Anda di halaman 1dari 3

PERLAKUAN PERPAJAKAN SPT TAHUNAN LEBIH BAYAR

Pada artikel Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan sudah dibahas mengenai apa itu SPT Tahunan
dan fungsi SPT Tahunan dalam hal perpajakan, serta bagaimana pelaporannya. Pelaporan SPT
Tahunan merupakan kewajiban yang harus dijalankan oleh setiap wajib pajak di Indonesia,
dimana dalam pelaporan tersebut, wajib pajak akan menghitung ulang terhadap penghasilan,
biaya, pajak yang terhutang selama satu tahun pajak. Atas perhitungan ulang ini, tentunya
didapatkan tiga jenis SPT, antara lain :

 SPT Nihil yang terjadi dimana kondisi jumlah pajak terhutang sama dengan jumlah pajak
yang sudah dibayarkan
 SPT Kurang Bayar yang terjadi dimana kondisi jumlah pajak terhutang lebih besar dari
jumlah pajak yang sudah dibayarkan
 SPT Lebih Bayar yang terjadi dimana kondisi jumlah pajak terhutang lebih kecil dari
jumlah pajak yang sudah dibayarkan

Berdasarkan jenis SPT di atas, kita sering menemui SPT Nihil dan SPT Kurang bayar setelah ada
perhitungan ulang, tetapi jarang menemui kondisi SPT Lebih Bayar (titik), yang SPT lebih byr
bisa saja disebabkan oleh beberapa hal seperti Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yang
menjalankan pekerjaan bebas ataupun yang sudah melakukan pembukuan. Pada pembahasan kali
ini, kita akan membahas bagaimana perlakuan dalam sisi perpajakan apabila menemui jenis SPT
Lebih Bayar setelah dilakukan perhitungan ulang. Berikut ini perlakuan perpajakan apabila SPT
yang sudah dihitung ulang menunjukkan posisi Lebih Bayar :

1. Pemeriksaan
Perlakuan yang pertama adalah melalui pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Pasal
17B ayat 1 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP),
dimana pada awalnya wajib pajak harus menyampaikan permohonan terlebih dahulu
untuk mengajukan pengembalian atau restitusi atas kelebihan pajak yang muncul ketika
perhitungan ulang. Setelah itu, apabila permohonan yang diajukan sudah diterima oleh
Kantor Pelayanan Pajak (KPP), maka KPP akan melakukan pemeriksaan terhadap
permohonan yang sudah disampaikan oleh wajib pajak selama 12 bulan. Selanjutnya,
DJP akan menerbitkan surat ketetapan atas hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan,
yaitu
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
 Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
 Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
Apabila sudah melewati batas waktu pemeriksaan dan DJP belum menerbitkan surat
ketetapan pajak, maka permohonan yang diajukan dianggap disetujui. Untuk SKPLB,
DJP akan menghitung ulang kelebihan pembayaran pajak terhadap utang pajak yang
dimiliki. Jika ternyata wajib pajak masih memiliki utang pajak, maka kelebihan pajak
yang ada akan digunakan terlebih dahulu untuk melunasinya. Sebaliknya jika tidak ada
utang pajak ataupun terdapat sisa lebih bayar setelah pembayaran utang pajak, maka akan
diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (SKPKPP)
paling lambat 1 bulan dari penerbitan SKPLB. Dengan melalui SKPKPP dan rekening
bank atas nama wajib pajak, akan diterbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak
(SPMKP) sebagai bukti untuk pengembalian kelebihan pajak.

2. Penelitian
Selain menggunakan metode Pemeriksaan yang membutuhkan jangka waktu yang lama,
metode lainnya adalah Penelitian, dimana metode ini dapat dimanfaatkan untuk WPOP
yang telah memenuhi persyaratan tertentu dan metode ini dirasa lebih cepat dan ringkas.
Metode ini lebih dikenal dengan mekanisme Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pajak. Adapun ketentuan ini diatur dalam Pasal 17C UU KUP untuk wajib pajak kriteria
tertentu & 17D UU KUP untuk wajib pajak persyaratan tertentu dan PMK 39 Tahun
2018 tentang Tata Cara Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak.
Berikut ini persyaratan untuk wajib pajak kriteria tertentu dengan memenuhi persyaratan
seperti :
 Tepat waktu dalam menyampaikan SPT;
 Tidak mempunyai tunggakan pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah
memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak;
 Laporan keuangan di audit oleh akuntan publik atau lembaga pengawasan
keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama tiga
tahun berturut-turut; dan
 Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
dalam jangka waktu lima tahun terakhir

Selain itu, (bagian ini aga rancu menyambung dgn konteks di atas. “Selain itu”
maksdnya itu apaan, itu yg mana ? ) berikut ini persyaratan untuk wajib pajak
persyaratan tertentu yang memenuhi syarat seperti :

 WPOP yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas yang menyampaikan
SPT Tahunan Pajak Penghasilan lebih bayar restitusi;
 WPOP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas yang menyampaikan SPT
Tahunan PPh lebih bayar restitusi dengan jumlah lebih bayar paling banyak 100
juta rupiah.

Setelah memenuhi persyaratan di atas, permohononan pengembalian pendahuluan akan


diproses melalui metode penelitian dan selanjutnya diterbitkan Surat Keputusan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak (SKPPKP), dimana untuk wajib pajak
kriteria tertentu diterbitkan paling lama 3 bulan sejak permohonan dan untuk wajib
pajak persyaratan tertentu diterbitkan paling lama 15 hari sejak permohonan.

Langkah selanjutnya adalah SKPPKP dihitung ulang dengan utang pajak yang dimiliki
oleh wajib pajak. Setelah itu akan diterbitkan SKPKPP sejak penerbitan SKPPKP, dan
kemudian penerbitan SPMKP yang digunakan untuk dasar pengembalian kelebihan
pajak.

Anda mungkin juga menyukai