Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KEPERAWATAN BENCANA

“Analisis Penilaian Sistematis Pada Sebelum, Saat, Dan Setelah Bencana


Pada Korban, Survivor, Populasi Rentan Dan Berbasis Komunitas”

OLEH :

LUH PUTU JULIANI MEGANTARI

C1118059

VII B KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
limpahan rahmat-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Analisis Penilaian Sistematis Pada Sebelum, Saat, Dan Setelah Bencana
Pada Korban, Survivor, Populasi Rentan Dan Berbasis Komunitas” tugas ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Bencana.

Dalam penulisan tugas makalah ini tentunya penulis berterimakasih


kepada dosen pembimbing mata kuliah yang telah membimbing, memotivasi dan
mendampingi kami dalam pembelajaran. Penulis menyadari bahwa sepenuhnya
dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran semua pihak untuk menyempurnakan
makalah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini


dapat bermanfaat bagi pembaca.

Mangupura, 27 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

A...Latar Belakang......................................................................................................1
B...Rumusan Masalah.................................................................................................2
C...Tujuan....................................................................................................................2
D...Manfaat..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................

A. Analisis penilaian sistematis pada sebelum, saat, dan setelah bencana pada korban,
survivor, populasi rentan dan berbasis komunitas..........................................................3

BAB III PENUTUP..................................................................................................

3.1 Kesimpulan............................................................................................................13

3.2 Saran......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan
aktivitas manusia, seperti letusan gunung, gempa bumi dan tanah longsor.
Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan
darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan
struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung
pada kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan
mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan pernyataan: "bencana muncul
bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan". Dengan demikian,
aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di daerah
tanpaketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak
berpenghuni.
Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri,
mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai
peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat
manusia. Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi
(hazard) serta memiliki kerentanan / kerawanan (vulnerability) yang juga
tinggi tidak akan memberi dampak yang hebat / luas jika manusia yang berada
disana memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience).
Konsep ketahanan bencana merupakan evaluasi kemampuan sistem dan
infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani
tantangan- tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipundaerah
tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi
dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup. Terjadinya bencana alam
tidak dapat di prediksi. Oleh karena itu, dibutuhkan surveilans untuk
meminimalisir kerusakan dan korban. Surveilans bencana dilakukan sebelum
bencana terjadi, saat bencana dan sesudah terjadinyabencana.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penilaian sistematis sebelum, saat, dan setelah bencana pada
korban, survivor, populasi rentan dan berbasis komunitas ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penilaian sistematis sebelum, saat, dan setelah bencana
pada korban, survivor, populasi rentan dan berbasis komunitas.
D. Manfaat
Bisa lebih mengetahui dan memahami bagaimana tentang hal penilaian
sistematis sebelum, saat, dan setelah bencana pada korban, survivor, populasi
rentan dan berbasis komunitas.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Penilaian Sistematis Pada Sebelum, Saat, Dan Setelah Bencana


Pada Korban, Survivor, Populasi Rentan Dan Berbasis Komunitas
1. Pengertian
Pengertian Penilaian Sistematis Menurut Eko Putro Widoyoko,
2012: 3, Penilaian ialah sebagai kegiatan menafsirkan data hasil
pengukuran berdasarkan kriteria dan aturan-aturan tertentu. Penilaian
memberikan informasi lebih konprehensif dan lengkap dari pada
pengukuran, karena tidak hanya mengunakan instrument tes saja,
melainkan mengunakan tekhnik non tes lainya.
Penilaian merupakan kegiatan mengambil keputusan dalam
menentukan sesuatu berdasarkan kriteria baik dan buruk serta bersifat
kualitatif Sistematis adalah bentuk usaha menguraikan serta
merumuskan sesuatu hal dalam konteks hubungan yang logis serta
teratur sehingga membentuk system secara menyeluruh, utuh dan terpadu
yang mampu menjelaskan berbagai rangkaian sebab akibat yang terkait
suatu objek tertentu.(Abdulkadir Muhammad : 2004)
Jadi penilaian sistematis adalah kegiatan dan proses pengumpulan
data data dan informasi yang bersifat kualitatif yang disusun secara
berurutan, utuh dan terpadu untuk menjelaskan berbagai rangkaian sebab
akibat terkait suatu objek tertentu. Penialain sistematis pada bencana
ialah kegiatan mengumpulkan data dan informasi yang berkaitan dengan
bencana yang termasuk didalamnya bentuk bencana, lokasi, dampak,
korban, dan usaha dalam menghadapi bencana sebelum, saat dan setelah
terjadinya bencana. Penilaian sistematis ini disusun untuk memberikan
gambaran mengenai resiko dan dampak yang akan dialami jika terjadi
bencana.
2. Penilaian Sebelum Bencana Pada Korban, Survivor, Populasi Rentan
Dan Berbasis Masyarakat
Berdasarkan pengamatan selama ini, kita lebih banyak melakukan
kegiatan pasca bencana (post event) berupa emergency response dan
recovery daripada kegiatan sebelum bencana berupa disaster
reduction/mitigation dan disaster preparedness. Padahal, apabila kita
memiliki sedikit perhatian terhadap kegiatan-kegiatan sebelum bencana,
kita dapat mereduksi potensi bahaya/ kerugian (damages) yang mungkin
timbul ketika bencana.
Kegiatan-kegiatan pada tahap pra bencana erat kaitannya dengan
istilah mitigasi bencana yang merupakan upaya untuk meminimalkan
dampak yang ditimbulkan oleh bencana.Mitigasi bencana mencakup baik
perencanaan dan pelaksanaan tindakan-tindakan untuk mengurangi resiko-
resiko dampak dari suatu bencana yang dilakukan sebelum bencana itu
terjadi, termasuk kesiapan dan tindakan-tindakan pengurangan resiko
jangka panjang. Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi
struktur dengan memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi
terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain rekayasa, dan
konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur ataupun
membangun struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding pantai,
dan lain-lain. Selain itu upaya mitigasi juga dapat dilakukan dalam bentuk
non struktural, diantaranya seperti menghindari wilayah bencana dengan
cara membangun menjauhi lokasi bencana yang dapat diketahui melalui
perencanaan tata ruang dan wilayah serta dengan memberdayakan
masyarakat dan pemerintah daerah.
a. Mitigasi
bencana yang efektif harus memiliki tiga unsur utama, yaitu
penilaian bahaya, peringatan dan persiapan
1) Penilaian bahaya (hazard) Dilihat dari potensi bencana yang ada,
Indonesia merupakan Negara dengan potensi bahaya (hazard
potency) yang sangat tinggi dan beragam baik berupa bencana
alam, bencana ulah manusia ataupun kedaruratan kompleks.
Beberapa potensi tersebut antara lainadalah gempa bumi, tsunami,
letusan gunung api, banjir, tanah longsor,kekeringan, kebakaran
lahan dan hutan, kebakaran perkotaan dan permukiman, angin
badai, wabah penyakit, kegagalan teknologi dan konflik sosial.
2) Potensi bencana yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan
menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama (main
hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi
bahaya utama (main hazard potency) ini dapat dilihat antara lain
pada peta rawan bencana gempa di Indonesia yang menunjukkan
bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa
yangrawan, peta kerentanan bencana tanah longsor, peta daerah
bahayabencana letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami,
peta potensi bencana banjir, dan lain-lain.
3) Penilaian bahaya (hazard assestment); diperlukan untuk
mengidentifikasi populasi dan aset yang terancam, serta tingkat
ancaman. Penilaian ini memerlukan pengetahuan tentang
karakteristik sumber bencana, probabilitas kejadian bencana, serta
data kejadian bencana di masa lalu. Tahapan ini menghasilkan Peta
Potensi Bencana yang sangat penting untuk merancang kedua
unsur mitigasi lainnya.
Penilaian risiko bencana / bahaya dibedakan berdasarkan
karakteristik utama yaitu :
a. Penyebab : alam atau ulah manusia
b. Frekuensi : berapa sering terjadinya
c. Durasi : beberapa durasinya terbatas seperti pada ledakan sedang lainnya
mungkin lebih lama seperti banjir dan epidemic.
d. Kecepatan onset : bisa muncul mendadak hingga sedikit atau tidak ada
pemberitahuan yang bisa diberikan atau bertahap seperti pada banjir
(kecuali banjir bandang) memungkinkan cukup waktu untuk
pemberitahuan dan mungkin tindakan pencegahan atau peringatan. Ini
mungkin berulang dalam periode waktu tertentu seperti pada gempa bumi.
e. Luasnya dampak : bisa terbatas dan mengenai hanya area tertentu atau
kelompok masyarakat tertentu atau menyeluruh mengenai masyarakat luas
mengakibatkan kerusakan merata pelayanan dan fasilitas.
f. Potensi merusak : kemampuan penyebab bencana menimbulkan tingkat
kerusakan tertentu (berat, sedang atau ringan) serta jenis (cedera manusia
atau kerusakan harta benda) dari kerusakan.
b. Peringatan (warning)

Setelah mendapat pemetaan daerah rawan bencana selanjutnya


dibutuhkan system peringatan dini (Early Warning System) melalui
BMKG. Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) merupakan
serangkaian sistem untuk memberitahukan akan timbulnya kejadian
alam, dapat berupa bencana maupun tanda-tanda alam lainnya.
Peringatan dini pada masyarakat atas bencana merupakan tindakan
memberikan informasi dengan bahasa yang mudah dicerna oleh
masyarakat.

Dalam keadaan kritis, secara umum peringatan dini yang


merupakan penyampaian informasi tersebut diwujudkan dalam bentuk
sirine, kentongan dan lain sebagainya. Namun demikian
menyembunyikan sirine hanyalah bagian dari bentuk penyampaian
informasi yang perlu dilakukan karena tidak ada cara lain yang lebih
cepat untuk mengantarkan informasi ke masyarakat. Semakin dini
informasi yang disampaikan, semakin longgar waktu bagi penduduk
untuk meresponnya. Peringatan (warning); diperlukan untuk memberi
peringatan kepada masyarakat tentang bencana yang akan mengancam
(seperti bahaya tsunami yang diakibatkan oleh gempa bumi, aliran
lahar akibat letusan gunung berapi, dsb). Sistem peringatan didasarkan
pada data bencana yang terjadi sebagai peringatan dini serta
menggunakan berbagai saluran komunikasi untuk memberikan pesan
kepada pihak yang berwenang maupun masyarakat. Peringatan
terhadap bencana yang akan mengancam harus dapat dilakukan secara
cepat, tepat dan dipercaya.
Hal-hal yang perlu dinilai dalam proses peringatan/warning
sebelum bencana adalah :

1) Tersedianya system dan akses komunikasi yang memadai dan mencakup


seluruh daerah khususnya didaerah resiko tinggi bencana alam seperti
daerah yang dilewati lempeng/patahan pemicu gempa dan tsunami, dataran
tinggi yang rawan longsor, dan daerah dataran rendah yang berdekatan
dengan sungai yang rawan banjir bandang. Hal ini diperlukan dalam
penyampaian informasi secara cepat dan akurat dari sumber terpercaya.
2) Pengetahuan masyarakat dalam menerima informasi bencana yang akan
terjadi yang termasuk didalamnya menjangkau tempat perlindungan yang
aman secepatnya setelah peringatan diberikan.
3) System sensor pendeteksi (peralatan EWS) gempa, tsunami dan letusan
gunung berapi yang dipasang di area area patahan apakah bekerja baik dan
real time. Sehingga mempercepat penyampaian informasi.
c. Persiapan (preparedness)

Persiapan rencana untuk bertindak ketika terjadi(atau kemungkinan


akan terjadi) bencana. Perencanaan terdiri dari perkiraan terhadap
kebutuhan-kebutuhan dalam keadaan darurat dan identifikasi atas
sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Perencanaan ini dapat mengurangi dampak buruk dari suatu ancaman.
Kegiatan kategori ini tergantung kepada unsur mitigasi sebelumnya
(penilaian bahaya dan peringatan), yang membutuhkan pengetahuan
tentang daerah yang kemungkinan terkena bencana dan pengetahuan
tentang sistem peringatan untuk mengetahui kapan harus melakukan
evakuasi dan kapan saatnya kembali ketika situasi telah aman. Tingkat
kepedulian masyarakat dan pemerintah daerah dan pemahamannya
sangat penting pada tahapan ini untuk dapat menentukan langkah-
langkah yang diperlukan untuk mengurangi dampak akibat bencana.
Selain itu jenis persiapan lainnya adalah perencanaan tata ruang yang
menempatkan lokasi fasilitas umum dan fasilitas sosial di luar zona
bahaya bencana (mitigasi non struktur), serta usaha-usaha keteknikan
untuk membangun struktur yang aman terhadap bencana dan
melindungi struktur akan bencana (mitigasi struktur). Penilaian dalam
kegiatan persiapan ini meliputi :

a. Tersedianya jalur evakuasi yang jelas dan bisa dijangkau oleh


masyarakat.
b. Fasilitas pelayanan public terutama fasilitas kesehatan yang
akan menjadi tempat rujukan bila terjadi bencana.
c. Kesiapan dan pengetahuan masyarakat di daerah rawan bencana
dalam menghadapi dan menyelamatkan diri saat terjadi bencana.
Kegiatannya berisi simulasi dan pelatihan bencana.
3. Pemahaman Tentang Kerentanan Masyarakat Kerentanan
(vulnerability)
Keadaan atau sifat/perilaku manusia atau masyarakat yang menyebabkan
ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman. Penilaian kerentanan
ini dapat berupa:
a.Kerentanan Fisik
Secara fisik bentuk kerentanan yang dimiliki masyarakat
berupa daya tahan menghadapi bahaya tertentu, misalnya: kekuatan
bangunan rumah bagi masyarakat yang berada di daerah rawan
gempa, adanya tanggul pengaman banjir bagi masyarakat yang
tinggal di bantaran sungai dan sebagainya.
b. Kerentanan Ekonomi
Kemampuan ekonomi suatu individu atau masyarakat
sangat menentukan tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya.
Pada umumnya masyarakat atau daerah yang miskin atau kurang
mampu lebih rentan terhadap bahaya, karena tidak mempunyai
kemampuan finansial yang memadai untuk melakukan upaya
pencegahan atau mitigasi bencana.
c.Kerentanan Sosial Kondisi sosial masyarakat juga mempengaruhi
tingkat kerentanan terhadap ancaman bahaya. Dari segi pendidikan,
kekurangan pengetahuan tentang risiko bahaya dan bencana akan
mempertinggi tingkat kerentanan, demikian pula tingkat kesehatan
masyarakat yang rendah juga mengakibatkan rentan menghadapi
bahaya.
d. Kerentanan Lingkungan Lingkungan hidup suatu masyarakat
sangat mempengaruhi kerentanan. Masyarakat yang tinggal di
daerah yang kering dan sulit air akan selalu terancam bahaya
kekeringan. Penduduk yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan
rentan terhadap ancaman bencana tanah longsor dan sebagainya.
4. Penilaian saat bencana
Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat
bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan dini,
maupun tanpa peringatan atau terjadi secara tiba-tba. Oleh karena itu
diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk dapat mengatasi
dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban atau kerugian
dapat diminimalkan. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani
dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan,
pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sarana prasarana.
Tindakan ini dilakukan oleh Tim penanggulangan bencana yang dibentuk
dimasing-masing daerah atau organisasi. Menurut PP No. 11.
 langkah-langkah yang dilakukan dalam kondisi tanggap darurat
antara lain:
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan
sumberdaya, sehingga dapat diketahui dan diperkirakan magnitude
bencana, luas area yang terkena dan perkiraan tingkat kerusakannya.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana.
c. Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana sehingga
dapat pula ditentukan status keadaan darurat.
d. Jika tingkat bencana terlalu besar dan berdampak luas, mungkin bencana
tersebut dapat digolongkan sebagai bencana nasional.
1) Penilaian korban Penilaian awal korban cedera kritis akibat
cedera multipel merupakan tugas yang menantang, dan tiap menit
bisa berarti hidup atau mati. Sistem Pelayanan Tanggap Darurat
ditujukan untuk mencegah kematian dini (early) karena trauma
yang bisa terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam
sejak cedera (kematian segera karena trauma, immediate, terjadi
saat trauma. Perawatan kritis, intensif, ditujukan untuk
menghambat kematian kemudian, late, karena trauma yang terjadi
dalam beberapa hari hingga beberapa minggu setelah trauma).
Penilaian awal mencakup protokol persiapan, triase, survei
primer, resusitasi-stabilisasi, survei sekunder dan tindakan
definitif atau transfer ke RS sesuai. Diagnostik absolut tidak
dibutuhkan untuk menindak keadaan klinis kritis yang diketahui
pada awal proses. Triase adalah proses khusus memilah pasien
berdasar beratnya cedera atau penyakit (berdasarkan yang paling
mungkin akan mengalami perburukan klinis segera) untuk
menentukan prioritas perawatan gawat darurat medik serta
prioritas transportasi (berdasarkan ketersediaan sarana untuk
tindakan). Artinya memilih berdasar prioritas atau penyebab
ancaman hidup. Tindakan ini berdasarkan prioritas ABCDE yang
merupakan proses yang sinambung sepanjang pengelolaan gawat
darurat medik. Proses triase inisial harus dilakukan oleh petugas
pertama yang tiba / berada ditempat dan tindakan ini harus dinilai
ulang terus menerus karena status triase pasien dapat berubah.
Bila kondisi memburuk atau membaik, lakukan retriase. Saat ini
tidak ada standard nasional baku untuk triase. Metode triase yang
dianjurkan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau
sistim triase Penuntun Lapangan START (Simple Triage And
Rapid Transportation).
5. Penilaian lingkungan Bencana
menyebabkan kerusakan yang serius termasuk didalamnya akibat
fenomena alam luar biasa dan/atau disebabkan oleh ulah manusia yang
menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerugian material dan kerusakan
lingkungan yang dampaknya melampaui kemampuan masyarakat
setempat untuk mengatasinya dan membutuhkan bantuan dari luar.
 Adapun penilaian lingkungan pada saat terjadi bencana adalah :
a. Daerah rawan yang kemungkinan akan terjadi bencana susulan.
Seperti tsunami setelah gempa, tanah longsor setelah banjir atau
hujan deras, aliran lava dan abu vulkanik saat terjadi letusan gunung
berapi dan rubuhnya bangunan setelah terkena guncangan gempa.
b. Tempat pengungsian yang aman untuk pertolongan pertama pada
korban bencana.
6. Penilaian setelah bencana
Penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan sumber daya
dilakukan pada minggu terakhir masa tanggap darurat atau setelah masa
tanggap darurat dinyatakan berakhir. Penilaian dilakukan melalui
persiapan, pengumpulan data, analisis data dan pelaporan. Hasil
assessment tersebut menjadi data dan informasi penting untuk melakukan
perbaikan sumber daya. Ketahanan masyarakat yang hidup di daerah
rawan bencana menjadi tanggung jawab pemerintah dan pemerintah
daerah. Program penguatan tersebut harus berdasarkan data dan
pengalaman serta didukung adanya kebijakan terkait penanggulangan
krisis pasca bencana. Oleh karena itu diperlukan suatu acuan dalam
melakukan penilaian kerusakan, kerugian serta kebutuhan pasca bencana.
Damage and Loss Assessment (DaLA) biasanya dibuat setelah terjadinya
bencana. Metodologi standar DaLA dikembangkan oleh Komisi Ekonomi
UN untuk Amerika Latin dan Karibia (UN-ECLAC) pada tahun 1972, dan
telah berkembang melalui berbagai macam organisasi internasional.
Secara sederhana, DaLA merupakan metodologi untuk mengukur dampak
dan kerugian yang diakibatkan oleh bencana, berdasarkan perhitungan
ekonomi suatu negara dan kebutuhan penghidupan individu untuk
menentukan kebutuhan pemulihan dan rekonstruksi.
Penilaian Damage and Loss Assessment meliputi sebagai berikut :
1. Kerusakan dihitung sebagai pengganti nilai aset fisik yang rusak total
atau sebagian
2. Kerugian secara ekonomi yang timbul akibat adanya aset yang rusak
sementara
3. Dampak yang dihasilkan pada pasca bencana kinerja makro-ekonomi,
dengan referensi khusus untuk pertumbuhan ekonomi/GDP, neraca
pembayaran dan situasi fiskal pemerintah Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menjalin kerjasama dengan Badan
PBB untuk Pembangunan (UNDP), meluncurkan panduan nasional
kajian kebutuhan pasca bencana (Post Disaster Needs Assessment -
PDNA) Menurutnya, PDNA merupakan perpaduan antara DaLA dan
HRNA. DALA adalah metode penilaian kerusakan dan kerugian
bencana. Sedangkan HRNA adalah pengkajian kebutuhan pemulihan
manusia. Panduan ini akan menjadi panduan utama pemerintah
dalam mengatasi situasi pasca bencana. Pengkajian dan penilaian
meliputi identifikasi dan penghitungan kerusakan dan kerugian fisik
dan non fisik yang menyangkut aspek pembangunan manusia,
perumahan atau pemukiman, infrastruktur, ekonomi, sosial dan lintas
sektor. Analisis dampak melibatkan tinjauan keterkaitan dan aggregat
dari akibat akibat bencana dan implikasi umumnya terhadap aspek-
aspek fisik dan lingkungan, perekonomian, psikososial, budaya,
politik dan kepemerintahan. Perkiraan kebutuhan adalah
penghitungan biaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Hasil assessment tersebut
selanjutnya menjadi dasar penilaian kebutuhan pasca bencana dan
penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekosntruksi wilayah pasca
bencana. “Penilaian pasca bencana meliputi” :
1. Jumlah korban baik yang selamat maupun meninggal. Termasuk
populasi rentan lansia, ibu hamil, anak-anak dan penderita
disabilitas.
2. Kerugian harta benda
3. Kerusakan sarana dan prasarana
4. Cakupan luas wilayah yang terkena bencana
5. Dampak social ekonomi yang ditimbulkan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penilaian sistematis adalah kegiatan dan proses pengumpulan data data dan
informasi yang bersifat kualitatif yang disusun secara berurutan, utuh dan terpadu
untuk menjelaskan berbagai rangkaian sebab akibat terkait suatu objek tertentu.
Penialain sistematis pada bencana ialah kegiatan mengumpulkan data dan
informasi yang berkaitan dengan bencana yang termasuk didalamnya bentuk
bencana, lokasi, dampak, korban, dan usaha dalam menghadapi bencana sebelum,
saat dan setelah terjadinya bencana.Upaya mitigasi dapat dilakukan dalam bentuk
mitigasi struktur dengan memperkuat bangunan dan infrastruktur yang berpotensi
terkena bencana, seperti membuat kode bangunan, desain rekayasa, dan
konstruksi untuk menahan serta memperkokoh struktur ataupun membangun
struktur bangunan penahan longsor, penahan dinding pantai,dan lain-lain. Selain
itu upaya mitigasi juga dapat dilakukan dalam bentuk non struktural,diantaranya
seperti menghindari wilayah bencana dengan cara membangun menjauhi lokasi
bencana yang dapat diketahui melalui perencanaan tata ruang dan wilayah serta
dengan memberdayakan masyarakat dan pemerintah daerah.

3.2 Saran

Pembuatan makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan


sumber yang kami peroleh. Sehingga isi dari makalah ini masih bersifat umum,
oleh karena itu kami harapkan agar pembaca bisa mecari sumber yang lain guna
membandingkan dengan pembahasan yang kami buat, guna mengoreksi bila
terjadi kelasahan dalam pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. 2015. Buku Panduan Pengenalan Karakteristik Bencana Dan Upaya Mitigasinya
di Indonesia

Cheong dan Cheung. 2018. Online Discussion and Critical Thinking Skills: A Case
Study In a Singapore Secondary School. Australian Journal of Educational
Technology. 24 (5): 556573

Anda mungkin juga menyukai