Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MODEL PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Media Dan
Teknologi Pembelajaran

Dosen Pengampu :

Yanyan Nurjani, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 3

Ismah Hidayati 19210017


Nisaul Ummah 19210048
Rahmatika Ameliani 19210031
Umi Azizah 20210044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-MUSADDADIYAH
GARUT
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas kelompok dari
mata kuliah Media dan Teknologi Pembelajaran dengan judul “Model
Pengembangan Pembelajaran”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Garut, 29 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................I

DAFTAR ISI................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................1


B. Rumusan Masalah ..............................................................................2
C. Tujuan Penulisan ...............................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Model................................................................................4
B. Pengertian Pengembangan..................................................................5
C. Pengertian Pembelajaran....................................................................6
D. Model pengembangan pembelajaran..................................................7
E. Pengembangan Media dan Teknologi Pembelajaran........................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................19
B. Saran ................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Makin maju ilmu pengetahuan mengakibatkan tiap generasi harus


meningkatkan pola frekuensi belajarnya. Agar pendidikan dapat
dilaksanakan lebih baik tidak terkait oleh aturan yang mengikat kreativitas
pembelajar, kiranya tidak memadai hanya digunakan sumber belajar,
seperti dosen/guru, buku, modul, audio visual, dan lain-lain, maka
hendaknya diberikan kesempatan yang lebih luas dan aturan yang fleksibel
kepada pebelajar untuk menentukan strategi belajarnya.
Pola pembelajaran tradisional yang dikenal adalah di mana pengajar
mempunyai kedudukan sebagai satu-satunya sumber belajar, menentukan
isi dan metode belajar, serta menilai kemampuan belajar pebelajar dalam
pembelajaran. Maka untuk itu dikembangkanlah berbagai metode
pembelajaran yang sesuai untuk dapat mempertinggi proses belajar dan
dapat mempertinggi hasil belajar. Ada beberapa alas an, mengapa media
pembelajaran dapat mempertinggi hasil belajar. Media pembelajaran yang
dipersiapkan secara khusus oleh kelompok pengajar media yang
berinteraksi dengan pembelajar secara tidak langsung, yaitu melalui
media, pengajar kelas dan pengajar media. Pola pembelajaran yang
menggambarkan tanggung jawab bersama antara pengajar dan media, dan
meningkatkan profesional pengajar. Di samping memperbanyak media
pembelajaran juga mendesain bahan pembelajaran yang lengkap,
sistematis, dan terprogram untuk keperluan belajar mandiri pembelajar.
Oleh karena itu, kehadiran pengajar dapat sepenuhnya digantikan oleh
media yang diciptakan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang di maksud dengan model?

2. Bagaimana yang di maksud dengan pengembangan ?


3. Bagaimana yang di maksud dengan pembelajaran ?

4. Bagaimana model-model pengembangan pembelajaran ?

5. Bagaimana Pengembangan Media dan Teknologi Pembelajaran ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Model.

2. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Pengembangan.

3. Untuk Mengetahui Pengertian Pembelajaran.

4. Untuk Mengetahui Model Pengembangan Pembelajaran.

5. Untuk Mengetahui Pengembangan Media Dan Teknologi


Pembelajaran.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Model
Model merupakan gambaran informal untuk menjelaskan atau
menerapkan suatu teori. Model dapat dimaknai sebagai upaya untuk
mengkonkritkan sebuah teori sekaligus juga merupakan sebuah analogi
dan representasi dari variable-variabel yang terdapat dalam teori tersebut 1.
Seels dan Richey mengemukakan bahwa model ialah representasi realitas
yang disajikan dengan suatu derajat struktur dan urutan. 2 Fungsi dari
model adalah sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Joyce dan Weil juga berpendapat bahwa model merupakan
kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur secara sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu.3 Dapat ditarik kesimpulan dari berbagai definisi
yang telah diuraikan diatas, yaitu model pengembangan pembelajaran
adalah sebuah prosedur atau acuan yang secara visual mengkomunikasikan
langkah pengembangan pembelajaran yang disusun secara sistematis
dalam upaya untuk meningkatkan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Menurut Abimanyu dkk.(2008:311) menyatakan bahwa model


diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan dalam melakukan
sesuai kegiatan. Suprijono(2009:45) berpendapat bahwa “model adalah
bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan
seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model
itu “. Berdasarkan beberapa pengertian itu dapat disimpulkan model
adalah suatu pola atau acuan yang digunakan dalam melakukan sesuatu
kegiatan.

1
Benny A Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Dian Rakyat, 2010) h. 86
2
Gde Putu Arya Oka, Model Konseptual Pengembangan Produk Pembelajaran: Disertai Teknik
Evaluasi (Yogyakarta: Deepublish, 2017) h. 9
3
8 H. Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar Siswa
(Yogyakarta: Deepublish, 2017) h. 42
Model adalah suatu rencana, pola atau pengaturan kegiatan guru
dan peserta didik yang menunjukkan adanya interaksi antara unsur-unsur
yang terkait dalam pembelajaran, yakni guru, peserta didik, dan media
termasuk bahan ajar atau materi subjeknya.

B. Pengertian Pengembangan

Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan


kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan
kebutuhan melalui pendidikan dan latihan. Pengembangan adalah suatu
proses mendesain pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka
untuk menetapkan segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses
kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan kompetensi peserta
didik. Maka pengembangan pembelajaran lebih realistik, bukan sekedar
idealisme pendidikan yang sulit diterapkan dalam kehidupan.

Pengembangan pembelajaran adalah usaha meningkatkan kualitas


proses pembelajaran, baik secara materi maupun metode dan subtitusinya.
Secara materi, artinya dari aspek bahan ajar yang disesuaikan dengan
perkembangan pengetahuan, sedangkan secara metodologis dan
subtansinya berkaitan dengan pengembangan strategi pembelajaran, baik
secara teoritis maupun praktis.

Berdasarkan pengertian pengembangan yang telah diuraikan yang


dimaksud dengan pengembangan adalah suatu proses untuk menjadikan
potensi yang ada menjadi sesuatu yang lebih baik dan berguna sedangkan
penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah
untuk mengembangkan suatu produk atau menyempurnakan produk yang
telah ada menjadi produk yang dapat dipertanggung jawabkan.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 18 tahun


2002 Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang
telah terbukti kebenarannyauntuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan
aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada atau menghasilkan
teknologi baru. Pengembangan adalah suatu proses yang dipakai untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.

Pada hakikatnya pengembangan adalah upaya pendidikan baik


formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana,
terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan,
menumbuhkan, membimbing, mengembangkan suatu dasar kepribadian
yang seimbang, utuh, selaras, pengetahuan, keterampilan sesuai dengan
bakat, keinginan serta kemampuan kemampuan sebagai bekal atas
prakarsa sendiri untuk menambah, meningkatkan, mengembangkan diri ke
arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal
dan pribadi mandiri (Iskandar Wiryokusumo dalam Afrilianasari ; 2014)

Pengembangan adalah suatu sistem pembelajaran yang bertujuan


untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya
proses belajar yang bersifat internal atau segala upaya untuk menciptakan
kondisi degan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat tercapai (Gagne dan
Brings dalam Warsita, 2003: 266.

Dari beberapa pendapat para ahli yang ada ditarik kesimpulan


bahwa pengembangan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara
sadar, terencana dan terarah untuk membuat atau memperbaiki, sehingga
menjadi produk yang semakin bermanfaat untuk meningkatkan dan
mendukung serta meningkatkan kualitas sebagai upaya menciptakan mutu
yang lebih baik.

C. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidikan dan


sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan
sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang komplek. Pembelajaran pada
hakikatnya tidak hanya sekedar menyampaikan pesan tetapi juga
merupakan aktifitas profesional yang menuntut guru dapat menggunakan
keterampilan dasar mengajar secara terpadu serta menciptakan situasi
efisien (Mashudi, Toha dkk, 2007 : 3). Oleh karena itu dalam
pembelajaran guru perlu menciptakan suasana yang kondusif dan strategi
belajar yang menarik minat siswa. Pembelajaran yang berkualitas sangat
tergantung dari motivasi kreativitas pengajar, pembelajaran yang memiliki
motivasi tinggi motivasi tinggi ditunjang dengan mengajar yang mampu
mempasilitasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian
target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan
kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik,
ditunjang fasilitas yang menandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan
membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belaja.

Pengertian pembelajaran secara umum adalah proses interaksi


antara peserta didik atau siswa dengan pendidik atau guru dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang
saling bertukar informasi. Definisi pembelajaran juga bisa diartikan
sebagai suatu proses oleh guru atau tenaga didik untuk membantu murid
atau peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

D. Model Pengembangan Pembelajaran

Dewasa ini ada beberapa model pengembangan pembelajaran dan


setiap model pengembangan pembelajaran memiliki keunggulan dan
keterbatasan. Model-model pengembangan pembelajaran antara lain :
model Briggs, model PPSI, model Elaborasi, model kemp, model Dick and
Carey, model Gerlach dan Ely, Model Bela H.Banaty, model Merril,
model IDI, model Degeng, model pembelajaran konstekstual, dll.

Pada pengembangan ini ada enam model pembelajaran yang


memiliki model yang berbeda, yaitu:
1. Model Elaborasi

Model Elaborasi, berorientasi pada cara untuk


mengorganisasi pembelajaran, mulai dengan memberikan kerangka
isi dari bidang studi yang diajarkan. Kemudian memilah isi bidang
studi menjadi bagian-bagian, memilah tiap-tiap bagian menjadi
sub-sub bagian, mengelaborasi tiap-tiap bagian, demikian
seterusnya sampai pembelajaran mencapai tingkat keterincian
tertentu sesuai spesiikasi tujuan.

2. Model PPSI

Model PPSI, memandang pengajaran sebagai suatu sistem.


Bagian-bagian atau sub-sistem dari pengajaran, meliputi tujuan
pembelajaran, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, alat-alat
dan sumber pembelajaran dan evaluasi. Semua komponen tersebut
diorganisir sedemikian rupa sehingga masing-masing komponen
dapat berfungsi secara harmonis. 

 Tugas guru dalam PPSI adalah menyusun urutan langkah-


langkah sehingga tersusun suatu urutan-urutan system pengajaran
yang baik. Adapun urutan langkah-langkah dalam PPSI itu adalah
sebagai berikut:

- Merumuskan tujuan instruksional khusus


- Menyusun alat evaluasi
- Menetapkan kegiatan pembelajaran
- Merancang program pengajaran.
- Malaksanakan program
3. Model Kemp

Model Kemp, berorientasi pada perancangan pembelajaran


yang menyeluruh dengan sasaran guru sekolah dasar dan sekolah
menengah, dosen perguruan tinggi, pelatih di bidang industry, serta
ahli media yang akan bekerja sebagai perancang pembelajaran.
Menurut Miarso dan Soekamto, model pembelajaran Kemp dapat
digunakan di semua tingkat pendidikan, mulai dari Sekolah dasar
sampai perguruan tinggi.

Ada 4 unsur yang merupakan dasar dalam membuat model kemp.

- Untuk siapa program itu dirancang? (ciri pebelajar)


- Apa yang harus dipelajari? (tujuan yang akan dicapai
- Bagaimana isi bidang studi dapat dipelajari dengan baik?
(metode/strategi pembelajaran.
- Bagaimana mengetahui bahwa proses belajar telah berlangsung?
(evaluasi)
4. Model Dick and Carey

Model Dick and Carey, berorientasi pada hasil dan


sistem.Karena dengan menerapkan model ini, maka akan
menghasilkan bahan pembelajaran yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran dan model pengembangan ini
menerapkan langkah-langkah yang sistematis.
Model Dick & Carey dimulai dengan mengenali tujuan
pembelajaran, melakukan analisis pembelajaran , mengenali
tingkah laku masukan dan karakteristik pebelajar, merumuskan
tujuan performasi, mengembangkan strategi pembelajaran,
mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, mendesain dan
melakukan penilaian normative. Kemudian langkah terakhir ialah
memperbaiki atau merevisi pembelajaran.

5. Model Degeng

Memberi keluwesan dan keleluasaan bagi desainer dan


pengembang untuk mengembangkan gagasan dan menuangkannya
dalam karya nyata pada produk pengembangannya. Hal tersebut
tergambar secara kronologis tentang penyampaian dari hal-hal
mendasar atau konseptual, prinsip, dan berurutan. Pada posisi ini,
pembelajaran disusun melalui langkah-langkah penyampaian
tujuan, pengambaran dalam epitome dan penjabaranya.
Kandungan prinsip teori Elaborasi yang adaptasi dalam Model
Degeng (1990, 1997) sejalan dengan prinsip-prinsip umum
pembelajaran dikemukakan oleh para ahli dan mengikuti norma
umum pembelajaran yang menggunakan teori sistem (Muhamad,
1999).
Model Degeng termasuk model pengembangan pembelajaran.

- Classroom focus yaitu: pembelajaran yang didalamnya


melibatkan; pengajar, pembelajar, kurikulum, dan fasilitas
- Untuk pengembangan paket pembelajaran digunakan secara
klasikal dan individual
- Untuk pengembangan pembelajaran pada kappabilitas belajar
fakta, konsep, prosedur dan prinsip
- Dalam pengorganisasian isi pembelajaran menggunakan teori
Elaborasi baik pada strategitingkat mikro maupun macro;
- Bersifat prespektif, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada
tujuan dan pemecahan belajar, dan
- Memiliki langkah-langkah yang lengkap dan mampu memberikan
arahan detail sampai
- padatingkat produk yang jelas
6. Model CTL

Model Pembelajaran konstekstual (Constextual Teaching


and Learning(CTL)), merupakan konsep belajar yang membantu
guru yang mengaitkan antara bahan/materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata pebelajar dan mendorong pebelajar
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat.

Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih


bermakna bagi pembelajar. Pembelajaran konteksual (Contextual
Teaching and learning(CTL)), adalah konsep belajar yang
membantu pengajar mengaikan antara bahan/materi yang
diajarkanya dengan situasi dunia nyata belajar dan mendorong
pembelajar membuat hubungan antara pengetahuan yang demikian
dengan penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan
melibatkan tujuan komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstrutivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar,
pemodelan dan penilaian sebenarnya.

Penerapan CTL dalam pembelajaran di kelas.


Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika
menerapkan ketujuh komponen dalam pembelajaranya, yaitu
konstrutivisme,menemukan , bertanya, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya

Desain Model Pembelajaran Berbasis CTL


Dalam pembelajaran CTL, program pembelajaran lebih merupakan
kegiatan kelas didesain pengajar, yang berisi scenario tahap demi
tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama pembelajar
sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya.
Penyusunan desain program pembelajaran berbasis CTL adalah
sebagai berikut:

- Nyatakan kegiatan utama pembelajaranya, yaitu sebuah


peryataan kegiatan pembelajar yang merupakan gabungan antara
kompetisi dasar, materi/bahan pokok, dan indicator pencapaian
hasil bekajar.
- Nyatakan tujuan umum pembelajaran
- Rincian media untuk mendukung kegiatan it
- Buatlah scenario tahap demi tahap kegiatan pemblajar.
- Nyatakan authentic assessment-nya yaitu dengan data apa
pembelajar dapat diamati partisipasinya dalam authentic
assessment-nya.
E. Pengembangan Media dan Teknologi Pembelajaran
Model-model pengembangan pembelajaran telah dirumuskan oleh
banyak ilmuwan teknologi pembelajarn dan ilmuwan lainnya. Namun
tidak semua dapat digunakan untuk mengembangkan media dan
teknologi  pembelajaran.  Setiap model memilki keunggulan dan
kelemahan serta dapat diarahkan sesuai dengan jenis produk pembelajaran
yang dikembangkan. Misalnya, jika mengembangkan sistem pembelajaran
jarak jauh, blended learning, atau e-learning, maka model yang sesuai
adalah model yang berorientasi sistem dan salah satunya adalah model
Dick, Carey, and Carey. Begitu pula jika mengembangkan bahan ajar,
media, dan sytategi pembelajaran, maka model yang sesuai adalah model
yang beorientasi ruang kelas dan salah satunya adalah model ASSURE. 

1. Model ASSURE

Model ASSURE dikembangkan oleh Sharon Smldino, James


Rusell, Robert Heinich, dan Michael Molenda. Penamaan ASSURE
diangkat dari komponen Analyze learner characteristics, State Standard
and objectives, Select strategies dan sumbe, Utilize reseources, Require
learner participation, Evaluate and Revise, Langkah pertama dalam
mendesain media dan teknologi pembelajaran adalah:
a.       Analisis Karakteristik Peserta Didik
Gafur dalam bukunya ‘Disain Instruksional’ menyebutkan, tujuan utama
para guru untuk mengetahui semua aspek keadaan individu
pembelajar/siswa ialah untuk dapat memilih pola-pola pembelajaran yang
lebih baik, yang paling menjamin kemudahan belajar bagi setiap siswa.4

Jadi disni kita menganalisis karakteristik peserta didik, kita kita


melihat gaya belajarnya yang dimilki peseerat didik, keterampilan atau
kompetensi yang harus dimilki oleh peserta didik, atau gaya belajar yang
biasa disukainya.

b.   Menentukan Standard dan Tujuan Pembelajaran


4
Abd Gafur, Disain Instrusional: Suatu Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar Kegiatan
Belajar dan Mengajar (Surakarta: Tiga Serangkai, 1982), h. 59
Langkah kedua dalam model ASSURE adalah menyatakan standar tujuan
pembelajaran.

Standar tujuan yang dimaksud disini adalah bagaimana


kemampuan pserta didik dalam menyelasaikan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran mencakup tujuan yang diangkat dari kurikulum dan
standar teknologi termasuk penggambaran tentang hasil kinerja peserta
didik yang diangun atau dikembangkan pada satuan pendidikan atau
menurut standar nasional pendidikan.5

c.       Memilih Strategi dan Sumber

Ketika berhasil menganalisis karakteristik peserta didik dan


merumuskan tujuan pembelajaran, berarti telah mengkaji pengetahuan
keterampilan, dan sikap peserta didik saat ini dan merumuskan  model
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang akan dating sebagai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dibangun suatu jembatan yang
menghubungkan kedua komptensi tersebut, yakni memilih strategi dan
sumber.Dalam memilih startegi pembelajarn kita diberi pilihan memilih
strategi konvensional atau strategi pembelajaran aktif yang dimana peserta
didik yang lebih aktif dan guru sebagai fasilitator dan pembimbing. Dan
tidak dikatan juga bahwa startegi pembelajaran aktif lebih baik dari
strategi konvensional. Karena itu tergabtung dari kesiapan peserta didik,
kemampuan gutu, da ketersideiaan sumber belajar.
Memilih sumber merujuk pada memilih teknologi, media dan materi yang
dibutuhkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dalam menyeleksi
materi pendukung, perlu memperhatikan tiga langkah;
yaitu: pertama, memilih materi yang tersedia, kedua, memodifikasi materi
yang sudah ada, ketiga, mendesain materi baru.

5
Muhammad Yaumi, Media Pembelajaran, h. 87
d.      Memanfaatkan Sumber

Bagian ini mencakup langkah untuk menentukan peranan


instruktur, pendidik, atau pengembang sebagai guru untuk memanfaatkan
media, teknologi, bahan ajar untuk membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran. Untuk memudahkan pemanfaatannya dapat
dilakaukan melalui proses 5 P, yakni:

1)      Preview (tinjauan, meninjau) media, teknologi, dan bahan ajar.


2)      Prepare, (menyediakan) media, teknologi dan bahan ajar yang
berarti praktik menggunakannya sebelum pelaksanaan pembelajaran.
3)      Prepare enviroanment (persiapkan lingkungan) belajar yang
memadai, yang berarati sarana dan prasarana atau fasilitas yang dapat
menunjang proses pembelajaran.

4)      Preapare the learnes (persiapkan peserta didik), bagaimana


melibatkan peserta didik sepenuhnya dalam pelaksanaan pemelajaran.
5)      Prepare the learning experience (persiapan pengalaman belajar)
yang mencakup kondisi dan strategi pembelajaran.

e.       Melibatkan Partisipasi Peserta Didik

Keterlibatan pserta didik dalam proses pembelajaran sangat


diperlukan, untuk menciptakan pembelajaran yang efektif. Teradapat
banayak aktivitas pembelajaran yang dapat diterapkan yang dapat
mendorong peserta didik mempraktikkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap baru dan untuk menerima umpan balik berdasarkan tingkat
kesesuaian upaya mereka sebelum secara formal melakukan penilaian.
f.       Evaluasi dan Revisi

Setelah melaksanakan pembelajaran, sangat penting melakukan


valuasi untuk mengetahui dampak dari pelaksanaan pembelajaran terhadap
prestasi beljar siswa. Evaluasi tidak hanya terbatas pada tingkat
pengetahuan yang dicapai oleh siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran,
tetapi juga mengukur keseluruhan proses pembelajaran termasuk dampak
dari penggunaan media dan teknologi. Jika tedapat kelemahan, atau
kleiriuan termasuk tentang bahan ajar, maka perlu dilakukan secara terus-
menerus dan berkelanjutan, walaupun sudah pernha dilakaukan secara
sebelumnya tetapi bukan berarti semuanya sudah sempurna.. oleh karena
itu, dalam melakukan evaluasi dan revisi perlu mempertimbangkan
tahapan sebagai berikut:

1). Gunakan penilaian autentik dan tradisional untuk menentukan

prsetasi siswa berdasarkan standard an tujuan.

2). Memeriksa keseluruhan proses pembelajarandan dampak dari


penggunaan media dsn teknologi dalam pembelajaran

3). Jika tedapat perbdaan antara tujuan dan hasil belajar, revisi
perencanaan pembelajaran untuk lebih menekankan pada focus yang
menajdi perhatian utama. Ketiga tahapan ini dapat dilakaukan secara
berulang-ulang jika hasil belajar tidak sesuai dengan tujuan yang telah
dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran.

2.      Model PIE

Model PIE merupakan akronim dari Plan,


Implement, dan Evaluate. Model ini dikembangkan oleh Timothy J.
Newby dan James D. Russel. Model ini dikhususnya untuk pengembangan
teknologi pembelajaran yang dapat digunakan oleh pendidik dan peserta
didik dalam pelaksanaan pembelajaran.

 Pertama, perencaan difokuskan pada apa yang sesungguhnya


peserta didik dibutuhkan untuk belajar termasuk kapan, mengapa, dan
bagaiamana cara yang efektif untuk mendaptkan hasil elajar yang baik dan
berkualitas. Hasil akhir dari perencanaan adalah produk berupa ikhtisar,
Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP), atau cetak biru (blue
print) dari pengalaman belajar yang   dapat mengarahkan tujuan
pembelajaran. Perencanaan dilakukan untuk membantu pengembang
pembelajaran dalam menggambarkan secara jelas  tentang pengetahuan
dan keterampilan yang dimilki peserta didik sebelum dilaksanakan
pembelajaran dan pengetahuan dan keterampilan yang seharusnya dimilki
oleh mereka, serta jenis media dan teknologi, bahan, dan strategi
pembelajaran untuk meminimalisasi kesenjangan antara pengetahuan dan
keterampilan yang dimilki saat ini dengan yang seharusnya dikuasai.
Kedua, implementasi atau pelaksanaan difokuskan pada meletakkan
perencanaan dalam tindakan berdasarkan kendala dan hambatan yang
mungkin terjadi dengan menggunakan bahan pembelajaran yang telah
dipilih sebelumnya, dan berbagai bentuk aktivitas yang menunjang
pelaksanaan pembelajaran. Bagi peserta didik, implementasi merupakan
suatu pengalaman belajar yang dilaksanakan dengan memperhatikan
lingkungan belajar, waktu, dan cara atau metode yang digunakan untuk
merevisi perencanaan dan implementasi pembelajaran pada amsa yang
akan dating agar dapat mendapatkan hasil yang memuaskan.
3.      Model Roblyer

Model ini dikenal dengan model TIP yang merupakan


akronim Tchnology Integration Planing (Perencanaan Integrasi
Teknologi).model TIP ini dikembangkan oleh M. D. Roblyer pada tahun
2003, Model TIP merupakan cara sistematis untuk menintgrasikan media
dan teknologi ke dalam pembelajaran melalui lima fase yakni:

a. Menentukan Keuntungan Relatif


Fase pertama model TIP adalah penentuan keuntungan
menintegrasikan media dan teknologi ke dalam pembelajaran. Hal ini
penting untuk mengetahui berbagai aspek memungkinkan integrasi
dilakukan termasuk mengkaji beberapa aspek yang ,elatarinya seperti
dikemukakan oleh Rogers dan Roblter yaitu: kesesuaian, kesulitan,
keterujian, dan keteramatan.
b. Menentukan tujuan
Pada tahap ini pendidik menentukan pengetahuan dan keerampilan yang
ingin dipelajari oleh peserta didik sekaligus mentapkan instrument
penilaian untuk mengukur dan menilai pelajaran yang telah diperoleh
peserta didik dengan mnggunakan media dan teknologi yang telah
diintergrasikan.
c.       Merancang Strategi Integrasi
Pada bagian ini pendidik perlu menentukan strategi mengajar dan
bentuk aktivitas yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Dalam
strategi integrasi media dan teknologi, perlu mempertimbangkan seperti:
karakteristik topic-topik bahan pembelajaran, kebutuhan peserta didik, dan
metode yang sesuai dengan lingkunagn  belajar.
c. Menyediakan Lingkungan Belajar
Penyediaan lingkungan belajar merujuk pada pengaturan dan
pengelolaan tempat, sarana dan prasaran yang memungkinkan diterapkan
teknologi scara efektif dalam pembelajaran.

4.      Model Hannafin dan Peck

Model ini disebut “the Computer Assisted Intruction”


(pembelajaran berbantukan komputer). Terdapat empat kegiatan
pembelajaran dengan alat bantu komputer: (1) latihan dan praktik; (2)
tutorial; (3) permainan, atau game; (4) simulasi atau pemodelan (Hannafin
dan Peck, 1988), berikut penjelasan terhadap empat aktivitas yang
dimaksud.
Pertama, latihan (drill) selalu dipasangkan dengan praktik (practice)
karena keduanya merupakan rangkaian kegiatan yang saling beriringan
dalam membangun pengetahuan dan keterampilan. Praktik merujuk pada
kegiatan umpan balik yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja. Adapun
drill merujuk pada kegiatan pengulangan (repetition) yang bertujuan untuk
membangun penguatan (reinform cement) menuju tingkat automatisasi
pengetahuan dan keterampilan. Kedua, tutoria merupakan program
pembelajaran yang mengikuti fase-fase belajar mandiri secara bertahap
untuk menanamkan konsep atau satuan belajar. Tutoria CAI
mengharuskan pendidik menyediakan komputer untuk mengajarkan
informasi baru.

Ketiga, game adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk tujuan


memperoleh pengetahuan dan pemahaman melalui cara-cara yang
menyenangkan. Dalam hubungannya dengan game.
Keempat, simulasi atau pemodelan merupakan abstraksi dari realitas.
Komputer dalam CAI dapat mensimulasi konsep-konsep atau kejadian
yang kompleks. Komputer menerima input kemudian merespons seolah-
olah sedang mensimulasikan suatu sistem, memungkinkan peserta didik
menghasilkan keputusan yang baik dan jelek tanpa konsekuensi risiko atau
biaya yang mahal.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Joyce dan Weil juga berpendapat bahwa model merupakan kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur secara sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu
2. Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan melalui
pendidikan dan latihan. Pengembangan adalah suatu proses mendesain
pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan
segala sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar
dengan memperhatikan potensi dan kompetensi peserta didik
3. Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidikan dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan
yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada siswa.
4. model pengembangan pembelajaran adalah sebuah prosedur atau acuan
yang secara visual mengkomunikasikan langkah pengembangan
pembelajaran yang disusun secara sistematis dalam upaya untuk
meningkatkan pembelajaran yang efektif dan efisien.
5. Setiap model memilki keunggulan dan kelemahan serta dapat diarahkan
sesuai dengan jenis produk pembelajaran yang dikembangkan. jika
mengembangkan bahan ajar, media, dan sytategi pembelajaran, maka
model yang sesuai adalah model yang beorientasi ruang kelas dan salah
satunya adalah model ASSURE
B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami susun. Dan pastinya masih


terdapat banyak kesalahan dalam penulisan dan kekurangan dalam segi materi.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun bagi kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khusunya bagi
kami dan umumnya bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Benny A Pribadi, Model Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta: Dian


Rakyat, 2010) h. 86
Gde Putu Arya Oka, Model Konseptual Pengembangan Produk
Pembelajaran: Disertai Teknik Evaluasi (Yogyakarta: Deepublish, 2017) h. 9
H. Darmadi, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa (Yogyakarta: Deepublish, 2017) h. 42

Kent. L. Gustafson and Robert Maribe Branch, Survey of Instructional


Development Models (Educational Resources Information Center, 2002) h. 32

Muhammad Yaumi, Media Pembelajaran, h. 87

Anda mungkin juga menyukai