Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Dalam
rangka upaya kesehatan ini, pemerintah berusaha agar setiap penduduk memiliki
kesempatan untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal melalui
pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan
penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh.
Penyelenggaraan upaya kesehatan didukung oleh sumber daya kesehatan yang
melibatkan tenaga kesehatan, sarana kesehatan, perbekalan kesehatan,
pembiayaan kesehatan, pengelolaan kesehatan, penelitian dan pengembangan
kesehatan.
Pembangunan kesehatan adalah tercapainya hidup sehat bagi setiap
penduduk untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu
kesejahteraan umum, pelayanan farmasi di Rumah Sakit merupakan bagian yang
tidak bisa dipisahkan dari pelayanan farmasi di Rumah Sakit secara
keseluruhannya. Instalasi Farmasi di Rumah Sakit merupakan satu- satunya unit
di Rumah Sakit yang mengadakan bertanggung jawab atas pengadaan dan
penyajian informasi obat yang siap pakai bagi semua pihak di rumah sakit, baik
petugas maupun pasien.
Rumah Sakit sebagai salah satu sarana upaya kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk
pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Pelayanan di rumah sakit berupa
pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap,dan pelayanan gawat darurat yang
mencakup pelayanan medik dan penunjang medik. Salah satu unit pelayanan yng
mempunyai peranan yang sangat penting didalamnya adalah unit kefarmasian.
Pelayanan Farmasi Rumah Sakit pada dasarnya tidaklah terlepas dari
prinsip-prinsip manajemen logistik, dimana fungsi-fungsi manajemen merupakan
rangkaian dari berbagai proses, yang terdiri dari: Perencanaan, , pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian, penghapusan, serta pengawasan.
Perencanaan farmasi merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis,
jumlah dan harga pembekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditentukan antara lain komsumsi, epidemiologi, kombinasi metode komsumsi dan
epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Pengadaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merealisasikan
kebutuhan yang telah direncanakan. Pengadaan pembekalan farmasi berhubungan
erat dengan pembelian dan persediaan bahan farmasi untuk memenuhi kebutuhan
kegiatan farmasi harus direncanakan dan dikendalikan dengan baik. Pengadaan
perbekalan farmasi di Rumah sakit dapat dilakukan dengan berbagai cara
Purchasing (membeli), umumnya untuk barang yang habis pakai. Menyewa, alat
kedokteran yang kecanggihannya dapat berubah setiap saat. (pesat sekali) kini
pada umumnya cukup menyewa saja. Meminjam Hibah/pemberian (sumbangan),
biasanya yang diinginkan adalah sesuai dengan kebutuhan kita, sebab kalau tidak
maka tidak berguna. Penukaran, Produce/ membuat sendiri, biasanya poduksi
obat-obatan. Repair/ memperbaiki, sebagian besar Rumah sakit sudah memiliki.
Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut
persyaratan yang telah ditetapkan disertai dengan sistem informasi yang selalu
menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan.
Penyimpanan perbekalan farmasi di bagian logistik farmasi dapat menggunakan
beberapa sistem. Sistem fixed location, sistem fluid location dan sistem semi fluid
location.
Pendistribusian adalah tatanan jaringan sarana, personel, prosedur dan
jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita dalam kegiatan
penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada penderita. Bentuk-bentuk
pendistribusian logistik farmasi di Rumah sakit adalah sentralisasi dimana
pendistribusian obat/ barang farmasi ditempatkan dipusatkan pada satu tempat.
Sedangkan bentuk desentralisasi merupakan pelayanan farmasi yang mempunyai
cabang didekat unit perawatan/ pelayanan sehingga penyimpanan dan
pendistribusian kebutuhan obat atau barang farmasi unit perawatan/ pelayanan

2
tersebut baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan dasar ruangan tidak
lagi dilayani dari pusat pelayanan farmasi.
Pengawasan merupakan fungsi terakhir dari manajemen yang berkaitan erat
dengan fungsi perencanaan, melalui pengawasan standar keberhasilan program
yang dituangkan dalam bentuk target, prosedur kerja dan sebagainya harus selalu
dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai (Hasibuan, 2003).
Perencanaan dan pengadaan persediaan obat digudang farmasi harus
dilakukan secara baik agar Rumah sakit terhindar dari masalah kehabisan
persediaan obat digudang farmasi. Apabila terjadi kekosongan obat di gudang
farmasi ini, akan sangat berpengaruh terhadap mutu pelayanan yang diberikan
kepada pasien.
Berdasarkan hal di atas maka sebagai mahasiswa farmasi perlu mendapatkan
perbekalan wawasan dan pengalaman praktis mengenai praktek kerja lapangan di
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe.
I.2 Tujuan dan Manfaat Magang
I.2.1 Tujuan
1. Untuk melatih mahasiswa agar mampu beradaptasi dengan dunia kerja
2. Untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang penerapan teori
yang telah dipelajari di bangku kuliah dan menerapkannya di tempat yang
telah ditugaskan
3. Untuk memahami metode pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi:
pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pengendalian, pendistribusian, pengembalian dan pemusnahan obat di
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe.
4. Untuk memahami Pelayanan Informasi Obat (PIO) di rumah sakit.
5. Untuk memahami pelayanan kefarmasian dalam Penggunaan Obat Rasional
(POR) dan alat kesehatan yang meliputi: pengkajian resep/kartu instruksi
obat (skirining administratif, farmasetika, klinis), penyiapan obat dan alkes,
pemantauan efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alkes,
memahami Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada pasien atau
keluarga pasien

3
1.2.2 Manfaat
1. Dapat menambah wawasan yang lebih luas tentang dunia kefarmasian
2. Dapat mengetahui dunia kerja yang nyata
3. Dapat melatih diri untuk menjadi lebih jujur tanggung jawab dan disiplin
4. Membantu pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr.
H. Aloei Saboe.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumah Sakit
2.1.1 Definisi Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah intitusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Di Rumah Sakit mempunyai beberapa
jenis pelayanan diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,
pelayanan perawatan, pelayananan rehabilitasi dan sebagainnya (Permenkes,
2019).
Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan
gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan
personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik
modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk
pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar, 2004).
2.1.2 Fungsi Rumah Sakit
Pasal 4 Undang Undang No 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
menjelaskan Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4, Rumah Sakit mempunyai fungsi:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

5
2.1.3 Jenis-jenis Rumah Sakit
Jenis-jenis Rumah Sakit di Indonesia secara umum ada lima, yaitu Rumah
Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus atau Spesialis, Rumah Sakit Pendidikan dan
Penelitian, Rumah Sakit Lembaga atau Perusahaan, dan Klinik (Haliman, 2012).
a. Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Umum, biasanya Rumah Sakit Umum melayani segala jenis
penyakit umum, memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang
gawat darurat). Untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepat-cepatnya dan
memberikan pertolongan pertama. Di dalamnya juga terdapat layanan rawat inap
dan perawatan intensif, fasilitas bedah, ruang bersalin, laboratorium, dan sarana-
prasarana lain.
b. Rumah Sakit Khusus atau Spesialis
Rumah Sakit Khusus atau Spesialis dari namanya sudah tergambar bahwa
Rumah Sakit Khusus atau Rumah Sakit Spesialis hanya melakukan perawatan
kesehatan untuk bidang-bidang tertentu, misalnya, Rumah Sakit untuk trauma
(trauma center), Rumah Sakit untuk Ibu dan Anak, Rumah Sakit Manula, Rumah
Sakit Kanker, Rumah Sakit Jantung, Rumah Sakit Gigi dan Mulut, Rumah Sakit
Mata, Rumah Sakit Jiwa.
c. Rumah Sakit Bersalin, dan lain-lain;
Rumah Sakit Pendidikan dan Penelitian, Rumah Sakit ini berupa Rumah
Sakit Umum yang terkait dengan kegiatan pendidikan dan penelitian di Fakultas
Kedokteran pada suatu Universitas atau Lembaga Pendidikan Tinggi.
d. Rumah Sakit Lembaga atau Perusahaan
Rumah sakit ini adalah Rumah Sakit yang didirikan oleh suatu lembaga atau
perusahaan untuk melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga
tersebut
e. Klinik
Klinik merupakan tempat pelayanan kesehatan yang hampir sama dengan
Rumah Sakit, tetapi fasilitas medisnya lebih.

6
2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit
2.2.1 Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit di suatu rumah sakit
tempat penyelengaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan
untuk keperluaan rumah sakit dan pasien. Pekerjaan kefarmasiaan yang dimaksud
adalah kegiatan yang menyangkut pembuatan, pengendalian mutu sediaan farmasi
pengelolaan perbekalan farmasi (perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, distribusi, pencatatan, pelaporan. pemusnahan/penghapusan),
pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling, dan farmasi klinik di
ruangan pasien (Siregar dan Amalia, 2016).
2.2.2 Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan
Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh Direktorat
Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan tahun 2004 dan evaluasinya
mengacu pada Pedoman Survei Akreditasi Rumah Sakit yang digunakan secara
rasional, di samping ketentuan masing-masing rumahsakit.
Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah sebagai berikut (Depkes,
2004):
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi yang professional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi
c. Melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan aturan yang berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formulsrium rumah sakit

7
2.2.3 Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah sebagai berikut (Depkes,
2004):
1. Pengelolaan PerbekalanFarmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit yang
merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standarobat.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal yang
merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaranyang tersedia.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah
dibuat sesuai kebutuhan yang berlaku malaui pembelian (tender dan
langsung), produksi sediaan farmasi (Produksi steril dan non steril), serta
sumbangan/dropping/hibah.
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di rumah sakit yang merupakan kegiatan membuat, mengubah
bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril dan nonsteril untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumahsakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian.
f. Menyimpan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit yang
dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya, suhu, kestabilan, mudah
tidaknya terbakar, tahan / tidaknya terhadap cahaya disertai sistem
informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai
kebutuhan

8
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit pelayanan di rumah sakit
untuk pasien rawat inap (sentralisasi dan atau desentalisai dengan sistem
persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perseorangan, sistem unit
dose, dan sistem kombinasi oleh satelit farmasi), pasien rawat jalan
(sentralisasi dan atau desentalisai dengan sistem resep perseorangan oleh
apotik rumah sakit), dan untuk pendistribusian perbekalan farmasi di luar
jam kerja (Apotik rumah sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam dan
ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasiemergensi).
2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan / resep pasien meliputi seleksi persyaratan
administrasi, persyaratan farmasi, dan persyaratanklinis.
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan
alat kesehatan(alkes).
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat danalkes.
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obatdan alkes.
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien /keluarga.
f. Memberi konseling kepada pasien /keluarga.
g. Melakukan pencampuran obatsuntik.
h. Melakukan penyiapan nutrisiparenteral.
i. Melakukan penanganan obatkanker
j. Melakukan penentuan kadar obat dalamdarah.
k. Melakukan pencatatan setiapkegiatan.
l. Melaporkan seluruhkegiatan.
2.3 Obat
2.3.1 Definisi Obat
Definisi obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 58 tahun 2014 yaitu obat termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Sumardjo, D. (2006) melaporkan, obat
adalah suatu bahan kimia yang dapat mempengaruhi organisme hidup dan

9
dipergunakan untuk keperluan diagnosis, pencegahan, dan pengobatan suatu
penyakit.
Obat secara umum merupakan semua bahan tunggal atau campuran yang
dipergunakan oleh semua makhluk untuk mencegah, meringankan dan
menyembuhkan penyakit. Dari beberapa definisi obat di atas dapat disimpulkan
bahwa obat merupakan suatu bahan kimia yang diproduksi untuk mengurangi rasa
sakit dan mencegah timbulnya risiko berbagai penyakit.
2.3.2 Penggolongan Obat
Berdasarkan jenisnya, Penggolongan obat terdiri dari Obat bebas, Obat
Bebas Terbatas, Obat Wajib Apotek, Obat Keras, Psikotropika dan Narkotika.
1. Obat Bebas
Obat golongan ini termasuk obat yang relatif paling aman, dapat diperoleh
tanpa resep dokter, selain di apotek juga dapat diperoleh di warung-warung. Obat
bebas dalam kemasannya ditandai dengan lingkaran berwarna hijau. Contohnya
adalah parasetamol, vitamin c, asetosal (aspirin), antasida daftar obat esensial
(DOEN), dan obat batuk hitam (OBH) (Priyanto, 2010).

Penandaan Obat Bebas (Priyanto, 2010)


2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas atau obat yang masuk dalam daftar “W” menurut bahasa
Belanda “W” singkatan dari “Waarschung” artinya peringatan. Jadi maksudnya
obat yang bebas penjualannya disertai dengan tanda peringatan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan obat-obatan
kedalam daftar obat “W” memberikan pengertian obat bebas terbatas adalah Obat
Keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep dokter, bila
penyerahannya memenuhi persyaratan yang sebagaimana telah datur dalam
PERMENKES NOMOR : 919/MENKES/PER/X/1993 pasal 2.

10
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 2380/A/SK/VI/83,
tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa lingkaran warna biru dengan garis
tepi berwarna hitam. Tanda khusus harus diletakan sedemikian rupa sehingga jelas
terlihat dan mudah dikenal sebagaimana yang dijelaskan pada gambar 2 di bawah.
Contohnya obat flu kombinasi (tablet), chlorpheniramin maleat (CTM), dan
mebendazol (Priyanto, 2010).

Penandaan dan Peringatan Obat Bebas Terbatas (Priyanto, 2010)


3. Obat Keras
Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G” singkatan dari
“Gevaarlijk” artinya berbahaya maksudnya obat dalam golongan ini berbahaya
jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter (Priyanto, 2010).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI yang menetapkan/memasukan
obat-obatan kedalam daftar obat keras, memberikan pengertian obat keras,
memberikan pengertian obat keras adalah obat-obat yang ditetapkan sebagai
berikut:
a. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa
obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.

11
b. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk
dipergunakan secara parental, baik degan cara suntikan maupun dengan cara
pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli dari jaringan.
c. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah
dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan
kesehatan manusia.
d. Semua obat yang tercantum dalam daftar obat keras: obat itu sendiri dalam
substansi dan semua sediaan yang mengandung obat itu, terkecuali apabila
dibelakang nama obat disebutkan ketentuan lain, atau ada pengecualian
Daftar Obat Bebas Terbatas
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:
02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus Obat Keras daftar G adalah
lingkaran bulatan warna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf K
yang menyentuh garis tepi. Contoh obat ini adalah amoksilin, Ampisilin
(Priyanto, 2010).

Penandaan Obat Keras (Priyanto, 2010)


4. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Psikotropika dibagi menjadi :
a. Psikotopika golongan 1 adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, dan
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan ketergantungan. Contohnya :
brolamfetamin (DOB), tenamfetamin (MDA), dan lisergida (LSD).
b. Psikotropika golongan II dapat digunakan untuk pengobatan dan dapat
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

12
mempunyai potensi kuat mengakibatkan ketergantungan. Contohnya :
amfetamin, deksamfetamin, dan metamfetamina.
c. Psikotropika golongan III dapat digunakan untuk pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi sedang mengakibatkan ketergantungan. Contohnya :
katina, amobarbital, buprenofrina, dan pentobarbital.
d. Psikotropika golongan IV dapat digunakan untuk pengobatan dan sangat
luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya :
alprazolam, barbital, diazepam dan fenobarbital (Undang – Undang RI No :
3 tahun 2017).
5. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebebkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam
golongan–golongan (Undang – Undang RI No : 2 tahun 2017).
Dalam kemasannya narkotika ditandai dengan lingkaran berwarna merah.
Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:
a. Narkotika golongan I, digunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan untuk reagensia diagnostik, serta reagensia
laboratorium setelah mendapatkan persetujuan Menteri atas rekomendasi
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan. Contohnya: heroina, katinona,
amfetamin dan metamfetamin.
b. Narkotika golongan II dan III, yang berupa bahan baku, baik alami maupun
sintetis, yang digunakan untuk produksi obat diatur dengan Peraturan Menteri.
Contohnya : fentanil, morfina, petidina, dan kodeina.

13
Penandaan Obat Narkotika (Priyanto, 2010)
Berdasarkan Mekanisme kerja, Obat digolongkan menjadi 5 jenis yaitu
sebagai berikut (Chaerunisaa dkk, 2009) :
1. Obat yang bekeja terhadap penyebab penyakit, misalnya penyakit karena
bakteri atau mikroba, contoh: antibiotik.
2. Obat yang bekerja mencegah keaadan patologis dari penyakit, contoh:
serum, vaksin.
3. Obat yang menghilangkan gejala penyakit = simptomatik, missal gejala
penyakit nyeri, contoh: analgetik, antipiretik.
4. Obat yang bekerja untuk mengganti atau menambah fungsi-fungsi zat yang
kurang, contoh: vitamin, hormon.
5. Pemberian placebo, adalah pemberian sediaan obat yang tanpa zat berkhasiat
untuk orang-orang yang sakit secara psikis, contoh: aqua proinjection Selain
itu, obat dapat dibedakan berdasarkan tujuan penggunaannya misalkan
antihipertensi, cardiaca, diuretic, hipnotik, sedative dan lain-lain.
Berdasarkan tempat atau lokasi pemakaiannya, Obat dibagi menjadi dua
golongan yaitu sebagai berikut (Anief, 1994):
1. Obat Dalam, misalnya obat-obat peroral. Contoh: antibiotik, acetaminophen.
2. Obat Topikal, untuk pemakaian luar badan. Contoh sulfur, antibiotic
Berdasarkan cara pemberiannya, Obat digolongkan menjadi 6 jenis yaitu
sebagai berikut (Anief, 1994):
1. Oral, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui mulut, Contoh: serbuk,
kapsul, tablet sirup.
2. Parektal, obat yang diberikan atau dimasukkan melalui rectal. Contoh
supositoria, laksatif.

14
3. Sublingual, dari bawah lidah, kemudian melalui selaput lendirdan masuk ke
pembuluh darah, efeknya lebih cepat. Untuk penderita tekanan darah tinggi,
Contoh: tablet hisap, hormone.
4. Parenteral, obat suntik melaui kulit masuk ke darah. Ada yang diberikan
secara intravena, subkutan, intramuscular, intrakardial.
5. Langsung ke organ, contoh intrakardial.
6. Melalui selaput perut, intraperitoneal
Berdasarkan efek yang ditimbulkannya, Obat dibedakan menjadi 2 jenis
yaitu sebagai berikut (Anief, 1994) :
1. Sistemik: masuk ke dalam system peredaran darah, diberikan secara oral
2. Lokal : pada tempat-tempat tertentu yang diinginkan, misalnya pada kulit,
telinga, mata
Berdasarkan penamaannya, Obat dibedakan menjadi 3 yaitu sebagai berikut
(Widodo, 2004) :
1. Nama Kimia, yaitu nama asli senyawa kimia obat.
2. Nama Generik (unbranded name), yaitu nama yang lebih mudah yang
disepakati sebagai nama obat dari suatu nama kimia.
3. Nama Dagang atau Merek, yaitu nama yang diberikan oleh masing-masing
produsen obat. Obat bermerek disebut juga dengan obat paten
2.4 Resep
2.4.1 Definisi Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada apoteker
pengelola apotek untuk menyiapkan dan atau membuat, meracik, serta
menyerahkan obat kepada pasien (Syamsuni, 2006).
Menurut Permenkes No 72 tahun 2016 Resep adalah permintaan tertulis dari
dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun
elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
yang berlaku.
Sedangkan menurut Jas (2009), Resep artinya pemberian obat secara tidak
langsung, ditulis jelas dengan tinta, tulisan tangan pada kop resmi kepada pasien,
format dan kaidah penulisan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

15
berlaku yang mana permintaan tersebut disampaikan kepada farmasi atau apoteker
di apotek agar diberikan obat dalam bentuk sediaan dan jumlah tertentu sesuai
permintaan kepada pasien yang berhak.
2.4.2 Jenis-jenis Resep
Menurut Jas (2009), Jenis- jenis resep dibagi menjadi 4 yaitu sebagai
berikut:
a. Resep standar (Resep Officinalis/Pre Compounded) merupakan resep
dengan komposisi yang telah dibakukan dan dituangkan ke dalam buku
farmakope atau buku standar lainnya. Resep standar menuliskan obat jadi
(campuran dari zat aktif) yang dibuat oleh pabrik farmasi dengan merk
dagang dalam sediaan standar atau nama generik.
b. Resep magistrales (Resep Polifarmasi/Compounded) adalah resep yang telah
dimodifikasi atau diformat oleh dokter yang menulis. Resep ini dapat berupa
campuran atau obat tunggal yang diencerkan dan dalam pelayanannya perlu
diracik terlebih dahulu
c. Resep medicinal yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek dagang
maupun generik, dalam pelayanannya tidak mangalami peracikan.
d. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik dalam
bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau tidak
mengalami peracikan.
2.4.3 Format Penulisan Resep
Menurut Jas (2009) Resep terdiri dari enam bagian, antara lain:
a. Inscriptio terdiri dari nama, alamat, dan nomor izin praktek (SIP) dokter,
tanggal penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota
provinsi. Format inscriptio suatu resep dari rumah sakit sedikit berbeda
dengan resep pada praktik pribadi.
b. Invocatio merupakan tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep.
Permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = recipe” artinya
ambilah atau berikanlah. Berfungsi sebagai kata pembuka komunikasi antara
dokter penulis resep dengan apoteker di apotek.

16
c. Prescriptio/ordonatio terdiri dari nama obat yang diinginkan, bentuk sediaan
obat, dosis obat, dan jumlah obat yang diminta.
d. Signatura merupakan petunjuk penggunaan obat bagi pasien yang terdiri
dari tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval waktu
pemberian. Penulisan signatura harus jelas untuk keamanan penggunaan
obat dan keberhasilan terapi
e. Subscriptio merupakan tanda tangan/paraf dokter penulis resep yang
berperan sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut.
f. Pro (diperuntukkan) terdiri dari nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan
berat badan pasien.
2.4.3 Tanda-tanda pada Resep
Menurut Jas (2009), Tanda-tanda pada resep adalah sebagai berikut:
a. Tanda Segera, yaitu bila dokter ingin resepnya dibuat dan dilayani segera,
tanda segera atau peringatan dapat ditulis sebelah kanan atas atau bawah
blanko resep, yaitu: Cito! = segera; Urgent = penting; Statim = penting
sekali; PIM (Periculum in mora) = berbahaya bila ditunda; Urutan yang
didahulukan adalah PIM, Statim, dan Cito!.
b. Tanda resep dapat diulang. Bila dokter menginginkan agar resepnya dapat
diulang, dapat ditulis dalam resep di sebelah kanan atas dengan tulisan iter
(Iteratie) dan berapa kali boleh diulang. Misal, iter 1 x, artinya resep dapat
dilayani 2 x. Bila iter 2 x, artinya resep dapat dilayani 1+2 = 3 x. Hal ini
tidak berlaku untuk resep narkotika, harus resep baru.
c. Tanda Ne iteratie (N.I) = tidak dapat diulang. Bila dokter menghendaki agar
resepnya tidak diulang, maka tanda N.I ditulis di sebelah atas blanko resep
(ps. 48 WG ayat (3); SK Menkes No. 280/Menkes/SK/V/1981). Resep yang
tidak boleh diulang adalah resep yang mengandung obat-obatan narkotik,
psikotropik dan obat keras yang telah ditetapkan oleh pemerintah/ Menkes
Republik Indonesia.
d. Tanda dosis sengaja dilampaui. Tanda seru diberi di belakang nama obatnya
jika dokter sengaja memberi obat dosis maksimum dilampaui.

17
e. Resep yang mengandung narkotik. Resep yang mengadung narkotik tidak
boleh ada iterasi yang artinya dapat diulang; tidak boleh ada m.i. (mihipsi)
yang berarti untuk dipakai sendiri; tidak boleh ada u.c. (usus cognitus) yang
berarti pemakaiannya diketahui. Resep dengan obat narkotik harus disimpan
terpisah dengan resep obat lainnya
2.5 Pengelolaan Obat
Pengelolaan perbekalan obat di farmasi atau sistem manajemen perbekalan
farmasi merupakan suatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai
evaluasi yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Kegiatannya mencakup
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan, dan pelaporan, penghapusan, monitoring dan evaluasi.
2.5.1 Perencanaan
Perencanaan adalah salah satu fungsi yang menentukan dalam proses
pengadaan perbekalan farmasi di Rumah Sakit. Tujuannya adalah untuk
menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan
kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit (Hasratna, 2016).
2.5.2 Pengadaan
Pengadaan adalah kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui melalui proses pembelian secara langsung atau melalui
tender dari distributor, pembuatan sediaan farmasi atau berasal dari
sumbangan/hibah (Febriawati, 2013).
Rangkaian proses dalam pengadaan dimulai dari penerimaan daftar
perencanaan, membuat rencana pembelian, memilih pemasok, kemudian
melakukan negosiasi harga, menentukan waktu untuk membeli, menulis surat
pemesanan, dan menyerahkan surat pemesanan ke pemasok (Pudjaningsih, 2006).
2.5.3 Penerimaan
Penerimaan adalah kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah
diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender,
konsinyasi atau sumbangan. Penerimaan perbekalan farmasi harus dilakukan oleh
petugas yang bertanggung jawab. Petugas yang dilibatkan dalam penerimaan
harus terlatih baik dalam tanggung jawab dan tugas mereka, serta harus mengerti

18
sifat penting dari perbekalan farmasi. Dalam tim penerimaan farmasi harus ada
tenaga farmasi (Hasratna, 2016).
2.5.4 Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan
cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai
aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat.
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, menurut
bentuk sediaan alfabetis dengan menerapkan prinsip(First Expired First Out)
FEFO dan(First In First Out) FIFOdan disertai sistem informasi yang selalu
menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan. Penyimpanan
sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak gudang dan pemakai dengan
cara ini maka secara tidak langsung terjadi efisiensi (Hasratna, 2016).
2.5.5 Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di Rumah
Sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan
rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis (Hasratna, 2016).
2.5.6 Pengendalian
Pengendalian persedian adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya
sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit-unit
pelayanan (Hasratna, 2016).
2.5.7 Penghapusan
Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi
yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar
dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak
terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku (Hasratna, 2016).
2.5.8 Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan merupakan suatu keguatan yang bertujuan untuk memonitor
transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk di lingkungan IFRS. Adanya
pencatatan akan memudahkan petugas untuk melakukan penelusuran bila terjadi
adanya mutu obat yang sub standar dan harus ditarik dari peredaran.pencatatan

19
dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk digital maupun manual. Kartu yang
umum digunakan untuk melakukan pencatatan adalah Kartu Stok dan Kartu Stok
Induk (Hasratna, 2016).
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi
perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada
pihak yang berkepentingan (Hasratna, 2016).
Fungsi dari pencacatan adalah:
a. Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi perbekalan farmasi
(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak, atau kadaluwarsa).
b. Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu)
jenis perbekalan farmasi yang berasal dari 1 (satu) sumber anggaran.
c. Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan
pengadaan distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik
perbekalan farmasi dalam tempat penyimpanan
2.5.9 Monitoring dan evaluasi
Salah satu upaya untuk terus mempertahankan mutu pengelolaan perbekalan
farmasi di rumah sakit adalah dengan melakukan kegiatan monitoring dan
evaluasi (monev). Kegiatan ini juga bermanfaat sebagai msukan guna
penyususnan perencanaan dan pengambilan keputusan.
Pelaksanaan monev dapat dilakukan secara periodik dan berjenjang.
Keberhasilan monev ditentukan oleh surpervisor maupun alat yang digunakan.
Tujuan monev adalah meningkatkan produktivitas para pengelola perbekalan
farmasi dirumah sakit agar dapat ditingkatkan secara optimum(KemenkesRI,
2010).
2.6 Alat Kesehatan
Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Alat kesehatan
adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh
(Depkes, 2009).

20
Alat kesehatan harus aman, bermutu, dan terjangkau. Ketentuan mengenai
pengadaan, penyimpanan, pengolahan, promosi, pengedaran alat kesehatan
harus memenuhi standar mutu pelayanan farmasi yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah (Depkes, 2009).

21
BAB III
URAIAN KHUSUS
3.1 Profil Rumah Sakit Umum Daerah Aloei Saboe
Menurut  Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
340/MENKES/PER/III/2010 Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat”.
Dari pengertian diatas, rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan
diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan,
pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat
pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat penelitian
dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk menghindari
risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu
adanya penyelenggaan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan
persyaratan kesehatan.
Rumah Sakit Umum Daerah Aloei Saboe Kota Gorontalo, merupakan
salah satu pelayanan jasa kesehatan yang ada di Kota Gorontalo yang terletak di
Jl. Prof. Dr. H. Aloei Saboe No. 92, Wongkaditi, Kota Utara, Kota Gorontalo
yang memiliki fasilitas yang cukup memadai mulai dari perawat, bidan, dokter,
dan pegawai yang profesional, kelengkapan fasilitas fisik yang cukup memuaskan
pasien serta pelayanan rawat inap dan rawat jalan yang tepat waktu. Pelayanan
rawat inap yaitu pelayanan medis kepada seorang pasien yang menderita penyakit
tertentu dimana pasien diinapkan disuatu ruangan selama proses penyembuhan.
Sedangkan rawat jalan adalah pelayanan medis kepada seorang pasien untuk
tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan rehabilitas dan pelayanan kesehatan
lainnya dan tidak harus diinapkan. Dalam kegiatan operasionalnya RSUD Aloei
Saboe Kota Gorontalo memberikan pelayanan medis kepada pasien selama 24
jam. Ketersediaan fasilitas pelayanan yang diberikan ini yaitu pelayanan Rawat
Jalan, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Rawat Inap, Pelayanan Bedah Sentral,
Pelayanan Rawat Intensif, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Radiologi,
Pelayanan Instalasi Bank Daerah, Pelayanan Instalasi Hemodialisa, Pelayanan

22
Klinik Voluntary Counseling And Testing (VCT), Pelayanan Gizi, Pelayanan
Farmasi, Pelayanan Rehabilitasi Medik, Pelayanan Pemeliharaan Sarana,
Penunjang Kegiatan Lainnya dan Pelayanan Spesialistik.
Hal yang berhubungan dengan bangunan secara fisik telah memenuhi
syarat yang ada dan memiliki sarana yang cukup baik untuk sebuah Rumah sakit
dan gudang yang digunakan sebagai sarana kefarmasian. Penyimpanan obat
digudang sdi golongkan berdasarkan golongan dan bentuk sediaan. Khusus untuk
obat golongan Psikotropika dan Narkotika di simpan dalam lemari khusus yang
dilengkapi dua pintu terkunci, dimana untuk kunci lemari di pegang oleh kepala
ruangan petugas gudang bidang obat-obatan dan alat-alat medis, hal ini bertujuan
untuk menghidari terjadinya kesalahan maupun kecurangan pada obat. untuk
sediaan tablet, injeksi, tetes mata dan tetes hidung di simpan berdasarkan abjad
dan dengan sistem penyimpanan FIFO (First In First Out) dan FEFO (First
Expired First Out) sserta untuk sediaan suppositoria dan insulin di simpan
didalam lemari pendingin untuk menjaga sediaan tetap stabil, sedangkan untuk
BHP (Bahan Habis Pakai) di simpan terpisah dengan sediaan obat tetapi tetap
menggunakan sistem penyimpanan yang sama dengan penyimpanan pada sediaan
obat.
Untuk tempat penyimpanan obat yang terdapat di RSUD Aloei Saboe
berdasarkan alfabetis yaitu berurutan dari huruf A sampai Z dan dengan sistem
penyimpanan FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out), hal ini
bertujuan untuk mempermudah pengambilan obat saat akan di distribusikan ke
apotek, untuk sediaan solid atau padat di simpan dalam lemari terpisah dengan
sediaan liquid maupun topikal dan rektal. Hal ini dilakukan agar menghindari
kesalahan yang tidak diinginkan pada saat pengambilan obat nanti.
RSUD Aloei Saboe melayani resep obat yang masuk di tiap apotek
melalui beberapa tahap terdiri dari Skrining resep yang meliputi Skrining
administratif, Farmasetis dan Klinis. Adapun pemeriksaan kelengkapan
administratif resep meliputi pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu :
nama dokter, nomor surat izin praktek (SIP), paraf dokter, tanggal penulisan
resep, nama obat, jumlah obat, cara penggunaan, nama pasien, umur pasien,

23
alamat pasien dan jenis kelamin pasien. Kedua pemeriksaan kesesuaian farmasetik
yaitu berupa bentuk sediaan, dosis, cara dan lama penggunaan obat, dan setelah
pemeriksaan resep dilakukan peracikan yang dimintakan di resep, kemudian yang
ketiga pemeriksaan klinis dilakukan pemeriksaan kembali tepat dosisnya,
memiliki aturan, cara, dan lama penggunaan obat yang jelas dan penyerahan obat
kepada pasien atau keluarga pasien yang menebus obat tersebut.
Dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian, apotek memiliki apoteker
dalam menunjang pelayanannya dengan memberikan informasi obat kepada
pasien sehingga pasien dapat menggunakan obat tersebut sesuai aturan
penggunaan dan indikasi obat. Dalam pelaksanaanya RSUD Aloei Saboe tidak
melayani atau menerima pelayanan obat tanpa resep dokter. Menjadi apoteker
tidak hanya ahli dalam meracik obat dan mengenal nama-nama obat beserta
indikasinya, akan tetapi seorang apoteker juga harus mampu memberikan
pelayanan yang sangat baik kepada konsumen atau pasien, agar pasien merasa
puas dengan pelayanan yang ada di apotek-apotek RSUD Aloei Saboe.
3.2 Struktur Organisasi Ruang Farmasi Puskesmas Kota Selatan
Direktur Rumah Sakit : dr. Andang Ilato, S.H., MM
Kepala IFRS Aloei Saboe : Ahmad Husain S.Si.,Apt
adapun struktur organisasi adalah sebagai berikut:
a. Instalasi Farmasi RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe dipimpin oleh
seorang Kepala Instalasi
b. Didalam menjalankan tugasnya, Kepala Instalasi Farmasi Rumah
Sakit dibantu oleh:
Urusan administrasi, Sub. Instalasi Perencanaan dan Pengelolaan
Perbekalan, Sub. Instalasi Pelayanan, Sub. Instalasi Manajemen Mutu,
Unit Pengaduan (Komplain)
c. Sub. Instalasi Pelayanan terdiri dari:
Sub. Instalasi Pelayanan Resep Umum dan Kredit, Sub. Instalasi
Pelayanan Resep Jamkesmas, Jamkesman, dan Askes, Pelayanan
Farmasi Klinik dan PIO.

24
Pelaksanaan PKL
Tanggal pelaksanaan : 19Juli – 25Agustus 2021
Hari Pelaksanaan : Senin – Sabtu
Waktu Pelaksanaan : 08.00 – 15.00 WITA
3.3 Visi dan Misi RSUD Aloei Saboe
Visi
Rumah sakit terbaik di provinsi gorontalo dan kawasan teluk tomini.
Misi
Meningkatkan mutu pelayanan Rumah sakit yang berwawasan lingkungan.
3.4 Motto, Tujuan Dan Falsafah RSUD Aloei Saboe
Motto :
Tekadku adalah pelayanan terbaik.
Tujuan :
Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit
Falsafah :
Pelayanan berlandaskan etika, profesionalisme dan berorientasi pada
kepuasan masyarakat.
3.5 Alur Pelayanan Apotek Rawat Jalan

Resep

Resep Di Beri Nomor

Skrining Pasien Skrining Resep

Tidak Jelas Tidak Jelas

Hubungi Pasien Lengkap Hubungi Dokter

25
Puyer Penyiapan obat,
Hitung Dosis, Racik Pengambilan Obat jadi
Pemberian Etiket dan Pemberian Etiket

Obat Diperiksa Kembali,


Nama, Umur, Alamat, Dan
Jenis Penandaan

Penyerahan obat disertai


PIO kepada pasien

3.6 Alur Pelayanan Apotek Rawat Inap

Resep

Skrining Pasien

Tidak Jelas

Hubungi Pasien Hubungi Dokter

Lengkap

Puyer Penyiapan obat,


Hitung Dosis, Racik Pengambilan Obat jadi
Pemberian Etiket dan Pemberian Etiket

26
Obat Diperiksa Kembali,
Nama, Umur, Alamat, Dan
Jenis Penandaan

Penyerahan obat disertai


PIO kepada pasien

3.7 Tata Ruang Apotek RSUD Aloei Saboe


Apotek diRSUD Aloei Saboe, memiliki tata ruang seperti :
1. Loket penerimaan resep dan penyerahan obat
2. Lemari obat generik
3. Lemari obat cair, topical dan rektal
4. Lemari obat Narkotik dan psikotropik
5. Tempat peracikan obat
6. Ruang tunggu pasien
3.8 Pengelolaan obat dan BMHP di Instalasi Farmasi RSUD Aloei Saboe

Perencanaan Pembelian ke distributor/PBF

Dimasukan pada Instalasi Farmasi Kota


(Dinkes Kota)
Pengadaan
Dimasukan pada Instalasi Farmasi
Provinsi (Provinsi)

Produksi
Berdasarkan Alfabetik
(Repacking)
Berdasarkan Golongan Obat

Berdasarkan Bentuk Sediaan


Penyimpanan

Berdasarkan FIFO dan FEFO

27

Pencatatan dan Pelaporan


Distribusi Ruangan/Unit lain di RSAS

Depo Farmasi Depo Farmasi

Rawat Jalan Rawat Inap


Stok Opname

Pengelolaan perbekalan farmasi di RSUD Aloei Saboe terdiri atas :


1. Perencanaan
Tujuan perencanaan perbekalan farmasi adalah untuk menetapkan jenis
dan jumlah perbekalan farmasi sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan
pelayanan kesehatan rumah sakit.
Tahapannya :
1) Pemilihan
Fungsi pemilihan adalah untuk menentukan apakah perbekalan farmasi
benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah pasien atau pola
penyakit.
Criteria pemilihan obat :
a) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara
menghindari kesamaan jenis
b) Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika penggunaan
kombinasi memberikan efek terapi yang lebih baik dibanding obat
tunggal
c) Apabila jenis obat banyak, maka dipilih berdasarkan DOEN.
a. Kompilasi penggunaan
Berfungsi untuk mengetahui penggunaan bulanan masing-masing jenis
perbekalan farmasi di unit-unit pelayanan farmasi selama setahun
b. Perhitungan kebutuhan
Dilakukan untuk menghindari adanya masalah kekosongan atau
kelebihan obat.
Adapun perencanaan kebutuhan dapat dilakukan melalui beberapa
metode :

28
a) Metode konsumsi, didasarkan pada konsumsi perbekalan farmasi
periode sebelumnya
b) Metode morbiditas, berdasarkan pola penyakit, perkiraan kenaikan
kunjungan dan waktu tunggu (lead time)
c. Evaluasi perencanaan
Menggunakan analisa ABC atau VEN.
2. Pengadaan
Merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah
direncanakan dan disetujui melalui :
1) Pembelian
Ada 4 metode pembelian :
a) Tender terbuka, berlaku untuk semua rekanan yang terdaftar dan
sesuai dengan criteria yang telah ditentukan
b) Tender tertutup, sering disebut lelang tertutup. Hanya dilakukan
pada rekanan tertentu yang sudah terdaftar dan memiliki riwayat
jejak yang baik.
c) Pembelian dengan tawar menawar
d) Pembelian langsung.
2) Produksi/pembuatan sediaan farmasi
Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengawasan
kembali sediaan farmasi steril dan non steril untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan farmasi dirumah sakit
3) Sumbangan/dropping/hibah
Pada prinsipnya mengikuti kaidah umum pengelolaan perbekalan
farmasi regular yaitu perbekalan farmasi yang tersisa dapat dipakai
untuk menunjang pelayanan kesehatan disaat situasi normal.
Tujuan pengadaan yakni untuk mendapatkan perbekalan farmasi dengan
harga layak, mutu baik, pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses
berjalan lancer dan tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan.

29
3. Penerimaan
Tujuan penerimaan adalah untuk menjamin perbekalan farmasi yang
diterima sesuai dengan kontrak, baik spesifikasi mutu, jumlah maupun
waktu kedatangan.
4. Penyimpanan
Tujuan penyimpanan :
a. Memelihara mutu sediaan farmasi
b. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
c. Menjaga ketersediaan
d. Memudahkan pencarian dan pengawasan
5. Pendistribusian
Distribusi adalah kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di
rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien
rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis.
Tujuan pendistribusian yakni tersedianya perbekalan farmasi di unit-
unit pelayanan secara tepat waktu, tepat jenis dan tepat jumlah.
Beberapa metode yang di gunakan IFRS dalam pendistribusian :
1) Resep perorangan
2) Persediaan lengkap di ruangan
3) Dosis unit
6. Pengendalian
Merupakan suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran
yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit-
unit pelayanan.
Tujuannya agar tidak terjadi kekosongan ataupun kelebihan obat di
tiap unit pelayanan.
7. Penghapusan
Merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang
tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar

30
dengan cara membuat usulan penghapusan perbekalan farmasi kepada
pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Tujuaannya untuk menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak
memenuhi syarat di kelola sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya
penghapusan akan mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi
resiko terjadi penggunaan obat yang sub standar
8. Pencatatan dan Pelaporan
1) Pencatatan
Merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memonitor
transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk dilingkungan
IFRS.
Fungsinya untuk memudahkan petugas untuk melakukan
penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub standard an harus
ditarik dari peredaran
Pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk digital
maupun manual. Kartu yang biasa digunakan yakni kartu stok dan
kartu stok induk.
2) Pelaporan
Merupakan kumpulan catatan dan pendataan kegiatan adminstrasi
perbekalan farmasi, tenaga dan perbekalan kesehatan yang disajikan
kepada pihak yang berkepentingan.
Tujuannya :
a) Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi
b) Tersedianya informasi yang akurat
c) Tersedianya arsip yang memudahkan dalam penelusuran surat dan
laporan
d) Tersedianya data yang lengkap untuk membuat perencanaan
9. Monitoring dan Evaluasi
Tujuannya untuk meningkatkan produktivitas para pengelola perbekalan farmasi
di rumah sakit agar dapat ditingkatkan secara optimum.

31
BAB IV
PEMBAHASAN
Apotek adalah suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian,
penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Berdasarkan permenkes RI no. 73 tahun 2016 mengatakan apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukannya praktik kefarmasian oleh apoteker.
Apotek yang berada di RSU Aloe Saboe merupakan apotek yang bekerja sama
dengan rumah RSU Aloe Saboe dalam melakukan penyaluran sediaan farmasi dan
pembekalan alat kesehatan lainnya serta telah bekerja sama dengan badan
penyelenggara jaminan sosial kesehatan atau BPJS.
Menurut Permenkes No.73 Tahun 2016 sarana dan prasarana di puskesmas
yang diperlukan untuk menunjang pelayanan kefarmasian di apotek yaitu meliputi
tempat penerimaan resep, sekurang-kurangnya terdapat satu set meja dan kursi,
serta satu komputer jika memungkinkan. Ruang penerimaan resep ditempatkan
pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien. Dari hasil kegiatan
Praktek Kerja Lapangan di Apotek RSU Aloe Saboe dapat dilihat fasilitas yang
dimiliki oleh ruang farmasi dikatakan sudah memadai dan selain memiliki
ruangan yang cukup luas, ruang farmasi memiliki fasilitas yang cukup lengkap,
terdapat meja serta kursi guna untuk menyiapkan serta meracik obat-obatan,
ruangan farmasi juga memiliki gudang kecil dan wifi, selain itu juga dilengkapi
dengan pendingin ruangan yang suhunya terjaga. Ruang farmasi ini juga memiliki
lemari penyimpanan khusus obat-obatan golongan narkotika dan psikotripika
yang sesuai dengan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 3
tahun 2015 tentang peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan
narkotika, psikotropika, dan precursor farmasi pasal 24 ayat 1 yaitu tempat
penyimpanan Narkotik, Psikotropika, dam Prekursor Farmasi dapat berupa
gudang, ruangan atau lemari khusus.
Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan di Apotek RSU Aloe Saboe
meliputi proses penataan obat-obatan, pelayanan resep, penyediaan obat,
pemberian informasi obat kepada pasien terkait. Pada penataan obat di Apotek
RSU Aloe Saboe terbilang sangat baik karena obat-obatan disusun berdasarkan

32
jenis sediaan dan sesuai dengan abjad sehingga memudahkan dalam
penyiapannya, seperti obat dengan bentuk sediaan tablet diletakkan pada rak obat,
sediaan salep dan krim diletakkan dalam keranjang terpisah sedangkan sirup,
suspensi dan emulsi di letakan di rak tersendiri, begitupula dengan obat- obatan
suppositoria dan insulin di simpan di dalam lemari es sesuai dengan suhu
penyimpanan obat tersebut. Obat-obatan tersebut disusun berdasarkan sistem
FIFO dan FEFO. Dimana menurut Depkes RI (2007), sistem FEFO (First Expired
First Out) dan FIFO (Fisrt In Firs Out) yaitu obat yang masa kadaluarsanya lebih
awal atau yang diterima lebih awal harus digunakan lebih awal sebab umumnya
obat yang datang lebih awal biasanya juga diproduksi lebih awal dan umurnya
relative lebih tua dan masa kadaluwarsanya mungkin lebih awal, Serta di susun
berdasarkan abjad.
Apotek RSU Aloe Saboe memiliki gudang farmasi yang digunakan
sebagai tempat pemberhentian sementara barang sebelum dialirkan dan berfungsi
menjamin kelancaran, ketersediaan permintaan dan distribusi barang ke
konsumen. Pengaturan tata ruang merupakan Suatu cara untuk mendapatkan
kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian, dan pengamatan mutu
obat sehingga pergerakkan sirkulasi penyimpanan obat dapat berjalan dengan
lancar.
Gudang farmasi tersebut diguanakan juga sebagai penyimpanan obat untuk
obat-obat fast moving atau obat-obat dengan tingkat pemakaiannya yang tinggi.
Dimana obat-obat fast moving ini diletakkan ditempat terpisah untuk
memudahkan pengambilan saat melayani resep dan memperhatikan kebersihan
ruang penyimpanan obat dan melakukan inspeksi/pemantaun secara berkala
terhadap tempat penyimpanan sediaan farmasi.
Di dalam gudang farmasi tersebut obat di kelompokkan berdasarkan
bentuk sediaan dan disusun secara alfabetis berdasarkan nama generiknya. Contoh
kelompok sediaan tablet, kelompok sediaan sirup dan lain-lain. Obat juga di susun
dalam rak yang tercantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi.
Untuk obat golongan narkotika dan psikotropika di gunakan lemari khusus untuk
penyimpanan obat narkotika dan psikotropika.

33
Dalam gudang farmasi RSU Aloe Saboe juga terdapat kartu stok yang
digunakan untuk mencatat penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak dan kadaluarsa
obat, tiap kartu stok di peruntukkan hanya untuk satu jenis obat yang berasal dari
satu sumber anggaran, untuk mengetahui jumlah obat yang tersedia, obat yang
masuk, obat yang keluar, obat yang rusak/ kadaluarsa, obat yang hilang dan
jangka waktu kekosongan obat, untuk pertanggungjawaban bagi kepala sub
penyimpanan dan penyaluran.
Pada pelayanan farmasi dimulai dengan penerimaan resep dari pasien.
Resep yang telah diterima oleh tenaga farmasi dilakukan skrining terkait
kelengkapan resep yang meliputi tanggal dan penulisan resep, nama dokter, nama
dan umur pasien, nama obat, dosis dan aturan pakai, karena menurut WHO
(2010), beberapa unsur dalam penulisan resep dokter yaitu inscripto (identitas
dokter) berupa nama, alamat, dan nomor izin praktek, superscription yaitu tanda
R/, Prescripto yaitu inti resep berupa nama setiap jenis bahan obat dan jumlah
obat, Subscripto yaitu perintah pembuatan sediaan obat yang dikehendaki,
signature yaitu aturan pakai, tanda tangan atau paraf dokter dan identitas pasien.
Resep yang telah diperiksa kemudian disiapkan obat-obatannya untuk diberikan
kepada pasien. Untuk resep non racikan obat langsung diambil dan dikemas
kedalam plastik obat dan diberi etiket. Menurut Permenkes RI, 2018 waktu
tunggu obat sesuai dengan standar yang ditetapkan yaitu 30 menit untuk obat non
racikan dan 60 menit untuk obat racikan.
Obat- obatan yang telah disiapkan kemudian diberikan kepada pasien oleh
apoteker atau tenaga teknis kefarmasian melalui loket penyerahan dengan
mengecek kembali ketepatan obat yang diberikan kepada pasien sesuai dengan
yang ada di resep. Apoteker atau tenaga teknis farmasi juga memastikan bahwa
obat yang diterima oleh pasien sesuai dengan nama dan umur penerima obat, serta
memberikan keterangan mengenai waktu penggunaan dan cara menggunakan
obat. Selain itu, pelayanan di apotek RSU Aloe Saboe memperhatikan protokol
kesehatan dan juga aktif dalam menyelengarakan upaya upaya kesehatan, seperti
yang dilakukan di tengah wabah virus covid-19 yakni dengan memberikan arahan
untuk selalu menjaga kebersihan, sering cuci tangan dan selalu memakai masker.

34
Berdasarkan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di Apotek RSU Aloe
Saboe keterampilan mahasiwa dapat dikembangkan dalam pelayanan resep,
diberikan kesempatan untuk melayani resep mulai dari penerimaan sampai
penyerahan sesuai dengan prosedur alur palayanan resep, namun tetap dalam
pengawasan apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Praktek Kerja Lapangan
perlu dilakukan selain untuk meningkatkan mutu mahasiswa itu sendiri juga untuk
mengembangkan pengetahuan mahasiswa, karena terdapat beberapa perbedaan
antara teori dan praktek langsung di lapangan, teori yang didapat tidak secara
langsung dapat diaplikasikan secara sempurna bukan karena keterbatasan tenaga
kefarmasian dan waktu pelayanan, melainkan disesuaikan dengan situasi dengan
kondisi yang ada. Dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan di apotek RSU Aloe
Saboe sedikitnya tidak terdapat kendala dikarenakan kenyamanan tempat serta
karakteristik dari tenaga farmasi yang sangat ramah membuat mahasiswa sangat
nyaman dalam melaksanakan kegiatan Praktek.

35
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kegiatan PKL sangat melatih dan membuat mahasiswa agar dapat
beradatapsi dengan baik dengan dunia kerja
2. Dengan adanya kegiatan PKL memberikan gambaran nyata bagi mahasiswa
untuk mengetahui penerapan ilmu yang telah dipelajari di dunia pendidikan
untuk diterapkan di dunia usaha. Selain itu, mahasiswa juga dapat
mendapatkan lebih banyak pengetahuan dan wawasan di dunia industri yang
belum atau bahkan tidak didapat di dunia pendidikan formal
3. Pengelolaan Obat di Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe
sudah berjalan dengan baik mulai dari pemilihan, perencanaan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, pengendalian, pendistribusian dan pemusnahan
obat

4. Pada Pelayanan Infromasi Obat (PIO) yang dilakukan oleh Unit Farmasi
Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe telah
sesuai dengan standar Permenkes No. 72 Tahun 2016.
5. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat rasional (POR)
dan alat kesehatan yang meliputi pengkajian resep, instruksi obat (skirining
administratif, farmasetik, klinis), penyiapan obat dan alkes, pemantauan
efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alkes. Pemberian
komonikasi, informasi dan edukasi (KIE) kepada pasien dan keluarga
pasien.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Jurusan
Lebih meningkatkan komunikasi antar pembimbing pihak jurusan dengan
pihak tempat praktek kerja lapangan
5.2.2 Untuk Rumah Sakit
Diharapkan Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe lebih
meningkatkan pelayanan di setiap masyarakat

36

Anda mungkin juga menyukai