Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

BAHASA INDONESIA DENGAN BERBAGAI


RAGAMNYA

Dosen Pembimbing :
Novia Winda, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
1. Ahmad Hafi 6. Muhammad Jibril
2. Endah Mustika 7. Muhammad Risky. R
3. Lazuardy Imani 8. Muhammad Yusreza. R
4. Lutfi Dwiyanti 9. Naila Salsabila
5. Muhammad Hafizh. M

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
ANGKATAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Bahasa Indonesia Dengan Berbagai Ragamnya ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan utama dari ditulisnya makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas yang sudah diberikan oleh Ibu Novia Winda, S.Pd., M.Pd kepada kami
Kelompok 2. Selain tujuan utama di atas ditulisnya makalah ini juga bertujuan
untuk melatih kemampuan kami lagi dalam berbahasa Indonesia yang baik dan
benar khususnya dalam menggunakan berbagai ragam bahasa Indonesia di situasi
yang berbeda.
Dalam penulisan makalah ini kami sangat menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat begitu banyak kekurangan dari cara menulis kami baik dari segi
pemilihan kata (diksi), ejaan, hingga penyajian kalimat. Oleh sebab itu kami
berharap menulis makalah ini dapat menjadi bentuk latihan kami agar dapat
menulis karangan ilmiah lebih baik lagi kedepannya. Selain hal tersebut kami juga
sangat bersyukur sebab berkat adanya tugas makalah berkelompok ini, secara
tidak langsung kami sudah belajar bagaimana cara bekerja sama yang baik antar
anggota kelompok.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................. i


Daftar Isi ...................................................................................................... ii
Daftar Gambar ............................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan Makalah .................................................................... 4
D. Manfaat Penulisan Makalah.................................................................. 4

BAB 2 PEMBAHASAN
A. Penting Atau Tidaknya Bahasa Indonesia ............................................. 5
B. Ragam Lisan Dan Ragam Tulis ............................................................ 7
C. Ragam Baku Dan Ragam Tidak Baku ................................................... 9
D. Ragam Baku Tulis Dam Ragam Baku Lisan ......................................... 11
E. Ragam Sosial Dan Ragam Fungsional................................................... 12
F. Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar ............................................... 13

BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 16
B. Saran .................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pembicaraan antar sesama teman kantor ................................... 2


Gambar 1.2 Ragam bahasa dalam bentuk tulis ............................................ 3

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi Negara Kesatuan Republik
Indonesia tercantum dalam ketentuan Bab XV Pasal 36 UUD 1945 tentang
Bendera, Bahasa, Lagu Kebangsaan, dan Lambang Negara. Selain sebagai
bahasa resmi, Bahasa Indonesia juga dianggap sebagai bahasa pemersatu bangsa
karena Indonesia yang sangat kaya akan budaya. Hal ini menunjukkan bahwa
Bahasa Indonesia mengambil peran yang sangat penting dalam membentuk
identitas nasional dari bangsa itu sendiri.
Dilansir dari laman kompasiana.com yang mengutip sejarah singkat
lahirnya Bahasa Indonesia berdasarkan situs Kementrian Pendidikan Dan
Kebudayaan (Kemendikbud), Bahasa Indonesia lahir sejak tanggal 28 Oktober
1928. Lalu pada tahun yang sama Bahasa Indonesia juga ditetapkan sebagai
bahasa nasional. Baru kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Bahasa Indonesia
resmi dijadikan sebagai bahasa negara tepatnya pada sidang pertama PPKI
(Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Dalam kehidupan sehari-hari bahasa lisan bersifat sangat komunikatif
karena merupakan bentuk komunikasi yang paling mudah dan umum dilakukan
bagi sebagian besar orang. Lain halnya dengan bahasa tubuh ataupun bahasa
isyarat yang hanya dapat dimengerti oleh sebagian kecil orang dengan
kemampuan khusus. Begitu juga dengan Bahasa Indonesia yang digunakan
sebagai alat komunikasi utama oleh masyarakat dengan latar belakang budaya
yang berbeda-beda. Dengan Bahasa Indonesia masyarakat yang berasal dari
budaya Jawa dapat berkomunikasi dan menangkap informasi dengan baik
meskipun tengah berbincang dengan orang yang berasal dari budaya Batak. Hal
tersebut semakin menambah fungsi Bahasa Indonesia selain hanya sebagai bahasa
nasional saja.
Selama penerapannya dalam kehidupan sehari-hari Bahasa Indonesia
sering mengalami sedikit perubahan baik dari segi pengucapan, intonasi, hingga

1
pemilihan kata (diksi) yang menyebabkannya memiliki lebih dari satu variasi
Bahasa Indonesia. Beragam situasi yang berbeda memungkinkan seseorang akan
menyesuaikan variasi bahasa yanng akan digunakannya. Sebagai contoh, bahasa
yang digunakan antar teman-teman sebaya pastilah berbeda dengan bahasa yang
digunakan saat berbicara dengan orang yang lebih tua. Contoh lain seperti bahasa
yang digunakan bersama supir bus sudah pasti berbeda dengan bahasa yang akan
digunakan saat berhadapan dengan atasan di kantor. Faktor-faktor yang
menyebabkan lahirnya beragam variasi bahasa antara lain yaitu pelaku yang
terlibat dalam pembicaraan (pembicara dan pendengar), topik pembicaraan, serta
situasi saat berlangsungnya dialog. Untuk menunjuk salah satu jenis variasi dari
bahasa tersebut maka digunakanlah istilah Ragam Bahasa.

Gambar 1.1 Pembicaraan antar sesama teman kantor


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ragam bahasa berasal
dari dua suku kata yakni ragam yang berarti macam atau jenis dan bahasa yang
berarti berinteraksi atau percakapan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ragam
bahasa merupakan jenis atau macam dari pemakaian bahasa yang muncul sebagai
bentuk dari adanya variasi bahasa. Ragam bahasa ini biasanya muncul dan
menyesuaikan dengan situasi serta posisi si pelaku pembicara dalam pembicaraan
tersebut, sehingga tidak akan terjadi penyalahan dalam menangkap maksud dan
gagasan antar pelaku pembicara. Ragam bahasa itu sendiri biasanya ada yang di

2
selingi dengan perubahan intonasi yang kuat disertai dengan ekspresi wajah yang
jelas, sehingga dapat dikatakan juga jika pemakaian ragam bahasa pada situasi
yang tepat dapat membantu seseorang untuk menyampaikan keadaan emosi yang
sedang ia rasakan melalui bahasa lisan yang diucapkan.
Berdasarkan cara penyampaiannya ragam bahasa dapat dikelompokkan
menjadi dua jenis yaitu ragam lisan dan ragam tulis. Ragam lisan merupakan
ragam bahasa yang diungkapkan secara lisan dan biasanya didukung oleh intonasi
yang lengkap serta ekspresi wajah sebagai bentuk penggambaran dari emosional
si pelaku pembicara. Sementara ragam tulis adalah bentuk dari ragam bahasa yang
di tuangkan dalam bahasa tulis, dan biasanya dalam penerapannya ragam bahasa
tulis memiliki sruktur kalimat dan bahasa yang lebih teratur dan kompleks.

Gambar 1.2 Ragam bahasa dalam bentuk tulis

B. Identifikasi Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang tertulis di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Seberapa pentingnya Bahasa Indonesia dalam kehidupan sosial?
2. Apa yang dimaksud dengan ragam bahasa?
3. Apa sajakah jenis-jenis dari ragam bahasa?
4. Bagaimana bentuk penerapan ragam bahasa dalam berbagai situasi berbeda?
5. Bagaimana menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar?

3
C. Tujuan Penulisan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, adapun
tujuan dari penulisan makalah berjudul Bahasa Indonesia Dengan Berbagai
Ragamnya ini, antara lain yaitu:
1. Menginformasikan secara tidak langsung kepada teman-teman sekalian
mengenai pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Menambah wawasan serta pengetahuan kepada teman-teman yang membaca
makalah ini tentang jenis-jenis ragam bahasa serta penerapannya dalam situasi
yang tepat.
3. Memberikan contoh yang benar dalam penerapan ragam bahasa pada berbagai
situasi yang berbeda.
4. Memenuhi kewajiban tugas yang telah diberikan.

D. Manfaat Penulisan Makalah


Setelah merampungkan karangan ilmiah ini, beberapa manfaat tersendiri
yang dapat kami rasakan antara lain yaitu bertambahnya pengetahuan serta
wawasan kami dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar, mempertajam
skill kami lagi di bidang kepenulisan khususnya penulisan karya ilmiah, melatih
untuk berfikir kritis (critical thingking) terhadap suatu pokok masalah, serta
melatih kecermatan kami dalam memilih sumber rujukan yang benar.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Penting atau Tidaknya Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang penting bagi bangsa Indonesia
karena berfungsi sebagai pemersatu antarsuku yang ada di wilayah Indonesia.
Dalam ikrar Sumpah Pemuda 1928, butir ketiga berbunyi “Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Sumber lain yang
mendukung pentingnya bahasa Indonesia di negeri ini adalah UUD 1945, bab XV,
pasal 36 yang berbunyi ”Bahasa negara adalah bahasa Indonesia”.
Ikrar sumpah pemuda yang ketiga tersebut membuktikan bahwa
pengakuan menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia, yang memiliki
fungsi yang luar biasa dalam mengembangkan kepribadian dan karakter bangsa.
Fungsi tersebut menegaskan bahwa setiap warga negara Indonesia senantiasa
berkepribadian, berkarakter, berperilaku, dan berbudi bahasa khas Indonesia.
Dampaknya, persatuan para pemuda yang terpisah-pisah dalam suatu organisasi
pemuda yang bersifat kedaerahan menyatakan tekad yang bulat untuk bersatu
sebagai pemuda Indonesia dan menggunakan bahasa Indonesia dalam setiap
komunikasi nasional. Kini, bahasa Indonesia berfungsi efektif sebagai bahasa
persatuan bangsa Indonesia.
Banyak pihak mengakui Bahasa Indonesia sebagai lambang dan identitas
bangsa belum secara nyata dapat dijadikan sebagai perekat kesatuan dan persatuan
nasional. Bahasa adalah jantung kebudayaan. Oleh karena itu, merawat Bahasa
Indonesia merupakan sebuah keharusan bangsa Indonesia. Jika tidak, kebudayaan
akan lemah dan tak punya arah. Bahasa Indonesia sangat kaya dengan berbagai
ungkapan dan petuah luhur yang tetap aktual serta relevan dengan kondisi
Indonesia.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional Republik Indonesia
mempunyai fungsi yang khusus sesuai dengan kepentingan bahasa Indonesia,
yaitu:

5
1. Sebagai bahasa resmi, maksudnya Bahasa Indonesia merupakan alat untuk
menjalankan administrasi negara. Fungsi itu jelas tampak dalam surat-
menyurat resmi, peraturan-peraturan, undang-undang, pidato, dan pertemuan-
pertemuan resmi.
2. Sebagai bahasa persatuan, maksudnya Bahasa Indonesia memrupakan alat
untuk mempersatu berbagai suku di Indonesia. Indonesia terdiri dari berbagai
macam suku yang masing-masing memiliki bahasa dan dialeknya sendiri.
Maka, dalam mengintegrasikan semua suku tersebut, bahasa Indonesia
memainkan peranan yang penting.
3. Sebagai bahasa kebudayaan, maksudnya bahwa dalam pembinaan kebudayaan
Nasional, Bahasa Indonesia berperan sebagai wadah penampung kebudayaan.
Segala ilmu pengetahuan dan kebudayaan harus diajarkan dan diperdalam
dengan menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat pengantarnya.
Bahasa Indonesia juga dapat berfungsi sebagai penunjang perkembangan
bahasa dan sastra Indonesia atau alat untuk menyampaikan gagasan yang
mendukung pembangunan Indonesia atau pengungkap pikiran, sikap, dan nilai-
nilai yang berada dalam bingkai keindonesiaan. Bahasa Indonesia dapat
digunakan sebagai alat komunikasi politik, sosial, dan budaya yang selanjutnya
akan memberi sumbangan yang signifikan untuk membangun paradigma baru
pembangunan yang berjiwa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik
dan benar secara sadar akan membentuk karakter-karakter positif. Menteri Akbar
Tanjung telah menguraikan secara rinci pada Kongres Bahasa Indonesia V, 1988,
yaitu sebagai berikut:
1. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar secara sadar berarti
membiasakan diri untuk berdisiplin.
2. Kecintaan terhadap bahasa Indonesia merupakan salah satu bentuk
nasionalisme dan patriotisme yang perlu ditumbuhkan dalam mengarungi arus
modernisasi.
3. Pemakaian dan kemampuan berbahasa Indonesia akan memperkokoh
kepribadian, yang pada gilirannya menjadi pertahanan dalam menghadapi
persaingan global.

6
4. Pembiasaan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan
membawa ke dunia budaya tulis yang sempurna yang merupakan bekal utama
untuk menguasai ilmu dan teknologi. (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1990: 165).

B. Ragam Lisan dan Ragam Tulis


Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui lisan dengan
intonasi lengkap, yang tidak seluruhnya dapat dilukiskan dalam bahasa tulis.
Ragam lisan dibantu oleh situasi, ekspresi dan gerak ataupun isyarat. Ragam lisan
yang dipergunakan di dalam lingkungan keluarga berlainan dengan ragam ragam
bahasa yang dipakai di dalam rapat, di dalam berpidato atau di dalam berceramah.
Perbedaan ragam itu ditentukan oleh suasana atau lingkungan pemakaian bahasa,
isi tuturan dan penuturnya. Ragam lisan yang baku diperlukan ketika kita bertutur
dalam suasana lingkungan yang resmi.
Contoh ragam lisan, yakni meliputi hal-hal berikut ini.
1. Ragam bahasa cakapan.
2. Ragam bahasa pidato.
3. Ragam bahasa kuliah.
4. Ragam bahasa panggung.
Ciri-ciri ragam lisan, yakni seperti di bawah ini.
1. Memerlukan kehadiran orang lain.
2. Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap.
3. Terikat ruang dan waktu.
4. Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Kelebihan dari ragam bahasa lisan antara lain yaitu:
1. Dapat disesuaikan dengan situasi.
2. Faktor efisiensi.
3. Faktor kejelasan.
4. Faktor kecepatan.
5. Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian
bahasa yang dituturkan oleh penutur.

7
6. Penggunaan bahasa lisan bisa berdasarkan pengetahuan serta penalsiran dari
informasi audit, visual dan kognitif sang penutur.

Kelemahan ragam lisan yakni seperti di bawah ini.


1. Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat
frase-frase sederhana.
2. Penutur sering mengulangi beberapa kalimat.
3. Tidak semua orang bisa melafalkan bahasa lisan dengan benar.
4. Aturan-aturan bahasa yang dilakukan tidak formal.
Ragam tulis adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui tulisan, dan
kejelasan maksud kalimat ditentukan oleh kelengkapan struktur kalimat. Ragam
tulis mengenal huruf kapital, huruf miring, tanda kutip, tanda petik, paragraf yang
tidak ada padanannya dalam bahasa lisan. Ragam tulis cenderung lebih cermat
dan fungsi-fungsi gramatika lebih eksplisit. Hal ini dilatarbelakangi oleh:
1. Tidak adanya kontak langsung yang memungkinkan adanya pengulangan.
2. Tidak adanya pendukung pemahaman.
Bentuk ragam bahasa yang berupa ekspresi dan gerak atau isyarat. Contoh ragam
tulis yakni meliputi hal-hal di bawah ini.
1. Ragam bahasa undang-undang.
2. Ragam bahasa catatan.
3. Ragam bahasa surat.
Ciri-ciri ragam tulis adalah sebagai berikut.
1. Tidak memerlukan kehadiran orang lain.
2. Adanya unsur gramatikal (hubungan antar unsur-unsur bahasa dalam satuan
yang lebih besar) yang dinyatakan secara lengkap.
3. Tidak terikat oleh ruang dan waktu.
4. Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Kelebihan ragam tulis yakni sebagai berikut.
1. Informasi yang disajikan bisa dipilih oleh sang penulis untuk dikemas
menjadi media atau materi yang lebih menarik dan menyenangkan.
2. Umumnya memiliki kedekatan antara budaya dengan kehidupan
masyarakatnya.
3. Sebagai sarana untuk memperkaya kosakata.

8
4. Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud/tujuan, memberikan
informasi, serta dapat mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu
meningkatkan wawasan si pembaca.
Kelemahan ragam tulis yakni sebagi berikut:
1. Alat atau sarana yang dapat memperjelas pengertian seperti bahasa lisan
tidak ada.
2. Akibatnya bahasa tulis pun harus disusun lebih sempurna.
3. Tidak mampu menyajikan berita secara lugas dan jujur.
4. Hal yang tidak ada dalam bahasa tulis pun tidak dapat diperjelas.

C . Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku


Mungkin semua orang sering sekali mendengar istilah kata baku. Akan
tetapi tidak semua orang tahu definisi dan hal-hal yang berkaitan dengan kata
baku dan kata tidak baku. Kata baku merupakan sebuah kata yang digunakan
sudah sesuai dengan pedoman atau kaidah bahasa yang sudah ditentukan. Dalam
KBBI Edisi Keempat disebutkan pengertian baku adalah pokok, utama; tolok ukur
yang berlaku untuk kuantitas dan kualitas yang ditetapkan berdasarkan
kesepakatan; standar (Setiawati, Sulis, 2016:48). Sementara menurut Kosasih dan
Hermawan (2012:83) kata baku adalah kata yang diucapkan atau ditulis oleh
seseorang sesuai dengan kaidah atau pedoman yang dibakukan. Kaidah standar
yang dimaksud dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, dan kamus.
Kata baku umumnya sering dipakai pada kalimat resmi atau ragam bahasa
baku, baik itu melalui lisan ataupun tulisan. Kata baku dalam bahasa Indonesia ini
juga memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, baik secara lisan maupun tulisan,
kata baku digunakan dalam situasi resmi, seperti surat menyurat dinas, perundang-
undangan, karangan ilmiah, laporan penelitian dan lainnya. Ragam bahasa baku
tidak diwarnai atau dicampuri oleh dialek atau logat tertentu. Kedua, baik secara
lisan maupun tulisan, kata baku menggunakan ketentuan-ketentuan yang berlaku
dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Ketiga, baik secara lisan maupun
tulisan, ragam baku memenuhi fungsi gramatikal seperti subjek, predikat, dan
objek secara eksplisit dan lengkap (Sugihastuti & Siti Saudah, 2018:17-18).
Bedasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kata baku adalah

9
kata-kata yang lazim digunakan dalam situasi formal atau resmi yang
penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang dibakukan. Baku tidaknya sebuah
kata dapat dilihat dari segi lafal, ejaan, gramatika, dan kenasionalan saat
diucapkan atau ditulis (Chaer, 2011:131).
Ragam baku atau standar ialah salah satu di antara beberapa dialek suatu
bahasa yang dipilih dan ditetapkan sebagai bahasa resmi, yang digunakan dalam
semua keperluan resmi. Sebenarnya ada dua macam ragam bahasa baku yaitu
bahasa baku lisan dan bahsa baku tulisan. Adakalanya bahasa baku lisan suatu
bahasa tidak sama dengan bahasa baku tulisnya (Badudu, 1992). Dalam bahasa
Indonesia, misalnya, dijumpai struktur kalimat sebagai berikut.
a. Saya akan membeli buku itu.
b. Akan saya beli buku itu.
c. Buku itu akan saya beli.
d. Saya akan beli buku itu.
e. Buku itu saya akan beli.
Dalam ragam tulisan bahasa Indonesia, struktur yang baku hanyalah
kalimat a, b, dan c. Kalimat d dan e tidak tergolong dalam kalimat baku. Akan
tetapi, kalimat d dan e adalah kalimat baku dalam bahasa lisan.
Ciri bahasa baku sebagaimana dikemukakan Meoliono (1988) adalah a)
mempunyai kemantapan dinamis, artinya kaidah bahasa itu bersifat tetap dan
tidak berubah setiap saat, b) sifat kecendekiaanya, artinya perwujudan satuan
bahasa yang mengungkapkan penalaran yang teratur dan logis, dan c) adanya
proses penyeragaman kaidah bukan penyamaan ragam bahasa, atau penyeragaman
variasi bahasa.
Tradisi baku dalam bahasa Indonesia adalah bahasa tulis. Berbahasa lisan
yang baku dalam kegiatan resmi ialah berbahasa seperti bentuk dan susunan
bahasa tulis. Aturan bahasa baku tulis itulah yang dituliskan dalam buku-buku tata
bahasa. Menyimpang dari aturan itu disebut tidak baku atau nonbaku.
Pemilihan kata-kata pun demikian. Ada kata yang dianggap hanya sebagai
kata yang digunakan dalam bahasa lisan. Dalam bahasa tulis, kata-kata itu
dianggap nonbaku, misalnya:kata bikin sebagai sinonim kata buat, kata kenapa
sebagai sinonim kata mengapa atau apa sebab, kata bilang dalam frasa dia bilang

10
yang berarti katanya sama dengan akan [nonbaku] karena mau dalam bahasa
resmi searti dengan ingin, suka.
1. Kamu jangan bikin ribut disini.
2. Kenapa anak itu menangis?
3. Apa dia bilang tadi?
4. Kabarnya Sukabumi mau ditanami kopi.
Semua kalimat di atas dianggap kalimat non baku. Kalimat seperti itu
hanya diucapkan dalam situasi tidak resmi. Dalam bahasa resmi baku, ejaan kata
sudah pasti seperti yang terdapapat dalam kamus. Jika sepatah kata dituliskan lain
dari itu, ejaan kata itu dianggap nonbaku. Seseorang yang akan menulis laporan
penelitian, misalnya, harus mengetahui benar mana bentuk yang baku dan mana
yang non baku.
Suatu kata bisa disebut dengan kata tidak baku bila kata yang dipakai tidak
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Ketidakbakuan suatu kata bukan hanya
diakibatkan oleh salah penulisan saja, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh
pengucapan yang salah dan penyusunan suatu kalimat yang tidak benar. Kata
tidak baku ini sering kali muncul dalam kehidupan kita sehari-hari.

D. Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku lisan


Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang
diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian. Oleh karena itu, dalam
penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di
dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur
kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya
ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan
unsur kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun
demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-
unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku
lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam
memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.

11
Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan resmi dalam buku-
buku pelajaran atau buku-buku ilmiah. Ragam baku tulis dapat mengacu pada
buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Pedoman
Umum Pembentukan Istilah, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Ragam baku lisan belum memiliki pedoman seperti ragam baku tulis. Hal
ini terjadi karena sulitnya mencarai lafal yang standar bagi penutur Bahasa
Indonesia yang majemuk. Lafal yang baku untuk sementara ini adalah lafal yang
tidak mencerminkan lafal kedaerahan atau dialek daerahnya.
Baik secara lisan maupun tulisan, ragam baku digunakan dalam situasi
resmi seperti surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan ilmiah,
laporan penelitian, ceramah ilmiah, pidato kenegaraan, pembicaraan dengan
orang-orang yang dihormati atau orang-orang yang belum atau baru saja dikenal,
dan sebagainya. Serta baik secara lisan maupun tulisan, kata baku menggunakan
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
dan memenuhi fungsi gramatikal seperti subjek, predikat, dan objek secara
eksplisit dan lengkap.

E. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional


Ragam sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya
didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil
dalam masyarakat. Misalnya, ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau
persahabatan dua orang yang akrab dapat dikatakan sebagai ragam sosial. Selain
itu, ragam sosial berhubungan pula dengan tinggi atau rendahnya status
kemasyarakatan lingkungan sosial yang bersangkutan.
Ragam fungsional (profesional) adalah ragam bahasa yang dikaitkan
dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam
fungsional juga dikaitkan dengan keresmian keadaan penggunaannya. Ragam
fungsional dapat menjadi bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti
bahasa dalam lingkungan keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.
Perhatikan contoh-contoh berikut.
1. Ragam Keilmuan/Teknologi

12
Komputer adalah mesin pengelola informasi. Berjuta-juta fakta dan bagan
yang berbeda dapat disimpan dalam komputer dan dapat dicari lagi apabila
diperlukan.
2. Ragam Kedokteran
Kita mengenal dua macam diabetes, yaitu diabetes inspidus dan diabetes
mellitus. Diabetes inspidus disebabkan oleh kekurangan hormon antidiuretik
(antidiuretic hormone = ADH) diproduksi oleh kelenjar pituitaria yang berada di
dasar otak sehingga kita mengeluarkan urine terus atau kencing saja. Pada
diabetes mellitus yang kurang adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh
kelenjar pankreas yang berada di bawah hati.
3. Ragam Keagamaan
Tidaklah orang-orang itu menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan
dibangkitkan pada suatu hari yang besar yaitu hari ketika manusia berdiri
menghadap Tuhan semesta alam.

F. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar


Himbauan agar kita menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
selalu terdengar. Sudahkah kita ketahui apakah yang dimaksud dengan Bahasa
Indonesia yang baik dan benar itu?
Adapun yang dimaksud dengan pemakaian bahasa Indonesia dengan baik
dan benar adalah pengunaan yang sesuai dengan fungsi dan situasinya. Seperti
yang diketahui bahwa Bahasa Indonesia mempunyai banyak ragam. Jika
digunakan ragam resmi dalam suasana nonresmi mungkin bahasa yang digunakan
menurut tata bahasa yang baik, tetapi ragamnya tidak tepat. Begitu juga misalnya,
jika dipakai ragam lisan dalam laporan resmi, berkesan janggal. Jadi, bahasa yang
baik dan benar adalah bahasa yang baik menurut tata bahasa dan benar menurut
ragamnya. Dengan mengingat semua itu maka yang dimaksud dengan menguasai
bahasa adalah dapat menggunakan ragam bahasa sesuai dengan fungsi dan
situasinya.
Bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat diartikan sebagai ragam
bahasa yang serasi dengan sasarannya dan disamping itu mengikuti kaidah bahasa
yang betul. Situasi bahasa dalam laporan penelitian adalah situasi pemakaian

13
bahasa yang resmi. Dalam situasi yang resmi semacam ini digunakan bahasa yang
mencerminkan sifat keresmiannya yaitu bahasa yang baku. Jika dalam situasi
semacam ini tidak digunakan bahasa yang baku, bahasa yang digunakan itu dapat
dikatakan tidak baik karena tidak sesuai dengan situasi pemakaiannya.

Untuk dapat berbahasa Indonesia yang baik dan benar harus diperhatikan
situasi pemakaian dan ragam bahasa yang digunakan. Dalam situasi resmi
digunakan bahasa baku, dan sebaliknya dalam situasi tidak resmi tidak seharusnya
digunakan bahasa baku.
Lahirnya konsep bahasa Indonesia yang baik dan benar pada dasarnya
tidak terlepas dari konteks pemakaian bahasa yang beragam-ragam seperti yang
telah disebutkan di atas. Bahasa Indonesia yang baik, dalam hal ini, adalah bahasa
Indonesia yang sopan, yang santun, dan yang tidak bercampur aduk dengan kata-
kata asing atau dialek. Kita tidak bersantun bahasa apabila kita menggunakan kata
mampus alih-alih menggunakan kata meninggal untuk orang tua kita. Bahasa
Indonesia yang benar ialah bahasa Indonesia yang penggunaannya mematuhi
aturan atau kaidah tata bahasa Indonesia dan ejaan bahasa Indonesia yang resmi.
Kita tidak menggunakan bahasa Indonesia yang benar apabila, misalnya, kita
menggunakan kalimat Pembuatan jembatan di sungai itu sesuai tuntutan
keperluan penduduk alih-alih menggunakan kalimat Pembuatan jembatan di
sungai itu sesuai dengan tuntutan keperluan penduduk. Dengan demikian, yang
dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia
yang penggunaannya sesuai dengan situasi pemakainya dan sekaligus sesuai pula
dengan kaidah yang berlaku.
Selanjutnya dicontohkan, kita tahu bahwa situasi dalam rapat, seminar
atau karya ilmiah adalah situasi pemakaian bahasa yang resmi. Dalam situasi yang
resmi semacam itu kita dituntut untuk menggunakan bahasa yang mencerminkan
sifat keresmian, yaitu bahasa yang baku. Jika dalam situasi semacam itu kita tidak
mengguakan bahasa yang baku, misalnya kita menggunakan kata nggak, dibilang,
membikin, dan sejenisnya. Bahasa yang kita gunakan itu dapat dikatakan tidak
baik karena tidak sesuai dengan situasi pemakaiannya. Meskipun demikian,
struktur penempatan kata dibilang benar dari segi morfologi. Atas dasar itu, dapat
kita pahami bahwa pemakaian bahasa tersebut benar, tetapi tidak baik.

14
Contoh lagi ada Bahasa Indonesia yang baik tetapi tidak benar. Misalnya
dalam situasi yang telah disebutkan di atas yaitu situasi yang resmi, kita
menggunakan bahasa seperti Masalah yang saya ingin tanyakan adalah sebagai
berikut. Seluruh kata dalam ungkapan tersebut cocok atau sesuai jika digunakan
dalam situasi resmi, tetapi susunannya tidak benar karena penempatan bentuk
pasif personannya, yaitu saya dan tanyakan, diselangi oleh kata lain, yakni ingin,
sehingga menjadi seperti berikut.
1. Ingin saya tanyakan bukan saya ingin tanyakan.
2. Akan kami laporkan bukan kami akan laporkan.
3. Dapat kita setujui bukan kita tidak dapat setujui.
4. Tidak dia sukai bukan dia tidak sukai.
Berdasarkan keterangan tersebut, dapat dikatakan bahwa penggunaan
bahasa seperti pada kalimat, Masalah yang saya ingin tanyakan adalah sebagai
berikut merupakan kalimat (bahasa) yang baik, tetapi tidak benar. Agar menjadi
benar, susunan kalimat itu seharusnya Masalah yang ingin saya tanyakan adalah
sebagai berikut.
Untuk dapat berbahasa Indonesia yang baik dan benar, kita harus
memperhatikan situasi pemakaian dan kaidah yang digunakan. Dalam situasi yang
resmi kita harus dapat menggunakan Bahasa Indonesia yang dapat mencerminkan
sifat keresmian, yaitu menggunakan bahasa yang baku, sebaliknya dalam situasi
yang tidak resmi kita tidak seharusnya menggunakan bahasa yang baku. Bahasa
yang digunakan dalam situasi yang tidak resmi itu adalah bahasa yang cocok atau
sesuai dengan situasi itu.
Atas dasar konsep tersebut diperoleh suatu kejelasan bahwa yang
dimaksud dengan Bahasa Indonesia yang baik belum tentu merupakan Bahasa
Indonesia yang benar, sebaliknya Bahasa Indonesia yang benar juga belum tentu
merupakan bahasa Indonesia yang baik karena semua itu bergantung pada situasi
pemakaian dan kaidah yang berlaku.

15
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-
beda menurut topik yang dibicarakan, orang yang dibicarakan, serta menurut
media pembicaraan. Dalam konteks ini ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan
tulisan.
Ragam baku dan Tidak baku, yaitu Ragam baku adalah ragam yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya
sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam
penggunaannya. Ragam tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan
ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.
Pada ragam bahasa baku tulis diharapkan para penulis mampu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta menggunakan ejaan
bahasa yang telah disempurnakan (EYD), sedangkan ragam bahasa lisan
diharapkan para warga Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa
dengan baik serta bertutur kata sopan sebagai pedoman yang ada.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan bagi
mahasiswa dan pihak lain dalam proses memahami lebih dalam mengenai kaidah-
kaidah bahasa Indonesia yang benar, yang terpenting adalah tentang betapa
pentingnya bahasa bagi suatu negara, serta semoga tidak hanya berhenti sampai
disini saja perjuangan kita dalam membudayakan berbahasa, khususnya bahasa
Indonesia secara benar.

16
DAFTAR PUSAKA

Devianty, Rina. (2017). Bahasa Sebagai Cermin Kebudayaan | Devianty. Bahasa


Sebagai Cermin Kebudayaan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sumatra Utara bekerja sama dengan HS-PAI Sumatra Utara. 24(2).
http://repository.uinsu.ac.id/6372/1/Jurnal%20Ijtimaiyah-ok.pdf. Diakses
pada 27 Agustus 2021, dari Univeritas Islam Nasional Sumatra Utara.

Jamilah. (2017). Penggunaan Bahasa Baku Dalam Karya Ilmiah Mahasiswa |


Jamilah. Penggunaan bahasa baku dalam karya ilmiah.universitas
Terbuka Banjarmasin. 6(2), 45-51. https://jurnal.uin-
antasari.ac.id/index.php/jtjik/article/view/1603/1434. Diakses pada 28
Agustus dari Universitas Terbuka Banjarmasin.

Ningrum, setya via. Penggunaan Kata Baku Dan Tidak Baku Di Kalangan
Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta,
Ningrum. Penggunaan Kata Baku Dan Tidak Baku Di Kalangan
Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta. 5(2).
https://journal.upy.ac.id/index.php/skripta/article/view/398/425. Diakses
pada 28 Agustus 2021 dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta.

Saragih, Desi Karolina. (2017). Bahasa dan Ragam Bahasa Pada Pendidikan Anak
Sekolah. Bahasa dan Ragam Bahasa Pada Pendidikan Anak Sekolah. Prodi
Sastra Indonesia Universitas Pamulang. 6(2).
http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/Paradigma/article/view/1617/13
40. Diakses Pada 28 Agustus 2021 Dari Universitas Pamulang.

Sugihastuti. (1996). Bahasa Baku: Bahasa Laporan Penelitian | Sugihastuti |


Humaniora. Bahasa Baku: Bahasa Laporan Penelitian. (3).
https://jurnal.ugm.ac.id/index.php/jurnal-

17
humaniora/article/view/1950/1754. Diakses pada 26 Agustus 2021 dari
Universitas Gajah Mada.

Gischa, Serafica. 2020. Bahasa, Pengertian, Fungsi, Dan Manfaatnya.


https://www.kompas.com./skola/read/2020/01/29/060000069/bahasa-
pengertian-fungsi-dan-
manfaatnya?amp=1&page=2&jxconn=1*1fkglpz*other_jxampid*Xok3Sk
dlMHDaVJ0S1ZQRIA4RHFxVjMzQW5BemM1d1pYcWNrSUpjaFBCan
VISjc2d3dRb3IqMIprWIVDZmFCcw. Diakses pada pukul 20.15.

18

Anda mungkin juga menyukai