Ekofeminisme merupakan sebuah teori serta gerakan etika yang sebagaimana
biosentriss serta ekosentris menentang antroposentris yang mementingkan komunitas manusia. Tidak hanya itu, ekofeminisme juga melawan androsentrisme yang menekankan bahwa laki-laki merupakan pusat atau center kehidupan. Ekofeminisme berpendapat bahwa krisis lingkungan tidak haya disebabkan oleh pandangan antroposentris, tetapi juga oleh dominasi kaum laki-laki. Fenomena rusaknya lingkungan yang diakibatkan oleh eksploitasi besar-besaran tersebut membuat kaum perempuan resah akan tindakan dominasi (laki-laki) yang terlalu besar. Sehingga timbulah teori perlindungan alam oleh kaum perempuan yang dinamakan dengan teori ekofeminime yang mendobrak etika antroposentisme yang mengutamakan manusia pada alam. Ekofeminisme memandang adanya suatu hubungan erat antara perempuan dan alam yang di landaskan pada penindasan oleh kelembagaan yang patriarki dan peran laki-laki yang dominan, sebagaimana halnya identifikasi positif oleh perempuan dengan alam.
Prinsip-Prinsip Etis yang Dikembangkan Ekofeminisme Dalam Upaya Melestarikan
Lingkungan. Prinsip etis sendiri merupakan pedoman umum yang dapat dijadikan pegangan untuk mempermudah pengambilan keputusan pada saat berhadapan dengan situasi konkrit. Ekofeminisme memandang bahwa prinsip etis tersebut bukan merupakan kewajiban kaku berlaku mutlak melainkan bersifat kontekstual. Beberapa prinsip etis yang dikembangkan oleh ekofeminisme dalam upaya untuk melestarikan lingkungan, yaitu seperti berikut:
1. Bertanggung Jawab Terhadap Keutuhan Biosfer Ekofeminisme mendukung pada sikap
manusia yang perlu bertanggung jawab terhadap nasib generasi mendatang. Tangung jawab terhadapgenerasi mendatang muncul karena kesadaran bahwa kehidupan merupakan sesuatu yang sangat bernilai maka harus dijaga kelestariannya. Prinsip tanggung jawab hendaknya menembus batas ruang dan waktu, tidak hanya berhenti pada “kekinian” atau sebatas momentum belaka melainkan sampai ke masa mendatang dan berkelanjutan. 2. Solidaritas Kosmis Sikap solidaritas tidak hanya diperlukan pada relasi antarmanusia. Pada cakupan yang lebih luas, solidaritas diperlukan dalam relasi dengan alam. Tidak hanya hanya sebatas satu unsur saja melainkan juga mencakup semua unsur yang ada di alam (kosmis), dan tidak hanya bagi generasi sekarang, melainkan juga bagi generasi mendatang. Solidaritas kosmis mendorong manusia mengambil sikap pro-alam, pro- lingkungan dan menentang tindakan yang merusak lingkungan (Keraf, 2006). 3. Menjaga Keselarasan dengan Alam Prinsip keselarasan melarang orang bertindak atas dasar dan pertimbangan egoismenya semata (Suseno, 1984). Kepentingan pribadi harus dipikirkan secara masak-masak jangan sampai merusak ritme alam maupun sosial yang sudah berjalan secara teratur. Kapan pun manusia melakukan perubahan dengan melanggar hukum semesta hasilnya selalu kehancuran (Ni, 1997). Orang hendaknya mengenal batas-batas perbuatan yang dapat dilakukan agar harmoni sosial maupun ekologis dapat terus dipertahankan. 4. Menjalin Relasi Setara Prinsip egaliterian dalam perspektif ekofeminisme mengandaikan berbagai keinginan, aspirasi dan kepentingan semua pihak diakomodasi secara proporsional. Prinsip egalitarian dalam relasi manusia dengan alam memiliki pengertian bahwa pengambilan keputusan berdimensi moral bukan hanya memperhitungkan kepentingan manusia saja, melainkan mempertimbangkan juga kepentingan pihak-pihak non-manusia. Egalitarian ekologi menolak diskriminasi biotik yang memandang bahwa kepentingan manusia merupakan sesuatu yang sudah final, yang harus selalu didahulukan dan mengabaikan kepentingan anggota komunitas biotik lainnya (Nugroho, 2001). Egalitarian dalam relasi dengan sesama manusia memiliki pengertian perempuan maupun laki-laki memiliki akses, kontrol, partisipasi dan manfaat yang sama dalam setiap pengambilan keputusan.
Wijayanti, Ika. 2019. Gerakan Ekofeminisme Dalam Pemberdayaan Perempuan Pengolah
Limbah (Studi Kasus Komunitas Pengolah Limbah di Desa Narmada). Mataram: Universitas Mataram.