Tukmaninah - Metode Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian - 341119016 - SY1
Tukmaninah - Metode Teknik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian - 341119016 - SY1
Oleh :
TUKMANINAH ( 341119016 )
2
II. PEMBAHASAN
A. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1. Pengertian Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah metode atau cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk
suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat
dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes),
dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau
gabungan teknik tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang diteliti.1
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam proses penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang diperlukan disini adalah
teknik pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga benar-benar
didapat data yang valid dan reliable.
Dalam suatu penelitian, langkah pengumpulan data adalah satu tahap
yang sangat menentukan terhadap proses dan hasil penelitian yang akan
dilaksanakan tersebut. Kesalahan dalam melaksanakan pengumpulan data
dalam satu penelitian, akan berakibat langsung terhadap proses dan hasil suatu
penelitian. Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan
penggunaan metode dan instrumen yang telah ditentukan dan diuji validitas
dan reliabilitasnya.
Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau
kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai
fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup
penelitian. Dalam prakteknya, pengumpulan data ada yang dilaksanakan
melalui pendekatan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dengan kondisi
tersebut, pengertian pengumpulan data diartikan juga sebagai proses yang
menggambarkan proses pengumpulan data yang dilaksanakan dalam
1
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
3
penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
Dan data yang dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk
menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan, karena
data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan,
data yang dikumpulkan haruslah data yang benar. Agar data yang
dikumpulkan baik dan benar, instrument pengumpulan datanya pun harus
baik.
Teknik pengumpulan data sangat ditentukan oleh metodologi
penelitian, apakah kuantitatif atau kualitatif. Dalam penelitian kualitatif
dikenal teknik pengumpulan data: observasi, focus group discussion (FGD),
wawancara mendalam (in-depth interview), dan studi kasus (case study).2
4
sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri
utama dari interview adalah kontak langsung dengan tatap muka (face to
face relation ship) antara si pencari informasi (interviewer atau informan
hunter) dengan sumber informasi (interviewee) (Sutopo 2006: 74).
Jenis interview meliputi interview bebas, interview terpimpin, dan
interview bebas terpimpin (Sugiyono, 2008: 233). Interview bebas, yaitu
pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data
apa yang dikumpulan. Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan
oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan
terperinci. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview
bebas dan interview terpimpin.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat
mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara,
sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam
mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu
autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden)
dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden) (Sugiyono,
2008: 227). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan
pertanyaan mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan
multiple, jangan menanyakan pertany,aan pribadi sebelum building raport,
ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol
emosi negatif.
2) Teknik Observasi
Observasi/pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses
peneliti dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan
digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi
interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dan
kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur.
Alat yang bisa digunakan dalam pengamatan adalah lembar pengamatan,
5
ceklist, catatan kejadian dan lain-lain.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah
ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa,
waktu, perasan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk
menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab
pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk
evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan
umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
a) Observasi partisipatif
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun
data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer
atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.
b) Observasi terus terang atau tersamar
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia akan
melakukan penelitian, sehingga mereka yang diteliti mengetahui sejak
awal sampai akhir tentang aktivitas si peneliti. Tetapi dalam suatu saat
peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini
untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang
masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau si peneliti menyatakan terus
terang maka peneliti tidak akan diijinkan untuk melakukan penenlitian.
c) Observasi tak berstruktur
Observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi.
Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu
mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
Manfaat dari observasi ini antara lain peneliti akan lebih mampu
memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan
dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh, dengan
observasi akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga
6
memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak
dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan
induktif ini membuka kemungkinan penemuan atau discovery.
3) Diskusi Terfokus (Focus Group Discussion)
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data
yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan
menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok.
Teknik ini digunakan untuk mengungkap permaknaan dari suatu kelompok
berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu.
FGD juga dimaksudkan untuk menghindari permaknaan yang salah dari
seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti (Sutopo,
2006: 73).
FGD adalah kelompok diskusi bukan wawancara atau obrolan. Ciri
khas metode FGD yang tidak dimiliki oleh metode riset kualitatif lainnya
(wawancara mendalam atau observasi) adalah interaksi. Tanpa sebuah
FGD berubah wujud menjadi kelompok wawancara terfokus (FGI-Focus
Group Interview). Hal ini terjadi apabila moderator cenderung selalu
menkonfirmasi setiap topik satu per satu kepada seluruh peserta FGD.
Semua peserta FGD secara bergilir diminta responnya untuk setiap topik,
sehingga tidak terjadi dinamika kelompok. Komunikasi hanya berlangsung
antara moderator dengan informan A, informan A ke moderator, lalu
moderator ke informan B, informan B ke moderator, dst. Kondisi idealnya,
informan A merespon topik yang dilemparkan moderator, disambar oleh
informan B, disanggah oleh informan C, diklarifikasi oleh informan A,
didukung oleh informan D, disanggah oleh informan E, dan akhirnya
ditengahi oleh moderator kembali. Diskusi seperti itu sangat interaktif,
hidup, dinamis.
4) Teknik Dokumentasi
Kata dokumen berasal dari bahasa latin yaitu docere, yang berati
7
mengajar. Pengertian dari kata dokumen menurut Louis Gottschalk
(1986: 38) seringkali digunakan para ahli dalam dua pengertian, yaitu
pertama, berarti sumber tertulis bagi informasi sejarah sebagai kebalikan
daripada kesaksian lisan, artefak, peninggalan-peninggalan terlukis, dan
petilasan-petilasan arkeologis. Pengertian kedua, diperuntukan bagi surat-
surat resmi dan surat-surat negara seperti surat perjanjian, undang-undang,
hibah, konsesi, dan lainnya. Lebih lanjut, Gottschalk menyatakan bahwa
dokumen (dokumentasi) dalam pengertianya yang lebih luas berupa setiap
proses pembuktian yang didasarkan atas jenis sumber apapun, baik itu yang
berupa tulisan, lisan, gambaran, atau arkeologis.
G.J. Renier, sejarawan terkemuka dari University college Lodon,
(1997: 104 ) menjelaskan istilah dokumen dalam tiga pengertian, pertama
dalam arti luas, yaitu yang meliputi semua sumber, baik sumber tertulis
maupun lisan; kedua dalam arti sempit, yaitu yang meliputi semua sumber
tertulis saja; ketiga dalam arti spesifik, yaitu hanya yang meliputi surat-
surat resmi dan surat-surat Negara, seperti surat perjanjian, undang-undang
konsesi, hibah dan sebagainya.
Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat ditarik benang
merahnya bahwa dokumen merupakan sumber data yang digunakan untuk
melengkapi penelitian, baik berupa sumber tertulis, film, gambar (foto),
dan karya-karya monumental, yang semua itu menberikan informasi bagi
proses penelitian.
Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber
manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara. Akan
tetapi ada pula sumber bukan manusia, non human resources, diantaranya
dokumen, foto dan bahan statistik. Studi dokumen yang dilakukan oleh
para peneliti kualitatif, posisinya dapat dipandang sebagai “narasumber” .
jawab pertanyaan; “Apa tujuan dokumen itu ditulis?; Apa latar
belakangnya?; Apa yang dapat dikatakan dokumen itu kepada peneliti?;
8
Dalam keadaan apa dokumen itu ditulis?; Untuk siapa?; dan sebagainya.
(Nasution, 2003: 86)
Ada beberapa keuntungan dari penggunaan studi dokumen dalam
penelitian kualitatif, seperti yang dikemukakan Nasution (2003: 85); a)
Bahan dokumenter itu telah ada, telah tersedia, dan siap pakai; b)
penggunaan bahan ini tidak meminta biaya, hanya memerlukan waktu
untuk mempelajarinya; c) banyak yang dapat ditimba pengetahuan dari
bahan itu bila dianalisis dengan cermat, yang berguna bagi penelitian yang
dijalankan; d) dapat memberikan latar belakang yang lebih luas mengenai
pokok penelitian; e) dapat dijadikan bahan triangulasi untuk mengecek
kesesuaian data; dan f) merupakan bahan utama dalam penelitian historis.
5) Teknik Triangulasi
Triangulasi merupakan cara pemeriksaan keabsahan data yang paling
umum digunakan. Cara ini dilakukan dengan memanfaatkan sesuatu yang
lain diluar data untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
itu. Dalam kaitan ini Patton (dalam Sutopo, 2006: 92) menjelaskan teknik
triangulasi yang dapat digunakan.
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti
mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data.
a) Triangulasi Data
Teknik triangulasi data dapat disebut juga triangulasi sumber.
Cara ini mengarahkan peneliti agar di dalam mengumpulkan data, ia
berusaha menggunakan berbagai sumber yang ada.
b) Triangulasi Peneliti
9
Triangulasi peneliti adalah hasil penelitian baik yang berupa
data maupun kesimpulan mengenai bagian tertentu atau
keseluruhannya dapat diuji oleh peneliti lain (Sutopo, 2006: 93).
Triangulasi peneliti dapat dilakukan dengan menyelenggarakan
diskusi atau melibatkan beberapa peneliti yang memiliki pengetahuan
yang mencukupi.
c) Triangulasi Metodologis
Teknik triangulasi metode digunakan dengan cara
mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan metode yang berbeda
(Patton dalam Sutopo, 2006: 93).
d) Triangulasi Teoritis
Triangulasi jenis ini dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas
permasalahan yang dikaji (Patton dalam Sutopo, 2006: 98). Oleh
karena itu, dalam melakukan jenis triangulasi ini, peneliti harus
memahami teori-teori yang digunakan dan keterkaitannya dengan
permasalahan yang diteliti sehinngga mampu Pengertian Instrumen
Penelitian.
10
B. INSTRUMEN PENELITIAN
1. Pengertian Instrumen Penelitian
Menurut Darmadi (2011:85) bahwa definisi instrumen adalah sebagai
alat untuk mengukur informasi atau melakukan pengukuran. Instrumen
pengumpul data menurut Suryabrata (2008:52) adalah alat yang digunakan
untuk merekam-pada umumnya secara kuantitatif-keadaan dan aktivitas
atribut-atribut psikologis. Atibut-atribut psikologis itu secara teknis biasanya
digolongkan menjadi atribut kognitif dan atribut non kognitif. Sumadi
mengemukakan bahwa untuk atribut kognitif, perangsangnya adalah
pertanyaan. Sedangkan untuk atribut non-kognitif, perangsangnya adalah
pernyataan. Selanjutnya menurut Sukarnyana dkk (2003:71) instrumen
penelitian merupakan alat-alat yang digunakan untuk memperoleh atau
mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah penelitian atau
mencapai tujuan penelitian. Jika, data yang diperoleh tidak akurat (valid),
maka keputusan yang diambil pun akan tidak tepat.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan
untuk mendapatkan dan mengumpulkan data penelitian, sebagai langkah
untuk menemukan hasil atau kesimpulan dari penelitian dengan tidak
meninggalkan kriteria pembuatan instrumen yang baik.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penelitian pendidikan atau
sosial, ada empat macam cara mengukur suatu data yang sering dijumpai.
Keempat macam alat ukur jenis data tersebut jika disebutkan dari cara yang
11
sederhana sampai yang komplek (lengkap) adalah: data dari skala nominal,
skala ordinal, skala interval, dan skala rasio. Dari keempat data ini dapat
diketahui cara mengukur dan memilih salah satu, kemudian diterapkan dalam
bentuk instrumen yang hendak dicapai untuk mencari data dari subjek
penelitian.
a. Instrumen Wawancara
c. Instrumen Dokumen
12
dari data wawancara dan observasi yang telah dilakukan. Dokumen
dalam penelitian kualitatif dapat berupa tulisan, gambar, atau karya
monumental dari obyek yang diteliti.
13
panjang kain dengan meter, dan sebagainya.
1) Pengujian Validitas Instrumen
Ada tiga jenis pengujian validitas instrumen menurut (Sugiyono: 2010),
yaitu:
14
yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan mengukur
efektivitas pelaksanaan program dan tujuan. Untuk menyusun
instrumen prestasi belajar yang mempunyai validitas isi, maka
instrumen harus disusun berdasarkan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Sedangkan instrumen yang digunakan untuk mengetahui
pelaksanaan program, maka instrumen disusun berdasarkan program
yang telah direncanakan.
Untuk instrumen yang berbentuk tes, maka pengujian validitas
isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen
dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Jika dosen memberikan
ujian di luar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian
tersebut tidak mempunyai validitas isi.
Secara teknis, pengujian validitas konstruksi dan validitas isi
dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam kisi-
kisi itu terdapat variabel yang diteliti, indikator sebagai tolok ukur,
dan nomor butir (item) pertanyaan atau pernyataan yang telah
dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi instrumen itu, maka
pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah dan sistematis.
c) Pengujian Validitas Eksternal
Validitas eksternal instrumen diuji dengan cara
membandingkan (untuk mencari kesamaan) antara kriteria yang ada
pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi di lapangan.
Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja sekelompok pegawai.
Maka kriteria kinerja pada instrumen tersebut dibandingkan dengan
catatan-catatan di lapangan (empiris) tentang kinerja yang baik. Bila
telah terdapat kesamaan antara kriteria dalam instrumen dengan fakta
di lapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut mempunyai
Validitas eksternal yang tinggi.
2) Pengujian Reliabilitas Instrumen
15
Pengujian reliabilitas instrumen menurut Sugiyono (2010:354) dapat
dilakukan secara eksternal dan internal. Secara eksternal, pengujian
dilakukan dengan test–retest (stability), equivalent, dan gabungan
keduanya. Secara internal pengujian dilakukan dengan menganalisis
konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik- teknik
tertentu.
a) Test retest
Instrumen penelitian dicobakan beberapa kali pada responden
yang sama dengan instrumen yang sama dengan waktu yang berbeda.
Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama
dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan signifikan,
maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.
b) Ekuivalen
Instrumen yang ekuivalen adalah pertanyaan yang secara bahasa
berbeda, tetapi maksudnya sama, misalnya, “berapa tahun pengalaman
Anda bekerja di lembaga ini?”. Pertanyaan tersebut ekuivalen dengan
“tahun berapa Anda mulai bekerja di lembaga ini?”.
Pengujian dengan cara ini cukup dilakukan sekali, tetapi
instrumennya dua dan berbeda, pada responden yang sama.
Reliabilitas diukur dengan cara mengkorelasikan antara data
instrumen yang satu dengan instrumen yang dijadikan ekuivalennya.
Bila korelasi positif dan signifikan, maka instrumen dapat dinyatakan
reliabel.
c) Gabungan
Pengujian dilakukan dengan cara mencobakan dua instrumen
yang ekuivalen beberapa kali ke responden yang sama. cara ini
merupakan gabungan dari test-retest (stability) dan ekuivalen.
Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua
instrumen, setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua dan
16
selanjutnya dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali
pengujian dalam waktu yang berbeda, maka akan dapat dianalisis
keenam koefisien reliabilitas. Bila keenam koefisien korelasi itu
semuanya positif dan signifikan, maka dapat dinyatakan bahwa
instrumen itu reliabel.
d) Konsistensi internal
Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan
dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang
diperoleh dianalisis dengan teknik-teknik tertentu. Hasil analisis dapat
digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen.
3) Praktikabilitas
Syarat ketiga yang harus dipenuhi oleh instrumen untuk dapat
dikatakan baik ialah kepraktisan dan keterpakaian (usability). Instrumen
yang baik pertama-tama harus ekonomis baik ditinjau dari sudut uang
maupun waktu. Kedua, ia harus mudah dilaksanakan dan diberi skor, dan
yang terakhir, instrumen harus mampu menyediakan hasil yang dapat
diinterpretasikan secara akurat serta dapat digunakan oleh pihak-pihak
yang memerlukan.
III. PENUTUP
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam proses penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang diperlukan disini adalah
teknik pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga benar-benar
didapat data yang valid dan reliable.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan
berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat
dikumpulkan pada setting alamiah (natural seting), pada laboratorium dengan
17
metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, dan lain-lain. Bila
dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan
sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul
data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya kalau dilihat
dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data
dapat dilakukan dengan interview, kuesioner (angket), observasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
19