Anda di halaman 1dari 3

KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PENANGGULANGAN KOLEKTIBILITAS

PADA BANK SYARIAH

Oleh : Umi Alfilatiifah, Mahasiswa Perbankan Syariah UIN Sultan Maulana Hasanuddin
Banten

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan dan kemajuan


yang baik, dengan peningkatan dan kemajuan yang baik maka persaingan antar bank syariah juga
semakin ketat. Sebagaimna kita ketahui perkembangan perbankan syariah tidak hanya terjadi di
Indonesian melainkan juga tingkat internasional yang Negaranya terdapat masyarakat Islam.
Perbankan syariah juga berfugsi sebagai lembaga keuangan yang mana tugasnya sebagai pihak
yang menghimpun dana dari masyarakat yang mana kemudian untuk disalurkan kembali kepada
masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat.

Lembaga perbankan Syariah merupakan salah satu Lembaga keuangan di Indonesia.


Yang mana dengan adanya Undang- undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan UU
nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan (yang selanjutnya disebut UU Perbankan), maka bank
Syariah kini diakui keberadaannya dalam system perbankan di Indonesia. Berdasarkan kaitannya
pada perbankan Syariah di Indonesia, undang-undang ini jauh lebih membawa kesempatan bagi
suatu perkembangan perbankan Syariah yang ada di Indonesia, karena berdasarkan undang-
undang inilah yang membedakan bank pada prinsip konvensioanl dan Syariah. Sementara
landasan hukum pendirian Bank Syariah di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 21 tentang
perbankan Syariah. “Perbankan syariah ialah mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan
perbankan Syariah dan unit usaha Syariah (UUS), mencakup didalamnya kelembagaan, suatu
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melakukan atau melaksanakan berbagai kegiatan
usahanya”.

Yang menjadi salah satu kriteria dalam penilaian kesehatan bank adalah kualitas asset.
Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 16/POJK.03/2014 tentang Penilaian Kualitas
Aset bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS) Kualitas asset merupakan suatu usaha
yang dilakukan untuk menilai asset-aset yang dimiliki oleh suatu bank. Penilaian kualitas asset
berdasarkan peraturan OJK atau Otoritas Jasa Keuangan yaitu asset produktif dan asset non
produktif. Asset dalam perbankan digunakan sebagai alat atau cara dalam penilaian kualitas
aktiva produktif. Aktiva produktif adalah salah satu aspek untuk menentukan tingkat kesehatan
suatu bank. Hal ini merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam manajemen bank untuk
selalu memantau dan menjaga sebuah kualitas aktiva produktif karena kualitas aktiva produktif.

Kemudian apa saja yang termasuk dalam kualitas aktiva produktif, dapat kita jelaskan
kualitas aktiva produktif terdiri dari pebiayaaan yang mana pembiayaan merupakan penyedian
yang berdasarkan akad mudharabah yang berprinsip bagi hasil. Pada bank konvensional
diketahui bahwa pembiayaan dapat dikatakan sebagai kredit. Kualitas pembiayaan yang ada di
bank syariah dapat digolonkan menjadi 4 golongan yaitu lancer, kurang lancer dan macet.
Kemudian selamnjutnya piutang, piutang dapat dikatakan sebagai tagihan yang muncul dari
aktifitas jualbeli maupun sewa menyewa. Kemudian terdapat surat berharga syariah yang
merupakan surat bukti dari kegiatan investasi berdasarkan prinsip syariah yang mana biasanya
diperjual belikan dipasar uang atau pasar modal. Selanjutnya penempatan yang dapat dikatakan
sebagai tempat penanaman dana bank syariah dan bank lainnya. Kemudian penyertaan Modal
yang dapat dikatakan sebagai penanaman dan oleh bank syariah dalam bentuk saham pada
perusahaan yang bergerak
dibidang keuangan Syariah termasuk penanaman dana dalam bentuk surat utang konversi dengan
pilihan saham atau
jenis transaksi yang berdasarkan prinsip Syariah yang nantinya bank Syariah akan memiliki
saham pada perusahaan
yang bergerak dibidang keuangan Syariah.kemudian Penyertaan modal sementara merupakan
penyertaan modal pada bank Syariah dalam perusahaan nasabah yang tujuannya untuk mengatasi
kegagalan pembiayaan dana atau piutang sebagaimana dimaksud dalam ketetapan Bank
Indonesia yang berlaku. Dan yang terakhir adalah Transaksi rekening administrative yaitu
ketentuan dalam berkomitmen yang berdasarkan prinsip Syariah.

Pembiayaan Bermasalah adalah pembiayaan yang menurut kualitasnya didasarkan atas


resiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan Nasabah pembiayaan dalam memenuhi
kewajiban untuk membayar bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya. Dalam menyelesaikan
pembiayaan bermasalah, terlebih dahulu akan ditentukan kualitas pembiayaan, dimana kualitas
pembiayaan sangat berpengaruh terhadap keputusan dalam penyelesain pembiayaan bermasalah.
Berikut kategori kualitas pembiayaan

Lancar Apabila pembayaran angsuran Pembiayaan dan margin dilakukan tepat waktu,
tidak ada tunggakan, sesuai dengan persyaratan akad, selalu menyampaikan laporan keuangan
secara teratur dan akurat, secara dokumentasi perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan
kuat. Dalam Perhatian Khusus Apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau
margin pembiayaan sampai dengan 90 hari. Akan tetapi selalu menyampaikanlaporan keuangan
secara teratur dan akurat, dokumentasi perjanjian piutang lengkap dan pengikatan agunan kuat.
Kurang Lancar Apabila terdapat tunggakan pembiayaan angsuran pokok dan atau margin yang
telah melewati 90 hari sampai 180 hari, penyampaian laporan keuangan tidak secara teratur dan
meragukan, dokumentasi perjanjian piutang kurang lengkap dan pengikatan agunan kuat. Terjadi
pelanggaran terhadap persyaratan pokok perjanjian piutang, dan berupaya melakukan
perpanjangan piutang untuk menyembunyikan kesulitan keuangan. Diragukan Terjadi
tunggakan pembiayaan angsuran pokok atau margin yang telah melewati 180 hari sampai dengan
270 hari. Nasabah tidak menyampaikan informasi keuangan atau tidak dapat dipercaya,
dokumentasi perjanjian piutang tidak lengkap dan pengikatan agunan lemah serta terjadi
pelanggaran. Macet Apabila terjadi tunggakan pembayaran angsuran pokok dan atau margin
yang telah melewati 270 hari.
Dalam penyelesaian Pembiayaan bermasalah, Bank syariah dapat melakukan upaya-
upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah sebagai berikut: 1. Restrukturisasi Pembiayaan Kata
“restrukturisasi” tak akan muncul tanpa ada kata “strukturisasi” atau “struktur” yang mendahului
terjadinya sesuatu. Dengan kata lain restrukturisasi berlaku setelah adanya struktur itu sendiri.
Struktur menurut bahasa adalah 1) cara sesuatu disusun atau dibangun; susunan; bangunan; 2)
yang disusun dengan pola tertentu; 3) pengaturan unsur atau bagian suatu benda; 4) ketentuan
unsur-unsur dari suatu benda; dan 5) pengaturan pola dalam bahasa secara sintagmatis.

- Madona Khairunisa, (2020), penyelesaian pembiayaan pada perbankan syariah : :


Islamic Business and Finance, Vol. 1, No. 1
- Irna Meutia Sari, Saparudin Siregar, Isnaini Harhap, (2020), Penilaian Kualiatas Aktiva
Produktif Dalam Perbankan : Seminar Nasional Teknologi Komputer dan Sains (SAINTEKS)

Anda mungkin juga menyukai