Menurut Prof. Van Apeldoorn definisi hukum adalah sangat sulit untuk dibuat,
karena tidak mungkin untuk mengadakannya yang sesuai dengan kenyataan. Akan
tetapi, meskipun demikian banyak para ilmuan hukum yang berusaha memberikan
sebuah definisi
definisi hukum sesuai pendapat mereka. Sehingga dapat
dapat disimpulkan hukum
adalah sekumpulan peraturan tingkah laku manusia untuk mengatur pola hubungan
interaksi manusia
manusia yang dibuat oleh penguasa dengan bersifat mengatur
mengatur dan memaksa
memaksa
yang apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas.
Sumber hukum adalah segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang
yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-aturan yang kalau
dilanggar akan mendapatkan sanksi yang tegas dan nyata. Adapun macam-macam
sumber hukum dapat ditinjau dari segi material dan formal:
1. Sumber ±sumber hukum material, yaitu sebuah keputusan yang dapat ditinjau dari
berbagai sudut, misalnya dari sudut ekonomi, sejarah, sosiologi, filsafat dan
sebagainya.
2. Sumber-sumber hukum formal, antara lain:
y Undang-undang (statue)
Adalah suatu perjanjian atau kata sepakat yang dilakukan oleh suatu negara
dengan Negara lain.
y Pendapat sarjana hukum (doktrin)
B. GUGATAN DAN PERMOHONAN
1
a) Perkara contentios (gugatan), yaitu tuntutan hak yang mengandung sengketa dan
diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan putusan. Misalnya sengketa hak milik,
warisan, poligami dan lain-lain.
b) Perkara permohonan (voluntair), yaitu tuntutan hak yang didalamnya tidak terdapat
sengketa atau perselisihan tapi hanya semata-mata untuk kepentingan pemohon dan
bersifat sepihak (ex-parte). Disebut juga gugatan permohonan. Contoh meminta
penetapan bagian masing-masing warisan, mengubah nama, pengangkatan anak,
wali, pengampu, perbaikan akta catatan sipil dan lain-la in.
Penggugat 3 dan seterusnya. Begitu pun dengan tergugat, mungkin sendiri dan
mungkin merupakan gabungan dari beberapa tergugat. Gabungan penggugat
atau tergugat tersebut disebut ³kumulasi subjektif´.
y Voluntair menggunakan istilah pemohon dan termohon. Pemohon adalah orang
yang meminta ditetapkan atau mohon ditegaskan sesuatu hak bagi dirinya atau
tentang sesuatu situasi hukum tertentu, baginya sama sekali tidak ada lawan.
Termohon dalam arti asli bukanlah sebagai pihak tetapi hanay perlu dihadirkan
di depan sidanga untuk didengar keterangannya untuk kepentingan
pemeriksaan, karena termohon mempunyai hubungna hukum langsung dengan
pemohon.
Dalam Perdata Islam terdapat istilah gugat cerai dan permohonan cerai. Dalam
perkara gugat cerai, istri sebagai pihak penggugat dan suami sebagai pihak
tergugat. Sedangkan dalam permohonan cerai, suami sebagai pemohon dan istri
sebagai termohon.
3) Aktifitas hakim dalam memeriksa perkara :
Contentiosa, terbatas yang dikemukakan dan diminta oleh piha k-pihak.
2
Voluntair, hakim dapat melebihi apa yang dimohonkan karena tugas hakim
bercorak administratif.
4) K ebebasan hakim
Contentiosa, hakim hanya memperhatikan dan menerapkan apa yang telah
ditentukan undang-undang.
Voluntair, hakim memiliki kebebasan menggunakan kebijaksanaannya.
5) K ekuatan mengikat putusan hakim
Contentiosa, hanya mengikat pihak-pihak yang bersengketa serta orang-orang
yang telah didengar sebagai saksi.
Voluntaria, mengikat terhadap semua pih ak.
6) Hasil akhir perkara
Hasil suatu gugatan (Contentiosa) adalah berupa putusan (vonis).
Hasil suatu permohonan (voluntaria) adalah p enetapan (beschikking).
a) Identitas para pihak harus jelas, memuat nama berikut gelar atau alais atau julukan,
bin, bintinya, umur, agama, pekerjaan, tempat tinggal terakhir dan statusnya
sebagai penggugat atau tergugat. K alimat yang memisahakan antara penggugat dan
tergugat adalah terdapat kata-kata ³ Berlawanan dengan´.
Identitas harus lengkap karena berisis dengan kompetensi absolute dan kompetensi
relative. K ompetensi absolute adalah kewenangan mengadili antar badan peradilan
yang tidak sejenis, seperti antara Peradilan Militer dengan Peradilan Agama.
K ompetensi relative adalah kewenangan mengadili antara badan peradilan yang
sejenis, seperti Peradilan Agama dengan eradilan Agama.
b) Fundamentum petendi atau Posita, adalah masalah yang menjadi dasar-dasar
perkaranya.
c) Petitum, adalah isi tuntutan dalam surat gugatan. Tuntutan disini boleh satu atau
merupakan gabuangan dari beberapa tuntutan yang dikenal dengan ³kumulasi
objektif´.
Perbedaan dengan surat permohonan adalah identitasnya hanya identitas pemohon
saja, bagian positanya adalah tentang situasi hukum yang dijadikan dasar terhadap
apa yang dimohonkan oleh pemohon dalam bagian p etita.
Cara-cara mengajukan gugatan:
Gugatan harus diajukan secara tertulis dan ditandatangani oleh penggugat atau
kuasanya. Hal ini diatur dalam pasal 118 HIR.
3
Bagi yang buta huruf, bisa mengajukannya secara lisan. Hal ini diatur dalam
pasal 120 HIR.
Gugatan harus daijukan ditempat tinggal tergugat dengan dasar hukumnya pasal
118 HIR. Hail ini sesuai dengan azas ³ Aqtor Sequitor Forum Rei´ artinya gugatan
harus diajukan di tempat tinggal tergugat. Disini ada pengecualian, dalam perkara
gugat cerai, gugatan diajukan di tempat tinggal penggugat (istri), begitu pun
dalam cerai talak, pengajuan permohonan dilakukan di tempat termohon (istri).
Apabila tergugatnya banyak, maka gugatan diajukan di tempat salah satu
tergugat.
Dalam hukum acara perdata ada istilah gugatan tidak dapat diterima dan
gugatan ditolak.
y Gugatan tidak diterima adalah gugatan yang tidak bersandarkan hukum yaitu
apabila peristiwa-peristiwa sebagai dasar tuntutan tidak membenarkan tuntutan.
Putusan tidak diterima ini bermaksud menolak gugatan diluar pokok perkara.
Dalam hal ini penggugat masih dapat mengajukan kembali gugatannya atau
banding. Lebih kepada tidak memenuhi s yarat formil.
y Gugatan ditolak adalah gugatan tidak beralasan hukum yaitu apabila tidak
diajukan peristiwa-peristiwa yang membenarkan tuntutan. Putusan hakim dengan
melakukan penolakan bermaksud menolah setelah mempertimbangkan pokok
perkara. Dalam hal ini penggugat tidak ada kesempatan mengajukan kembali tapi
haknya adalah banding. Lebih kepada tidak memenuhi syarat materil
(pembuktian).
1. Sebelum pemeriksaan perkara oleh hakim dalam hal ini adalah tergugat belum
memberikan jawaban.
2. Dilakukan dalam proses pemeriksaan perkara dalam hal ini apabila tergugat
sudah memberikan jawaban maka harus dengan syarat disetujui oleh pihak
tergugat.
4
Pasal 118 HIR/142 RBg mengatur juga pengecualiannya yaitu :
C. PROSES PERSIDANGAN
Pengadilan.
5
2. K etua majlis hakim yang terpilih akan membuat PHS (Penetapan Hari Sidang)
yang menetapkan kaapn hari/tanggal/jam sidang pertama dimulai.
3. PHS akan diberikan ke jurusita untuk melakukan panggilan terhadap kedua pihak
yang bersangkutan. Apabila jurusita berhalangan maka akan digantikan oleh
jurusita pengganti atau pejabat lain yang ditunjuk oleh K etua Pengadilan Agama.
Tahap-tahap persidangan:
1. Tahap sidang pertama
Sidang peertama bagi pengadilan mempunyai arti yang sanagt penting dan
menetukan dalam beberapa hal, misalnya sebagai berikut:
a) Jika tergugat atau termohon (dalam perkara contentiosa) sudah dipanggil
dengan patut, ia atau kuasa sahnya tidak datang menghadap pada sidang
pertama, ia akan diputus versetek. (125 HIR)
b) Jika penggugat atau pemohon sudah dipanggil dengan patut, ia atau kuasa
sahnya tidak datang menghadap pada sidang pertama, maka ia akan
diputus dengan digugurkan perkaranya. (124 HIR)
c) Sanggahan (eksepsi) relatif hanya boleh diajukan pada sidang pertama.
K alau diajukan setelah waktu itu, tidak akan diperhatikan lagi.
d) Gugat balik (reconventie) hanya boleh diajukan pada sidang p ertama.
Pada tahap ini terdiri dari: (1) hakim membuka sidang. (2) hakim menya
identitas pihak-pihak. (3) pembacaan surat gugatan atau permohonan. (4) anjuran
damai.
Menurut HIR, anjuran damai dari hakim sudah dilakukan (dalam sidang
pertama)sebelum pembacaan surat gugatan, anjuran damai pada sidang pertama ini
bersifat mutlak. Dalam pasal 130 HIR dinyatakan setiap kali persidangan hakim
harus mendamaikan para pihak. Apabila perdaamian tidak dilakukan maka putusan
dinyatakan batal. Perdamaian akan sangat pentinmg karena perdamaian
mengakomodir rasa keadilan dan bernilai eksekusi dan mengikat.
6
Apabila terjjadi perdamaain maka dibuatkan akta perdamaian di muka
pengadilan dan kekuatannya sama dengan p utusan. Akta perdamaaian tidak berlaku
banding sebab akta perdamaain bukan keputusan pengadilan. Bila tidak etrjadi
perdamaian hal itu harus dicantumkan dalam Berita Acara Sidang, sidang akan
dilanjutkan.
Sesudah pembacaaan surat gugatan atau permohonan dan anjuran damai tidak
berhasilmaka K etua Majlis akan bertanya kepada kepada tergugat atau termohon
apakah ia akan menjawab secara lisan atau tertulis, apakah sudah siap atau belum
siap, kapan tergugat atau termohon siapnya. Sejak saat itu masuklah proses
kedalam tahap jawab-berjawab, baik antara pihak dengan pihak maupun antara
hakim dengan pihak. Penggugat mempunyai hak hak bi cara terakhir.
3. Tahap pembuktian
Pembuktian adalah meyakinkan hakim terntang dalil-dalil yang diajukan.
Hukum pembuktian adalah ³Barangsiapa yang mendalilkan sesuatu maka dia harus
membuktikan´. Dalam hukum perdata minimal harus ada 2 alat p embuktian.
Adapun alat-alat pembuktian yang daitur dalam pasal 164 HIR adalah sebagai
berikut:
a. Surat
Surat ada 3 macam: (1) Biasa, yaitu surat yang tidak sengaja dibuat untuk
membuktikan sesuatu. (2) Akta otentik, yaitu surat yang dibaut oleh dan atau
dihadapan pejabat yang berwenang. Pada dasarnya surat ini dibuat untuk
membuktikan sesuatu. (3) Akta di bawah tangan, yaitu surat dibuat tidak
dihadapan berwenang. Pada dasarnya surat ini sengaja dibuat untuk
membuktika sesuatu.
Perbedaanya:
- Akta otentik menjadi bukti paling kuat, artinya apa yang tertuang dalam
isinya harus dianggap benar kecuali ada perlawanan.
7
- Akta di bawah tangan baru diakui sebagai alat bukti apabila isi dan tanda
tangannya diakui oleh lawan.
- Akta otentik memiliki 3 kekuatan pembuktian, yaitu formil, maksudnya
para pihak telah setuju atas isi surat tersebut. Materil, maksudnya
peristiwanya benar-benar terjadi. Mengikat, maksudnya akat tersebut
benar-benar telah dibuat dihadapan pejabat yang b erwenang.
b. Saksi
Harus memenuhi dua syarat:
- Formil, artinya saksi harus cakap (145 HIR), keterangannya disampaikan
dalam sidang (144 HIR), diperiksa satu persatu (144 HIR) dan harus
disumpah.
- Materil, artinya minimal dua orang saksi dan saksi ahrus berdasarkan
alasan dan pengetahuannya.
K alau saksi hanya satu, maka harus dilengkapi dengan alat pembuktian yang
lain. Azas mengatakan ³ulus testis nulus testis´ artinya satu saksi bukan
saksi. Azas mengatakan ³testimonium de auditoru´ artinya saksi yang
mendengar dari keterangan orang l ain.
Menurut pasal 145 HIR atau 172 RBg saksi yang tidak akn diterima antara
lain:
y K eluarga saudara
y Istri, suami ataupun salah satu pihak walaupun sudah bercerai.
y Anak-anak yang diketahui umurn ya.
y Orang yang ingatannya kurang.
c. Persangkaan
Persangkaan ada dau macam, yaitu:
a. Undang-undang, yaitu perbuatan yang oleh undang-undang telah
ditentukan.
8
b. Hakim, yaitu segaal peristiwa keadaan dalam sidang, bahan-bahan yang
didapat dalam sidang semua itu bisa menyusun pertimbangan dalam
persangkaan hakim.
d. Pengakuan
Ada 3 macam:
a. Pengakuan murni, artinya tergugat mengakui seluruh dalil-dali gugatan.
Disini penggugat tidak usah menghadirkan saksi kecuali dalam
persidangan gugat-cerai, harus menghadirkan keterangan pihak keluarga
atau teman dekat apabila masalahnya karena perselisihan etrus menerus.
b. Pengakuan berkualifikasi, artinya tergugat mengakui isi gugatan, akan
tetapi terguagat menyertakan imbuhan keterangan yang berkualifikasi.
Pada pengakuan ini tergugat harus membuktikan atas imbuhan
keterangannya. Tergugaat mengakui gugatan tetapi keterangannya
membantah sebagian gugatan.
c. Pengakuan klausula, ini hamper sama dengan pengakuan berkualifikasi,
akan tetapi keterangannya bersifat membantah keseluruhan gugatan.
e. Sumpah
Pada dasarnya digunakan karena tidak ada lagi alat pembuktian. Pembagian
sumpah:
- Suplitoir, adalah sumpah yang dimintakan salah satu pihak untuk
melengkapi satu bukti yang telah diaj ukan oleh pihak yang berperkara.
- Penaksir, hanya dapat diperintahkan karena jabatannya hakim atau
pengadilan kepada penggugat.
- Decisair, adalah sumpah yang dimintakan salah satu pihak karena pada
perkaranya tidak ada bukti sama sekali.
Jika suplitoir dibebankan kepada salah satu pihak, maka penaksir dibebankan
kepada penggugat saja.
4. Tahap K esimpulan
9
D. UPAYA-UPAYA HUKUM
U paya hukum terbagi dua macam yaitu upaya hukum biasa dan upaya hukum
luar biasa. Yang termasuk upaya hukum biasa adalah verzet, banding dan kasasi.
Sedangkan yang termasuk upaya hukum luarbiasa adalah PK (Peninjauan K embali).
a) VERZET
Verzet artinya perlawanan terhadap putusan versetek yang telah dijatuhkan
oleh pengadilan tingkat pertama (pengadilan Agama), diajukan oleh tergugat yang
diputus versetek tersebut dalam waktu tertentudan diajukan ke pengadilan Agama
yang memutus itu juga.
Bagi yang diputus versetek belum bisa menggunakan upaya hukum banding
sebelum ia menggunakan upaya hukum verzet.
b) BANDING
Banding yang disebut juga appel aialah permohonan pemeriksaan kembali
terhadap putusan atau penetapan pengadilan tingkat pertam (Pengadilan Agama)
karena merasa tidak puas atas putusan atau penetapan tersebut, diajukan ke
pengadilan tingkat banding (Pengadilan Tinggi Agama) yang mewilayahi
pengadilan tingkat pertama yang bersangkutan, melalui pengadilan tingkat
pertama yang memutus tersebut dalam tengganag waktu tertentu dan dengan
syarta-syarta tertentu.
Pemohon banding disebut pembanding dan lawannya disebut terbanding.
Mungkin saja pihak-pihak sama-sama terbanding dan ketika itu hanya ada
pembanding, tidak ada terbanding.
Yang akan diperiksa di tingkat banding adalah:
Apakah pemeriksaan perkara sudah tepat dan benar? (mulai dari PMH, PHS
sampai pada tahap persidangannya)
Apakah putusan hakim pada pengadilan tingkat pertama sudah tepat dan
benar? Disini, Pengadilan Tingkat Banding bias menguatkan putusan
Pengadilan Tingkat Pertama atau membuat keputusan sendiri.
1. Diajukan dalam tenggang waktu selama 14 hari (apabila penggugat dan t ergugat
hadir bisa setelah 1 hari putusan dijatuhkan juga boleh apabila sudah terhitung
setelah 3 hari diterimanya surat pemberitahuan).
2. Memohon surat Akta Permohonan Banding.
10
3. Membayar panjar atau biaya banding.
4. Pemberitahuan banding kepada terbanding (sinonim tergugat).
5. Memori banding (semacam surat gugatan) diajukan pembanding (sinonim
penggugat).
6. Pemberitahuan kepada terbanding bahwa adanya memori banding.
7. Contra memori banding oleh terbanding.
8. Pemberitahuan adanya contra memori banding.
9. Adanya inzage atau pemeriksaan berkas yang akan diajukan ke Pengadilan
Banding.
10.Berkas baru kemudian dikirim ke Pengadilan tingkat Banding.
c) K ASASI
d) PENINJAUAN K EMBALI
Peninjauan kembali yang dimaksudkan adalah terhadap putusan atau
penetapan pengadilan tingkat pertama (Pengadilan Agama) yang telah memperoleh
kekuatan hukum yang tetap, atau terhadap putusan pengadilan tingkat banding
(Pengadilan Tingkat Agama) yang telah memperoleh kekuatan hukum yang
tetap,atau terhadap putusan Mahkamah Agung, karenanya sering disebut
dipanjangkan menjadi ³ Peninjauan kembali terhadap putusan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap).
Peninjauan kembali dimaksudkan, diajukan ke Mahkamah Agung melalui
Pengadilan tingkat pertama (Pengadilan Agama) yang dahulunya memutus, dengan
alasan dan syarat tertentu tetapi tidak t erikat pada waktu tertentu.
11
Tenggang waktu untuk mengajukan PK adalah selama 6 bulan atau 180 hari
sejak memperoleh putusan hukum teta. Syarat di PK adalah harus adanya N ovum
atau bukti baru yang ditemukan.
Catatan:
Perbedaan banding dan kasasi adalah:
- Memori banding bukan suatu keharusan
- Memori kasasi adalah wajib atau keharusan diajukan pemohon.
Perkara contentisa (gugatan) adanya di banding, kasasi kemudian PK .
Perkara voluntair (permohonan) tidak ada banding, akan tetapi langsung ke
kasasi.
E. SITA
12
Putusan sela adalah putusan hakim terhadap suatu perkara yang bukan pokok
perkara akan tetapi masih ada relevansinya ddengan pokok perkara.
b) Sita Eksekusi (Eksekutorial Beslag)
Adalah sita yang dilakukan setelah perkara mempunyai kekuatan hukum
tetap atas barang-barang yang belum diletakkan sita jaminan, karena terhadap
barang yang telah diletakkan sita jaminan otomatis menjadi sita eksekusi.
c) Sita Revindikasi ( Revindicatoir Beslag)
Adalah siat yang dilakukan pengadilan terhadap benda bergerak milik
sendiri yang berada di tangan orang lain, atau terhadap milik sendiri yang telah
dijual tetapi belum dibayar harganya oleh p embeli.
Permohonan kepada pengadilan untuk dilakukan sita revindicatoir tidak
memerlukan adanya dugaan beraslasan terlebih dahulu bahwa si tersita akan
menggelapkan atau akan melenyapkan barang yang dimohonkan sita.
d) Sita Matrial atau Matrimonial
Sita matrial tidak didapat di dalam HIR dan RBg, melainkan terdapat pada
BW (Burgerlijke Wetboek) dan Rsv (Reglement op de Burgelijke
Rechtsvordering).
Sita matrial adalah sita yang diajukan istri ke pengadilan agar selama masa
sengketa perceraian yang sekaligus harta bersama di pengadilan, agar si suami
tidak mentransfer atau menujual harta bersama tersebut (gono-gini). Sita ini
diaukan istr karena menurut BW si istri tidak mampu bertindak hukum kecuali
atas bantuan suaminya, sehingga yang mungkinmenjual atau mentransfer harta
adalah suami.
13