Anda di halaman 1dari 15

PERCOBAAN 4

ASIDI-ALKALINITAS

I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui


kadar asidi alkali pada suatu sampel air.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Reaksi asidimetri dan alkalimetri adalah salah satu dari empat
golongan utama dalam penggolongan reaksi dalam analisis titrimetri. Asidi
alkalinitas melibatkan titrasi basa bebas atau basa yang terbentuk karena
hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu standar
(asidimetri) dan titrasi asam bebas atau asam yang terbentuk dari hidrolisis
garam yang terbentuk dari asam lemah, dengan suatu basa standar
(alkalimetri). Reaksi-reaksi melibatkan senyawa ion hidrogen dan ion
hidroksida untuk membentuk air. Zat-zat yang biasa digunakan sebagai
standar primer adalah reaksi asam basa natrium karbonat Na2 CO 3, natrium
tetrabonat Na 2 B4 O 7, kalium hidrogen iodat KH ¿ ¿, asam klorida bertitik
didih konstan (Basset, 1994).
Alkalimetri dan asidimetri adalah sejenis analisis volumetrik
dimana reaksi dasarnya adalah netralisasi reaksi. Alkalimetri adalah
penggunaan analitik khusus dari asam basa titrasi untuk menentukan
konsentrasi basa (sinonim dengan basa) zat. Asidimetri terkadang dieja
asidometri, adalah konsep yang sama dari spesialisasi titrasi asam-basa
analitik, tetapi untuk zat asam (Shuchi et al., 2019).
Asidi dari kata acid (bahasa Inggris) yang berarti asam sedang
metri dari bahasa Yunani yang berarti ilmu, proses, atau seni mengukur.
Asimetri berarti pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam.
Titrasi asidimetri-alkalimetri merupakan titrasi yang berhubungan dengan
asam-basa. Berdasarkan reaksinya dengan pelarut, asam dan basa
diklasidikasikan menjadi asam-basa kuat dan lemah sehingga titrasi asam
basa meliputi titrasi asam kuat dengan basa kuat, asam kuat dengan basa
lemah, asam lemah dengan basa kuat, asam kuat dengan garam dari asam
lemah, dan basa kuat dengan garam dari basa lemah (Padmaningrum,
2006).
Alkalinitas adalah kapasitas air yang menerima ion-ion. H +¿¿ yang
diukur dengan kapasitas netralisasi asam yang disebut juga sebagai
kapasitas penyangga (buffer). Asiditas adalah ukuran kapasitas netralisasi
basanya. Beberapa senyawa karbonat yang mempengaruhi alkalinitas air
adalah O H −¿¿ (hidroksida), CO 2−¿
−¿ ¿
3
¿
(ion karbonat), HCO3 (ion
bikarbonat), dan CO 2 (karbondioksida). Alkalinitas juga bersumber dari
garam-garam lain seperti borak, silica, dan fosfat. Garam-garam lemah
seperti asam asetat dan asam propionat juga. Alkalinitas dapat
diekspresikan dalam unit CaCO3 / L. Alkalinitas dihitung volumetrik
dengan titrasi H 2 SO4 . Nilai ukur dari alkalinitas tergantung pada pH.
Alkalinitas terdiri dari 3 komponen, maka diperlukan konsentrasi lain
untuk masing-masing komponen tersebut yaitu dengan perhuitungan pH
(Muchdar, 2018).
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Jumlah air yang
tersedia dan siap dipakai oleh manusia sangatlah terbatas, tetapi kebutuhan
akan penggunaan air selalu meningkat karena semakin bertambahnya
populasi dan kegiatan manusia di segala bidang. Adanya peningkatan
penggunaan dan proses pemakaian air telah menghasilkan sisa buangan
berupa air limbah, dan sekitar 85% air limbah telah masuk ke badan
perairan dan berakibatkan pada proses self-purification yang tidak berjalan
seimbang. Air limbah yang dibuang begitu saja ke badan perairan dalam
jumlah yang besar dan dalam waktu yang lama dapat menimbulkan
pencemaran terhadap lingkungan. Pencemaran air limbah bisa bersumber
dari limbah industri, limah rumah tangga, ataupun limbah yang berasal
dari proses pencucian pakai laudri. Air limbah laundri yang berupa air sisa
detergen mengandung beberapa bahan kimia pada bahan baku detergen
seperti fosfat (70-80%), surfaktan (20-30%), amonia dan nitrogen serta
kadar padatan terlarut, kekeruhan, BOD (Biologycal Oxygen Demands),
dan COD (Chemical Oxygen Demands). Bahan-bahan baku pembentuk
detergen ini diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap manusia dan lingkungan (Turmimomor dkk, 2020).

Nilai pH air yang normal adalah sikitar netral antara pH 6 sampai


8. Perubahan keasaman pada air buangan, baik menuju alkali (pH anik)
maupun menuju asam (pH turun) akan sangat mengganggu kehidupan ikan
dan hewan yang berada disekitar air. Air buangan mempunyai pH rendah
yang bersifat sangat korosif. Asiditas dan alkalinitas sangat bergantung
pada pH air. Fungsi utama alkalinitas adalah sebagai penyangga fluktasi
pH air. Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dengan
jumlah maksimum. Larutan jenuh didalamnya terdapat kesetimbangan
antara partikel yang tidak melarut (Sumardjo, 2008). Indikator pH sangat
penting keberadaannya terutama dalam bidang kimia yang digunakan
untuk analisis volumetri. Salah satu metode dalam analisis tersebut adalah
titrasi asam-basa atau titrasi netralisasi. Pada titrasi ini melibatkan
penambahan indikator yang berfungsi membantu menentukan titik
ekuivalen yang ditandai dengan mengamati terjadinya perubahan warna
pada akhir titrasi. Indikator yang digunakan dalam titrasi penetralan
dinamakan indikator asam basa. Indikator yaitu bahan kimia yang sangat
khusus yang dapat mengubah warna larutan dengan perubahan pH setelah
penambahasan asam atau basa. Indikator asam basa cenderung untuk
bereaksi dengan kelebihan asam atau basa pada saat titrasi utuk
menghasilkan perubahan warna. Hingga saat ini indikator yang banyak
digunakan dalam titrasi asam basa adalah jenis indikator sintesis seperti
fenolftalein (PP), metil merah (MM), metil orange (MO), dan merah fenol
(MF). Penggunaan indikator tersebut selain harganya relatif mahal juga
berdampak dihasilkannya limbah bahan kimia yang dapat mencemari
lingkungan. Solusi mengatasi masalah tersebut adalah dengan
memanfaatkan penggunaan bahan alami seperti pengganti indikator
sintesis (Yazid dkk, 2018).

III. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pipet volumetri, pipet
tetes, gelas beker, buret, dan labu erlenmeyer.
B. BAHAN

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah NaOH 01, N,


larutan asam oksalat ( H 2 C 2 O 4 2 H 2 O) 0,1 N, HCl 0,1 N, larutan natrium
tetra borat 0,1 N, indikator fenolpHtalein 0,1%, aquades, etanol, metil
orange 0,1%, dan sampel limbah industri.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Standarisasi larutan NaOH 0,1 N
1. Mengambil 10 ml asam oxalat 0,1 N.
2. Menambahkan 4 tetes indikator fenolpHtalein 0,1 %.
3. Mentitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berubah menjadi warna
merah muda dan dan mencatat banyaknya larutan NaOH yang
digunakan.
B. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N
1. Mengambil 10 ml Natrium Borat 0,1 N.
2. Menambahkan 5 tetes indikator metil orange 0,1%.
3. Mentitrasi dengan HCl 0,1 N sampai berwarna orange dan
mencatat banyaknya larutan HCl yang digunakan.
C. Pengkuran Asidi Alkalinitas
1. Mengambil 10 ml sampel limbah industri
2. Menambahkan 5 tetes indikator fenolpHtalein
3. Mentitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berwarna merah muda
a. Asiditas
4. Menambahkan 3 tetes metil orange 0,1 %
5. Mentitrasi dengan HCl 0,1 N hingga berwarna orange dan
mencatat banyaknya larutan HCl yang digunakan
b. Alkalinitas
4. Mentitrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan tidak
berwarna, dan mencatat banyaknya larutan HCl yang
digunakan.
5. Menambahkan 3-5 tetes indikator metil orange 0,1 %.
6. Mentitrasi dengan larutan HCl 0,1 N sampai cairan
berubah warna menjadi orange dan mencatat banyaknya
lrutan HCl yang digunakan.
D. Pengukuran aside alkalinitas berdasarkan SNI 06-2422-1991
a. Asiditas metil orange (pH air < 4,3)
a. Sampel limbah industry laundry diambil sebnyak 10 mL.
b. Indikator metil orange ditambahkan sebanyak 3 tetes.
c. Sampel limbah industry laundry dinitrasi dengan NaOH 0,1
N sampai berwarna orange
d. Volume larutan NaOH yang tepakai dicatat.
b. Asiditas Total (pH air < 8,3)
a. Sampel limbah industry laundry diambil sebanyak 10 mL.
b. Indikator fenolftalein ditambahkan sebanyak 2 tetes
c. Sampel limbah industry laundry dinitrasi dengan NaOH 0,1
N sampai berwarna merah muda.
d. Volume larutan NaOH yang terpakai dicatat.
c. Alkalinitas Fenolftalein
a. Sampel limbah industry laundry diambil sebanyak 10 mL
b. Indicator fenolftalein ditambahkan sebanyak 2 tetes
c. Sampel limbah industry laundry dinitrasidengan HCl 0,1 N
sampai berwarna merah tepat hilang
d. Volume HCl 0,1 N yang terpakai dicatat
d. Alkalinitas Total
a. Sampel limbah industry laundry diambil sebanyak 10 mL.
b. Indikator fenolftalein ditambahkan sebanyak 4 tetes.
c. Sampel limbah industry laundry dinitrasi dengan HCl 0,1 N
sampai berwarna orange
d. Volume larutan HCl yang terpakai dicatat.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Tabel 1. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N

No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan


1. Tambahkan asam oksalat sebanyak 10 ml.
10 ml ke dalam Erlenmeyer.
2. Ditambahkan indikator Warna larutan tidak berubah
pHenolpHthalein 0,1 N sebanyak 5 (bening).
tetes.
3. Ditritasi dengan NaOH sampai Warna larutan berubah menjadi
berubah menjadi warna merah merah muda.
muda.
4. Dicatat banyaknya larutan NaOH V 1 = 4,3 ml
yang digunakan. V 2 = 18,3 ml
Jadi, larutan NaOH yang terpakai
adalah 14 ml.

Tabel 2. Standarisasi HCL 0,1 N

No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan


1. Natrium borat diambil sebanyak 10 10 ml.
ml ke dalam erlenmeyer.
2. Indikator metil orange ditambahkan Warna larutan orange.
sebanyak 3 tetes.
3. Larutan dititrasi dengan HCl Warna larutan berubah menjadi
sampai berubah warna. orange muda.
4. Volume HCl yang terpakai dicatat. V 1 = 0,4 ml
V 2 = 6,7 ml
Jadi, larutan HCl yang terpakai
adalah 6,3 ml.

Tabel 3. Pengukuran Asidi Alkalinitas


Tabel 3.1. Asiditas

No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan


1. Sampel Limbah diambil sebanyak 10, warna larutan putih keruh.
10 ml.
2. Indikator fenolftalein diambil 5 Warna larutan tidak berubah.
tetes.
3. Larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 Warna larutan berubah menjadi
N sampai merah muda. merah muda.
4. Volume NaOH yang digunakan V 1 = 5 ml
dicatat.
V 2 = 12,2 ml
V Titrasi = 7,2 ml
5. Indikator metil orange 0,1% Warna larutan merah bening.
ditambahkan 3 tetes.
6. Larutan dititrasi dengan HCl 0,1 N Warna larutan tidak berubah.
hingga berwarna orange.
7. Volume HCl yang digunakan V 1 = 6,7 ml
dicatat. V 2 = 12,6 ml
V Titrasi = 5,9 ml
Tabel 3. 2. Alkalinitas

No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan


1. Sampel limbah diambil sebanyak 10 ml, warna larutan putih keruh.
10 ml.
2. Indikator fenolftalein diambil 5 Warna larutan bening.
tetes.
3. Larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 Warna larutan menjadi ungu.
N sampai merah muda.
4. Volume NaOH yang digunakan V 1 = 12,3 ml
dicatat. V 2 = 13,9 ml
V Titrasi = 3,8 ml
5. Larutan dititrasi dengan HCl 0,1 N Warna larutan tidak berubah.
hingga tidak berwarna.
6. Volume HCl yang digunakan V 1 = 2,8 ml
dicatat V 2 = 5,1 ml
V Titrasi = 2,3 ml
7. Indikator metil orange ditambahkan Warna larutan berubah menjadi
3-5 tetes. orange.
8. Larutan dititrasi dengan HCl 0,1 N Warna larutan menjadi merah
hingga orange. muda.
9. Volume HCl yang digunakan V 1 = 2,1 ml
dicatat. V 2 = 12,7 ml
V Titrasi = 10,6 ml

Tabel 4. Pengukuran Asidi Alkalinitas Berdasarkan SNI 06-2422-


1991
Tabel 4.1. Asiditas Metil Orange (pH air < 4,3)

No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan


1. Sampel air dimasukkan sebanyak 10 ml, warna larutan putih keruh.
10 ml.
2. Indikator metil orange ditambahkan Warna larutan menjadi orange tua.
3 tetes.
3. Larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 Warna larutan orange pekat.
N sampai warna orange.
4. Larutan NaOH yang digunakan V 1 = 1,6 ml
dicatat. V 2 = 3,8 ml
V Titrasi = 2,2 ml
Tabel 4.2. Asiditas Total (pH air < 8,7)

No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan


1. Sampel air dimasukkan sebanyak 10 ml, warna larutan putih keruh.
10 ml.
2. Indikator fenolftalein ditambahkan Tidak terjadi perubahan warna.
2 tetes.
3. Larutan dititrasi dengan NaOH 0,1 Warna larutan ungu bening.
N sampai merah muda.

Lanjutan Tabel 4.2. Asiditas Total (pH air < 8,7)

No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan


4. Larutan NaOH yang digunakan V 1 = 3,8 ml
dicatat. V 2 = 5,4 ml
V Titrasi = 1,6 ml

Tabel 4.3. Alkalinitas PHenolpHtalein

No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan


1. Sampel air dimasukkan sebanyak 10 ml, warna larutan putih keruh.
10 ml.
2. Indikator fenolftalein ditambahkan Warna larutan tak berubah.
4 tetes.
3. Larutan dititrasi dengan HCl 0,1 N Warna larutan merah muda bening.
sampai merah muda.
4. Larutan HCl yang digunakan V 1 = 3,8 ml
dicatat. V 2 = 5,4 ml
V Titrasi = 1,6 ml

Tabel 4.4 Alkalinitas Total

No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan


1. Sampel air dimasukkan sebanyak 10 ml, warna larutan putih keruh.
10 ml.
2. Indikator fenolftalein ditambahkan Warna larutan tak berubah
4 tetes.
3. Larutan dititrasi dengan HCl 0,1 N Warna larutan merah.
sampai merah muda.
4. Larutan HCl yang digunakan V 1 = 3,8 ml
dicatat. V 2 = 5,4 ml
V Titrasi = 1,6 ml

Perhitungan:
1. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
Diketahui : Vasam oksalat = 10 mL
VNaOH = 14 mL
Nasam oksalat = 0,1 N
Ditanya : NNaOH ?
Jawab :
( N x V)NaOH = (N x V)asam oksalat
(NNaOH x 14 mL) = (0,1 N x 10 mL)
0,1 N x 10 mL
NNaOH =
14 mL
= 0,071 N
2. Standarisasi Larutan HCl 0,1 N
Diketahui : Vnatrium tetra borat = 10 mL
VHCl = 6,3 mL
Nnatirum tetra borat = 0,1 N
Ditanya : NHCl?
Jawab :
(N x V)HCl = (N x V)natrium tetra borat
(NHCl x 6,3 mL) = (0,1 N x 10 mL)
0,1 N x 10 mL
NHCl =
6,3 mL
= 0,159 N
3. Perhitungan Asiditas
Diketahui : VNaOH (p) = 7,2 mL
VHCl (m) = 5,9 mL
Vsampel = 10 mL
NNaOH = 0,071
NHCl = 0,159
Ditanya : Kandungan air?
Jawab :
1000
OH- = x (7,2 mL−5,9 mL) x 0,159 N x 17
10
= 100 x 1,3 mL x 0,159 N x 17
= 351,39 mg/L
1000
CO32- = × (p-m) × NHCl × 60
V Sampel
= 100 × 1,3 mL × 0,159 N × 60
= 1.240,2 mg/L
4. Perhitungan Alkalinitas
Diketahui : VHCl (p) = 2,3 mL
VNaOH (m) = 1,8 mL
Vsampel = 10 mL
NNaOH = 0,071 N
NHCl = 0,159 N
Ditanya : Kandungan air?
Jawab :
1000 44
CO2 = × 2p × N NaOH ×
10 mL 2
= 100 × 2(1,8 mL) × 0,071 N × 22
= 100 × 3,6 mL × 0,071 N × 22
= 562,32 mg/L
1000
HCO3- = × ((m × N HCl) – (p × N NaOH)) × 60
V sampel
1000
= × ((2,3 mL × 0,159 N) – (1,8 mL × 0,071 N)) × 60
10
= 100 × ((0,3657) – (0,1278)) × 60
= 100 × 0,2379 × 60
= 1.427,4 mg/L
5. Asiditas Metil Orange
Diketahui : Vtitrai = 2,2 mL
Vsampel = 10 mL
Ntitrasi = 0,1
Ditanya : Asiditas metil orange?
Jawab :
1000 Vsampel
= x Vtitrasi x Ntitrasi x
Vsampel 2
10
= 100 mL x 2,2 mL x 0,1 mL x
2
= 100 x 0,22 x 5
= 110
6. Asiditas Total
Diketahui : Vtitrasi = 1,6 mL
Vsampel = 10 mL
Ntitrasi = 0,1
Ditanya : Asiditas Total?
Jawab :
1000 Vsampel
= x VNaOH x NNaOH x
Vsampel 2
10
= 100 mL x 1,6 mL x 0,1 mL x
2
= 100 x 0,16 x 5
= 80
7. Pengukuran alkalinitas fenolftalein
Diketahui : Vawal HCl = 0,3 mL
Vakhir HCl = 2,4 mL
Vtitrasi HCl = 2,1 mL
NNaOH = 0,071
Ditanya : Alkalinitas fenolftalein?
Jawab :
1000 Vsampel
= x Vtitrasi x Ntitrasi x
Vsampel 2
10
= 100 mL x 2,1 mL x 0,1 mL x
2
= 100 x 0,21 x 5
= 105
8. Pengukuran Alkalinitas Total
Diketahui : Vawal HCl = 2,4 mL
Vakhir HCl = 5,3 mL
Vtitrasi HCl = 2,9 mL
VHCl = 6,3 mL
NNaOH = 0,1 N
Ditanya : Alkalinitas Total?
Jawab :
1000 Vsampel
= x Vtitrasi x Ntitrasi x
Vsampel 2
10
= 100 mL x 2,9 mL x 0,1 N x
2
= 100 x 0,29 x 5
= 145
B. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar dari asidi alkali
pada suatu sampel air. Asiditas (keasaman) adalah banyaknya basa
yang diperlukan untuk menetralkan asam dalam air. Asiditas pada
sistem air alami adalah kapasitas air untuk menetralisir OH −¿¿. Air
asam biasanya tidak diperhitungkan, kecuali untuk kasus polusi berat.
Asiditas merupakan hasil dari adanya asam lemah dalam air akan
bereaksi dengan ion hidrogen sehingga menurunkan kemasaman dan
menaikkan pH (Basset, 1994).
Air di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pendorong
kotoran yang ada di dalam tubuh. Apabila air bersifat asam maka air
tersebut tidak dapat kita minum dan kita gunakan untuk keperluan
sehari-hari. Air normal memiliki pH 6,5 sampai 8. Apabila suatu
daerah airnya asam maka akan terjadi hujan asam yang dapat merusak
lingkungan hidup. Hal ini dapat dicegah dengan pembuangan limbah
ke tempatnya juga dengan pola hidup sehat (Yazid dkk, 2018).
Pada saat melakukan percobaan, beberapa diproses titrasi gagal
yang mengakibatkan perubahan warna tidak sesuai dengan ketentuan
yang ada. Ini terjadi saat penambahan indikator fenolftalein, karena
indikator fenolftalein tidak akan berubah warna jika ditambahkan pada
larutan yang sifatnya asam atau netral. Jika ditambahkan ke dalam
larutan bersifat basa maka akan terjadi perubahan warna larutan.
Standarisasi larutan NaOH 0,1 N dilakukan dengan
menggunakan asam oksalat 0,1 N sebanyak 10 mL yang kemudian
ditambahkan 4 tetes indikator PP 0,1%. Larutan berubah warna setelah
ditetesi oleh indikator PP tadi menjadi warna bening. Larutan
kemudian dititrasi dengan larutan NaOH. Larutan setelah dititrasi
berubah warna menjadi merah muda. Larutan NaOH yang terpakai
saat titrasi diketahui sebanyak 0,6 ml. penampahan indikator PP pada
percobaan ini yaitu untuk mengetahui terjadinya suatu titik ekuivalen
dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan warna pada
larutan. Larutan NaOH yang terpakai selama proses titrasi sebanyak
14 mL.
Standarisasi larutan HCl 0,1 N menggunakan natrium borat 0,1
N sebanyak 10 mL yang kemudain ditambahkan dengan indikator
metil orange menjadi berwarna orange muda karena natrium borat
bersifat basa. Larutan kemudian dititrasi dengan HCl yang kemudian
warnanya berubah menjadi orange. Volume titrasi HCl yang diperoleh
sebanyak 1,8 mL. Fungsi penambahan indikator metil orange yaitu
untuk menandai titik ekuivalen titrasi yang ditandai dengan perubahan
warna larutan menjadi orange. Warna ini dikarenakan adanya ion H +¿¿
dari HCl yang bereaksi dengan indikator metil orange. Larutan HCl
yang terpakai selama proses titrasi terhitung sebanyak 6,3 mL.
Pengukuran asiditas pada 10 mL limbah industri dalam hal ini
limbah industri laudry ditetesi 5 tetes indikator fenolftalein. Larutan
kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N warna menjadi merah
muda. Penambahan indikator kembali dilakukan yaitu menambahkan
indikator metil orange 0,1 % sebanyak 3 tetes, warna berubah menjadi
merah. Larutan kemudian dititrasi kembali dengan HCl 0,1 N, yang
mana warna larutan tidak berubah. Volume titrasi HCl yang terhitung
sebanyak 0,2 mL.
Pengukuran alkalinitas dengan menitrasi NaOH 0,1 N sampai
cairan berwarna merah muda. Volume titrasi NaOH yang digunakan
sebanyak 1,8 mL. Penambahan indikator dilakukan yaitu dengan
menambahkan indikator metil orange sebanyak 3 tetes dan warna
larutan berubah menjadi orange muda. Larutan kembali dititrasi
dengan HCl 0,1 N sampai berubah warna menjadi merah muda.
Volume titrasi HCl yang digunakan sebanyak 10,6 mL.
Pengukuran Asidi Alkalinitas Berdasarkan SNI 06-2422-1991
a. Asiditas metil orange (pH air < 4,3)
Sampel limbah industri yaitu limbah laundri yang diambil
sebanyak 10 mL. Larutan kemudian ditambahkan dengan
indikator metil orange sebanyak 3 tetes, dan dititrasi dengan
larutan NaOH 0,1 N sampai berwarna orange tua. Didapatkan
volume titrasi NaOH sebanyak 2,2 mL. Asiditas metil orange
pada percobaan ini merupakan suatu penambahan basa untuk
menetralkan basa sampai pH air ± 4,3.
b. Asiditas total (pH air < 8,3)
Sampel limbah laundri diambil sebanyak 10 mL yang
kemudian ditambahkan indikator PP sebanyak 2 tetes. Kemudian
larutan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga warna larutan
berubah menjadi ungu bening. Dan volume titrasi NaOH
didapatkan sebanyak 1,6 mL. Asiditas total pada perubahan ini
ditentukan oleh titrasi dengan basa mencapai titik akhir
fenolftalein.
c. Alkalinitas fenolftalein
Sampel limbah industri diambil sebanyak 10 mL yang
kemudian ditambahkan sebanyak 4 tetes indikator fenolftalein.
Kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga warna
larutan menjadi merah muda bening. Volume titrasi NaOH yang
terhitung sebanyak 2,1 mL.
d. Alkalinitas total
Sampel limbah industri digunakan sebanyak 10 mL,
kemudian ditambahkan 4 tetes indikator fenolftalein. Warna
larutan berubah tidak berubah. Larutan kemudian dititrasi dengan
larutan NaOH 0,1 N dengan perubahan warna menjadi merah.
Volume NaOH yang digunakan pada proses titrasi terhitung
sebanyak 15,5 mL.
VI. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah asiditas
adalah kapasitas air untuk meneteralkan basa, sedangkan alkalinitas adalah
kapasitas air untuk menetralkan asam. Fungsi penambahan indikator
fenolftalein dan indikator metil orange adalah untuk mengetahui terjadinya
suatu titik ekuivalen dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan
warna.

DAFTAR PUSTAKA

Basset, J., R. C. Dennrey, G. H. Jeffrey & J. Mendham. 1994. Buku Ajar Vogel:
Kimia Analitik Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.
Izhar, M. 2018. Pengantar Pengendalian Pencemaran (Pencemaran Air,
Pencemaran Udara, dan Kebisingan). Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Sushi, J., Mohit, C. & Chintaman, K. (2019). Titrimetric Analysis of Acelofenec
Sodium by using Mixed Solvency. International Journal of Trend in
Scientific Research and Development (IJTSRD), Vol 3.
Turmimomor, F., S, Palilingan, & M. Pungus. 2020. Pengaruh Filtrasi Terhadap
Nilai pH, TDS, Konduktansi dan Suhu Air Suhu Limbah Laundry.
Jurnal Pendidikan Fisika Unima. 1(1): 1-9.
Yazid, E, A., & M. M. Munir. 2018. Potensi Antosianin dari ekstrak Bunga
Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) Sebagai Alternatif Indikator titrasi
Asam-Basa. Jurnal Sains, 8(15): 1-7.

Anda mungkin juga menyukai