Anda di halaman 1dari 90

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

ANTANATAL CERE PADA Ny.M DIAGNOSA G4P3A0


DI RUANG KIE BLUD PUSKESMAS PAHANDUT
PALANGKARAYA

Disusun Oleh:

YESSI
(NIM : 2019.C.11a.1071)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Yessi
NIM : 2019.C.11a.1071
Program Studi : Sarjana keperawatan
Judul : Judul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada
Ny.M DI Blud UPT Puskesmas pahandut “
Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik
Praklink Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Rimba Aprianti S.Kep, Ners Hesti Warastuti Luwarnsih.,S.Kep., Ners


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul
“Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Di Blud UPT Puskesmas pahandut
”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK II ).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners STIKES
Eka Harap Palangka Raya.
3. Rimba Aprianti S.Kep, Ners selaku pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan
keperawatan ini dan selaku penanggung jawab mata kuliah Praktik Praklinik
Keperawatan II.
4. Hesti Warastuti Luwarnsih.,S.Kep., Ners selaku pembimbing Lahan yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang
diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palangka Raya, ...November 2021

YESSI
DAFTAR ISI

SAMPUL .........................................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................
1.1. Konsep Dasar Penyakit .......................................................................
1.1.1. Definisi ..................................................................................................
1.1.2. Anatomi Fisiologi ..................................................................................
1.1.3. Etiologi..................................................................................................
1.1.4. Klasifikasi .............................................................................................
1.1.5. Patofisiologi ..........................................................................................
1.1.6. Manifestasi ............................................................................................
1.1.7. Komplikasi ............................................................................................
1.1.8. Pemeriksaan Penunjang .........................................................................
1.1.9. Penatalaksanaan Medis ..........................................................................
1.2. Penatalaksanaan Pelayanan Antenatal ...............................................
1.2.1. Pengertian ANC.....................................................................................
1.2.2. Tujuan ANC ..........................................................................................
1.2.3. Pelayanan ANC .....................................................................................
1.2.4. Menghitung HTP ...................................................................................
1.2.5. Jadwal Kunjungan ANC ........................................................................
1.2.6. Pemeriksaan Obstetrik ...........................................................................
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN ..............................................................
2.1. Pengkajian ............................................................................................
2.2. Analisis data .........................................................................................
2.3. Proritas masalah....................................................................................
2.4. Rencana keperawatan ...........................................................................
2.5 Implementasi keperawatan .....................................................................
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................
3.1 Kesimpulan ................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1.1 KONSEP DASAR KEHAMILAN

1.1.1. Definisi
Kehamilan adalah serangkaian proses yang diawali dari konsepsi atau pertemuan
antara ovum dengan sperma sehat dan dilanjutkan dengan fertilisasi, nidasi dan implantasi
(Sulistyawati, 2012: 35).
Kehamilan adalah suatu keadaan dimana janin dikandung di dalam tubuh wanita, yang
sebelumnya diawali dengan proses pembuahan dan kemudian akan diakhiri dengan proses
persalinan (Maryunani, 2010: 294).
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum serta
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga bayi lahir,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9
bulan menurut kalender internasional (Kumalasari, 2015: 1).
Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm (cukup bulan) adalah sekitar
280 sampai 300 hari. Kehamilan dibagi menjadi tiga triwulan pertama (0 sampai 12
minggu), triwulan kedua (13 sampai 28 minggu), dan triwulan ketiga (29 sampai 42 minggu)
(Manuaba,dkk, 2010: 1).

1.1.2 . Anatomi Fisiologi


Proses kehamilan merupakan mata rantai yang
berkesinambungan. Untuk terjadi kehamilan harus ada ovulasi, migrasi spermatozoa dan
ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi, pembentukan
plasenta dan tumbuh kembang janin sampai dengan aterm (Manuaba, 2010:
a. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem
hormonal yang komplek. Urutan pertumbuhan ovum (oogenesis) yaitu oogonia, oosit
pertama (primary oocyte), primary ovarium follicle, liquor follicully, pematangan
pertama ovum dan pematangan kedua ovum pada waktu terjadi pembuahan
(Manuaba, 2010)
b. Migrasi spermatozoa dan ovum
Secara embrional spermatogonium berasal dari sel-sel primitive tubulus
testis. Pada masa pubertas dibawah pengaruh sel-sel interstisial leydig, sel-sel
spermatogonium mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah spermatogenesis.
Urutan pertumbuhan sperma yaitu spermatogonium membelah menjadi 2 secara
mitosis, spermatosit pertama membelah membelah menjadi 2 (2n) secara meiosis (I),
spermatosit 2 membelah menjadi 2 (n) secara meiosis (II), spermatid kemudian
tumbuh menjadi spermatozoa (Sofian, 2011: 102).
Ovum yang telah dilepaskan ditangkap oleh fimbrae, setelah itu ovum yang
tertangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus. Spermatozoa yang masuk ke
dalam alat genitalia wanita hidup selama tiga hari (Manuaba, 2010: 76).
c. Konsepsi
Konsepsi atau pembuahan adalah peristiwa pertemuan inti ovum dan inti
spermatozoa di tuba falopi. Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah
pembelahan zygot. Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahanpembelahan
selanjutnya berjalan dengan lancar dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel
yang sama besarnya. Hasil konsepsi pada hari ketiga ini disebut morula
(Prawirohardjo, 2009: 139).
d. Nidasi/Implantasi
Setelah terjadi konsepsi maka terbentuklah zygot yang dalam beberapa jam
telah mampu membelah diri menjadi 2 dan seterusnya. Bersamaan dengan
pembelahan inti, hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisialis
tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan hingga ke arah cavum
uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.
Pembelahan terus terjadi dan didalam morula terbentuk ruangan yang
mengandung cairan yang disebut blastula. Pertumbuhan dan perkembangan terus
terjadi, blastula dengan vili korealis yang dilapisi sel trofoblas telah siap untuk
mengadakan nidasi.

Sementara itu fase sekresi endometrium makin gembur dan semakin banyak
mengandung glikogen yang disebut desidua. Proses masuknya atau tertanamnya hasil
konsepsi (blastula) kedalam endometrium/desidua. Nidasi terjadi hari ke 6-7 setelah
konsepsi (Manuaba, 2010: 78).
a) Trimester I
Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan. Penentuan
untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan hamil. Pada saat inilah tugas
psiklogis pertama sebagai calon ibu untuk dapat menerima kenyataan akan
kehamilannya. Keadaan ini menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara
terbuka dengan suami.
Banyak wanita merasa butuh dicintai dan merasakan kuat untuk mencintai
namun tanpa berhubungan seks. Libido sangat dipengaruhi kelelahan, rasa mual,
pembesaran payudara, keprihatinan, kekhawatiran. Semua ini bagian normal dari
proses kehamilan pada trimester pertama (Sulistyawati, 2011:50).
b) Trimester II
Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran kesehatan, saat ibu
merasa sehat. Ini disebabkan selama trimester ini umumnya wanita sudah merasa
baik dan terbebas dari ketidaknyamanan kehamilan. Tubuh ibu sudah terbiasa dengan
kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah
berkurang. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan energi
serta pikirannya secara konstruktif (Maryunani, 2011: 259).

c.Trimester III

Trimester ketiga ini sering disebut sebagai periode penantian. Periode ini wanita
menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk segera
melihat bayinya. Trimester tiga adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan
kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi. Sejumlah
ketakutan terlihat selama trimester ketiga. Wanita mungkin khawatir terhadap hidupnya dan
bayinya, dia tidak akan mengetahui kapan dia akan melahirkan (Kumalasari, 2015:)

1.1.3 Etiologi

a. Ovum
Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri dari suatu nukleus
yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh zona pellusida oleh kromosom
radiata.
b. Spermatozoa
Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong agak gepeng
berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah dan ekor yang
dapat bergerak sehingga sperma dapat bergerak cepat.
c. Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum di tuba
fallopii.
d. Nidas
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.
e. Plasentasi
Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna untuk
pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya. Kehamilan dibagi menjadi
3 triwulan :
1) Triwulan I antara 0-12 minggu.
2) Triwulan II antara 12-28 minggu.
3) Triwulan III antara 28-40 minggu.

1.1.4 Klasifikasi
Umur kehamilan ibu umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari. Umur
kehamilan ibu adalah batas waktu ibu mengandung, yang dihitung mulai dari hari
pertama haid terakhir (HPHT).
a. Menurut usia kehamilan, kehamilan digolongkan:
b. Kehamilan prematur : usia kehamilan antara 28 sampai 37 minggu
c. Kehamilan aterm : kehamilan antara 37 dan 42 minggu
d. Kehamilan posterm : kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih 42 minggu.
e. Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi 3 bagian:
1) Kehamilan trimester I : antara 0 sampai 12 minggu.
2) Kehamilan trimester II : antara 12 sampai 28 minggu.
3) Kehamilan trimester III :antara 28 sampai 42 minggu.
(Wiknjosastro, 2009)

1.1.5 Patofisiologi
Ketika seorang perempuan melakukan hubungan seksual dengan seorang laki-
laki maka bisa jadi perempuan tersebut akan hamil (Terjadinya kehamilan).
Kehamilan terjadi ketika sel sperma yang masuk ke dalam rahim seorang perempuan
membuahi sel telur yang telah matang. Seorang laki-laki rata-rata mengeluarkan air
mani sebanyak 3 cc, dan setiap 1 cc air mani yang normal akan mengandung sekitar
100 juta hingga 120 juta buah sel sperma.
Setelah air mani ini terpancar (ejakulasi) ke dalam pangkal saluran kelamin
istri, jutaan sel sperma ini akan berlarian melintasi rongga rahim, saling berebut untuk
mencapai sel telur matang yang ada pada saluran tuba di seberang rahim. (Kusmiyati,
Yuni, dkk.2009).
Pada saat ovulasi, lapisan lendir di dalam serviks (leher rahim) menjadi lebih
cair, sehingga sperma mudah menembus ke dalam rahim. Sperma bergerak dari
vagina sampai ke ujung tuba falopi yang berbentuk corong dalam waktu 5 menit. Sel
yang melapisi tuba falopii mempermudah terjadinya pembuahan dan pembentukan
zigot (sel telur yang telah dibuahi).
Jika perempuan tersebut berada dalam masa subur, atau dengan kata lain
terdapat sel telur yang matang, maka terjadilah pembuahan. Pada proses pembuahan,
hanya bagian kepala sperma yang menembus sel telur dan bersatu dengan inti sel
telur. Bagian ekor yang merupakan alat gerak sperma akan melepaskan diri. Sel telur
yang telah dibuahi akan mengalami pengerasan bagian luarnya. Ini menyebabkan sel
telur hanya dapat dibuahi oleh satu sperma

1.1.6. Manisfestasi

1.1.6.1. Tanda pasti kehamilan

a. Teraba bagian-bagian janin dan dapat di kenal bagian-bagian janin


b. Terdengar dan dapat dicatat bunyi jantung janin
c. Dapat dirasakan gerakan janin
d. Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka janin. Tidak dilakukan lagi
sekarang karena dampak radiasi terhadap janin.
e. Dengan alat USG dapat diketahui kantung janin, panjang janin, dan dapat
diperkirakan tuanya kehamilan serta dapat menilai pertumbuhan janin

1.1.6.2.Tanda tidak pasti kehamilan

a. Pigmentasi kulit, kira-kira 12 minggu atau lebih


b. Leukore, sekret serviks meningkat karena pegnaruh peningkatan hormon progesterone
c. Epulis (hypertrofi papila gingiva), sering terjadi pada TM I kehamilan
d. Perubahan payudara, payudara menjadi tegang dan membesar karena pengaruh
hormon estrogen dan progesteron yang merangsang daktuli dan alveoli payudara.
Daerah areola menjadi lebih hitam kaerna deposit pigmen berlebihan. Terdapat
colostrum bila kehamilan lebih dari 12 minggu.
e. Pembesaran abdoment, jelas terlihat setelah kehamilan 14 minggu.
f. Suhu basal meningkat terus antara 37,2 – 37,8 0C
g. Perubahan organ-organ dalam pelvix :
1) Tanda chadwick : livid, terjadi kira-kira minggu ke-6
2) Tanda hegar : segmen bawah rahim lembek pada perabaan
3) Tanda piscasexk : uterus membesar kesalah satu jurusan
4) Tanda Braxton-Hiks : uterus berkontraksi bila dirangsang.
5) Tanda ini khas untuk uterus pada masa kehamilan. Tes kehamilan. Yang banyak
dipakai pemeriksaan hormon korionik gonadotropin (hCG) dalam urine. Dasarnya
reaksi antigen, antibody dengan hCG sebagai antigen

1.1.6.3. Tanda kemungkinan kehamilan Amenore (tidak mendapat haid)

1) Nausea (enek) dengan atau tanpa vomitus (muntah). Sering terjadi pagi hari pada
bulan-bulan pertama kehamilan disebut morning sickness
2) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)
3) Konstipasi / obstipasi, disebabkan penurunan peristaltik usus oleh hormon steroid
4) Sering kencing
5) Pusing, pingsan dan mudah muntah Pingsan sering ditemukan bila berada ditempat
ramai pada bulan-bulan pertama kehamilan, lalu hilang setelah kehamilan 18
minggu.Anoreksia (tidak ada nafsu makan).
1.1.7. Komplikasi

1.1.7.1.Komplikasi kehamilan pada Trimester I

a. Mual muntah berlebihan


1) Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum)
adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual
biasa terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.
Gejala–gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir
dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual dan muntah terjadi pada 60-80 % primigravida dan 40-60 % multigravida.
Satu diantara seribu kehamilan, gejala–gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan
mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG
dalam serum. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini,
meskipun demikian gejala mual muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4
bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi
buruk.Keadaan inilah disebut hiperemisis gravidarum. Keluhan gejala dan
perubahan fisiologis menentukan berat ringanya penyakit. Mual muntah dapat
diatasi dengan:
1) Makan sedikit tapi sering
2) Hindari makanan yang sulit dicerna dan berlemak
3) Jaga masukan cairan, karena cairan lebih mudah ditolelir daripada makanan padat.
4) Selingi makanan berkuah dengan makanan kering. Makan hanya makanan kering
pada satu waktu makan, kemudian makanan berkuah pada waktu berikutnya.
5) Jahe merupakan obat alami untuk mual. Cincang dan makan bersama sayuran
serta makanan lain.
6) Isap sepotong jeruk yang segara ketika merasa mual
7) Hindari hal–hal yang memicu mual, seperti bau, gerakan atau bunyi
8) Istirahat cukup
9) Hindari hal–hal yang membuat Anda berkeringat atau kepanasan, yang dapat
memicu rasa mual
10) Komplikasi jika seseorang itu muntah terus menerus adalah perdarahan pada
retina yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan darah ketika penderita muntah.

b. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang terjadi pada masa kehamilan kurang dari 22 minggu. Pada
masa kehamilan muda, perdarahan pervaginam yang berhubungan dengan kehamilan
dapat berupa: abortus, kehamilan mola, kehamilan ektopik. Macam–macam
perdarahan pervaginam yaitu:
a. Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan pada atau sebelum kehamilan tersebut
berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup diluar kandungan.
Macam-macamabortusyaitu:
1) Abortus Imminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, hasil konsepsi masih didalam uetrus dan tanpa
adanya dilatasi serviks
2) Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus. Rasa mules labih sering dan kuat, perdarahan bertambah
3) Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa teringgal didalam serviks. Pada
pemeriksaan vaginam, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam
cavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
4) Abortus komplit
Pada abortus kompletus semua hasill konsepsi sudah keluar, ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah mulai mengecil.
5) Missed abortion
Missed abortion adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada
dalamrahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Penanganan: berikan
obat dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan,
kalau tidak berhasil lakukan dilatasi dan kuretase. Hendaknya juga diberikan
uterotonika dan antibiotika.

2. Kehamilan Mola
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tanpa janindan ditemukan
jaringan seperti buah anggur. Secara makroskopik mola hidatidosa mudah dikela yaitu
berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran
bervariasi dari beberapa mm sampai 1-2 cm.

3. Kehamilan ektopik terganggu


Kehamilan ektopik terjadi bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar
cavum uteri. Pada keadaan ini besar kemungkinan terjadi keadaan gawat. Keadaan gawat
ini dapat terjadi apabila kehamilan ektopik terganggu.
Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopik terganggu. Pada rubtur tuba,
nyeri perut bagian bawah terjadi terjadi secara tiba-tiba dan intensitasnya disertai dengan
perdarahan yang menyebabkan penderita pingsan dan masuk dalam keadaan syok.

1.1.7.2. Komplikasi pada Trimester ke II

a) Hiperemesis Gravidium
Yaitu mual dan muntah secara berlebihan. Pada umumnya, gejala mual dan
muntah sudah berangsur reda saat kehamilan memasuki trimester 2. Namun, ketika
hal ini masih terjadi, berarti ibu hamil mengalami komplikasi kehamilan. Hiperemesis
gravidium pada trimester 2 dapat meningkatkan risiko keracunan kehamilan
(preeklamsia). Selain itu juga rentan mengalami gangguan berupa plasenta yang lepas
dari dinding rahim. Jika komplikasi ini terjadi, ibu hamil harus menjalani perawatan
medis untuk mengurangi rasa mual dan muntah.
b) Gingivitis
Komplikasi kehamilan pada trimester 2 lainnya adalah gingivitis atau radang
gusi. Kelainan ini dapat terjadi pada ibu hamil disebabkan karena kadar hormon
progesteron yang mengalami peningkatan. Dalam keadaan ini, gusi menjadi lebih
sensitif ketika terkontaminasi bakteri. Selain gusi yang lebih sensitif, perdarahan juga
akan terjadi, terutama jika rongga mulut mendapat suplai darah yang lebih banyak.
c) Diabetes Gestasional
Ibu hamil rentan terkena diabetes gestasional. Tandanya adalah ibu sering
lapar, haus, sering buang air kecil, tetapi berat badan cenderung menurun. Bila
menemui tanda-tanda itu, segera periksa kadar gula dalam darah. Pandangan kabur
dan gatal-gatal juga menjadi salah satu tandanya.
d) Tekanan Darah Tinggi
Ibu hamil biasanya mengalami kenaikan tekanan darah. Sebenarnya, hal ini
terjadi karena jantung bekerja lebih keras untuk memberikan oksigen pada janin.
Namun, kelainan ini wajib diwaspadai agar tidak terjadi secara berlarut-larut.

1.1.7.3. Komplikasi kehamilan pada trimester III

a) Plasenta Previa
Komplikasi kehamilan ini dapat terjadi pada ibu hamil di trimester ketiga.
Plasenta previa adalah posisi plasenta yang menghalangi jalan lahir. Bila ini terjadi,
ibu hamil akan mengalami perdarahan. Perdarahan tersebut ada yang terjadi secara
perlahan-lahan, ada juga yang secara tiba-tiba. Karena itu, ibu hamil bisa langsung
shock dan lemas.
b) Sakit Kepala Hebat
Umumnya, ibu hamil biasa mengalami sakit kepala. Rasa sakit itu terjadi
karena ibu hamil terlalu lelah dan kurang istirahat. Biasanya, sakit kepala tersebut
hilang dengan sendirinya setelah beristirahat. Namun, ada kelainan yang dapat terjadi
pada ibu hamil di trimeseter ketiga, berupa sakit kepala yang sangat hebat. Rasa sakit
ini tidak hilang meskipun ibu hamil telah beristirahat. Gejala ini adalah tanda
preeklamsia.
c) Anggota Tubuh Bengkak
Komplikasi kehamilan pada trimester 3 yang mungkin terjadi adalah
bengkaknya anggota tubuh. Sama seperti sakit kepala, tubuh bengkak juga biasa
terjadi pada ibu hamil. Namun, waspadalah jika pembengkakan tersebut tidak hilang
setelah beristirahat. Pembengkakan atau dalam bahasa medisnya disebut edema,
adalah penimbunan cairan yang berlebihan di dalam tubuh. Pembengkakan pada
wajah dan tangan yang tak hilang-hilang inilah yang menunjukkan tanda-tanda serius
bahwa ibu hamil mungkin terkena gagal jantung atau anemia.
d) Ketuban Pecah
Ketuban yang pecah sebelum waktunya, dapat terjadi pada ibu yang sedang
hamil tua. Kelainan ini ditandai dengan keluarnya cairan pervaginam. Pecahnya
ketuban dapat disertai dengan keluarnya anggota tubuh janin, seperti tangan, kaki,
atau plasenta. Ibu hamil yang belum cukup bulan untuk melahirkan, bila mengalami
kejadian ini, harus segera pergi ke rumah sakit. Terlebih, cairan ketuban sangat
penting dalam proses persalinan. Ketuban yang pecah sebelum waktunya, disebabkan
karena berbagai hal. Pertama, karena selaput ketuban kurang kuat. Kedua, adanya
infeksi dari mulut rahim atau vagina. (Marjati dkk, 2010 ; 100 - 106).

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang

1.1.8.1. Tes darah

Pemeriksaan darah lengkap merupakan salah satu jenis tes darah yang rutin dilakukan
dokter ketika melakukan pemeriksaan kehamilan. Tujuannya adalah untuk mendeteksi
kelainan yang mungkin dialami ibu hamil atau janin.

Selain pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan yang juga dilakukan dalam tes darah adalah:

1. Tes golongan darah


bertujuan untuk mengetahui golongan darah dan rhesus ibu hamil, guna
mengantisipasi kemungkinan adanya perbedaan rhesus antara ibu hamil dengan janin.
Bila hasil tes darah menunjukkan bahwa Anda memiliki rhesus negatif dan janin
memiliki rhesus positif, ada risiko untuk terjadi inkompatibilitas rhesus. Kondisi
tersebut akan menyebabkan bayi mengalami anemia akibat pecahnya sel darah
(anemia hemolitik) ketika ia lahir. Akibatnya, bayi bisa mengalami penyakit kuning
(jaundice).Jika sebelumnya Anda sudah pernah melakukan cek golongan darah dan
rhesus, pemeriksaan ini tidak diperlukan lagi.
2. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin atau Hb adalah protein kaya zat besi yang ditemukan di dalam sel
darah merah. Hb memungkinkan sel darah merah untuk mendistribusikan oksigen ke
seluruh tubuh dan mengangkut karbon dioksida dari seluruh tubuh untuk dibuang
melalui paru-paru. Setiap ibu hamil perlu menjalani pemeriksaan Hb untuk
mendeteksi apakah terdapat penyakit anemia atau kurang darah. Anemia perlu
dicegah dan diobati karena dapat mengganggu kesehatan ibu dan janin. Anemia juga
dapat meningkatan risiko terjadinya kelahiran prematur, keguguran, berat badan lahir
rendah, dan perdarahan postpartum.
3. Tes gula darah
Tes gula darah adalah bagian dalam pemeriksaan kehamilan rutin.
Pemeriksaan ini penting untuk mendeteksi apakah ibu hamil mengalami diabetes
kehamilan (diabetes gestasional). Ibu hamil lebih berisiko untuk menderita diabetes
selama hamil bila mengalami kelebihan berat badan (overweight) atau obesitas,
memiliki riwayat diabetes pada kehamilan sebelumnya, atau memiliki riwayat
penyakit diabetes sebelumnya.
4. Skrining penyakit infeksi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat penyakit infeksi
pada ibu hamil. Skrining penyakit infeksi termasuk hepatitis B, sifilis, HIV, dan
TORCH. Semakin cepat terdeteksi, infeksi dapat semakin cepat diobati. Selain untuk
mencegah risiko penularan pada janin, pemeriksaan ini juga penting dilakukan untuk
mengurangi risiko terjadinya penularan infeksi pada pasangan.
5. Pemeriksaan genetic
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan apakah Anda memiliki kelainan
genetik, seperti thalasemia, yang berisiko diturunkan kepada janin. Pemeriksaan
genetik juga bisa dilakukan pada janin dengan mengambil sampel cairan ketuban
(amniocentesis) dan sampel darah janin (fetal blood sampling).
6. Tes urine antenatal
Pemeriksaan ini dilakukan terhadap sampel urine ibu hamil. Tujuannya adalah
untuk mendeteksi apakah ibu hamil mengalami gangguan tertentu, seperti
preeklamsia, infeksi saluran kemih, atau diabetes.
7. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG dilakukan setidaknya 3 kali selama masa kehamilan, yaitu:
1. Trimester pertama
Pemeriksaan USG pada trimester pertama atau usia kandungan 10–14 minggu
bertujuan untuk menentukan usia kehamilan dan mendeteksi kemungkinan hamil
kembar atau kelainan pada janin, misalnya sindrom Down.
2. Trimester kedua
Pemeriksaan USG pada trimester kedua (minggu 18–20) bertujuan untuk
menentukan apakah terdapat kelainan bawaan atau kongenital pada janin,
misalnya kelainan jantung bawaan dan cacat tabung saraf.
3. Trimester ketiga
Pemeriksaan USG di kehamilan minggu ke-32 atau memasuki trimester ketiga
dilakukan bila plasenta berada di atas tulang serviks. Pemeriksaan USG bertujuan
untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kondisi plasenta previa.
Selain itu, USG juga digunakan untuk mengetahui berat badan bayi, jenis
kelamin, posisi bayi, dan menilai jumlah air ketuban. Pemeriksaan kehamilan
sebaiknya dilakukan secara teratur agar kesehatan Anda dan janin dapat terus
terpantau. Oleh karena itu, usahakan untuk tidak melewatkan jadwal pemeriksaan
kehamilan.

1.1.9 Penatalaksanaan Medis


1. Timbang berat badan
2. Tekanan darah
3. Tinggi fundus uteri
4. Tetanus toxoid lengkap
5. Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan.
6. Tes penyakit menular seksual (PMS)
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
8. Terapi kebugaran.
9. Tes VDRL
10. Tes reduksi urine.
11. Tes protein urine
12. Tes Hb
13. Terapi iodium
14. Terapi malaria
Hamil

Trimester I Trimester II Trimester III

B1 (Breating) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Diafragma terdorong Hemokonsentrasi Perubahan Fisiologis Uterus semakin Peningkatan estrogen Kurangnya asupan
keatas (darah ibu di bagi membesar kalsium & fospor
untuk ibu dan
plasenta)
Distensi paru-paru Sistem kardio vascular Penekanan saluran Tonus otot menurun Kram otot
kemih (ureter)

Suplai darah keseluruh


Menekan diagfragma
Peningkat tekanan darah Urin terhambat HCL lambung Kelemahan fisik
kearah paru tubuh terganggu
peristaltik meningkat

Hb/ Pseudoanemia
Dispnea (sesak napas)
Sakit kepala Gangguan eliminasi Mual/muntah Intoleransi aktivitas
urine

Pola nafas Tidak


efektif Perfusi jaringan tidak
efektif Perubahan nutrisi
Nyeri
kurang dari
kebutuhan tubuh
2.1. Pengertian Antenatal Care/ANC
1.2.1 Antenatal Care (ANC)
merupakan suatu pelayanan yang diberikan oleh perawat kepada wanita selama hamil,
misalnya dengan pemantauan kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan dan
perkembangan janin serta mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran supaya ibu siap
mengahadapi peran baru sebagai orangtua (Wagiyo & Putrono, 2016).
Menurut Depkes RI (2005, dalam Rukiah & Yulianti, 2014) mendefinisikan bahwa
pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk memeriksa
keadaan ibu dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan
yang ditemukan. Pada hakikatnya pemeriksaan kehamilan bersifat preventif care dan bertujuan
mencegah hal-hal yang yang tidak diinginkan bagi ibu dan janin (Purwaningsih & Fatmawati,
2010) Konsep dasar

1.2.2 Tujuan Pemeriksaan Kehamilan (ANC/Antenatal Care)


Tujuan pemeriksaan kehamilan menurut Kementrian Kesehatan RI (2010) adalah :
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal yang berkualitas
sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat, bersalin dengan selamat, dan
melahirkan bayi yang sehat.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus ANC adalah menyediakan pelayanan antenatal yang terpadu,
komprehensif, serta berkualitas, memberikan konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,
konseling KB dan pemberian ASI; meminimalkan “missed opportunity” pada ibu hamil
untuk mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif.dan berkualitas ;
mendeteksi secara dini adanya kelainan atau penyakit yang diderita ibu hamil ; dapat
melakukan intervensi yang tepat tehadap kelainan atau penyakit sedini mungkin pada ibu
hamil ; dapat melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan
sistem rujukan yang sudah ada. Selain itu pemeriksaan kehamilan atau antenatal care
juga dapat dijadikan sebagai ajang promosi kesehatan dan pendidikan tentang kehamilan,
persalinan, dan persiapan menjadi orang tua (Simpson &Creehan, 2008 dalam Novita,
2011)

1.2.3. Manfaat Pemeriksaan Kehamilan (ANC/Antenatal Care)


Menurut Purwaningsih & Fatmawati (2010) menjelaskan bahwa pemeriksaan antenatal
juga memberikan manfaat terhadap ibu dan janinnya, antara lain :
1. Bagi Ibu
a. Mengurangi dan menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan mengurangi
penyulit masa antepartum; b)Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
jamani dan rohani ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan; c)Dapat
meningkatkan kesehatan ibu pasca persalinan dan untuk dapat memberikan ASI;
d)Dapat melakukan proses persalinan secara aman.
2. Bagi Janin
Sedangkan manfaat untuk janin adalah dapat memelihara kesehatan ibu sehingga
mengurangi kejadian prematuritas, kelahiran mati dan berat bayi lahir rendah.
1.2.4 Jadwal Pemeriksaan Kehamilan/ANC
Pemeriksaan kehamilan/ANC (Antenatal Care) sangatlah dibutuhkan guna memantau
kondisi kesahatan ibu dan janinnya. Sehingga diperlukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.
Menurut Saifudin (2007, dalam Ai Yeyeh & Yulianti, 2014) pemeriksaan kehamilan sebaiknya
dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1)Minimal 1 kali pada trimester ke-1 (kehamilan <
14 minggu); 2) minimal 1 kali pada trimester ke-2 (kehamilan 14 – 28 minggu); 3)minimal 2 kali
pada trimester ke-3 ( >28 minggu sampai kelahiran).
Program kesehatan ibu di Indonesia menganjurkan agar ibu hamil melakukan paling
sedikit empat kali kunjungan untuk pemeriksaan selama kehamilan, menurut jadwal 1-1-2 yaitu
paling sedikit sekali kunjungan dalam trimester pertama, paling sedikit sekali kunjungan dalam
trimester kedua, dan paling sedikit dua kali kunjungan dalam trimester ketiga (Kemenkes, 2012).
Selain untuk ibu hamil sebaiknya melakukan kunjungan ANC minimal sebanyak 4 kali, yaitu
sebagai berikut :
1. Kunjungan 1/K1 (Trimester 1)
K1/ kunjungan baru ibu hamil yaitu ibu hamil yang pertama kali pada masa
kehamilan. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika ibu
hamil mengalami terlambat dating bulan. Adapun tujuan pemeriksaan pertama pada
antenatal care adalah sebagai berikut:
a. Mendiagnosis dan menghitung umur kehamilan;
b. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin terjadi pada masa
kehamilan, persalinan dan nifas;
c. Mengenali dan mengobati penyakit- penyakit yang mungkin diderita sedini
mungkin;
d. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak;
e. Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari, keluarga berencana,
kehamilan, persalinan, nifas serta laktasi. Pada kunjungan pertama juga merupakan
kesempatan untuk memberikan informasi bagi ibu hamil supaya dapat mengenali
factor resiko ibu dan janin. Informasi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1.2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. LABORATORIUM
a. Darah ( Hb, Gol darah, Glukosa, VDRL).
b. Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis).
c. Pemeriksaan Swab (Lendir vagina & servik).
2. U S G
a. Jenis kelamin.
b. Taksiran kelahiran, TBJ, Jumlah cairan amnion. (Masriroh, 2013).

1.2.6 Pemeriksaan Ante Natal


Asuhan antenatal harus dimulai sedini mungkin. Pada awal pemeriksaan yaitu
untuk menentukan apakah seorang ibu sedang mengalami kehamilan. Diagnosa
kehamilan ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium. Umumnya pemeriksaan yang
dipakai yaitu tes untuk mendeteksi keberadaan hCG.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat diukur dengan radioimunoesai
dan deteksi dalam darah enam hari setelah konsepsi atau sekitar 20 hari sejak periode
menstruasi terakhir. Keberadaan hormone ini dalam urin pada kehamilan
merupakan dasar dari berbagai tes kehamilan di berbagai laboratorium dan kadang-
kadang dapat dideteksu dalam urine 14 hari setelah konsepsi (Bobak, 2009).
dalam urine 14 hari setelah konsepsi (Bobak, 2009).

TPP = tgl HPHT+7 – 3 bulan HPHT+ 1 tahun HPHT

atau

TPP = tgl HPHT +7 + 9 bulan dari HPHT

pemeriksaan selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut:

1) Trimester pertama (< 4 minggu) satu kali kunjungan


2) Trimester kedua (14-28 minggu ) satu kali kunjungan

3) Trimester ketiga (28-36 minggu) dan sesudah minggu ke 36 dua kali kunjungan
kecuali jika ditemukan kelainan/faktor risiko yang memerlukan penatalaksanaan
medik lain, harus lebih sering dan intensif.
Menurut Manuaba (2010), berdasarkan standar pemeriksaan kehamilan ditentukan
berulang dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid
2) Satu kali dalam sebulan sampai umur kehamilan 7 bulan
3) Dua kali sebulan sampai umur kehamilan 8 bulan
4) Setiap minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai dengan bersalin.
5) Kunjungan/pemeriksaan kehamilan bertujuan Kunjungan pertama, mementukan
diagnosis ada tidaknya kehamilan dan kunjungan kedua, menentukan usia
kehamilan dan perkiraan persalinan. Menentukan usia kehamilan dilakukan
manuver Leopold:

1. Leopold I:

Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian tubuh fetus


apa yang berada di fundus dan daerah pelvik. Caranya: Menghadap ke kepala
pasien, gunakan jari-jari kedua tangan mempalpasi fundus uteri. Jika kepala yang
berada di fundus maka akan terasa keras, bulat dan melenting. Jika bokong teraba
di fundus, maka akan terasa lembut, tidak bulat dan gerakan kurang.
2. Leopold II
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).
Caranya: Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi
abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lain mempalpasi sisi yang
berbeda untuk menemukan bagian punggung janin. Jika punggung akan teraba
cembung dan resisten.
3. Leopold III: Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan
daerah pelvik.
Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan pada sisi abdomen di atas
simpisis pubis dan minta pasien menarik napas panjang dan
menghembuskannya. Pada saat mengeluarkan napas, gerakkan tangan turun
perlahan dan menekan sekitardaerah tersebut. Jika kepala akan teraba keras,
bulat, dan bergerak jika disentuh. Jika bokong akan teraba lembut dan tidak
beraturan.

4. Leopold IV

Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian terendah janin


masuk ke pintu atas panggul. Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan
lembut gerakan tangan turun ke sisi abdomen mendekati pelvis sampai salah satu
tangan merasakan bagian tulang yang timbul. Ada 3 keadaan yaitu: Konvergen
yaitu jika bagian yang masuk baru sebagian kecil, sejajar yaitu jika bagian yang
masuk baru setengah, divergen yaitu jika hampir sebagian besar dari tubuh janin
masuk ke dalam rongga panggul.

1.2.7. Cara menghitung berat badan janin dalam kandungan :


Menghitung perkiraan berat badan janin (PBBJ) menurut cara
Jonson : Bila bagian terendah janin masuk pintu atas panggul :PBBJ = ( TFU –11 ) x 155
Bila bagian terendah janin belum masuk pintu atas panggul :PBBJ = ( TFU – 12 ) x 155
John Woo : Bila bagian terendah janin bukan kepala (bokong) PBBJ = TFU x Lingkar Perut Ibu
1.2.8. Cara menentukan umur kehamilan :
Tinggi fundus dalam cm (dengan cara Mc. Donald) atau menggunakan jari – jari tangan sesuai
dengan usia kehamilan (menurut Leopold) :Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.3.1 Fokus Pengkajian Keperawatan


a. Aktivitas dan Istirahat
1. Tekanan darah agak lebih rendah daripada normal (8 – 12 minggu) kembali
pada tingkat pra kehamilan selama setengah kehamilan terakhir.
2. Denyut nadi dapat meningkat 10 – 15 DPM.
3. Murmur sistolik pendek dapat terjadi sampai dengan peningkatan volume
episode singkope.
4. Varises
5. Sedikit edema ekstremitas bawah/tangan mungkin ada (terutama pada
6. trisemester akhir)
Integritas Ego
Menunjukkan perubahan persepsi diri

b. Eliminasi

1. Perubahan pada konsistensi / frekuensi defekasi


2. Peningkatan frekuensi perkemihan
3. Urinalisis: Peningkatan berat jenis
4. Hemoroid
c. Makanan/Cairan
1. Mual dan muntah, terutama trisemester pertama; nyeri ulu hati umum terjadi
2. Penambahan berat badan: 2 sampai 4 lb trisemester pertama, trisemester kedua
dan ketiga masing-masing 11 – 12 lb.
3. Membran mukosa kering: hipertropi jaringan gusi dapat terjadi mudah berdarah
4. Hb dan Ht rendah mungkin ditemui (anemia fisiologis)
5. Sedikit edema dependen
6. Sedikit glikosuria mungkin ada
7. Diastasis recti (separasi otot rektus) dapat terjadi pada akhir kehamilan.
Nyeri dan Kenyamanan
Kram kaki; nyeri tekan dan bengkak pada payudara; kontraksi Braxton Hicks
terlihat setelah 28 minggu; nyeri punggung.
d. Pernapasan
1. Hidung tersumbat; mukosa lebih merah daripada normal.
2. Frekuensi pernapasan dapat meningkat terhadap ukuran/tinggi;
pernapasan torakal.
Keamanan
1. Suhu tubuh 98 – 99,5 ºF (36,1 – 37,6 ºC).
2. Irama Jantung Janin (IJJ) terdengar dengan Doptone (mulai 10 – 12 minggu)
atau fetoskop (17 - 20 minggu).
3. Gerakan janin terasa pada pemeriksaan setelah 20 minggu. Sensasi gerakan janin
pada abdomen diantara 16 dan 20 minggu.
4. Ballottement ada pada bulan keempat dan kelima.
e. Seksualitas
1. Penghentian menstruasi
2. Perubahan respon /aktivitas seksual
3. Leukosa mungkin ada
4. Peningkatan progresif pada uterus mis: Fundus ada di atas simfisis pubis (pada
10 – 12 minggu) pada umbilikolis (pada 20 – 30 minggu) agak kebawah
kartilago ensiform (pada 36 minggu)
5. Perubahan payudara: pembesaran jaringan adiposa, peningkatan vaskularitas
lunak bila dipalpasi, peningkatan diameter dan pigmentasi jaringan arcolar,
hipertrofi tberkel montgemery, sensasi kesemutan (trisemester pertama dan
ketiga); kemungkinan strial gravidarum kolostrum dapat tampak setelah 12
minggu
6. Perubahan pigmentasi: kloasma, linea nigra, palmar eritema, spicler nevi, strial
gravidarum.
7. Tanda-tanda Goodell, Hegar Schdwick positif.

f. Integritas Sosial

1. Bingung/meragukan perubahan peran yang dintisipasi.


2. Tahap maturasi/perkembangan bervariasi dan dapat mundur dengan stressor
kehamilan
3. Respons anggota keluarga lain dapat bervariasi dari positif dan mendukung

g. sampai disfungsional.

Penyuluhan/Pembelajaran Harapan individu terhadap kehamilan, persalinan/melahirkan


tergantung pada usia, tingkat pengetahuan, pengalaman paritas, keinginan terhadap
anak, stabilitas ekonomik.

h. Pemeriksaan Diagnostik :
1. DL menunjukkan anemia, hemoglobinipatis (mis: sel sabit)
2. Golongan darah: ABO DAN Rh untuk mengidentifikasi resiko terhadap
inkompatibilitas.
3. Usap vagina/rectal: tes untuk Neisseria gonorrhea, Chlamydia
4. Tes serologi: menentukan adanya sefilis (RPR: Rapid Plasma Reagen)
5. Penyakit Hubungan Kelamin lain (PHS) seperti diindikasikan oleh kutil vagina,
lesi, rabas abnormal.
6. Skrining: terhadap HIV, hepatitis, tuberculosis
Papanicolaow Smear: mengidentifikasi neoplasia, herpes simpleks tipe 2
Urinalisis: skin untuk kondisi media (mis: pemastian kehamilan infeksi,
7. diabetes penyakit ginjal)
Terserum/urin untuk gadadotropin karionik manusia (HCG) positif Titer rubella
> a : a O menunjukkan imunitas Tes sonografi: ada janin setelah gestasi 8
minggu Skin glukosa serum/1 jam tes glukosa: < 140 jam mg/dl (biasanya
dilakukan antara 24 sampai 28 minggu. Evaluasi selanjutnya dari folus
pengkajian dilakukan pada setiap kunjungan prenatal.

1.3.1 MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN


1.3.1. PENGKAJIAN
Tanggal :
Untuk mengetahui kapan mulai dilakukan pengkajian pada klien
Jam :
No. RM :
Untuk dapat membedakan antara pasien dengan pasien yang lain dalam suatu ruangan.
1.3.1.1. Data Subyektif
a. Biodata
1. Nama : nama ibu dan suami untuk mengenal, memanggil, dan menghindari terjadinya
kekeliruan. (Christina, 2000 :41)
2. Umur : ditanyakan untuk mengetahui umur ibu, dimana kehamilan normal terjadi pada
saat ibu berusia lebih dari 16 tahun dan kurang dari 35 tahun.
3. Agama : ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan
kesehatan pasien / klien. Dengan diketahuinya agama pasien, akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan. (Depkes RI, 2002:14)
4. Suku : untuk mengetahui dari suku mana ibu berasal dan menentukan carapendekatan
serta pemberian asuhan.
5. Pendidikan: untuk mengetahui tingkat pengetahuan sebagai dasar dalam memberikan
asuhan.
6. Pekerjaan : untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien dan apakah
pekerjaanibu / suami dapat mempengaruhi kesehatan klien / tidak.
7. Penghasilan : untuk mengetahui status ekonomi penderita dan mengetahui pola kebiasaan
ynag dapat mempengaruhi kesehatan klien.
8. Alamat : untuk mengetahui tempat tinggal klien dan menilai apakah lingkungan cukup
aman bagi kesehatannya serta mempermudah untuk melakukan kunjungan ulang.
9. Alasan Datang Apa alasan ibu sehingga datang untuk memeriksakan diri.
10. Keluhan Utama Ditanyakan untuk mengetahui keluhan ibu yang dirasakan saat
pengkajian. Keluhan yang disampaikan ibu pada kunjungan ulang sangat penting untuk
mengontrol kehamilan ibu.
11. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita ibu sebelumnya apakah ibu
pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria ataupun penyakit
keturunan seperti: jantung, darah tinggi, ginjal, kencing manis, juga pernahkah ibu
menderita kanker ataupun tumor, serta untuk mengetahui apakah ibu pernah dirawat di
rumah sakit atau tidak.
12. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu sedang menderita penyakit menular seperti TBC,
hepatitis, malaria ataupun penyakit keturunan seperti: jantung, darah tinggi, ginjal, kencing
manis, juga apakah ibu sedang menderita kanker ataupun tumor.
13. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama:
Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular seperti
TBC, hepatitis.
14. Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan pembekuan darah, jiwa,
asma.
15. Riwayat kehamilan kembar. Faktor yang meningkatkan kemungkinan hamil kembar adalah
faktor ras, keturunan, umur wanita, dan paritas. Oleh karena itu apabila ada yang pernah
melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai karena hal ini bisa menurun
pada ibu.(Manuaba, 2000:265)
16. Riwayat Haid
Ditanyakan mengenai :
1). Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali. Menarche terjadi pada usia pubertas
yaitu sekitar12-16 tahun.
2) .Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang normal / dianggap sebagai
siklus adalah 28 hari, tetapi siklus ini bisa maju sampai 3 hari atau mundur sampai 3 hari.
Panjang siklus haid yang biasa pada manusia adalah 25-32 hari.
3). Lamanya Haid. Biasanya antara 2-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit
dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada wanita biasanya lama haid ini tetap.
4). Keluhan yang dirasakan.
5). Keputihan. Warnanya, bau, gatal / tidak.
17. Riwayat Perkawinan
Ditanyakan tentang : Ibu menikah berapa kali, lamanya, umur pertama kali menikah
Umur pertama kali menikah < 18 tahun, pinggulnya belum cukup pertumbuhannya
sehingga jika hamil beresiko waktu melahirkan. Jika hamil umur > 35 tahun bahayanya
bisa terjadi hipertensi, plasenta previa, pre-eklamsia, KPD, persalinan tidak lancar / macet,
perdarahan setelah bayi lahir, BBLR.
18. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang Lalu
Untuk mengetahui bagaimana kehamilan, persalinan dan nifas yang terdahulu apakah
pernah ada komplikasi atau penyulit sehingga dapat memperkirakan adanya kelainan atau
keabnormalan yang dapat mempengaruhi kehamilan selanjutnya.
19. Riwayat Kehamilan Sekarang
1. Berapa kali periksa dan dimana
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan tiap 4 minggu jika segala sesuatu normal sampai
kehamilan 28 minggu, sesudah itu pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu dan sesudah
36 minggu tiap minggu.
2. Gerakan janin. Umumnya gerakan janin dirasakan ibu pada kehamilan 18 minggu
pada primigravida dan kehamilan 16 minggu pada multi gravida. Pengamatan
pergerakan janin dilakukan setiap hari setelah usia kehamilan lebih dari 28 minggu.
3. Keluhan-keluhan yang lazim pada kehamilan.
Imunisasi TT diberikan sekurang-kurangnya diberikan 2x dengan interval minimal 4
minggu, kecuali bila sebelumnya ibu pernah mendapat TT 2x pada kehamilan yang
lalu atau pada calon pengantin. Maka TT cukup diberikan satu kali (TT boster).
Pemberian TT pada ibu hamil tidak membahayakan janin walupun diberikan pada
kehamilan muda.
4. Pemberian vitamin, zat besi: tablet sehari segera setelah rasa mual hilang, minimal
sebanyak 90 tablet selama kehamilan.
19. Riwayat kehamilan sekarang membantu bidan untuk menentukan usia kehamilan,
memberikan konseling tentang keluhan hamil yang biasa, dan dapat mendeteksi adanya
komplikasi.
a) Riwayat KB
Ditanyakan pernahkah ibu mengikuti KB / tidak, apa macamnya, ada keluhan / tidak,
setelah persalinan rencananya ibu menggunakan KB apa.
1. Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a. Nutrisi
Nutrisi yang diperlukan ibu kamil: kalori, protein, kalsium, zat besi, vitamin A,
vitamin D, vitamin C, vitamin B, dan air. Bahan makanan yang banyak mengandung
lemak dan hidrat arang seperti manisan dan gorengan perlu dikurangi untuk
menghindari kelebihan berat badan yang berlebihan.
2. Eliminasi
Pada bulan pertama kehamilan ibu biasanya mengeluh sering kencing, hal ini
dipengaruhi oleh uterus yang semakin membesar secara fisiologis dan pada akhir
kehamilan biasanya ibu juga mengeluh sering kencing karena kandung kemih tertekan
oleh kepala janin. Perubahan hormonal mempengaruhi aktifitas usus halus dan usus
besar sehingga mengakibatkan obstipasi. Sembelit dapat terjadi secara mekanis yang
disebabkan karena menurunnya gerakan ibu hamil, tekanan kepala janin terhadap usus
besar dan rektum.
3. Istirahat
Waktu istirahat harus lebih lama ± 10-11 jam. Untuk wanita hamil, juga dianjurkan
untuk tidur siang (Christina, 2000:168). Jadwal istirahat dan tidur harus diperhatikan
dengan baik karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan
jasmani dan rohani untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangan janin (Manuaba,
2000:140).
4. Aktivitas
Wanita yang sedang hamil boleh bekerja tapi sifatnya tidak melelahkan dan tidak
mengganggu kehamilan. Misalnya: pekerjaan rumah tangga yang ringan, masak,
menyapu, tetapi jangan menimba, mengangkat air, dll. Pekerjaan dinas misal guru,
pegawai kantor boleh diteruskan. Pekerjaan yang sifatnya dapat mengganggu kehamilan
lebih baik dihindarkan misalnya pekerjaan di pabrik rokok, percetakan, yang
mengeluarkan zat yang dapat mengganggu janin dalam kandungannya (Christina,
2000:163).
5. Personal Higiene
a) Rambut harus sering dicuci.
b) Gigi betul-betul harus mendapat perawatan untuk mencegah caries.
c) Buah dada adalah organ yang erat hubungannya dengan kehamilan dan nifas,
sebagai persiapan untuk produksi makanan bayi oleh karena itu bila kurang
kebersihannya bisa menyebabkan infeksi.
d) Kebersihan vulva. Vulva harus selalu dalam keadaan bersih. Setelah BAK/BAB
harus selalu dikeringkan, cara cebok yang dari depan ke belakang.
e) Kebersihan kuku tidak boleh dilupakan karena dibawah kuku bisa tersembunyi
kuman penyakit.
f) Kebersihan kulit dilakukan dengan mandi 2x sehari. Mandi tidak hanya
membersihkan kulit tetapi menyegarkan badan, karena pembuluh darah terangsang
dan badan terasa nyaman.
g) Kebersihan pakaian. Wanita hamil ganti pakaian yang bersih, kalau dapat pagi dan
sore, lebih-lebih pakaian dalam seperti BH dan celana dalam. (Christina, 2000:159-
160)
20. Riwayat Psikososial dan Budaya
Untuk mengetahui keadaan psikologis ibu terhadap kehamilannya serta bagaiamana
tanggapan suami dan keluarga tentang kehamialn. Budaya ditanyakan untuk mengetahui
kebiasaan dan tradisi yang dilakukan ibu dan keluarga berhubungan dengan kepercayaan pada
takhayul, kebiasaan berobat dan semua yang berhubungan dengan kondisi kesehatan ibu.
21. Pola Spiritual
22. Untuk mengetahui kegiatan spiritual ibu.
23. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik/cukup/lemah.
Kesadaran : Composmentis/apatis/samnolen.
b. Tinggi badan : Normal >145 cm, ibu hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm
kemungkinan panggul sempit
c. Berat badan sebelum hamil : Mengetahui perubahan berat badan sebelum hamil dan
saat hamil adakah penambahan berat badan atau penurunan berat badan.
d. Berat badan sekarang : Selama kehamilan TM II dan III pertambahan berat badan ±
0,5kg perminggu. Hinggaakhir kehamilan pertambahan BB yang normal sekitar 9-13,5
kg
e. Lingkar lengan atas : Normal > 23,5 cm, bila kurang merupakan indikator kuat untuk
status gizi ibu yangkurang baik / buruk, sehingga beresiko untuk melahirkan BBLR
f. Tekanan darah, Pernapasan, Nadi, Temperatur
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala dan leher
b. Kepala : bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka ataulesi
c. Rambut: warna hitam, tidak ada ketombe, tidak rontok dan distribusi merata
d. Wajah: tidak ada cloasma gravidarum, tidak ada oedema, dan tidak pucat
e. Mata: konjungtiva tidak pucat dan sklera tidak ikterus
f. Mulut dan gigi: bersih, warna bibir kemerahan, tidak ada stomatitis, gigi tidak
berlubang, gusi tidak berdarah.
g. Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembesaran kalenjar limfe dan
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
h. Payudara
Inspeksi :bentuk melingkar, simetris, hiperpig-mentasi pada areola, puting susu
menonjol, tidak ada retraksi atau dimpling
Palpasi : tidak ada masa/ benjolan,tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, colostrum (-).
i. Abdomen
Inspeksi : tidak ada luka bekas operasi ,terdapat linea nigradan pembesaran uterus
sesuai dengan umur kehamilan.
Palpasi
3. Leopold I :
- Kaki klien dibengkokan pada lutut dan lipatan paha
- Pemeriksa berdiri sebelah kanan klien dan melihat ke arah muka klien
- Rahim dibawah ke tengah
- Tinggi fundus uteri ditentukan
- Tentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus uteri.
- Sifat kepala ialah keras, bundar dan melenting, sifat bokong adalah lunak,
kurang bundar dan kurang melenting, pada letak lintang fundus uteri kosong.
- Variasi menurut knebel : menentukan letak kepala atau bokong dengan satu
tangan di fundus dan tangan lain di atas simfisis
4. Leopold II :
- Kedua tangan pindah ke samping
- Tentukan batas samping rahim kiri dan kanan
- Tentukan letak punggung anak
- Pada letak lintang, tentukan dimana letak kepala janin
- Leopold II untuk menentukan dimana letaknya punggung anak dan dimana
letaknya bagian-bagian kecil).
- Variasi menurut poudin : menentukan letak punggung dengan satu tangan
menekan di fundus
5. Leopold III :
- Dipergunakan satu tangan saja
- Bagian bawah ditentukan antara ibu jari dan jari lainnya
- Adakah bagian bawah masih dapat dipergunakan
- Leopold III menentukan apa yang terdapat di bawah dan apakah bagian bawah
anak ini sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul)
- Variasi menurut Ahlfeld : menentukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri
diletakkan tegak di tengah perut.
6. Leopold IV :
- Pemeriksa merubah sikapnya yaitu melihat ke arah kaki si penderita.
- Dengan kedua tangan ditentukan apa yang menjadi bagian bawah.
- Ditentukan apakah bagian bawah sudah masuk ke dalam pintu atas panggul dan
berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul.
- Jika kita rapatkan kedua tangan akan kita dapatkan
- Kedua tangan pada pinggir kepala divergent (ukuran tebesar kepala sudah
melewati pintu atas panggul)
- Kedua tangan pada pinggir kepala convergent (ukuran terbesar kepala belum
melewati pintu atas panggul). Leopold IV untuk menentukan bagian yang
terendah danberapa masuknya bagian yang bawah ke dalam ronggapanggul.
- Pemeriksaan penunjang (laboratorium), (buku KIA)
- Pemeriksaan Khusus
- Inspeculo : Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari
osteum uteri eksternum atau dari kelaianan cervik dan vagina. Apabila
perdarahan dari osteum uteri eksternum, adanya plasenta harus dicurigai.
- USG : Untuk menentukan letak placenta.
- Pemeriksaan Laboratorium
- Hb : Jika terjadi perdarahan yang banyak dan keadaan umum pasien lemahserta
pucat, kemungkinan pasien mengalami anemia.
- Urin : dicurigai ada protein urin yang memperberat kehamilan

1.3.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan rasa nyaman b.d gangguan adaptasi kehamilan SDKI D.0074 hal 166
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,ketidakmampuan
mencerna makanan, peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor psikologis.
3. Konstipasi berhubungan dengan fisiologis (penurunan motilitas gastrointestinal,
ketidakcukupan asupan serat, ketidakcukupan asupan cairan, kelemahan otot
abdomen), psikologis (depresi), situasional (ketidakadekuatan toileting).
1.3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
Gangguan rasa nyaman b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen SIKI ( D.0080 )
gangguan adaptasi kehamilan. 1x20 menit di harapkan pasien mampu
dengan Kriteria Hasil : Observasi
D.0074
SDKI D.0074 hal 166 - Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan ( miss,

- Klien merasa nyaman mual,nyer,gatal,sesak)


- Klien tidak mengeluh mual - Identifikasi pemahaman tentang kondisi,situasi, dan
perasaanya.
- Identifikasi masalah emosional dan spiritual

Terapeutik

- Berikan posisi yang nyaman


- Berikan kompres dingin atau hangat
- Ciptkan lingkungan yang nyaman
- Berikan pemijatan
- Berikan terapi akupresur
- Berikan terapi hypnosis
- Dukung keluarga dan pengasuh terlihat dalam terapi/
pengobatan
- Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi/pengobatan
yang diinginkan

Edukasi

- Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/pengobatan


- Ajarkan terapi relaksasi
- Ajarkan latihan pernapasan
- Ajarkan Teknik distraksi dan imajinasi terbimbing

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgesik,antipruritas,antihistamin,jika


perlu.

Defisit nutrisi b.dkurangnya Setelah diberikan asuhan keperawatan Manajemen Nutrisi (SIKI I.03119
asupan makanan, ketidakmampuan selama waktu tertentu diharapkan status
mencerna makanan, peningkatan nutrisimembaik Hal. 200) Observasi :
kebutuhan metabolisme. Kriteria hasil : SLKI (L.03030Hal. 121)
1. Identifikasi status nutrisi
1. Verbalisasi keinginanuntuk
2. Identifikasi makanan yang disukai
meningkatkan nutrisimeningkat
3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
2. Pengetahuan tentang pilihan makanan
4. Monitor asupan makanan
yang sehat meningkat
Terapeutik :
3. Sikap terhadap makanan dan
minuman sesuai dengan tujuan 1. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
kesehatan meningkat 2. Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
4. Nafsu makan membaik
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
4. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi :
1. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :

1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda


nyeri, antiemetik), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan
jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
4. Konstipasi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen eleminasi fekal (SIKI I.04151
dengan fisiologis(penurunan selama waktu tertentu eliminasi fekal
motilitas gastrointestinal, Hal.174)Observasi
membaik.
ketidakcukupan asupan serat
ketidakcukupanasupan cairan, 1. Identifikasi masalah usus dan penggunaan obat pencahar
Kriteria hasil : SLKI (L.04033)
kelemahan otot abdomen), 2. Monitor buang air besar (mis. warna, frekuensi, volume)
psikologis (depresi)situasional
1. Keluhan defekasi lama dan sulit 3. Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi, atau impaksi
(ketidakadekuatan toileting)
menurun Terapeutik
2. Mengejan saat defekasi
1. Berikan air hangat setelah makan
menurun
2. Sediakan makanan tinggi serat
3. Distensi abdomen menurun
Edukasi
4. Nyeri abdomen menurun
5. Konsistensi feses membaik 1. Jelaskan jenis makanan yang membantu meningkatkan
6. Frekuensi defekasi membaik peristaltikusus
2. Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik, sesuai toleransi Anjurkan
pengurangan asupan makanan yang meningkatkanpembentukam
gas
3. Anjurkan mengonsumsi makanan yang mengandung tinggi serat
4. Anjurkan meningkatkan asupan cairan,jika tidak ada
kontraindikasi
kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat supositoria anal jika perlu.
1.3.3. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan suatu tindakan keperawatan yang bertujuan untuk
mengatasi masalah keperawatan yang di alami poasien. Untuk itu diharapkan agar tindakan yang
di berikan sesuai dengan prioritas masalah dan intervensi keperawatan.
1.3.4. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi ekeperawatan adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yang di buat dalam intervensi keperawatan.
Dalam mengevaluasi perawat harus memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memahami
respon terhadap intervensi keperawatan, menggambarkan kesimpulan tantang tujuan yang di
capai.
BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 PENGKAJIAN
Penkajian pasien Ny.M dilakukan pada tanggal/hari rabu 28 april 2021 di puskesmas pahandut
dengan diagnose medis G4 P3 A0.

I. IDENTITAS KLIEN & PENANGGUNGJAWAB


A. Identitas Klien
Nama : Ny.M
Tempat / tanggal lahir : Palangka Raya 3 November 1985
Agama : Islam
Suku Bangsa : Banjar
Pendidikan terakhir : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Golongan Darah :O
Alamat : Jl.Dn Murjani 99
Diagnosa Medis : G4 P3 A0
Penghasilan Per Bulan : Rp 100.000.00
Tanggal Masuk RS : Rabu 28 April 2021
Tanggal Pengkajian : Rabu 28 April 2021
Nomor Rekam Medik : 6666 02 P
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.D
Umur : 40 Thn
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku Bangsa : Banjar
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Golongan Darah : B+
Alamat : JL.Dn Murjani 99
Hubungan dengan Klien : Suami

II. STATUS KESEHATAN


1. Alasan Kunjungan / Keluhan Utama :
Pasien mengatakan pusing
2. Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST) :
1 November 2021 pasien diantarkan suami ke puskesmas pahandut untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan yang berusia 19 minggu 2 hari serta mengatakan keluar darah
bercak, dan pasien masih kurang tau gejala-gejala yang dialami di awal kehamilan. data
yang didapat dalam penkajian TD 120/80mmHg,BB 57 kg,PB 145 cm,LILA 32 cm.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu / Yang Pernah Dialami :
Pada tanggal 28 agustus 2021 pasien mengatakan mengeluh kadang pusing dan
mempunyai riwayat pertigo serta kaki bagian kiri kram dan nyeri bagian uluh hati.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan lainya.

III. RIWAYAT OBSTETRIC DAN GINEKOLOGI


Riwayat Ginekologi:
a. Riwayat Menstruasi :
Menarche :-
Siklus : Teratur
Lamanya Haid : Seminggu
Banyaknya :-
Sifat Darah (warna, bau, cair/gumpalan, dysmenorhoe) :
Pasien mengatakan warna merah segar,bau,gumpalan
Gangguan sewaktu menstruasi : tidak ada masalah
Gejala pre menstruasi : tidak ada masalah
HPHT : 11 Desember 2020
Taksiran Persalinan : 18 September 2021
b. Riwayat Perkawinan (suami dan isteri) :
Usia Pernikahan :-
Lamanya Pernikahan : -
Pernikahan Ke : pertama (1)
c. Riwayat Keluarga Berencana : belom dikaji
Jenis kontrasepsi apa yang digunakan sebelum hamil
Waktu dan lamanya penggunaan :
Apakah ada masalah dengan cara tersebut
Jenis, kontrasepsi yang direncanakan setelah persalinan sekarang :
Berapa jumlah anak yang direncanakan oleh keluarga : -

Riwayat Obstetri : tidak dilakukan pengkajian


a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : G4 P3 A0

Um Masalah
Tgl Jenis Tempat/ Jenis Keada
ur
No partu partu Penolon kelami BB Ha Lahi Nifa an
ham Bayi
s s g n mil r s Anak
il

Keterangan :
 Masa hamil : tekanan darah tinggi, bengkak, infeksi saluran perkemahan,
perdarahan, premature, dll
 Masalah Lahir/persalinan : SC atas indikasi tidak ada masalah perdarahan,
kejang-kejang, dll
 Masalah Nifas : perdarahan, infeksi, anemia, dll
 Masalah bayi : pernapasan, makanan, ikterus, cacat, meninggal dalam
kandungan, meninggal setelah lahir, dll
 Keadaan Anak : hidup / mati, sebab kematian :-
b. Riwayat Kehamilan Sekarang
 Amenorhoe : tidak ada masalah
 Keluhan waktu hamil : pusing dan mual
 Gerakan anak pertama di rasakan : -
 Imunisasi : -
 Penambahan BB selama hamil : 3 kg
 Pemeriksaan kehamilan : teratur
 Tempat pemeriksaan dan hasil pemeriksaan : puskesmas pahandut

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Subjektif Objektif

a. Keadaan Umum Suhu -0C


BB sebelum hamil 57 kg
Nadi - x/menit

Tekanan Darah 120/80 mmHg

BB 60 kg

Tinggi Badan 145 cm

Kesadaran normal

Turgor Kulit sawo matang

Normal,rambut hitam tidak ada


b. Kepala pembengkakan

Hyperpigmentasi tidak ada masalah


c. Muka
Cloasma gravidarum tidak ada masalah
Rasa bengkak? Tidak ada
Edema normal

Simetris lonjong
d. Mulut Mukosa mulut & bibir
Keluhan tidak ada masalah
Keadaan gigi bersih

Fungsi Pengecapan baik

Keadaan Mulut baik

Fungsi menelan baik

Ukuran pupil normal


e. Mata
Konjungtiva merah
Keluhan tidak ada masalah
Sklera baik

Fungsi Penglihatan baik

Reaksi alergi tidak ada


f. Hidung
Keluhan tidak ada masalah Pernah flu pernah

Frekuensinya dalam 1 tahun -

Perdarahan/peradangan tidak ada

Keadaan/kebersihan bersih

g. Telinga Keadaan normal


Keluhan tidak ada masalah
Fungsi pendengaran nromal

Pembesaran kel.Tyroid tidak ada


h. Leher
Distensi vena jugularis normal
Pembengkakan tidak ada masalah
Pembesaran KGB tidak ada

Sesak napas tidak ada


i. Daerah dada
Jantung dan paru-paru tidak ada Batuk tidak ada
masalah
Sakit dada tidak ada

Suara napas normal

Bunyi jantung lubdup

Palpitasi normal
j. Payudara berisi
k. Abdomen TFU : Dua jari di bawah pusat PX TFU 28
cm PU-Ka,pre skep V

DJJ 145 x/menit

l.Genitalia Eksterna Tidak likakukan pengkajian


m. Anus

n. Ekstremitas atas dan bawah Tidak ada hemoroid

o. Pemeriksaan Panggul Belom di kaji

Tidak dilakukan pengkajian

Ukuran panggul luar :

- Distantia spinarum
- Distantia cristaru
- Conjugata externa
- Lingkar panggul
Ukuran panggul dalam :

- Promonotorium
- Linea inominata
- Dinding samping
- Spina Ischiadika
- Sacrum
- CV CD

l. POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI


1. Pola Nutrisi : pasien mengatkan nutrisi baik
2. Pola Eliminasi
a. Buang Air Kecil (BAK) : pasien mengatakan buang air kecil 3-4xsehari
b. Buang Air Besar (BAB) : pasien mengatakan buang air besar 1-2xsehari
3. Pola tidur dan istirahat : pasien mengatakan tidur siang 2-3 jam
Pasien mengatakan tidur malam 7-8 jam
4. Pola aktivitas dan latihan : pasien mengatakan sering olahraga dan jalan pagi
5. Personal Hygiene :
Kulit : kulit pasien tampak warna sawo matang
Rambut :..rambut pasien tampak hitam
Mulut & Gigi : tidak berbau dan gigi putih
Pakaian : pasien tamppak bersih
Kuku : pasien tampak bersih
Vulva Hygiene : pasien tampah bersih
6. Ketergantungan fisik :
Merokok : pasien mengatakan tidak merokok
Minuman Keras : pasien mengatakan tidak mengonsumsi minuman
miras
Obat-obatan : pasien mengatakan tidak mengonsumsi obat-
obatan
Lain-lain : pasien menagtakan tidak
m. ASPEK PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
1. Pola pikir dan persepsi
a. Apakah ibu telah mengetahui cara memberi ASI dan merawat bayi
Pasien mengatakan mengetahui cara memberi ASI
b. Apakah klien merencanakan pemberian ASI pada bayinya
Pasien mengatakana merencanakan pemberian ASI EKSKULUSIF
c. Jenis kelamin yang diharapkan
Pasien mengatkan ingin memiliki anak perempuan
d. Siapa yang membantu merawat bayi di rumah
Pasien mengatakan suami yang membantu merawat bayi dirumah
e. Apakah hamil ini diharapkan
Pasien mengatakan sangat mengharapkan kehamilan ini
2. Persepsi diri
 Hal yang amat di pikirkan saat ini :
Pasien mengatakan memikirkan kesehatan bayi
 Harapan setelah menjalani perawatan :
Pasien mengatakan semoga lebih sehat
 Perubahan yang dirasa setelah hamil :
Pasien mengatakan merasa berat badanya naik
3. Konsep diri
 Body image
Bentuk tubuh pasien kelihatan sedang
 Peran
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya
 Ideal diri
Seorang ibu
 Identitas diri
Sebagai istri
 Harga diri
baik
4. Hubungan/komunikasi
 Bicara : pasen berkomunikasi dengan jelas
 Bahasa utama : indonesia Bahasa daerah banjar
 Yang tinggal serumah :
Pasien mengatakan tingal Bersama suami dan anak-ankanya
 Adat istiadat yang di anut : -
 Yang memegang peranan penting dalam keluarga :
Pasien mengatakan suami sangat berperan penting dalam keluarga
 Motivasi dari suami :
Semoga pasien cepat lekas sembuh
 Apakah suami perokok :
Pasien mengatakan suami tidak merokok
 Kesulitan dalam keluarga
Pasien mengatakan tidak ada kesulitan dalam keluarga
5. Kebiasaan seksual
 Gangguan hubungan seksual :
Pasien mengatakan tidak ada masalah seksual
 Pemahaman terhadap fungsi seksual :
Pasien mengatakan memahami mengenai seksual
6. Sistem Nilai – Kepercayaan
 Siapa dan apa sumber kekuatan :
Pasien mengatakan sumber kekuatan yaitu Allah
 Apakah Tuhan, Agama, Kepercayaan penting untuk anda :
Pasien mengatakan Allah sangat penting
 Kegiatan agama atau kepercayaan yang dilakukan (macam dan frekuensi) :
Sebutkan kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama di RS :
Pasien mengatakan melakukan sholat 5 waktu

n. PEMERIKSAAN PENUNJANG tidak dilakukan pengkajian


1. Darah
 HB - Golongan Darah/Rh -
 Gula Darah - Leukosit -
 VR/VDRL -
2. Urine
 Protein - Sedimen -
 Reduksi -
3. Pemeriksaan tambahan
 TTT/NST - TTO/OCT -
 USG - Amnioscopy -
 TORCH - Rontgent -

VIII. PENGOBATAN tidak dilakukan pengkajian


Palangka
Raya,…………………………………………
Mahasiswa

…………………………………….………………….

ANALISIS DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : klien mengatakan pusing Gangguan adaptasi kehamilan Gangguan Rasa Nyaman
DO : ( SDKI D.0074) (SDKI D.0074)
 Klien tampak gelisah
 Klien tampak lesu
 Abdomen TPU 2 Jari
dibawah pusat px ( MD
: 28 cm ),Pu-Ka.pres-
kep,U PAP,DJJ (+)
145x/menit
 TTD :
Tekanan darah
120/80mmHg
BB 60 kg
PRIORITAS MASALAH

1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Gangguan adaptasi kehamilan Dan


Ditandai dengan klien mengatakan pusing dan mual serta Klien tampak gelisah,klien
tampak lesu,data pengkajian klien yang didapat : Tekanan darah 120/80 mmHg,BB 60
kg.
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.M

Ruang Rawat : Puskesmas Pahandut

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi


Keperawatan
Gangguan rasa SLKI D.0074 hal 166 Manajemen SIKI ( D.0080 )
nyaman
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1x20 menit di harapkan Observasi
pasien mampu dengan kriteria hasil :
- Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan ( miss, mual,nyer,gatal,sesak)
- Klien merasa nyaman
- Klien tidak mengeluh mual - Identifikasi pemahaman tentang kondisi,situasi, dan perasaanya.
- Identifikasi masalah emosional dan spiritual

Terapeutik

- Berikan posisi yang nyaman


- Berikan kompres dingin atau hangat
- Ciptkan lingkungan yang nyaman
- Berikan pemijatan
- Berikan terapi akupresur
- Berikan terapi hypnosis
- Dukung keluarga dan pengasuh terlihat dalam terapi/ pengobatan
- Diskusikan mengenai situasi dan pilihan terapi/pengobatan yang
diinginkan

Edukasi

- Jelaskan mengenai kondisi dan pilihan terapi/pengobatan


- Ajarkan terapi relaksasi
- Ajarkan latihan pernapasan
- Ajarkan Teknik distraksi dan imajinasi terbimbing

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgesik,antipruritas,antihistamin,jika perlu.


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Rabu 28 April 2021 1. Identifikasi pengalaman mual S : klien mengatakan dirinya tidak lagi merasakan mual dan
2. Identifikasi factor penyebab mual ( mis,pengobatan, merasa nyaman
dan presedur.)
O: YESSI
3. Identifikasi antiemetic untuk pencegah mual ( kecuali
mual pada kehamilan  klien tampak tenang
4. Monitor mual (mis,frekuensi,durasi,dan tingkat mual)  klien sudah merasa nyaman
5. Kendalikan factor lingkungan penyebab mual( mis,bau
TTD :
tak sedap, suara, dan rangsangan visual yang tidak
menyenagkan)  tekana darah : 120/80 mmHg
6. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual,(
A : masalah teratasi sebagian
mis.kecemasan,ketakutan,kelelahan)
7. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup P : intervensi dilanjutkan

8. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah 1. Identifikasi pengalaman mual


lemak 2. Identifikasi factor penyebab mual ( mis,pengobatan,
9. Ajarkan penggunaaan Teknik nonfarmakologis untuk dan presedur.)
mengatasi mual ( mis, biofeedback, hypnosis, 3. Identifikasi antiemetic untuk pencegah mual ( kecuali
relaksasi,terapi music,akupresur) mual pada kehamilan
10. Kolaborasi pemberian antiemerik,jika perlu 4. Monitor mual (mis,frekuensi,durasi,dan tingkat mual)
5. Kendalikan factor lingkungan penyebab mual(
mis,bau tak sedap, suara, dan rangsangan visual yang
tidak menyenagkan)
6. Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual,(
mis.kecemasan,ketakutan,kelelahan)
7. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
8. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah
lemak
9. Ajarkan penggunaaan Teknik nonfarmakologis untuk
mengatasi mual ( mis, biofeedback, hypnosis,
relaksasi,terapi music,akupresur)
10. Kolaborasi pemberian antiemerik,jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Apriani, L. S. (2017). Metodologi Keperawatan . Yogyakarta: Pustaka panasea .

Carman, T. K. (2012). Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Jakarta: Kedokteran

EGC.
Chayatin, W. I. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori & Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta : Kedokteran EGC.

Deliana, M. (2012). Asuhan Keperawatan Kejang Demam. Jurnal Keperawatan


Bina Husada, 106.
Iva, y. d. (2010). Asuhan Keperawatan Kejang Demam. Jurnal Keperawatan Bina
Husada, 106-111.

lestari, T. (2016). Asuhan keperawatan anak . Yogyakarta: Nuha medika. Nurjannah, I.

(2005). Aplikasi Proses Keperawatan . Yogyakarta: MocoMedika. Oktami, R. S.

(2017). MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit). Yogyakarta :

Nuha Medika.
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisidan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.s
Tarwoto, W. &. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Jakarta: Salamba Medika.


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Kehamilan Risiko Tinggi


Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Tempat : Puskesmas Pahandut
Hari/Tanggal : Minggu 7 November 2021
Waktu : 1 X 30 menit

I. Tujuan Instruksional umum


Setelah proses penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien mengerti tentang
kehamilan risiko tinggi
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :

1. Menyebutkan pengertian kehamilan risiko tinggi


2. Menyebutkan faktor risiko terjadinya kehamilan risiko tinggi
3. Menyebutkan tanda bahaya kehamilan
4. Mengetahui deteksi pada kehamilan risiko tinggi
5. Menyebutkan bahaya yang dapat ditimbulkan karena kehamilan risiko tinggi
6. Mengetahui cara pencegahan kehamilan risiko tinggi

III. Materi

1. Pengertian kehamilan risiko tinggi


2. Faktor risiko/penyebab terjadinya kehamilan risiko tinggi
3. Tanda bahaya kehamilan
4. Diagnosa kebidanan pada kehamilan risiko tinggi
5. Bahaya yang dapat ditimbulkan karena kehamilan risiko tinggi
6. Pencegahan kehamilan risiko tinggi

IV. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
V. Media

1. Leaflet

VI. Pengorganisasian
Moderator : Mengarahkan jalannya acara
Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan
Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara aktif
dalam diskusi
Observer : Mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan, mengevaluasi jalannya
penyuluhan

VII. Kegiatan Penyuluhan


VII. Kegiatan Penyuluhan
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1 5 menit Pembukaan Mendengarkan pembukaan
a) membuka kegiatan dengan yang disampaikan oleh
mengucapkan salam moderator.
b) Memperkenalkan diri
c) Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
d) Menyebutkan materi yang akan
diberikan
e) Menyampaikan kontrak waktu

2 15 menit Pelaksanaan Mendengarkan dan


Penyampaian materi oleh pemateri: memberikan umpan balik

a) Menggali pengetahuan peserta tehadap materi yang


tentang kehamilan risiko tinggi disampaikan.
b) Menjelaskan tentang pengertian
kehamilan risiko tinggi
c) Menjelaskan tentang penyebab/
faktor risiko kehamilan risiko
tinggi
d) Menyebutkan tentang tanda
bahaya kehamilan
e) Menjelaskan tentang deteksi pada
kehamilan risiko tinggi
f) Menjelaskan tentang bahaya yang
dapat ditimbulkan karena
kehamilan risiko tinggi
g) Menjelaskan tentang pencegahan
kehamilan risiko tinggi

3 20 menit Tanya jawab Mengajukan pertanyaan


Memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya tentang materi yang
kurang dipahami
3 15 menit Evaluasi Menjawab pertanyaan
Menanyakan kembali kepada peserta
tentang materi yang telah diberikan dan
reinforcement kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan
4 5 menit Penutup Mendengarkan dengan
a) Mempersilahkan fasilitator dari seksama dan menjawab
pembimbing klinik dan/atau salam
pembimbing akademik untuk
menambahkan ataupun
menjelaskan kembali jawaban
pertanyaan peserta yang belum
terjawab.
b) Menjelaskan kesimpulan dari
materi penyuluhan
c) Ucapan terima kasih
d) Salam penutup

VIII. Kriteria Evaluasi


1. Evaluasi Struktur
a) Peserta hadir ditempat penyuluhan
b) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang tunggu poli hamil dan
kandungan RSU Haji - Surabaya. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan
dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
b) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
3. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu mengerti dan
memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan khusus
LAMPIRAAN MATERI
KEHAMILAN RISIKO TINGGI

PENDAHULUAN
Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan
kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin.
 Jika ibu sehat dan didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan
organis dalam jumlah yang cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam
kandungan akan berjalan baik.
 Dalam kehamilan, plasenta akan befungsi sebagai alat respiratorik, metabolik, nutrisi,
endokrin, penyimpanan, transportasi dan pengeluaran dari tubuh ibu ke tubuh janin
atau sebaliknya. Jika salah satu atau beberapa fungsi di atas terganggu, maka janin
seperti “tercekik”, dan pertumbuhannya akan terganggu.
 Demikian juga bila ditemukan kelainan pertumbuhan janin baik berupa kelainan
bawaan ataupun - kelainan karena pengaruh lingkungan, maka pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungan dapat mengalami gangguan.
Bagi kebanyakan wanita, proses kehamilan dan persalinan adalah proses yang dilalui
dengan kegembiraan dan suka cita. Tetapi 5-10% dari kehamilan termasuk kehamilan dengan
risiko tinggi, wanita dengan kehamilan risiko tinggi, mereka harus mempersiapkan diri
dengan lebih memperhatikan perawatan kesehatannya dalam menghadapi kehamilan dengan
risiko tinggi ini.

I. DEFINISI
Kehamilan risiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor risiko yang dapat
mengganggu proses kehamilan sampai bersalin atau mengancam jiwa ibu dan janin
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya
dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupunterhadap janin yang
dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan
kehamilan persalinan dan nifas normal.
Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu
belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat
ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu
mengandung bayinya. (Ubaydillah, 2000).

II. FAKTOR RISIKO


Untuk menentukan suatu kehamilan risiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita
hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau ciri-ciri yang menyebabkan dia
ataupun janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian (keadaan atau ciri tersebut
disebut faktor risiko). Faktor risiko bisa memberikan suatu angka yang sesuai dengan
beratnya risiko.
Secara umum, kelompok ibu hamil yang tergolong resiko tinggi antara lain:
1. Umur di bawah 20 tahun, karena rahim dan panggul ibu belum berkembang
2. Umur diatas 35 tahun, karena kesehatan dan keadaan rahim sudah tidak sebaik
umur sebelumnya
3. Pernah mengalami kesulitan dan kehamilan dalam persalinan sebelumnya
4. Jumlah anak lebih dari 4 orang, karena makin banyak anak, rahim ibu makin
lemah
5. Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2
tahun, karena pada keadaan tersebut rahim dan kesehatan ibu belum pulih
kembali dengan baik
6. Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang lebih dari 10 tahun
(terlalu lama)
7. Tinggi badan kurang dari 145 cm, karena ibu mungkin mempunyai panggul
sempit, sehingga sulit melahirkan
8. Kebiasaan ibu (merokok,alkohol, dan obat-obatan)

2.1. FAKTOR RISIKO SEBELUM KEHAMILAN


Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang menyebabkan
meningkatnya resiko selama kehamilan. Selain itu, jika seorang wanita mengalami masalah
pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk mengalami hal yang sama pada kehamilan
yang akan datang adalah lebih besar.
2.1.1. Karakteristik ibu
Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan. Anak perempuan berusia 15 tahun atau
kurang lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu keadaan yang ditandai dengan
tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih dan penimbunan cairan selama kehamilan) dan
eklamsi (kejang akibat pre-eklamsi). Mereka juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan
berat badan rendah atau bayi kurang gizi.
Risiko kehamilan pada ibu yang terlalu muda biasanya timbul karena mereka belum
siap secara psikis maupun fisik. Secara psikis, umumnya remaja belum siap menjadi ibu. Bisa
saja kehamilan terjadi karena "kecelakaan". Akibatnya, selain tidak ada persiapan,
kehamilannya pun tidak dipelihara dengan baik. Kondisi psikis yang tidak sehat ini dapat
membuat kontraksi selama proses persalinan tidak berjalan lancar sehingga kemungkinan
operasi sesar jadi lebih besar.
Risiko fisiknya pun tak kalah besar karena beberapa organ reproduksi remaja putri
seperti rahim belum cukup matang untuk menanggung beban kehamilan. Bagian panggul
juga belum cukup berkembang sehingga bisa mengakibatkan kelainan letak janin. Kurangnya
persiapan untuk hamil juga dikaitkan dengan defisiensi asam folat dalam tubuh. Akibat
kurangnya asam folat, janin dapat menderita spina bifida (kelainan tulang belakang) atau
janin tidak memiliki batok kepala. Risiko akan berkurang pada ibu yang hamil di usia tua
karena biasanya mereka sudah mempersiapkan kehamilan dengan baik.
Risiko kehamilan yang akan dihadapi pada primigravida tua hampir mirip pada
primigravida muda. Hanya saja, karena faktor kematangan fisik yang dimiliki maka ada
beberapa risiko yang akan berkurang pada primigravida tua. Misalnya menurunnya risiko
cacat janin yang disebabkan kekurangan asam folat. Risiko kelainan letak janin juga
berkurang karena rahim ibu di usia ini sudah matang. Panggulnya juga sudah berkembang
baik. Bahaya yang mengancam primigravida tua justru berkaitan dengan fungsi organ
reproduksi di atas usia 35 tahun yang sudah menurun sehingga bisa mengakibatkan
perdarahan pada proses persalinan dan preeklamsia.
Hal yang patut dipertimbangkan adalah meningkatnya risiko kelainan sindrom down
pada janin, yaitu sebuah kelainan kombinasi dari retardasi mental dan abnormalitas bentuk
fisik yang disebabkan kelainan kromosom. "Pada kehamilan di bawah usia 30 tahun
kemungkinan adanya sindrom down hanya 1:1600, tapi di atas 35 tahun menjadi 1:600, dan
di usia 40 tahun menjadi 1:160. Peningkatan beberapa kali lipat ini dikarenakan perubahan
kromosom akibat usia ibu yang semakin tua. Pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun
bisa dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai kromosom janin.
Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, diabetes
atau obesitas dan terhadap keadaan medis lainnya Seorang wanita yang pada saat tidak hamil
memiliki berat badan kurang dari 50 kg, lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari
usia kehamilan (KMK, kecil untuk masa kehamilan). Jika kenaikan berat badan selama
kehamilan kurang dari 7,5 kg, maka resikonya meningkat sampai 30%. Sebaliknya, seorang
wanita gemuk lebih mungkin melahirkan bayi besar. Obesitas juga menyebabkan
meningkatnya resiko terjadinya diabetes dan tekanan darah tinggi selama kehamilan. Seorang
wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,4 meter, lebih mungkin memiliki panggul
yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil.

2.1.2. Riwayat Kehamilan Sebelumnya


Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester
pertama, memiliki resiko sebesar 35% unuk mengalami keguguran lagi. Keguguran juga
lebih mungkin terjadi pada wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal pada
usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan bayi prematur. Sebelum mencoba hamil
lagi, sebaiknya seorang wanita yang pernah mengalami keguguran menjalani pemeriksaan
untuk:
 kelainan kromosom atau hormon
 kelainan struktur rahim atau leher rahim
 penyakit jaringan ikat (misalnya lupus)
 reaksi kekebalan pada janin (biasanya ketidaksesuaian Rh).
Jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka dilakukan tindakan pengobatan.
Kematian di dalam kandungan atau kematian bayi baru lahir bisa terjadi akibat:
 Kelainan kromosom pada bayi
 Diabetes
 Penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun
 Tekanan darah tinggi
 Penyalahgunaan obat
 Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus).
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki resiko yang lebih
tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 1,5 kg,
memiliki resiko sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg, mungkin dia
menderita diabetes. Jika selama kehamilan seorang wanita menderita diabetes, maka resiko
terjadinya keguguran atau resiko kematian ibu maupun bayinya meningkat.
Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan pada wanita hamil ketika memasuki usia
kehamilan 20-28 minggu. Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali
atau lebih, lebih mungkin mengalami:
 kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya lemah)
 perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah)
 persalinan yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya resiko perdarahan vagina
yang berat
 plasenta previa (plasenta letak rendah).
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi yang menderita penyakit hemolitik, maka
bayi berikutnya memiliki resiko menderita penyakit yang sama. Penyakit ini terjadi jika darah
ibu memiliki Rh-negatif, darah janin memiliki Rh-positif dan ibu membentuk antibodi untuk
menyerang darah janin; antibodi ini menyebabkan kerusakan pada sel darah merah janin.
Pada kasus seperti ini, dilakukan pemeriksaan darah pada ibu dan ayah.
Jika ayah memiliki 2 gen untuk Rh-positif, maka semua anaknya akan memiliki Rh-
positif; jika ayah hanya memiliki 1 gen untuk Rh-positif, maka peluang anak-anaknya untuk
memiliki Rh-positif adalah sebesar 50%. Biasanya pada kehamilan pertama, perbedaan Rh
antara ibu dengan bayinya tidak menimbulkan masalah, tetapi kontak antara darah ibu dan
bayi pada persalinan menyebabkan tubuh ibu membentuk antibodi.
Akibatnya, resiko penyakit hemolitik akan ditemukan pada kehamilan berikutnya.
Tetapi setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif, biasanya pada ibu yang memiliki Rh-
negatif diberikan immunoglobulin Rh-nol-D, yang akan menghancurkan antibodi Rh. Karena
itu, penyakit hemolitik pada bayi jarang terjadi.
Seorang wanita yang pernah mengalami pre-eklamsi atau eklamsi, kemungkinan akan
mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan dia menderita
tekanan darah tinggi menahun. Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan kelainan
genetik atau cacat bawaan, biasanya sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, dilakukan
analisa genetik pada bayi dan kedua orangtuanya.

2.1.3. Kelainan struktur


Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda atau leher rahim
yang lemah) bisa meningkatkan resiko terjadinya keguguran.
Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, bisa dilakukan pembedahan diagnostik, USG
atau rontgen. Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa meningkatkan resiko terjadinya.
 kelahiran prematur
 gangguan selama persalinan
 kelainan letak janin
 kelainan letak plasenta
 keguguran berulang.
2.1.4. Keadaan kesehatan
Keadaan kesehatan tertentu pada wanita hamil bisa membahayakan ibu dan bayi yang
dikandungnya. Keadaan kesehatan yang sangat penting adalah:
 Tekanan darah tinggi menahun
 Penyakit ginjal
 Diabetes
 Penyakit jantung yang berat
 Penyakit sel sabit
 Penyakit tiroid
 Lupus
 Kelainan pembekuan darah.
2.1.5. Riwayat keluarga
Riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit keturunan lainnya di keluarga
ibu atau ayah menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada
bayi yang dikandung. Kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya diturunkan.

2.2.Faktor Risiko Selama Kehamilan


Seorang wanita hamil dengan resiko rendah bisa mengalami suatu perubahan yang
menyebabkan bertambahnya resiko yang dimilikinya. Dia mungkin terpapar oleh teratogen
(bahan yang bisa menyebabkan cacat bawaan), seperti radiasi, bahan kimia tertentu, obat-
obatan dan infeksi; atau dia bisa mengalami kelainan medis atau komplikasi yang
berhubungan dengan kehamilan.

2.2.1 Obat-obatan atau infeksi


Obat-obatan yang diketahui bisa menyebabkan cacat bawaan jika diminum selama
hamil adalah:
 Alkohol
 Phenitoin
 Obat-obat yang kerjanya melawan asam folat (misalnya triamteren atau trimethoprim)
 Lithium
 Streptomycin
 Tetracyclin
 Talidomide
 Warfarin.
Infeksi yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah:
 Herpes simpleks
 Hepatitis virus
 Influenza
 Gondongan
 Campak Jerman (rubella)
 Cacar air (varisela)
 Sifilis
 Listeriosis
 Toksoplasmosis
 Infeksi oleh virus coxsackie atau sitomegalovirus.
Merokok berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, tetapi hanya sekitar 20%
wanita yang berhenti merokok selama hamil. Efek yang paling sering terjadi akibat merokok
selama hamil adalah berat badan bayi yang rendah. Selain itu, wanita hamil yang merokok
juga lebih rentan mengalami:
 komplikasi plasenta
 ketubah pecah sebelum waktunya
 persalinan premature
 infeksi rahim.
Seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya menghindari asap rokok dari
orang lain karena bisa memberikan efek yang sama terhadap janinnya. Cacat bawaan pada
jantung, otak dan wajah lebih sering ditemukan pada bayi yang ibunya merokok.
Merokok selama hamil juga bisa menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya
sindroma kematian bayi mendadak. Selain itu, anak-anak yang dilahirkan oleh ibu perokok
bisa mengalami kekurangan yang sifatnya ringan dalam hal pertumbuhan fisik,
perkembangan intelektual dan perilaku. Efek ini diduga disebabkan oleh karbon monoksida
(yang menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh) dan nikotin (yang
merangsang pelepasan hormon yang menyebabkan pengkerutan pembuluh darah yang
menuju ke plasenta dan rahim).
 Mengkonsumsi alkohol selama hamil bisa menyebabkan cacat bawaan.
Sindroma alkohol pada janin merupakan salah satu akibat utama dari pemakaian
alkohol selama hamil. Sindroma ini ditandai dengan:
 keterbelakangan pertumbuhan sebelum atau sesudah lahir
 kelainan wajah
 mikrosefalus (ukuran kepala lebih kecil), yang kemungkinan disebabkan oleh
pertumbuhan otak yang dibawah normal
 kelainan perkembangan perilaku.
 Sindroma alkohol pada janin seringkali menyebabkan keterbelakangan mental. Selain
itu, alkohol juga bisa menyebabkan keguguran dan gangguan perilaku yang berat pada
bayi maupun anak yang sedang tumbuh (misalnya perilaku antisosial dan kurang
memperhatikan).
 Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol adalah 2
kali lipat, terutama jika wanita tersebut adalah peminum berat. Berat badan bayi yang
dilahirkan berada di bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg. Suatu pemeriksaan
laboratorium yang sensitif dan tidak memerlukan biaya besar, yaitu kromatografi, bisa
digunakan untuk mengetahui pemakaian heroin, morfin, amfetamin, barbiturat, kodein,
kokain, marijuana, metadon atau fenotiazin pada wanita hamil.
 Wanita yang menggunakan obat suntik memiliki resiko tinggi terhadap:
 Anemia
 Bakteremia
 Endokarditis
 Abses kulit
 Hepatitis
 Flebitis
 Pneumonia
 Tetanus
 Penyakit menular seksual (termasuk AIDS).
Sekitar 75% bayi yang menderita AIDS, ibunya adalah pemakai obat suntik atau
pramuria. Bayi-bayi tersebut juga memiliki resiko menderita penyakit menular seksual
lainnya, hepatitis dan infeksi. Pertumbuhan mereka di dalam rahim kemungkinan mengalami
kemunduran dan mereka bisa lahir prematur. Kokain merangsang sistem saraf pusat,
bertindak sebagai obat bius lokal dan menyebabkan pengkerutan pembuluh darah. Pembuluh
darah yang mengkerut bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah sehingga kadang janin
tidak mendapatkan oksigen yang cukup.
Berkurangnya aliran darah dan oksigen bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan
berbagai organ dan biasanya menyebabkan cacat kerangka serta penyempitan sebagian usus.
 Pemeriksaan air kemih untuk mengatahui adanya kokain biasanya dilakukan jika:
 seorang wanita hamil tiba-tiba menderita tekanan darah tinggi yang berat
 terjadi perdarahan akibat pelepasan plasenta sebelum waktunya
 terjadi kematian dalam kandungan yang sebabnya tidak diketahui.
31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan prematur, 19% melahirkan bayi
yang pertumbuhannya terhambat dan 15% mengalami pelepasan plasenta sebelum
waktunya.
 Jika pemakaian kokain dihentikan setelah trimester pertama, maka resiko persalinan
prematur dan pelepasan plasenta sebelum waktunya tetap meningkat, tetapi
pertumbuhan janinnya normal.
2.2.2. Keadaan kesehatan
Tekanan darah tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh kehamilan atau keadaan
lain. Tekanan darah tinggi di akhir kehamilan bisa merupakan ancaman serius terhadap ibu
dan bayinya dan harus segera diobati. Jika seorang wanita hamil pernah menderita infeksi
kandung kemih, maka dilakukan pemeriksaan air kemih pada awal kehamilan. Jika
ditemukan bakteri, segera diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi ginjal yang bisa
menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya. Infeksi vagina oleh
bakteri selama hamil juga
bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya. Untuk
mencegah terjadinya hal tersebut, diberikan antibiotik.
Penyakit yang menyebabkan demam (suhu lebih tinggi dari 39,4° Celsius) pada
trimester pertama menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya keguguran dan
kelainan sistem saraf pada bayi. Demam pada trimester terakhir menyebabkan meningkatnya
kemungkinan terjadinya persalinan prematur.
2.2.3. Komplikasi kehamilan
1. Inkompatibilitas Rh
Ibu dan janin yang dikandungnya bisa memiliki jenis darah yang tidak sesuai. Yang
paling sering terjadi adalah inkompatibilitas Rh, yang bisa menyebabkan penyakit hemolitik
pada bayi baru lahir. Penyakit hemolitik bisa terjadi jika ibu memiliki Rh-negatif, ayah
memiliki Rh-positif, janin memiliki Rh-positif dan tubuh ibu membuat antibodi untuk
melawan darah janin. Jika seorang ibu hamil memiliki Rh-negatif, maka dilakukan
pemeriksaan antibodi terhadap janin setiap 2 bulan. 12
Resiko pembentukan antibodi ini meningkat pada keadaan berikut:
 setelah terjadinya perdarahan dimana darah ibu dan darah janin bercampur
 setelah pemeriksaan amniosentesis
 dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif.
Pada saat ini dan pada kehamilan 28 minggu, diberikan imunoglobulin Rh-nol-D
kepada ibu, yang akan menghancurkan antibodi Rh. 12
2. Perdarahan Penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:
 Kelainan letak plasenta
 Pelepasan plasenta sebelum waktunya
 Penyakit pada vagina atau leher rahim (misalnya infeksi).
Perdarahan pada trimester ketiga memiliki resiko terjadinya kematian bayi, perdarahan
hebat dan kematian ibu pada saat persalinan.
Untuk menentukan penyebab terjadinya perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan USG,
pengamatan leher rahim dan Pap smear. 12
3. Kelainan pada cairan ketuban
Air ketuban yang terlalu banyak akan menyebabkan peregangan rahim dan menekan
diafragma ibu. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pernafasan yang berat pada ibu atau
terjadinya persalinan prematur. Air ketuban yang terlalu banyak cenderung terjadi pada:
 ibu yang menderita diabetes yang tidak terkontrol
 kehamilan ganda
 inkompatibilitas Rh
 bayi dengan cacat bawaan (misalnya penyumbatan kerongkongan atau kelainan sistem
saraf).
Air ketuban yang terlalu sedikit ditemukan pada:
 bayi yang memiliki cacat bawaan pada saluran kemih
 bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan
 bayi yang meninggal di dalam kandungan. 12
4. Persalinan prematur
Persalinan prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut:
 ibu memiliki kelainan struktur pada rahim atau leher rahim
 perdarahan
 stress fisik atau mental
 kehamilan ganda
 ibu pernah menjalani pembedahan rahim.
Persalinan prematur seringkali terjadi jika:
 bayi berada dalam posisi sungsang
 plasenta terlepas dari rahim sebelum waktunya
 ibu menderita tekanan darah tinggi
 air ketuban terlalu banyak
 ibu menderita pneumonia, infeksi ginjal atau apendisitis.
5. Kehamilan ganda
Kehamilan lebih dari 1 janin juga bisa menyebabkan meningkatnya kemungkinan
terjadinya cacat bawaan dan kelainan pada saat persalinan.
6. Kehamilan lewat waktu
Pada kehamilan yang terus berlanjut sampai lebih dari 42 minggu, kemungkinan
terjadinya kematian bayi adalah 3 kali lebih besar.
III. TANDA BAHAYA KEHAMILAN RISIKO TINGGI
Perdarahan
 Perdarahan pada hamil muda dapat menyebabkan keguguran
 Perdarahan pada hamil tua dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi dalam
kandungan
Bengkak di kaki/ tangan/ wajah, dan sakit kepala disertai kejang
 Bengkak atau sakit kepala pada ibu hamil dapat membahayakan keselamatan ibu dan
bayi dalam kandungan
Demam tinggi
 Demam tinggi bisa membahayakan keselamatan jiwa ibu, menyebabkan keguguran
atau kelahiran kurang bulan
Keluar air ketuban sebelum waktunya
 Tanda adanya gangguan pada kehamilan dan dapat membahayakan bayi dalam
kandungan
Bayi dalam kandungan tidak bergerak
 Keadaan ini tanda bahaya pada janin
Ibu muntah terus dan tidak mau makan
 Keadaan ini akan membahayakan kesehatan ibu

IV. BAHAYA YANG DAPAT DITIMBULKAN


 Bayi lahir belum cukup bulan.
 Bayi lahir dengan berat kahir rendah (BBLR).
 Keguguran (abortus).
 Persalinan tidak lancar / macet.
 Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
 Janin mati dalam kandungan.
 Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
 Keracunan kehamilan/kejang-kejang.
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dan diatasi dengan baik bila gejalanya
ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya, dan
kenyataannya, banyak dari faktor resiko ini sudah dapat diketahui sejak sebelum konsepsi
terjadi.
Jadi semakin dini masalah dideteksi, semakin baik untuk memberikan penanganan
kesehatan bagi ibu hamil maupun bayi. Juga harus diperhatikan bahwa pada beberapa
kehamilan dapat mulai dengan normal, tetapi mendapatkan masalah kemudian.
 Sangat penting bagi setiap ibu hamil untuk melakukan ANC (Antenatal Care) atau
pemeriksaan kehamilan secara teratur, yang bermanfaat untuk memonitor kesehatan
ibu hamil dan bayinya. Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur
ke Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
 Dengan mendapatkan imunisasi TT 2X.
 Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan lebih
intensif.
 Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
 Hindari rokok, alkohol, dll
Cara mencegah kehamilan risiko tinggi

1. Usia hamil tidak kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
2. Rencanakan jumlah anak 2 orang saja.
3. Hindari jarak kehamilan terlalu dekat atau terlalu jauh.
4. Memeriksa kehamilan secara teratur kepada tenaga kesehatan.
5. Menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan.
6. Melahirkan denan pertolongan tenaga kesehatan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Kehamilan Risiko Tinggi


Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Tempat : Puskesmas Pahandut
Hari/Tanggal : Minggu 7 November 2021
Waktu : 1 X 30 menit

I. Tujuan Instruksional umum


Setelah proses penyuluhan diharapkan pasien dan keluarga pasien mengerti tentang
kehamilan risiko tinggi
II. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :

7. Menyebutkan pengertian kehamilan risiko tinggi


8. Menyebutkan faktor risiko terjadinya kehamilan risiko tinggi
9. Menyebutkan tanda bahaya kehamilan
10. Mengetahui deteksi pada kehamilan risiko tinggi
11. Menyebutkan bahaya yang dapat ditimbulkan karena kehamilan risiko tinggi
12. Mengetahui cara pencegahan kehamilan risiko tinggi

III. Materi

7. Pengertian kehamilan risiko tinggi


8. Faktor risiko/penyebab terjadinya kehamilan risiko tinggi
9. Tanda bahaya kehamilan
10. Diagnosa kebidanan pada kehamilan risiko tinggi
11. Bahaya yang dapat ditimbulkan karena kehamilan risiko tinggi
12. Pencegahan kehamilan risiko tinggi

IV. Metode
4. Ceramah
5. Diskusi
6. Tanya jawab
V. Media

2. Leaflet

VI. Pengorganisasian
Moderator : Mengarahkan jalannya acara
Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan
Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara aktif
dalam diskusi
Observer : Mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan, mengevaluasi jalannya
penyuluhan

VII. Kegiatan Penyuluhan


VII. Kegiatan Penyuluhan
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1 5 menit Pembukaan Mendengarkan pembukaan
f) membuka kegiatan dengan yang disampaikan oleh
mengucapkan salam moderator.
g) Memperkenalkan diri
h) Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan
i) Menyebutkan materi yang akan
diberikan
j) Menyampaikan kontrak waktu

2 15 menit Pelaksanaan Mendengarkan dan


Penyampaian materi oleh pemateri: memberikan umpan balik

h) Menggali pengetahuan peserta tehadap materi yang


tentang kehamilan risiko tinggi disampaikan.
i) Menjelaskan tentang pengertian
kehamilan risiko tinggi
j) Menjelaskan tentang penyebab/
faktor risiko kehamilan risiko
tinggi
k) Menyebutkan tentang tanda
bahaya kehamilan
l) Menjelaskan tentang deteksi pada
kehamilan risiko tinggi
m) Menjelaskan tentang bahaya yang
dapat ditimbulkan karena
kehamilan risiko tinggi
n) Menjelaskan tentang pencegahan
kehamilan risiko tinggi

3 20 menit Tanya jawab Mengajukan pertanyaan


Memberikan kesempatan kepada peserta
untuk bertanya tentang materi yang
kurang dipahami
3 15 menit Evaluasi Menjawab pertanyaan
Menanyakan kembali kepada peserta
tentang materi yang telah diberikan dan
reinforcement kepada peserta yang dapat
menjawab pertanyaan
4 5 menit Penutup Mendengarkan dengan
e) Mempersilahkan fasilitator dari seksama dan menjawab
pembimbing klinik dan/atau salam
pembimbing akademik untuk
menambahkan ataupun
menjelaskan kembali jawaban
pertanyaan peserta yang belum
terjawab.
f) Menjelaskan kesimpulan dari
materi penyuluhan
g) Ucapan terima kasih
h) Salam penutup

VIII. Kriteria Evaluasi


4. Evaluasi Struktur
c) Peserta hadir ditempat penyuluhan
d) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang tunggu poli hamil dan
kandungan RSU Haji - Surabaya. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan
dilakukan sebelumnya
5. Evaluasi Proses
c) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
d) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
6. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu mengerti dan
memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan tujuan khusus
LAMPIRAAN MATERI
KEHAMILAN RISIKO TINGGI

PENDAHULUAN
Secara garis besar, kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan
kesehatan ibu, plasenta dan keadaan janin.
 Jika ibu sehat dan didalam darahnya terdapat zat-zat makanan dan bahan-bahan
organis dalam jumlah yang cukup, maka pertumbuhan dan perkembangan bayi dalam
kandungan akan berjalan baik.
 Dalam kehamilan, plasenta akan befungsi sebagai alat respiratorik, metabolik, nutrisi,
endokrin, penyimpanan, transportasi dan pengeluaran dari tubuh ibu ke tubuh janin
atau sebaliknya. Jika salah satu atau beberapa fungsi di atas terganggu, maka janin
seperti “tercekik”, dan pertumbuhannya akan terganggu.
 Demikian juga bila ditemukan kelainan pertumbuhan janin baik berupa kelainan
bawaan ataupun - kelainan karena pengaruh lingkungan, maka pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam kandungan dapat mengalami gangguan.
Bagi kebanyakan wanita, proses kehamilan dan persalinan adalah proses yang dilalui
dengan kegembiraan dan suka cita. Tetapi 5-10% dari kehamilan termasuk kehamilan dengan
risiko tinggi, wanita dengan kehamilan risiko tinggi, mereka harus mempersiapkan diri
dengan lebih memperhatikan perawatan kesehatannya dalam menghadapi kehamilan dengan
risiko tinggi ini.

II. DEFINISI
Kehamilan risiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor risiko yang dapat
mengganggu proses kehamilan sampai bersalin atau mengancam jiwa ibu dan janin
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya
dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupunterhadap janin yang
dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas bila dibandingkan dengan
kehamilan persalinan dan nifas normal.
Kehamilan usia dini memuat risiko yang tidak kalah berat. Pasalnya, emosional ibu
belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat
ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu
mengandung bayinya. (Ubaydillah, 2000).

II. FAKTOR RISIKO


Untuk menentukan suatu kehamilan risiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita
hamil untuk menentukan apakah dia memiliki keadaan atau ciri-ciri yang menyebabkan dia
ataupun janinnya lebih rentan terhadap penyakit atau kematian (keadaan atau ciri tersebut
disebut faktor risiko). Faktor risiko bisa memberikan suatu angka yang sesuai dengan
beratnya risiko.
Secara umum, kelompok ibu hamil yang tergolong resiko tinggi antara lain:
9. Umur di bawah 20 tahun, karena rahim dan panggul ibu belum berkembang
10. Umur diatas 35 tahun, karena kesehatan dan keadaan rahim sudah tidak sebaik
umur sebelumnya
11. Pernah mengalami kesulitan dan kehamilan dalam persalinan sebelumnya
12. Jumlah anak lebih dari 4 orang, karena makin banyak anak, rahim ibu makin
lemah
13. Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang kurang dari 2
tahun, karena pada keadaan tersebut rahim dan kesehatan ibu belum pulih
kembali dengan baik
14. Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekarang lebih dari 10 tahun
(terlalu lama)
15. Tinggi badan kurang dari 145 cm, karena ibu mungkin mempunyai panggul
sempit, sehingga sulit melahirkan
16. Kebiasaan ibu (merokok,alkohol, dan obat-obatan)

2.1. FAKTOR RISIKO SEBELUM KEHAMILAN


Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang menyebabkan
meningkatnya resiko selama kehamilan. Selain itu, jika seorang wanita mengalami masalah
pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk mengalami hal yang sama pada kehamilan
yang akan datang adalah lebih besar.
2.1.1. Karakteristik ibu
Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan. Anak perempuan berusia 15 tahun atau
kurang lebih rentan terhadap terjadinya pre-eklamsi (suatu keadaan yang ditandai dengan
tekanan darah tinggi, protein dalam air kemih dan penimbunan cairan selama kehamilan) dan
eklamsi (kejang akibat pre-eklamsi). Mereka juga lebih mungkin melahirkan bayi dengan
berat badan rendah atau bayi kurang gizi.
Risiko kehamilan pada ibu yang terlalu muda biasanya timbul karena mereka belum
siap secara psikis maupun fisik. Secara psikis, umumnya remaja belum siap menjadi ibu. Bisa
saja kehamilan terjadi karena "kecelakaan". Akibatnya, selain tidak ada persiapan,
kehamilannya pun tidak dipelihara dengan baik. Kondisi psikis yang tidak sehat ini dapat
membuat kontraksi selama proses persalinan tidak berjalan lancar sehingga kemungkinan
operasi sesar jadi lebih besar.
Risiko fisiknya pun tak kalah besar karena beberapa organ reproduksi remaja putri
seperti rahim belum cukup matang untuk menanggung beban kehamilan. Bagian panggul
juga belum cukup berkembang sehingga bisa mengakibatkan kelainan letak janin. Kurangnya
persiapan untuk hamil juga dikaitkan dengan defisiensi asam folat dalam tubuh. Akibat
kurangnya asam folat, janin dapat menderita spina bifida (kelainan tulang belakang) atau
janin tidak memiliki batok kepala. Risiko akan berkurang pada ibu yang hamil di usia tua
karena biasanya mereka sudah mempersiapkan kehamilan dengan baik.
Risiko kehamilan yang akan dihadapi pada primigravida tua hampir mirip pada
primigravida muda. Hanya saja, karena faktor kematangan fisik yang dimiliki maka ada
beberapa risiko yang akan berkurang pada primigravida tua. Misalnya menurunnya risiko
cacat janin yang disebabkan kekurangan asam folat. Risiko kelainan letak janin juga
berkurang karena rahim ibu di usia ini sudah matang. Panggulnya juga sudah berkembang
baik. Bahaya yang mengancam primigravida tua justru berkaitan dengan fungsi organ
reproduksi di atas usia 35 tahun yang sudah menurun sehingga bisa mengakibatkan
perdarahan pada proses persalinan dan preeklamsia.
Hal yang patut dipertimbangkan adalah meningkatnya risiko kelainan sindrom down
pada janin, yaitu sebuah kelainan kombinasi dari retardasi mental dan abnormalitas bentuk
fisik yang disebabkan kelainan kromosom. "Pada kehamilan di bawah usia 30 tahun
kemungkinan adanya sindrom down hanya 1:1600, tapi di atas 35 tahun menjadi 1:600, dan
di usia 40 tahun menjadi 1:160. Peningkatan beberapa kali lipat ini dikarenakan perubahan
kromosom akibat usia ibu yang semakin tua. Pada wanita hamil yang berusia diatas 35 tahun
bisa dilakukan pemeriksaan cairan ketuban (amniosentesis) untuk menilai kromosom janin.
Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, lebih rentan terhadap tekanan darah tinggi, diabetes
atau obesitas dan terhadap keadaan medis lainnya Seorang wanita yang pada saat tidak hamil
memiliki berat badan kurang dari 50 kg, lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih kecil dari
usia kehamilan (KMK, kecil untuk masa kehamilan). Jika kenaikan berat badan selama
kehamilan kurang dari 7,5 kg, maka resikonya meningkat sampai 30%. Sebaliknya, seorang
wanita gemuk lebih mungkin melahirkan bayi besar. Obesitas juga menyebabkan
meningkatnya resiko terjadinya diabetes dan tekanan darah tinggi selama kehamilan. Seorang
wanita yang memiliki tinggi badan kurang dari 1,4 meter, lebih mungkin memiliki panggul
yang sempit. Selain itu, wanita tersebut juga memiliki resiko yang lebih tinggi untuk
mengalami persalinan prematur dan melahirkan bayi yang sangat kecil.

2.1.2. Riwayat Kehamilan Sebelumnya


Seorang wanita yang 3 kali berturut-turut mengalami keguguran pada trimester
pertama, memiliki resiko sebesar 35% unuk mengalami keguguran lagi. Keguguran juga
lebih mungkin terjadi pada wanita yang pernah melahirkan bayi yang sudah meninggal pada
usia kehamilan 4-8 minggu atau pernah melahirkan bayi prematur. Sebelum mencoba hamil
lagi, sebaiknya seorang wanita yang pernah mengalami keguguran menjalani pemeriksaan
untuk:
 kelainan kromosom atau hormon
 kelainan struktur rahim atau leher rahim
 penyakit jaringan ikat (misalnya lupus)
 reaksi kekebalan pada janin (biasanya ketidaksesuaian Rh).
Jika penyebab terjadinya keguguran diketahui, maka dilakukan tindakan pengobatan.
Kematian di dalam kandungan atau kematian bayi baru lahir bisa terjadi akibat:
 Kelainan kromosom pada bayi
 Diabetes
 Penyakit ginjal atau pembuluh darah menahun
 Tekanan darah tinggi
 Penyalahgunaan obat
 Penyakit jaringan ikat pada ibu (misalnya lupus).
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi prematur, memiliki resiko yang lebih
tinggi untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi dengan berat badan kurang dari 1,5 kg,
memiliki resiko sebesar 50% untuk melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya.
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg, mungkin dia
menderita diabetes. Jika selama kehamilan seorang wanita menderita diabetes, maka resiko
terjadinya keguguran atau resiko kematian ibu maupun bayinya meningkat.
Pemeriksaan kadar gula darah dilakukan pada wanita hamil ketika memasuki usia
kehamilan 20-28 minggu. Seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali
atau lebih, lebih mungkin mengalami:
 kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya lemah)
 perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah)
 persalinan yang cepat, yang bisa menyebabkan meningkatnya resiko perdarahan vagina
yang berat
 plasenta previa (plasenta letak rendah).
Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi yang menderita penyakit hemolitik, maka
bayi berikutnya memiliki resiko menderita penyakit yang sama. Penyakit ini terjadi jika darah
ibu memiliki Rh-negatif, darah janin memiliki Rh-positif dan ibu membentuk antibodi untuk
menyerang darah janin; antibodi ini menyebabkan kerusakan pada sel darah merah janin.
Pada kasus seperti ini, dilakukan pemeriksaan darah pada ibu dan ayah.
Jika ayah memiliki 2 gen untuk Rh-positif, maka semua anaknya akan memiliki Rh-
positif; jika ayah hanya memiliki 1 gen untuk Rh-positif, maka peluang anak-anaknya untuk
memiliki Rh-positif adalah sebesar 50%. Biasanya pada kehamilan pertama, perbedaan Rh
antara ibu dengan bayinya tidak menimbulkan masalah, tetapi kontak antara darah ibu dan
bayi pada persalinan menyebabkan tubuh ibu membentuk antibodi.
Akibatnya, resiko penyakit hemolitik akan ditemukan pada kehamilan berikutnya.
Tetapi setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif, biasanya pada ibu yang memiliki Rh-
negatif diberikan immunoglobulin Rh-nol-D, yang akan menghancurkan antibodi Rh. Karena
itu, penyakit hemolitik pada bayi jarang terjadi.
Seorang wanita yang pernah mengalami pre-eklamsi atau eklamsi, kemungkinan akan
mengalaminya lagi pada kehamilan berikutnya, terutama jika diluar kehamilan dia menderita
tekanan darah tinggi menahun. Jika seorang wanita pernah melahirkan bayi dengan kelainan
genetik atau cacat bawaan, biasanya sebelum merencanakan kehamilan berikutnya, dilakukan
analisa genetik pada bayi dan kedua orangtuanya.

2.1.3. Kelainan struktur


Kelainan struktur pada organ reproduksi wanita (misalnya rahim ganda atau leher rahim
yang lemah) bisa meningkatkan resiko terjadinya keguguran.
Untuk mengetahui adanya kelainan struktur, bisa dilakukan pembedahan diagnostik, USG
atau rontgen. Fibroid (tumor jinak) di dalam rahim bisa meningkatkan resiko terjadinya.
 kelahiran prematur
 gangguan selama persalinan
 kelainan letak janin
 kelainan letak plasenta
 keguguran berulang.
2.1.4. Keadaan kesehatan
Keadaan kesehatan tertentu pada wanita hamil bisa membahayakan ibu dan bayi yang
dikandungnya. Keadaan kesehatan yang sangat penting adalah:
 Tekanan darah tinggi menahun
 Penyakit ginjal
 Diabetes
 Penyakit jantung yang berat
 Penyakit sel sabit
 Penyakit tiroid
 Lupus
 Kelainan pembekuan darah.
2.1.5. Riwayat keluarga
Riwayat adanya keterbelakangan mental atau penyakit keturunan lainnya di keluarga
ibu atau ayah menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya kelainan tersebut pada
bayi yang dikandung. Kecenderungan memiliki anak kembar juga sifatnya diturunkan.

2.2.Faktor Risiko Selama Kehamilan


Seorang wanita hamil dengan resiko rendah bisa mengalami suatu perubahan yang
menyebabkan bertambahnya resiko yang dimilikinya. Dia mungkin terpapar oleh teratogen
(bahan yang bisa menyebabkan cacat bawaan), seperti radiasi, bahan kimia tertentu, obat-
obatan dan infeksi; atau dia bisa mengalami kelainan medis atau komplikasi yang
berhubungan dengan kehamilan.

2.2.1 Obat-obatan atau infeksi


Obat-obatan yang diketahui bisa menyebabkan cacat bawaan jika diminum selama
hamil adalah:
 Alkohol
 Phenitoin
 Obat-obat yang kerjanya melawan asam folat (misalnya triamteren atau trimethoprim)
 Lithium
 Streptomycin
 Tetracyclin
 Talidomide
 Warfarin.
Infeksi yang bisa menyebabkan cacat bawaan adalah:
 Herpes simpleks
 Hepatitis virus
 Influenza
 Gondongan
 Campak Jerman (rubella)
 Cacar air (varisela)
 Sifilis
 Listeriosis
 Toksoplasmosis
 Infeksi oleh virus coxsackie atau sitomegalovirus.
Merokok berbahaya bagi ibu dan janin yang dikandungnya, tetapi hanya sekitar 20%
wanita yang berhenti merokok selama hamil. Efek yang paling sering terjadi akibat merokok
selama hamil adalah berat badan bayi yang rendah. Selain itu, wanita hamil yang merokok
juga lebih rentan mengalami:
 komplikasi plasenta
 ketubah pecah sebelum waktunya
 persalinan premature
 infeksi rahim.
Seorang wanita hamil yang tidak merokok sebaiknya menghindari asap rokok dari
orang lain karena bisa memberikan efek yang sama terhadap janinnya. Cacat bawaan pada
jantung, otak dan wajah lebih sering ditemukan pada bayi yang ibunya merokok.
Merokok selama hamil juga bisa menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya
sindroma kematian bayi mendadak. Selain itu, anak-anak yang dilahirkan oleh ibu perokok
bisa mengalami kekurangan yang sifatnya ringan dalam hal pertumbuhan fisik,
perkembangan intelektual dan perilaku. Efek ini diduga disebabkan oleh karbon monoksida
(yang menyebabkan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh) dan nikotin (yang
merangsang pelepasan hormon yang menyebabkan pengkerutan pembuluh darah yang
menuju ke plasenta dan rahim).
 Mengkonsumsi alkohol selama hamil bisa menyebabkan cacat bawaan.
Sindroma alkohol pada janin merupakan salah satu akibat utama dari pemakaian
alkohol selama hamil. Sindroma ini ditandai dengan:
 keterbelakangan pertumbuhan sebelum atau sesudah lahir
 kelainan wajah
 mikrosefalus (ukuran kepala lebih kecil), yang kemungkinan disebabkan oleh
pertumbuhan otak yang dibawah normal
 kelainan perkembangan perilaku.
 Sindroma alkohol pada janin seringkali menyebabkan keterbelakangan mental. Selain
itu, alkohol juga bisa menyebabkan keguguran dan gangguan perilaku yang berat pada
bayi maupun anak yang sedang tumbuh (misalnya perilaku antisosial dan kurang
memperhatikan).
 Resiko terjadinya keguguran pada wanita hamil yang mengkonsumsi alkohol adalah 2
kali lipat, terutama jika wanita tersebut adalah peminum berat. Berat badan bayi yang
dilahirkan berada di bawah normal, yaitu rata-rata 2 kg. Suatu pemeriksaan
laboratorium yang sensitif dan tidak memerlukan biaya besar, yaitu kromatografi, bisa
digunakan untuk mengetahui pemakaian heroin, morfin, amfetamin, barbiturat, kodein,
kokain, marijuana, metadon atau fenotiazin pada wanita hamil.
 Wanita yang menggunakan obat suntik memiliki resiko tinggi terhadap:
 Anemia
 Bakteremia
 Endokarditis
 Abses kulit
 Hepatitis
 Flebitis
 Pneumonia
 Tetanus
 Penyakit menular seksual (termasuk AIDS).
Sekitar 75% bayi yang menderita AIDS, ibunya adalah pemakai obat suntik atau
pramuria. Bayi-bayi tersebut juga memiliki resiko menderita penyakit menular seksual
lainnya, hepatitis dan infeksi. Pertumbuhan mereka di dalam rahim kemungkinan mengalami
kemunduran dan mereka bisa lahir prematur. Kokain merangsang sistem saraf pusat,
bertindak sebagai obat bius lokal dan menyebabkan pengkerutan pembuluh darah. Pembuluh
darah yang mengkerut bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah sehingga kadang janin
tidak mendapatkan oksigen yang cukup.
Berkurangnya aliran darah dan oksigen bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan
berbagai organ dan biasanya menyebabkan cacat kerangka serta penyempitan sebagian usus.
 Pemeriksaan air kemih untuk mengatahui adanya kokain biasanya dilakukan jika:
 seorang wanita hamil tiba-tiba menderita tekanan darah tinggi yang berat
 terjadi perdarahan akibat pelepasan plasenta sebelum waktunya
 terjadi kematian dalam kandungan yang sebabnya tidak diketahui.
31% dari wanita pemakai kokain mengalami persalinan prematur, 19% melahirkan bayi
yang pertumbuhannya terhambat dan 15% mengalami pelepasan plasenta sebelum
waktunya.
 Jika pemakaian kokain dihentikan setelah trimester pertama, maka resiko persalinan
prematur dan pelepasan plasenta sebelum waktunya tetap meningkat, tetapi
pertumbuhan janinnya normal.
2.2.2. Keadaan kesehatan
Tekanan darah tinggi pada wanita hamil bisa disebabkan oleh kehamilan atau keadaan
lain. Tekanan darah tinggi di akhir kehamilan bisa merupakan ancaman serius terhadap ibu
dan bayinya dan harus segera diobati. Jika seorang wanita hamil pernah menderita infeksi
kandung kemih, maka dilakukan pemeriksaan air kemih pada awal kehamilan. Jika
ditemukan bakteri, segera diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi ginjal yang bisa
menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya. Infeksi vagina oleh
bakteri selama hamil juga
bisa menyebabkan persalinan prematur dan ketuban pecah sebelum waktunya. Untuk
mencegah terjadinya hal tersebut, diberikan antibiotik.
Penyakit yang menyebabkan demam (suhu lebih tinggi dari 39,4° Celsius) pada
trimester pertama menyebabkan meningkatnya kemungkinan terjadinya keguguran dan
kelainan sistem saraf pada bayi. Demam pada trimester terakhir menyebabkan meningkatnya
kemungkinan terjadinya persalinan prematur.
2.2.3. Komplikasi kehamilan
1. Inkompatibilitas Rh
Ibu dan janin yang dikandungnya bisa memiliki jenis darah yang tidak sesuai. Yang
paling sering terjadi adalah inkompatibilitas Rh, yang bisa menyebabkan penyakit hemolitik
pada bayi baru lahir. Penyakit hemolitik bisa terjadi jika ibu memiliki Rh-negatif, ayah
memiliki Rh-positif, janin memiliki Rh-positif dan tubuh ibu membuat antibodi untuk
melawan darah janin. Jika seorang ibu hamil memiliki Rh-negatif, maka dilakukan
pemeriksaan antibodi terhadap janin setiap 2 bulan. 12
Resiko pembentukan antibodi ini meningkat pada keadaan berikut:
 setelah terjadinya perdarahan dimana darah ibu dan darah janin bercampur
 setelah pemeriksaan amniosentesis
 dalam waktu 72 jam setelah melahirkan bayi dengan Rh-positif.
Pada saat ini dan pada kehamilan 28 minggu, diberikan imunoglobulin Rh-nol-D
kepada ibu, yang akan menghancurkan antibodi Rh. 12
2. Perdarahan Penyebab perdarahan paling sering pada trimester ketiga adalah:
 Kelainan letak plasenta
 Pelepasan plasenta sebelum waktunya
 Penyakit pada vagina atau leher rahim (misalnya infeksi).
Perdarahan pada trimester ketiga memiliki resiko terjadinya kematian bayi, perdarahan
hebat dan kematian ibu pada saat persalinan.
Untuk menentukan penyebab terjadinya perdarahan bisa dilakukan pemeriksaan USG,
pengamatan leher rahim dan Pap smear. 12
3. Kelainan pada cairan ketuban
Air ketuban yang terlalu banyak akan menyebabkan peregangan rahim dan menekan
diafragma ibu. Hal ini bisa menyebabkan gangguan pernafasan yang berat pada ibu atau
terjadinya persalinan prematur. Air ketuban yang terlalu banyak cenderung terjadi pada:
 ibu yang menderita diabetes yang tidak terkontrol
 kehamilan ganda
 inkompatibilitas Rh
 bayi dengan cacat bawaan (misalnya penyumbatan kerongkongan atau kelainan sistem
saraf).
Air ketuban yang terlalu sedikit ditemukan pada:
 bayi yang memiliki cacat bawaan pada saluran kemih
 bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan
 bayi yang meninggal di dalam kandungan. 12
4. Persalinan prematur
Persalinan prematur lebih mungkin terjadi pada keadaan berikut:
 ibu memiliki kelainan struktur pada rahim atau leher rahim
 perdarahan
 stress fisik atau mental
 kehamilan ganda
 ibu pernah menjalani pembedahan rahim.
Persalinan prematur seringkali terjadi jika:
 bayi berada dalam posisi sungsang
 plasenta terlepas dari rahim sebelum waktunya
 ibu menderita tekanan darah tinggi
 air ketuban terlalu banyak
 ibu menderita pneumonia, infeksi ginjal atau apendisitis.
5. Kehamilan ganda
Kehamilan lebih dari 1 janin juga bisa menyebabkan meningkatnya kemungkinan
terjadinya cacat bawaan dan kelainan pada saat persalinan.
6. Kehamilan lewat waktu
Pada kehamilan yang terus berlanjut sampai lebih dari 42 minggu, kemungkinan
terjadinya kematian bayi adalah 3 kali lebih besar.
III. TANDA BAHAYA KEHAMILAN RISIKO TINGGI
Perdarahan
 Perdarahan pada hamil muda dapat menyebabkan keguguran
 Perdarahan pada hamil tua dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi dalam
kandungan
Bengkak di kaki/ tangan/ wajah, dan sakit kepala disertai kejang
 Bengkak atau sakit kepala pada ibu hamil dapat membahayakan keselamatan ibu dan
bayi dalam kandungan
Demam tinggi
 Demam tinggi bisa membahayakan keselamatan jiwa ibu, menyebabkan keguguran
atau kelahiran kurang bulan
Keluar air ketuban sebelum waktunya
 Tanda adanya gangguan pada kehamilan dan dapat membahayakan bayi dalam
kandungan
Bayi dalam kandungan tidak bergerak
 Keadaan ini tanda bahaya pada janin
Ibu muntah terus dan tidak mau makan
 Keadaan ini akan membahayakan kesehatan ibu

IV. BAHAYA YANG DAPAT DITIMBULKAN


 Bayi lahir belum cukup bulan.
 Bayi lahir dengan berat kahir rendah (BBLR).
 Keguguran (abortus).
 Persalinan tidak lancar / macet.
 Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan.
 Janin mati dalam kandungan.
 Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
 Keracunan kehamilan/kejang-kejang.
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah dan diatasi dengan baik bila gejalanya
ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya, dan
kenyataannya, banyak dari faktor resiko ini sudah dapat diketahui sejak sebelum konsepsi
terjadi.
Jadi semakin dini masalah dideteksi, semakin baik untuk memberikan penanganan
kesehatan bagi ibu hamil maupun bayi. Juga harus diperhatikan bahwa pada beberapa
kehamilan dapat mulai dengan normal, tetapi mendapatkan masalah kemudian.
 Sangat penting bagi setiap ibu hamil untuk melakukan ANC (Antenatal Care) atau
pemeriksaan kehamilan secara teratur, yang bermanfaat untuk memonitor kesehatan
ibu hamil dan bayinya. Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur
ke Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
 Dengan mendapatkan imunisasi TT 2X.
 Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan lebih
intensif.
 Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna.
 Hindari rokok, alkohol, dll
Cara mencegah kehamilan risiko tinggi

7. Usia hamil tidak kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
8. Rencanakan jumlah anak 2 orang saja.
9. Hindari jarak kehamilan terlalu dekat atau terlalu jauh.
10. Memeriksa kehamilan secara teratur kepada tenaga kesehatan.
11. Menggunakan alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan.
12. Melahirkan denan pertolongan tenaga kesehatan.
ADAKAH APA SAJA TANDA
ANDA TERMASUK BAHAYA KEHAMILAN ??
IBU HAMIL YANG Perdarahan
BERESIKO TINGGI ?? - Pada hamil muda menyebabkan
Kehamilan dg berbagai keguguran
1. Usia ibu saat hamil terlalu
factor resiko yang akan - Pada hamil tua membahayakan
muda (<20 tahun) atau
menyebabkan terjadinya keselamatan bayi
terlalu tua (>35 tahun)
bahaya dan komunikasi Bengkak di kaki,tangan,atau wajah
2. Anak lebih dari empat (
hingga terlalu banyak anak/terlalu disertai sakit kepala dan kejang
bersalin/mengancam jiwa sering melahirkan - Bengkak/sakit kepala ibu hamil
ibu dan janin 3. Jarak persalinan terakhir bila membahayakan keselamatan
dan kehamilan sekarang ibu dan bayi dalam kandungan
kurang dari dua tahun ( Demam / panas tinggi
terlalu dekat jarak - Merupakan tanda/gejala adanya
Bahaya apa saja yang dapat kehamilan) atau lebih dari infeksi selama kehamilan
ditimbulkan akibat ibu hamil 10 tahun ( terlalu lama) Keluar air ketuban sebelum
dengan resiko tinggi ?? 4. Tinggi badan kirang 145 waktunya
cm
- Merupakan tanda adanya
5. Ibu yang terlalu kurus (
gangguan pada kehamilan dan
- Bayi lahir belum cukup bulan( berat badan kurang dari
33kg/linkar lengan atas dapat membahayakan bayi
premature)
- Bayi lahir dengan berat lahir rendah kurang dari 23,5cm) dalam kandungan
(BBLR) ataupun terlalu gemuk ( Bayi dalam kangungan
obesitas ) Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
- Keguguran ( abortus) gerakanya berkurang atau tidak
- Persalinan tidak lancer/macet 6. Bentuk panggul ibu yang
bergerak
tidak normal ( terlalui
- Janin mati dalam kandungan dll. - Keadaan ini merupakan tanda
sempit ).
bahaya pada janin
Apakah Kehamilan Resiko Tinggi Dapat
Dicegah ?
Atur kehamilan ( usia hamil jumlah
Keluhanan resiko tinggi dapat dicegah bila anak,jarak kehamilan)
gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga
dapat dilakukan tindakan antisipasi dan Periksakan kehamilan
perbaikan. secara rutin/berkala di
petugas kesehatan
Bagaimana pencegahan resiko tinggi dapat
dilakukan?
- Dengan memberikan kehamilan
sendiri mungkin dan teratur ke
posyandu/poskesmas/rumah Perawatan dini selama
sakit,paling sedikit 4 kali masa
hamil:nutrisi( makan DISUSUN OLEH :
kehamilan YESSI
- Dengan mendapatkan imunisasi TT bergizi),perawatan
manimal 2x payudara,kebersihan
- Bila ditemukan kelian resiko tinggi
diri,batasi aktivitas
pemeriksaan harus lebih sering dan
lebih intensif di petugas kesehatan. berlebih
- Makan makanan yang bergizi yaitu
memenuhib 4 sehat 5 sempurna
Hindari alcohol,rokok
Apakah yang dapat dilakukan seseorang ibu dan obat-obatan diluar
untuk menghindari bahaya kehamilan resiko
anjurkan petugas
tinggi??
kesehatan
Yayasan eka harap palangkaraya
Mengenal tanda-tanda kehamilan resiko Pastikan kehamilan terpantau petugas
tinggi.menunda kehamilan pertama agar tidak Sekolah tinggi ilmu kesehatan
kurang dari 20 tahun atau menghindari terjadinya
Dokter/bidan agar ibu dan bayi
Prodi serjana keperawatan
kehamilan lagi jika usia ibu sudah lebih 35 tahun. Selamat dan sehat
Tahun akademik 2021/2021
Merencanakan jumlah anak,agar tidak terlalu
banyak menghindari jarak kehamilan terlalu dekat.

Anda mungkin juga menyukai