Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Pengkajian Keperawatan

a. Pengumpulan Data

1) Identitas Pasien

Berdasarkan pengkajian yang dilaksanakan pada hari

kamis, 30 Mei 2019 jam 09:00 WIT didapatkan data bahwa pasien

bernama “Tn. B.L” berjenis kelamin Laki-Laki, umur 64 tahun,

agama Kristen Protestan, Mangga Dua, sudah menikah, masuk

rumah sakit tanggal 28 Mei 2019 pukul 21:11 WIT, menggunakan

jaminan kesehatan umum, nomor register “14-69-47“, dengan

diagnosa medis Tuberculosis Paru

2) Riwayat Kesehatan

a) Keluhan Utama : Sesak napas Saat Beraktifitas

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada tanggal 28 Mei 2019, jam 21:10 WIT pasien

“Tn. B.L” diantar oleh keluarga ke UGD RSUD Dr. M.

Haulussy Ambon dengan keluhan Batuk disertai darah dan

sesak napas, sesak akan semakin bertambah saat beraktifitas.

27
28

Pada tanggal 30 Mei 2019 jam 09:00 WIT dilakukan

pengkajian pada pasien “Tn. B.L” dengan keluhan pasien

mengatakan batuk disertai darah dan sesak napas,sesak akan

semakin bertambah saat beraktivitas.

c) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Pasien mengatakan, memiliki riwayat penyakit

Tuberculosis Paru sejak setahun yang lalu, Pasien sudah

mengikuti program pengobatan di dokter praktek, Pasien

mengatakan tidak pernah mengalami penyakit lain dimasa

lalu selain Tuberculosis.

d) Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang

menderita penyakit lain maupun penyakit yang sama seperti

pasien, semua anggota keluarga Pasien dalam keadaan sehat.

Genogram tiga generasi “Tn.B.L” dapat dilihat pada

gambar di bawah :

Genogram:

X X X X
29

Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Pasien

X : Meninggal
- - - : Tinggal Serumah

Gambar 1

Genogram 3 Generasi
Gambar 1 menunjukkan pasien berumur 64 tahun, anak kedua

dari tiga bersaudara. Dari semua saudara pasien, hanya pasien yang

menderita sakit seperti ini. Ibu dan ayah pasien sudah meninggal dan

pasien tidak mengetahui penyebabnya. Istri pasien anak kedua dari

dua bersaudara, Pasien menikah dan memiliki tiga orang anak, serta

sekarang pasien tinggal bersama anak kedua dan ketiga di rumah

pasien.

e) Keadaan Umum Pasien

(1) Pengkajian Aktivitas

Data yang di dapat pada fokus pengkajian aktivitas

yaitu, Kemampuan pergerakan Pasien “Tn B. L” terbatas,

kekuatan otot 4 4 ,pasien hanya berbaring di tempat tidur

3 3
30

pada ekstermitas atas pergerakan pasien aktif melawan

gravitasi dan sedikit tahanan, pada ekstermitas bawah

pergerakan aktif hanya melawan gravitasi dan tidak dapat

melawan tahanan,

semua aktivitas pasien “Tn B. L” seperti berpakaian,

makan, minum, mandi, buang air besar dan buang air kecil

dilakukan di tempat tidur dan dibantu oleh perawat dan

keluarga karena pasien akan merasa sesak napas apabila

beraktivitas,

f) Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

Pemeriksaan Tanda-tanda vital saat pengkajian

tanggal, 30 Mei 2019 diperoleh hasil ; Tekanan Darah :

120/80 mmHg, Nadi : 95 x/menit, Pernapasan : 25 x/menit,

Suhu (aksila) : 36 oC.

g) Pola Kegiatan Sehari-hari

Berikut adalah Tabel data kegiatan sebelum dan

sesudah sakit pasien:

Tabel 3
Pola Kegiatan Sehari-Hari Pasien “Tn B. L” Dengan Tuberculosis Paru
Di Ruangan Paru-Paru RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

No Jenis kegiatan Sebelum sakit Saat sakit

1 2 3 4
31

1. Makan
a. Frekuensi 3 x sehari 3x sehari
b. Jenis Nasi, ikan dan sayur bubur, sayur, ikan,, telur,
dan buah.
c. Pantangan Tidak ada Makanan pedas dan asam
harus dihindari
d. Yang disukai Semua jenis makanan Semua jenis makanan

2. Cairan

a. Frekuensi 5-6 gelas/24 jam (1 gelas 4-5 gelas/24 jam (1 gelas


= 300 cc (1500-1800 cc) =300cc (1200-1500 cc)
b. Jenis Air putih dan susu Air putih
c. Pantangan Tidak ada Air Hangat
d. Yang disukai Minumsn (sopi,kopi,dan Air putih
bir)
e. Yang tidak disukai The Teh

3. Eliminasi :
a. BAB 1-2 x sehari dengan 1 x dalam sehari
konsistensi lunak dengan konsistensi lunak

b. BAK 4-5 x sehari (1500-2000 4-5 x sehari (1500-


cc/hari) warna kuning 2000cc/hari) warna kuning
pucat, bau khas kemerahan, bau khas
(Amoniak) (Amoniak)

4. Kebersihan diri :
a. Mandi 2 x sehari (pakai sabun) 2x sehari (Hanya mengelap
2 x dalam seminggu badan)
b. Keramas (pakai shampoo) Pasien belum pernah
mencuci rambut
c. Sikat gigi 2 x sehari tiap kali mandi 1 x sehari di atas tempat
tidur
d. Memotong kuku 1 x dalam seminggu Tidak (kuku klien masih
pendek)
e. Ganti pakaian Tiap kali mandi 2 x sehari
5. Istirahat dan aktivitas
a. Tidur Malam 22.00-07.00 WIT Pasien mengatakan jam
tidurnya baik, namun
sering terbangun ketika
batuk
b. Tidur siang 13.00-15.00 12.00-14.00
c. Kebiasaan sebelum tidur Merokok Tidak ada
Sumber : Data Primer, 2019

h) Pemeriksaan Penunjang

(1) Pemeriksaan Laboratorium


32

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh

pasien “Tn B. L” pada tanggal 28 Mei 2019 adalah

pemeriksaan Kimia Klinik. Berikut adalah tabel hasil

pemeriksaan laboratorium pasien “Tn B. L” dengan

Tuberculosis Paru :

Tabel 4
Hasil pemeriksaan Laboratorium Pasien “Tn B. L” Dengan
Tuberculosis Paru Di Ruangan Paru-Paru RSUD Dr. M Haulussy
Ambon

Kimia Klinik

Hasil Nilai Rujukan


Glukosa Sewaktu 118 <140 mg/dL
Ureum 18 10-50 mg/dL
Kreatinin 0,7 0,7 – 1,2 mg/dL
SGOT 25 <33 u/L
SGPT 10 <50 u/L

i) Terapi Medis

Pengobatan yang dilakukan oleh “Tn B. L” adalah :

Infus Ringer Laktat/futrolit 20 tetes per menit, Injeksi

Ceftriaxone 1gr / 1 hari,OAT 4-FDC 3 tab / hari, Vit C

3x1/hari, Acetylcysteine 3x1/hari.

b. Klasifikasi data

Berdasarkan pengkajian pada pasien “Tn B. L” dengan

Tuberculosis Paru di ruangan Paru Paru Dr. M. Haulussy Ambon,

maka diidentifikasi dan dikelompokkan data menjadi data subjektif

dan data objektif seperti yang terlihat pada tabel berikut ini :
33

Tabel 5
Klasifikasi Data Pada Pasien “Tn B. L” Dengan Tuberculosis Paru
Di Ruangan Paru-Paru RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
Data Subjektif Data Objektif
Pasien “Tn B. L” mengatakan :
1. Sesak napas saat beraktivitas 1. Keadaan umum lemah
2. Aktivitas pasien “Tn. B.L” seperti
berpakaian, makan, minum, BAK dan BAK
dilakukan di tempat tidur dan di bantu oleh
perawat dan keluarga
3. Kemampuan pergerakan terbatas
4. Kekuatan otot 4 4
3 3
Pada ekstermitas atas pergerakan aktif
melawan grafitasi dan sedikit tahanan, pada
ekstermitas bawah pergerakan aktif hanya
melawan gravitasi dan tidak mampu
melawan tahanan
5. Pasien hanya berbaring ditempat tidur
6. Tanda-tanda vital saat beraktvitas :
Pernapasan 25 x/menit

Sumber : Data Primer, 2019

c. Analisa data

Untuk dapat merumuskan masalah keperawatan yang dialami

Pasien “Tn B. L dapat dibuat analisa data pada “Tn B. L” dengan

Tuberculosis Paru di RSUD Dr. M. Haulussy Ambon, yang dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6
Analisa Data Pada Pasien “Tn B. L” Dengan Tuberculosis Paru
Di Ruangan Paru-Paru RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
34

No. Data Penyebab Masalah


1. Data subjektif : Ketidak Intoleransi
Pasien “Tn B. L” mengatakan Sesak napas seimbangan Aktivitas
saat beraktivitas antara suplai
Data objektif : oksigen dan
Pasien Tampak kebutuhan
1. Keadaan umum lemah oksigen
2. Aktivitas pasien “Tn B. L” seperti
berpakaian, makan, minum, BAB
dan BAK dilakukan di tempat tidur
dan di bantu oleh perawat dan
keluarga
3. Kemampuan Pergrakan terbatas
4. Kekuatan otot 4 4
3 3
Pada ekstermitas atas pergerakan
aktif melawan grafitasi dan sedikit
tahanan, pada ekstermitas bawah
pergerakan aktif hanya melawan
gravitasi dan tidak mampu melawan
tahanan
5. Pasien hanya berbaring ditempat
tidur
6. Tanda-tanda vital saat beraktvitas :
Pernapasan 25 x/menit
Sumber : Data Primer, 2019

2. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah

a. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil analisa data diatas maka diagnosa

keperawatan yang dapat dirumuskan pada pasien “Tn B. L” dengan

Tuberculosis Paru di Ruanganan Paru-Paru RSUD Dr. M. Haulussy

Ambon adalah : Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan

Ketidakseimbangan antara supalai dan kebutuhan oksigen yang

ditandai dengan pasien Tn B. L mengatakan Sesak napas saat

beraktivitas, pernapasan saat beraktifitas 25x/ menit, keadaan umum

lemah, pasien hanya berbaring di tempat tidur, aktivitas pasien seperti


35

berpakaian, makan, minum, buang air besar dan buang air kecil

dilakukan ditempat tidur dan dibantu oleh peawat dan keluarga.

3. Perencanaan Keperawatan

Dalam Upaya untuk mengatasi masalah keperawatan yang dialami

maka, perlu dilakukan rencana keperawatan pada pasien “Tn B. L” dengan

Tuberculosis Paru di ruangan paru-paru RSUD Dr. M. Haulussy Ambon,

seperti terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 7
Rencana Asuhan Keperawatan Pemenuhan kebutuhan Aktivitas Pada Pasien
“Tn B. L” Dengan Tuberculosis Paru Di Ruangan Paru-paru
RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

No Diagnosa keperawatan NOC NIC


1 2 3 4
1. Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan 1. Bantu pasien “Tn B. L
berhubungan dengan Tindakan Keperawatan untuk mengidentifikasi
Ketidakseimbangan antara selama 3x24 jam, aktivitas yang mampu
suplai oksigen dan kebutuhan diharapkan terdapat respon dilakukan
oksigen yang ditandai dengan perbaikan dengan 2. Bantu untuk memilih
meningkatnya kemampuan aktivitas konsisten
Data subjektif : beraktivitas pasien, dengan yang sesuai dengan
Pasien “Tn B. L” mengatakan krieria hasil : kemampuan fisik,
Sesak napas saat beraktivitas psikologi dan social
Data objektif : 1. Berpartisipasi dalam 3. Bantu pasien untuk
Pasien Tampak aktivitas fisik tanpa mengidentivikasi dan
1. Keadaan umum lemah disertai peningkatan mendapatkan sumber
2. Aktivitas pasien tekanan darah, nadi yang diperlukan untuk
“Tn B. L” seperti dan RR aktivitas yang di
berpakaian, makan, 2. Mampu melakukan inginkan
minum, BAB dan BAK aktivitas sehari-hari 4. Bantu pasien untuk
dilakukan di tempat tidur secara mandiri mengembangkan
dan di bantu oleh 3. Tanda-tanda vital motivasi diri dan
perawat dan keluarga normal penguatan
3. Kemampuan pergerakan 4. Mampu berpindah 5. Bantu pasien untuk
terbatas dengan atau tanpa membuat jadwal
4. Kekuatan otot 4 4 bantuan alat latihan diwaktu luang
3 3 5. Sirkulasi status baik 6. Monitor respon balik
Pada ekstermitas atas 6. Status respirasi : fisik, emosional dan
pergerakan aktif pertukaran gas dan spritual
melawan grafitasi dan ventilasi adekuat 7. Lakukan latihan
sedikit tahanan, pada isotonik (dynamic
ekstermitas bawah exersize), misalnya
pergerakan aktif hanya melakukan rentang
melawan gravitasi dan gerak (ROM) aktif dan
36

tidak mampu melawan pasif


tahanan 8. Kaji frekuensi napas
5. Pasien hanya berbaring serta keluhan subjektif
ditempat tidur saat beraktivitas
6. Tanda-tanda vital saat 9. Bantu untuk
beraktvitas : Pernapasan mendapatkan alat
25 x/menit bantuan aktivitas kursi
roda, krek
10. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan
program terapi yang
tepat

Sumber : NANDA NIC-NOC (2015)

4. Implementasi Keperawatan

Setelah dilakukan rencana tindakan keperawatan, maka penulis

dapat melakukan tindakan keperawatan pada pasien “Tn B. L” dengan

Tuberculosis Paru di Ruang Paru-paru RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 8
Tindakan Keperawatan Pemenuhan kebutuhan Aktivitas Pada Pasien
“Tn B. L” Dengan Tuberculosis Paru Di Ruangan Paru-paru
RSUD Dr. M. Haulussy Ambon

N Hari/ No.
Waktu Implementasi Evaluasi
o Tanggal DX
1 2 3 4 5 6
1 30 Mei 1 08.10 1. Membantu pasien untuk Jam : 18.30 WIT
WIT mengidentivikasi S : - Pasien mengatakan
2019 aktivitas yang mampu tidak merasa sesak
dilakukan napas pada saat
Hasil : Pasien hanya bisa melakukan latihan
melakukan latihan ROM ROM pasif di
09.10 pasif
tempat tidur
WIT 2. Membantu untuk
- Pasien mengatakan
memilih aktivitas
konsisten yang sesuai masih merasa sesak
dengan kemampuan napas pada saat
fisik, psikologi dan beraktivitas seperti
social duduk, berdiri dan
Hasil : Pasien hanya bisa berjalan
melakukan latihan ROM O : - Pasien dapat
11.20 pasif melakukan latihan
37

WIT 3. Membantu pasien untuk ROM pasif pada


mengidentivikasi dan ekstermitas atas dan
mendapatkan sumber bawah dengan
yang diperlukan untuk dibantu perawat
aktivitas yang diinginkan - Pernapasan saat
Hasil : Perawat setuju melakukan latihan
untuk melakukan latihan
ROM pasif
ROM aktif dan pasif
ditempat tidur
pada pasien dan pasien
pun menyetujuinya 22x/menit
4. Melakukan latihan - Pernapasan saat
11.45 isotonic ROM pasif beraktivitas (duduk
WIT Hasil : Pasien mampu brdiri dan berjalan)
melakukan fleksi dan 25x/menit
ekstensi pada ekstermitas A : Masalah Intoleransi
atas dan bawah secara aktivitas belum
perlahan dengan dibantu teratasi :
16.30 oleh perawat P : Intervensi di lanjutkan
WIT 5. Mengkaji frekuensi 1. Kolaborasikan
napas serta keluhan dengan Tenaga
subjektif saat beraktivitas Rehabilitasi Medik
Hasil : RR : 22x/menit, dalam
Pasien merasa tidak merencanakan
sesak dan mampu program terapi
melakukan aktifitas yang yang tepa
di ajarkan 2. Bantu pasien
17.00 6. Memonitor respon balik “Tn B. L untuk
WIT fisik, emosional dan mengidentifikasi
spiritual aktivitas yang
Hasil : Respon pasien mampu dilakukan
baik saat melakukan 3. Lakukan latihan
aktivitas yang di ajarkan isotonik (dynamic
17.55 7. Membantu pasien untuk exersize), misalnya
WIT membuat jadwal latihan melakukan rentang
diwaktu luang gerak (ROM) aktif
Hasil :Tiap pagi dan sore dan pasif
pasien rutin melakukan 4. Kaji frekuensi
latihan ROM pasif napas serta keluhan
18.00 8. Membantu pasien untuk subjektiv saat
WIT mengembangkan beraktivitas
motivasi diri dan 5. Monitor respon
penguatan balik fisik,
Hasil : Pasien emosional dan
bermotifasi untuk dapat spritual
beraktifitas secara 6. Bantu pasien untuk
mandiri mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan

2 31 Mei 1 06.25 1. Berkolaborasi dengan Jam : 18.20 WIT


WIT Tenaga Rehabilitasi S : - Pasien mengatakan
2019 Medik dalam tidak merasa sesak
merencanakan program
38

terapi yang tepat napas pada saat


Hasil : Terapi Injeksi melakukan latihan
ceftriaxone 1gr/1hari, ROM aktif dan
OAT 4-FDC 3tab/hari, pasif di tempat
Vit C 3x1/hari, tidur
Acetylcysteine - Pasien mengatakan
09.20 3x1/hari diberikan.
masih merasa sesak
WIT 2. Membantu pasien
napas pada saat
untuk mengidentivikasi
aktivitas yang mampu beraktivitas seperti
dilakukan duduk, berdiri dan
Hasil : Pasien hanya berjalan
bisa melakukan latihan O : - Pasien dapat
10.30 ROM pasif dan aktif melakukan latihan
WIT 3. Melakukan latihan ROM aktif tetapi
isotonic ROM aktif belum mampu
Hasil : Pasien belum melawan gaya
mampu melawan gaya gravitasi pada saat
gravitasi pada saat melakukan fleksi
melakukan fleksi pada pada ekstermitas
ekstermitas atas dan
atas dan bawah
bawah secara mandiri,
- Pernapasan saat
pasien hanya bisa
mengikuti gaya melakukan latihan
10.55 gravitasi ROM pasif
4. Mengkaji frekuensi 22x/menit
napas serta keluhan - Pernapasan saat
subjektif saat beraktivitas (duduk
beraktivitas brdiri dan berjalan)
Hasil : RR: 22x/menit 25x/menit
Pasien merasa tidak A : Masalah Intoleransi
sesak dan mampu aktivitas belum
melakukan aktivitas teratasi :
11.20 yang di ajarkan P : Intervensi di lanjutkan
5. Memonitor respon
balik fisik, emosional 1. Lakukan latihan
dan spiritual isotonik (dynamic
Hasil : Respon pasien exersize), misalnya
baik saat melakukan melakukan rentang
aktivitas yang di gerak (ROM) aktif
16.00 ajarkan dan pasif
6. Membantu pasien 2. Kaji frekuensi napas
untuk mengembangkan serta keluhan
motivasi diri dan subjektif saat
penguatan beraktivitas
Hasil : Pasien 3. Monitor respon balik
bermotifasi untuk fisik, emosional dan
dapat beraktifitas spritual
secara mandiri 4. Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
kursi roda, krek
5. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
39

penguatan

Sumber : Data Primer, 2019

6. Evaluasi Keperawatan

Dalam rangka memantau kemajuan penanganan masalah

keperawatan pada pasien “Tn B. L” dengan Tuberculosis Paru di ruangan

Paru-Paru RSUD Dr. M. Haulussy Ambon, maka perlu dibuat Evaluasi

Keperawatan seperti terlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 9
Catatan Perkembangan Pada Pasien “Tn B. L” Dengan Tuberculosis Paru
Di Ruangan Paru-Paru RSUD Dr. M. Haulussy Ambon
N Hari/ No.
Waktu Tindakan Evaluasi
o Tanggal DX
1. 01 April 1 07.00 1. Melakukan latihan Jam : 18.00 WIT
WIT isotonic ROM aktif S : - Pasien mengatakan
2019 Hasil : Pasien dapat tidak merasa sesak
melakukan fleksi dan napas pada saat
ekstensi pada ekstermitas melakukan latihan
atas dan bawah secara ROM aktif dan pasif
mandiri
di tempat tidur
09.56 2. Mengkaji frekuensi
- Pasien mengatakan
WIT napas serta keluhan
subjektif saat beraktivitas masih merasa sesak
Hasil : RR: 22x/menit napas pada saat
Pasien merasa tidak beraktivitas seperti
sesak dan mampu duduk, berdiri dan
melakukan aktivitas yang berjalan
10.45 di ajarkan O : - Pasien dapat
WIT 3. Memonitor respon balik melakukan latihan
fisik, emosional dan ROM aktif pada
spiritual ekstermitas atas dan
Hasil : Respon pasien bawah secara
baik saat melakukan perlahan
15.20 aktivitas yang di ajarkan
- Pernapasan saat
WIT 4. Bantu untuk
melakukan latihan
mendapatkan alat
bantuan aktivitas kursi ROM pasif
roda, krek 22x/menit
Hasil : kursi roda - Pasien sudah bisa
didapatkan, tetapi pasien duduk di kursi roda
15.55 masih merasa sesak pada walupun masih
WIT saat duduk di kursi roda menimbulkan sesak
40

5. Mengkaji frekuensi - Pernapasan saat


napas serta keluhan beraktivitas (duduk
subjektif saat beraktivitas brdiri dan berjalan)
Hasil : RR: 24x/menit 24x/menit
Pasien merasa sesak pada A : Masalah Intoleransi
16.15 saat berdiri dan duduk di aktivitas belum
kursi roda
teratasi :
6. Membantu pasien untuk
P : Intervensi di lanjutkan
mengembangkan
motivasi diri dan 1. Lakukan latihan
penguatan isotonik (dynamic
Hasil : Pasien exersize), misalnya
bermotifasi untuk dapat melakukan rentang
beraktifitas seperti dulu gerak (ROM) aktif
lagi dan pasif
2. Kaji frekuensi napas
serta keluhan
subjektiv saat
beraktivitas
Sumber : Data Primer, 2019

B. Pembahasan

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan Pemenuhan

Kebutuhan Aktivitas pada pasien “Tn B. L” dengan Tuberculosis Paru

di ruangan Paru-Paru RSUD Dr. M. Haulussy Ambon, maka pada bagian ini

penulis akan membahas perbandingan antara tinjauan kasus yang penulis

dapat pada BAB IV dengan tinjauan teori pada BAB II sebagai berikut :

1. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian keperawatan pada “Tn B. L” penulis

menemukan adanya kesenjangan yang terjadi antara teori dan kenyataan

yang ada, yang akan dijelaskan sebagai berikut :

Berdasarkan teori menurut Ardiansyah (2014) menjelaskan bahwa

manifestasi klinis yang ditemukan Pada Pasien Tuberculosis Paru yaitu :

sesak napas, nyeri dada, keringat malam, lemas, penurunan berat badan

batuk lebih dari 2 minggu disertai darah dan peningkatan frekuensi

pernapasan, namun pada pengkajian yang dilakukan pada pasien


41

“Tn B. L” di dapatkan data bahwa keadaan umum pasien lemah, pasien

akan merasa sesak napas pada saat beraktivitas, frekuensi pernapasan

meningkat 25x/menit saat beraktivitas, tetapi jika pasien tidak melakukan

aktivitas dan hanya berbaring di tempat tidur frekuensi pernapasan pasien

normal 22x/menit, dan tidak merasakan sesak napas.

2. Diagnosa Keperawatan

Dalam merumuskan Diagnosa keperawatan pada Pasien Tn. B. L

Penulis menemukan adanya kesenjangan yang terjadi antara teori dan

praktek yang akan dijelaskan sebagai berikut :

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh NANDA NIC – NOC

(2015) didapatkan data bahwa Diagnosa Keperawatan pada Pasien

Tuberculosis Paru yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan napas, Gangguan

pertukaran gas, hipertermia, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh dan resiko infeksi, tetapi Berdasarkan data fokus dan

data penunjang yang penulis peroeh di dapatkan data bahwa pasien akan

merasa sesak napas pada saat beraktivitas, pernapasan saat beraktivitas

25x/menit, keadaaan umum lemah, kemampuan pergerakan terbatas,

pasien hanya berbaring di tempat tidur, aktivitas pasien seperti makan,

minum, mandi, BAB dan BAK dilakukan di tempat tidur dan dibantu

oleh perawat dan keluarga dan dari data yang penulis peroleh dapat
42

disimpulkan bahwa jika Pasien beraktivitas maka akan menimbulkan

sesak napas, maka aktivitas pasien dibatasi dan pasien dianjurkan untuk

bedrest, dari data yang penulis peroleh maka dapat dirumuskan diagnosa

keperawatan yaitu: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.

3. Perencanaan Keperawatan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka penulis

membuat rencana tindakan keperawatan sesuai dengan prioritas masalah

berdasarkan kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dengan

melibatkan perawat yang bertugas di Ruangan Paru-Paru RSUD Dr. M.

Haulussy Ambon. Dalam perencanaan yang penulis susun ada dua

rencana tindakan yang ditambahkan untuk menunjang perbaikan aktivitas

Pasien tetapi tidak begitu berbeda jauh dengan penjelasan rencana

tindakan keperawatan menurut NANDA NIC - NOC dalam Nurarif dan

Hardi Kusuma (2015), yaitu pada diagnosa Intoleransi Aktivitas dengan

ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen antara

lain bantu pasien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu

dilakukan, Bantu untuk memilih aktivitas konsisten sesuai dengan

kemampuan fisik, psikologi dan social bantu pasien untuk

mengidentivikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan dan aktivitas

yang diinginkan, bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan

penguatan, bantu pasien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang,

monitor respon balik fisik emosional dan spiritual, bantu untuk


43

mendapatkan alat bantuan aktivitas kursi roda dan krek, dan

kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan

program terapi yang tepat dan berikut adalah dua rencana tindakan yang

ditambahkan yaitu Lakukan latihan isotonic (dynamic exersize), misalnya

melakukan rentang gerak (ROM) aktif dan pasif, dan kaji frekuensi napas

serta keluhan subjektif saat beraktivitas.

4. Implementasi Keperawatan

Setelah penulis membuat rencana asuhan keperawatan sesuai

dengan prioritas masalah yang muncul pada pasien “Tn B.L” dengan

Tuberculosis Paru di Ruangan Paru-Paru RSUD Dr. M. Haulussy

Ambon, maka penulis dapat melakukan implementasi keperawatan.

Dalam melakukan implementasi keperawatan penulis

menyesuaikan dengan rencana yang telah disusun dan berorientasi pada

sarana dan prasarana yang tersedia di rumah sakit yang digunakan dalam

proses pelaksanaan tindakan keperawatan.

Diagnosa keperawatan : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen antara

lain : Membantu pasien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu

dilakukan, membantu untuk memilih aktivitas konsisten sesuai dengan

kemampuan fisik, psikologi dan social, membantu pasien untuk

mengidentivikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan dan aktivitas


44

yang diinginkan, membantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri

dan penguatan, membantu pasien untuk membuat jadwal latihan diwaktu

luang, memonitor respon balik fisik emosional dan spiritual, membantu

untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas kursi roda dan krek,

berkolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan

program terapi yang tepat, Meakukan latihan isotonic (dynamic exersize),

misalnya melakukan rentang gerak (ROM) aktif dan pasif, dan Mengkaji

frekuensi napas serta keluhan subjektif saat beraktivitas.

Menurut Lyndon (2012) Menjelaskan bahwa Latihan Kemandirian

dalam beraktivitas merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak

secara bebas, mudah, dan teratur sehingga dapat beraktivitas untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehat, Beraktivitas juga dibutuhkan untuk

meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, dan

memperlambat proses penyakit

5. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan implementasi selama 3x24 jam untuk mengatasi

masalah Intoleransi aktivitas, hasil dari tindakan yang sudah diberikan

antara lain: membantu pasien untuk mengidentifikasi aktivitas yang

mampu dilakukan hasilnya pasien hanya dapat melakukan latihan (ROM)

aktif dan pasif di tempat tidur dengan berbaring, membantu untuk memilih

aktivitas konsisten sesuai dengan kemampuan psikologi dan social fisik

hasilnya pasien hanya bisa beraktivitas ditempat tidur, membantu pasien

untuk mengidentivikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan dan


45

aktivitas yang diinginkan, membantu pasien untuk mengembangkan

motivasi diri dan penguatan pasien bermotivasi untuk bisa beraktivitas

seperti dulu lagi, membantu pasien untuk membuat jadwal latihan diwaktu

luang hasilnya tiap pagi dan sore pasien rutin melakukan latihan

(ROM), memonitor respon balik fisik emosional dan spiritual respon

pasien baik saat melakukan latihan aktivitas yang diajarkan, membantu

untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas kursi roda dan krek

hasilnyakursi roda didapatkan tetapi pasien masih merasa sesak napas pada

saat duduk dikursi roda, lakukan latihan isotonic (dynamic exersize)

misalnya melakukan rentang gerak (ROM) aktif dan pasif hasilnya pasien

dapat melakukan fleksi dan ekstensi pada ekstermitas atas dan bawah

secara mandiri, Mengkaji frekuensi napas serta keluhan subjektif saat

beraktifitas hasilnya pada saat pasien diajarkan latihan (ROM) aktif dan

pasif ditempat tidur pasien tidak merasa sesak napas pernapasan 22x/menit

namun pada saat pasien duduk di kursi roda pernapasan pasien meningkat

pasien merasa sesak napas pernapasan 24x/menit, berkolaborasi dengan

tenaga rehabilitasi medic dalam merencanakan program terapi yang tepat

hasilnya pasien diberikan terapi injeksi Ceftriaxone 1gr/hari, OAT 4-FDC

3tab/hari, Vit C 3x1/hari, Acetylcysteine 3x1/hari dan pasien tidak

diberikan terapi oksigen karena pasien tidak merasa sesak napas pada saat

pasien bedrest, dan dapat disimpulkan dari hasil yang didapat bahwa

masalah Intoleransi Aktivitas Berhubungan Dengan Ketidakseimbangan

antara suplai oksigen dan Kebutuhan Oksigen belum teratasi dikarenakan


46

Pasien mengatakan masih merasa sesak napas pada saat beraktivitas,

pernapasan saat beraktivitas 25x/menit, selanjutnaya penulis bekerja sama

dengan perawat ruangan untuk melanjutkan tindakan yang sudah penulis

lakukan. Hal ini dikarenakan Pasien sudah mampu beraktivitas ringan

ditempat tidur tanpa merasakan sesak napas Pernapasan 22x/menit,dan

kekuatan otot 5 5

4 4

Anda mungkin juga menyukai