Kelompok :
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada masa Kabinet Ali I ini peristiwa besar Konferensi Asia Afrika atau (KAA)
berhasil diselenggarakan di kota Bandung. Konferensi Asia Afrika digagas oleh Perdana
Menteri Indonesia (Ali Sastroamidjojo), Perdana Menteri Srilanka (Sir John Kotelawala),
Perdana Menteri Birma (U Nu), Perdana Menteri India (Jawaharlal Nehru), dan Perdana
Menteri Pakistan (Mohammed Ali). KAA diselenggarakan pada bulan April 1955.
5. Kabinet Burharuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 3 Maret 1956)
Kabinet Ali-Wongso digantikan oleh Kabinet Burharuddin Harahab pada 12 Agustus
1955. Burharuddin Harahab dari Masyumi berhasil menyusun suatu kabinet yang didasarkan
pada dukungan Masyumi bersama PSI dan NU (12 Agustus 1955-3 Maret 1956). Dalam
Kabinet Burharudin Harahap, memiliki beberapa program kerja yang hampir sama dengan
kabinet sebelumnya antara lain mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu
mengembalikan kepercayaan angkatan darat dan masyarakat kepada pemerintah,
melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah di tetapkan dan mempercepat
terbentuknya parlemen baru, masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi,
perjuangan pengembalian Irian Barat, politik kerja sama Asia Afrika berdasarkan politik luar
negeri bebas aktif (Arta dan Margi, 2014:133). Program lain Kabinet Burhabuddin Harahap
yang harus di selesaikan seperti telah di janjikan dalam pembentukan kabinet, ialah pemilihan
umum. Golongan oposisi terus mendesak kepada kabinet untuk melaksanakan pemilihan
umum secepat mungkin (Poesponegoro dan Notosusanto, 2008: 317)
Peran Ali Sastroamidjojo atau bisa kita sebut ali Sastrowijoyo pada Konferensi
Asia Afrika yang diadakan di Bandung pada tahun 1955 ini sangatlah besar dalam
pengusulan dan meyakinkan negara lain bahwa Indonesia bisa menjadi tuan rumah
pada konferensi tersebut. Sebelum diadakannya konferensi tersebut sempat ada
beberapa kendala yang mesti dikendalikan oleh negara Indonesia sendiri dan negara
yang akan diundang, namun berkat kontribusi besar serta kerja sama kabinet Ali
Sastrowijoyo bersama rekannya pelaksanaan Konferensi Asia Afrika dapat diadakan
di Kota Bandung berikut uraian lebih mendalamnya.
Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon, Sir John Kotelawala,
mengundang para perdana menteri dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru),
Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud
mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya. Undangan tersebut diterima baik
oleh semua pimpinan pemerintah negara tersebut. Pada kesempatan itu, Presiden
Indonesia, Soekarno, menekankan kepada Perdana Menteri Indonesia, Ali
Sastroamidjojo, untuk menyampaikan ide diadakannya Konferensi Asia Afrika pada
pertemuan Konferensi Kolombo tersebut. Beliau menyatakan bahwa hal ini merupakan
cita-cita bersama selama hampir 30 tahun telah didengungkan untuk membangun
solidaritas Asia Afrika dan telah dilakukan melalui pergerakan nasional melawan
penjajahan.
2. Sistem kabinet dengan perdana menteri dan kelompok oposisi tdk berjalan
dengan baik karena pemahaman yang kurang mendalam antara pihak
pemerintah dan oposisi sehingga pada akhirnya oposisi lebih sibuk ingin
menjegal kabinet yang ada.