Sunnah lalu merumuskan hukum baru. Seseorang harus memenuhi syarat tertentu seperti menguasai bahasa Arab dan ilmu-ilmu Islam untuk dapat melakukan ijtihad. Metode ijtihad meliputi ijma, qiyas, maslahah
1. Al-Qur’an merupakan sumber utama dan terutama yang memuat kaidah-kaidah fundamental baik mengenai ibadah maupun mengenai muamalah; 2. As-Sunnah (Hadis) merupakan sumber kedua yang memuat kaidah-kaidah umum dan penjelasan terperinci terutama mengenai ibadah; 3. Akal fikiran atau ar-ra’yu yang dilaksanakan melalui Ijtihad sebagai sumber pengembangan atau sumbert pelengkap ajaran Islam. Al-Ra’yu (Akal Fikiran atau Ijtihad) Sumber hukum Islam ketiga adalah akal fikiran manusia yang memenuhi syarat untuk berusaha, berikhtiar dengan seluruh kemampuan yang ada padanya memahami kaidah-kaidah hukum yang fundamental yang terdapat dalam Al-Qur’an, kaidah-kaidah hukum yang bersifat umum yang terdapat dalam sunnah Nabi dan merumuskannya menjadi garis-garis hukum yang dapat dilaksanakan pada suatu kasus tertentau. Atau berusaha merumuskan garis-garis atau kaidah-kaidah hukum yang pengaturannya tidak terdapat di dalam kedua sumber hukum Islam itu. Akal fikiran manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad yang menjadi sumber hukum Islam yang ketiga ini, dalam kepustakan disebut dengan istilah ar-ra’yu atau Ijtihad. Dasar hukum untuk mempergunakan akal fikiran atau ra’yu untuk berijtihad dalam pengembangan hukum Islam itu adalah(1) Al-Qur’an yang memerintahkan agar manusia berfikir dan merenungkan ayat-ayatNya. Ia mengajak manusia untuk mempergunakan fikiran dan penalarannya mengenai persoalan-persoalan hukum (2)Hadis Mu’az bin Jabal yang menjelaskan bahwa Mu’az sebagai penguasa (ulil amri) di Yaman dibenarkan oleh Nabi mempergunakan ra’yunya untuk berijtihad. Perkataan Ijtihad (dalam bahasa Arab)berasal dari kata Jahada artinya bersungguh- sungguh atau menghabiskan segala daya dalam berusaha. Dalam hubungannya dengan hukum, Ijtihad adalah usaha atau ikhtiar yang sungguh-sungguh dengan mempergunakan segenap kemampuan yang ada dilakukan oleh orang (ahli hukum) yang memenuhi syarat untuk mendapatkan garis hukum yang belum jelas atau tidak ada ketentuannya dalam al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Oran yang berijtihad disebut mujtahid. Dilihat dari jumlah pelakunya, Ijtihad dapat dibagi dua yakni Ijtihad individu ( Ijtihad fardi) dan Ijtihad kolektif (Ijtihad jama’i), Dilihat dari lapangan Ijtihad dapat dilakukan terhadap: 1.Persoalan-pertsoalan hukum yang zhanni sifatnya (tidak tegas pernyaannya dalam Al- Qur’an dan Hadis. 2. Hal-hal yang tidak terdapat ketentuannya dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah 3. Mengenai masalah-masalah hukum baru yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Tadak semua orang dapat berijtihad. Yang dapat menjadi mujtahid yakni orang yang memenuhi syarat-syarat berikut: 1. Menguasai bahasa Arab untuk dapat memahami al_Qur’an dan kitab-kitab Hadis yang tertulis dalam bahasa Arab; 2. Mengetahui isi dan sistem hukum al-Qur’an serta ilmu-ilmu untuk memahami al- Qur’an; 3. Mengetahui Hadis-Hadis hukum dan ilmu-ilmu Hadis yang berkenaan dengan pembentukan hukum 4. Menguasai sumber-sumber hukum Islam dan cara-cara (metode) menarik garis-garis hukum dari sumber-sumber hukum Islam; 5. Mengetahui dan menguasai kaidah-kaidah fiqh; 6. Mengetahui rahasia dan tujuan-tujuan hukum Islam 7. Jujur, dan ikhlas 8. Menguasai ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu yang relevan dengan maslah yang diijtihadi itu; 9. Dilakukan secara kolekti bersama para ahli (disiplin ilum) lain. Metode-metode Ijtihad. Ada beberapa metode atau cara cara untuk melakukan Ijtihadf, baik ijtihad itu dilakukan sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain. Diantara metode atau cara berijtihaditu adalah: 1. Ijma’ 2. Qiyas; 3. Maslahah mursalah; 5. Istihsan; 6. Istishhab; 7.’Urf 9. dan lain-lain (Baca Muhammad Daud Ali: Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia halaman 107-110)