Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS FAKTOR PENGHAMBAT PENYEMBUHAN

DIABETIC FOOT ULCER DI KLINIK KITAMURA PONTIANAK

(The Analysis Of Healing Inhibitors Factors Of Diabetic Foot Ulcer At


The Kitamura Clinic Pontianak)

Lydia Yuniarsih1, Sukarni2, Ichsan Budiharto3


1
Universitas Tanjungpura / lydiayuniarsih21@gmail.com
2
Universitas Tanjungpura / sukarni@ners.untan.ac.id
3
RSUD Dr. Sudarso / ichsanbudiharto@gmail.com

ABSTRAK
Latar Belakang : Jumlah penderita diabetes mellitus (DM) terus meningkat. Komplikasi
yang umum terjadi pada penyakit DM adalah diabetic foot ulcer (DFU). Lambatnya
penanganan DFU
akan berdampak pada peningkatan keparahan luka, sehingga mengganggu proses perbaikan
luka.
Hambatan penyembuhan luka disebabkan oleh berbagai faktor yang berisiko tinggi untuk
berkembang menjadi luka kronis, amputasi, bahkan kematian. Tujuan : Untuk mengetahui status
demografi, karakteristik luka, serta hubungan antara usia, saturasi oksigen, status infeksi,
stress, dan riwayat terapi medikasi dengan hambatan penyembuhan DFU di Klinik Kitamura
Pontianak. Metode : Penelitian ini bersifat kuantitatif analitik dengan desain cohort retrospektif.
Sampel yang digunakan adalah 62 orang dengan teknik pengambilan sampel berupa
purposive sampling. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi Gamma dan Somer’s, sedangkan
analisis multivariat menggunakan model regresi logistik. Dasar pengambilan keputusan
apabila nilai p < 0,05. Hasil : Hasil analisis bivariat ditemukan bahwa usia memiliki nilai p =
0,280, saturasi oksigen memiliki nilai p = 0,001, status infeksi memiliki nilai p = 0,000, stress
memiliki nilai p = 0,000, dan riwayat terapi medikasi memiliki nilai p = 0,296. Uji multivariat
didapati bahwa kekuatan hubungan saturasi oksigen bernilai OR = 5,083, status infeksi bernilai
OR = 9,364, dan stress bernilai OR = 19,789 terhadap hambatan penyembuhan DFU.
Kesimpulan : Faktor yang paling dominan dalam menghambat penyembuhan DFU di Klinik
Kitamura Pontianak adalah stress.
Kata Kunci : diabetes mellitus, diabetic foot ulcer, penyembuhan luka
terhambat.

ABSTRACT
Background :The number of diabetes mellitus (DM) patients is continuing to increase. On of
the
most common complications inDM is diabetic foot ulcers (DFU). The delay of DFU treatment will
increase the wound severity, which eventually disrupting the wound healing process. Factors
inhibiting the wound healing process include age, oxygen saturation, infection, stress, and
history of medication therapy. The delayed healing of DFU lead into wound chronicity,
amputation, and even early death. Purpose : To investigate demographic status, wound
characteristics, and its relationship with age, oxygen saturation, infection status, stress, and
medication therapy history on delayed healing in DFU at Kitamura Clinic Pontianak. Method :
This study used retrospective cohort design. The sample techniquewas 62 people taken by
purposive sampling technique. The analysis used were bivariate analysis using Gamma and
Somer's correlation test, and multivariate analysis using logistic regression model. P value < 0,05
is considered significant. Result :The analysis result found that age has p value = 0,280, oxygen
saturation p = 0,001, infection status p
= 0,000, stress p = 0,000, and medication therapy history p = 0,296. The multivariate
analysis
shows oxygen saturation has OR = 5,083, infection status OR = 9,364, and stress OR = 19,789 in
its relationship delayed healing of DFU. Conclusion : There was a correlation between oxygen
saturation, infection status, and stress with the delayed healing in DFU. There was no correlation
between age and history of medication therapy with the delayed healing in DFU. The
most dominant factor of the delayed healing in DFU at Kitamura Clinic Pontianak wasstress.
Keywords : diabetes mellitus, diabetic foot ulcer, inhibit wound
healing.
Pendahuluan
Penderita DM bertambah 10 juta jika belum sembuh lebih dari 6 minggu
orang tahun 2017. Diprediksi 415 juta
saat dirawat(9,15,16,17).
jiwa menderita DM dan lebih dari 350
Hambatan penyembuhan luka
juta jiwa berisiko tinggi terkena DM(1,2).
mencakup luka kronik karena sulit
Secara global, 1,6 juta orang meninggal
mengkompensasi etiologi dan faktor
akibat DM tahun 2015(3). Di Indonesia,
penundaan atau gagal sembuh, sehingga
penderita DM berada di urutan ke-5
luka sulit menutup(18,19,20). Luka kronis
tertinggi di dunia, yaitu 9,1 juta jiwa.
memiliki fase penyembuhan yang tidak
Angka ini naik dari tahun 2013 di urutan
teratur, sehingga pada satu luka terdapat
ke-7 sebanyak 7,6 juta jiwa(4).
fase penyembuhan yang bersamaan(21,22).
Di Kalbar, ada 0,8% orang
Selama 1 tahun, ada 36% atau 317
terdiagnosis DM dan 1% mengalami
kasus DFU dengan penyembuhan
gejala DM(5,6). Dinkes Kota Pontianak
memanjang di Klinik Kitamura
melaporkan kasus DM tahun 2015,
Pontianak. Kasus DFU banyak ditemui
2016, dan 2017 berturut-turut sebanyak
pada lansia. Buruknya suplai oksigen
872 orang, 999 orang, dan 3.062 orang.
menyebabkan hipoksia luka dan
Sekitar 10% hingga 15% kasus DM
berkembang menjadi DFU akibat status penyakit vaskular. Komplikasi DFU bisa
demografi, neuropati, penyakit arteri memicu stress. Salah satu penanganan
perifer, infeksi, trauma, riwayat luka DFU adalah terapi NSAID yang bersifat
atau amputasi, dan edema(2,7,8). anti-poliferatif. Setiap gangguan tahap
Data Klinik Kitamura Pontianak penyembuhan luka menyebabkan
melaporkan sekitar 870 kasus DFU dari hambatan 20% hingga 60%(23,24,25,26,27).
1195 penderita DM pada 1 Januari 2017 Meninjau dampak hambatan
hingga 31 Januari 2018. Banyak penyembuhan luka, maka peneliti
penderita yang menunda pengobatan tertarik mengkaji faktor penghambat
karena mahalnya biaya dan rendahnya penyembuhan DFU di Klinik Kitamura
kesadaran terhadap bahaya DFU. Pontianak. Mengidentifikasi faktor-
Perawatan luka untuk mengatasi infeksi, faktor bisa mengoptimalkan
nekrosis, dan penyembuhan (9,10,11). penyembuhan luka, sehingga menekan
Lambatnya penanganan memicu prognosis buruk DFU untuk mengurangi
keparahan luka, berupa infeksi, beban kesehatan, ekonomi, dan sosial.
ganggren, amputasi, dan kematian(2, 12).
Setiap 20 detik, ada 1 kasus amputasi Metode Penelitian
pada DFU. Risiko kematian pada DM Penelitian ini bersifat kuantitatif
naik lebih dari 45%(13,14). Intervensi dini analitik dengan desain cohort
dan efektif, dan mengurangi pencetus retrospektif. Sampel penelitian secara
DFU bisa mengurangi kerugian 75%(15). purposive sampling sebanyak 62
Luka dengan keparahan berat responden . Kriteria inklusi, yaitu pasien
menekan penyembuhan 87%, sedangkan DFU dirawat lebih dari 3 minggu, usia
keparahan sedang menghambat di atas 45 tahun, dan berkomunikasi
penyembuhan 55%. Penyembuhan luka dengan baik. Kriteria eksklusinya adalah
akut 3 sampai 6 minggu. Luka yang komplikasi penyakit organ utama
statis bisa berkembang menjadi kronis. (jantung, ginjal, dan hepar), kesadaran
Luka kronis adalah kegagalan menurun, gangguan kognitif, atau jiwa.
penyembuhan luka lebih dari 4 minggu Penelitian dilakukan pada 18 Mei
disertai eksudat, granulasi tertunda, dan hingga 7 Juli 2018 di Klinik Kitamura
nekrosis. Penyembuhan luka tertunda Pontianak. Variabel bebas adalah usia,
SpO2, status infeksi, tingkat stress, dan
riwayat terapi medikasi. Variabel
terikatnya hambatan penyembuhan akurasi ± 2% pada rentang 70-99%serta
DFU. Pengumpulan data menggunakan reliabilitas98%, 96%, dan 98%(30,31).
pulse oxymetri untuk menilai SpO2, Pengumpulan data dimulai dari
kuesioner Diabetes Distress Scale informed consent, mengecek SpO2 di jari
(DDS) untuk skrining stress, dan Bates tangan dan kaki, mengambil foto kaki,
Jansen Wound Assessment Tools mengisi kuesioner DDS dan mengambil
(BJWAT) untuk mengkaji luka. data rekam medik, berupa usia, leukosit,
Kuesioner DDS memiliki validitas dan riwayat terapi medikasi. Data
0,534-0,607 dan reliabilitas 0,87(28). diinput dalam lembar pengkajian.
Skala BJWAT memiliki validitas 0,91 Analisa bivariat menggunakan uji
dan nilai reliabilitas 0,975(29). Alat Somer’s dan analisa multivariat
pulse menggunakan regresi logistik ganda.
oxymetri telah divalidasi pabrik dengan

Hasil dan Pembahasan


Tabel 1 Data Karakteristik Responden (N =54)
Variabel Kategori F %
Usia Lansia awal 25 40,3
Lansia akhir 22 35,5
Manula 15 24,2
Jenis Kelamin Laki-laki 31 50
Perempuan 31 50
Agama Islam 40 64,5
Kristen 3 4,8
Katholik 2 3,2
Budha 17 27,4
Suku Melayu 17 27,4
Sambas 1 1,6
Bugis 1 1,6
Madura 2 3,2
Dayak 4 6,5
Jawa 14 22,6
Sunda 1 1,6
Tionghoa 22 35,5
Pekerjaan PNS 5 8,1
Guru / dosen 6 9,7
8 12,9
Pensiunan
12 19,4
Swasta 3,2
Petani 2
25 40,3
Ibu rumah tangga 6,5
Tidak bekerja 4
Kadar GDS 180 – 220 mg/dl 11 17,7
220 – 260 mg/dl 10 16,1
260 – 300 mg/dl 15 24,2
> 300 mg/dl 26 41,9
Sumber :Uji Statistik Frequency

121
Tabel 2. Hubungan Usia, Saturasi Oksigen, Status Infeksi, Stress, dan Riwayat Terapi
Medikasi Dengan Hambatan Penyembuhan DFU
Hambatan Penyembuhan DFU
Ringan Berat Total r p
f % f %
Usia Lansia awal 14 22,6 11 17,7 25 0,149 0,280
Lansia akhir 14 22,6 8 12,9 22
Manula 5 8,1 10 16,1 15
Saturasi Normal 27 43,5 13 21,0 40 0,370 0,001
Oksigen Abnormal 6 9,7 16 25,8 22
Status Normal 17 27,4 4 6,5 21 0,377 0,000
Infeksi Peningkatan 16 25,8 25 40,3 41
Stress Tidak / Ringan 31 50,0 15 24,2 46 0,422 0,000
Sedang 2 3,2 14 22,6 16
Riwayat Ada 18 29,0 12 19,4 30 0,132 0,296
Terapi Tidak ada 15 24,2 17 27,4 32
Medikasi
Sumber : Uji Statistik Somer’s
Tabel 3. Hasil Analisis Mult ivariat Regresi Logist ik
Variabel Koefisien P OR (IK95%)
Langkah 1 SpO2 1,626 0,022 5,083 (1,269-20,363)
Infeksi 2,237 0,010 9,364 (1,688-51,928)
Stress 2,985 0,003 19,789 (2,857-137,078)
Konstanta -2,963 0,001
Sumber :Variables in the Equation
Berdasarkan tabel 1, distribusi penyembuhan DFU (p-value 0,000), dan
responden sesuai usia didominasi oleh riwayat terapi medikasi tidak
lansia awal 40,3%. Proporsi jenis berhubungan dengan hambatan
kelamin laki-laki dan perempuan penyembuhan DFU (p-value 0,296).
masing-masing 50%. Mayoritas Berdasarkan uji multivariat
menganut agama Islam, yaitu 64,5% dan diperoleh bahwa variabel yang paling
bersuku Tionghoa, yaitu 35,5%. dominan dalam menghambat
Pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah penyembuhan luka adalah stress dengan
tangga (IRT) sebesar 40,3%. Kadar peluang kejadian sebesar 19 hingga 20
GDS tertinggi pada rentang melebihi kali, infeksi sebesar 9 hingga 10 kali,
300 mg/dl, yakni 41,9%. Hasil dan saturasi oksigen sebesar 5 hingga 6
pengkajian luka didapati sebagian besar kali. Prediksi probabilitas atau peluang
jaringan epitel <25% dan tidak ada hambatan penyembuhan DFU karena
indurasi jaringan perifer. Rata-rata total faktor yang signifikan, yakni 0,979.
skor BJWAT sebesar 31,2903. Menua menyebabkan regenerasi sel
Berdasarkan tabel 2 ditemukan menurun. Lansia awal adalah peralihan
bahwa usia tidak berhubungan dengan dari dewasa menuju lansia yang perlu
hambatan penyembuhan DFU (p- adaptasi akibat penurunan produktivitas,
value kognitif, kemandirian, dan kehilangan.
0,280), saturasi oksigen berhubungan Mayoritas lansia awal masih
dengan hambatan penyembuhan DFU mempertahankan pola hidupsaat muda,
(p-value 0,001), status infeksi misalnya konsumsi junk food, makanan
berhubungan dengan hambatan dan minuman manis berlebihan, dan
penyembuhan DFU (p-value 0,000),
stress berhubungan dengan hambatan
mengemil di malam hari. Padahal, lansia perilaku adaptif dalam merawat diri.
dituntut untuk makan sesuai kebutuhan. Contohnya, pada umat Islam terdapat
Penurunan nafsu makan, pola diet ibadah puasa sebagai manajemen diet,
yang buruk, kurang istirahat, dan stress berwudhu, perintah menggunting kuku
mempengaruhi penyembuhan DFU pada untuk merawat kaki, serta larangan
lansia. Menua berakibat sirkulasi dan merokok dan mengonsumsi alkohol agar
migrasi leukosit pada luka berkurang, menekan risiko komplikasi DM(28,37).
serta fagositosis melambat, sehingga Mayoritas masyarakat Pontianak
menganggu penyembuhan luka(32,33). bersuku Melayu dan Tionghoa. Pasien
Proporsi DFU antara laki-laki dan DFU di Klinik Kitamura Pontianak
perempuan sama karena aktivitas didominasi etnis Tionghoa dengan
bekerja dan berkarya yang setara. ekonomi yang baik. Mahalnya biaya
Aktivitas perempuan di rumah juga perawatan luka menyebabkan penderita
berpeluang mengalami DFU karena dari suku lain dengan ekonomi rendah
banyak kegiatan yang menggunakan merasa enggan berobat.
kaki, jadi berisiko terpapar benda asing Meskipun responden cenderung
dan penekanan berlebih. dari etnis Tionghoa, namun mayoritas
Kebiasaan mengonsumsi junk food beragama Islam. Kebiasaan penderita
yang murah, mudah diperoleh, dan
DFU bersuku Tionghoa adalah berobat
praktis pada laki-laki dan perempuan
kepada sing sang atau tabib tradisional
juga mempengaruhi DFU. Makanan
karena lebih terjangkau. Akan tetapi,
yang mengandung toksin (misalnya
jika luka tidak membaik, maka pasien
pengawet dan pewarna sintetis) dapat
akan memilih pengobatan modern(37).
memicu plak yang mengganggu
Kebiasaan warga muslim adalah
sirkulasi darah dalam membawa nutrisi
berbuka puasa dengan gorengan dan
ke seluruh tubuh, termasuk area kaki.
menyiapkan makanan di malam hari
Prevalensi DFU berisiko tinggi
untuk sahur yang memberi peluang
pada wanita dalam skala ringan, sedang
mengemil, jadi memicu hiperglikemi
dan tinggi. Gambaran wanita dengan
pada Bulan Ramadhan dan mengganggu
luka diabetik adalah paritas lebih dari
penyembuhan luka. Stress dan hormon
tiga kali, obesitas, dan mengalami
mempengaruhi penyembuhan luka pada
gangguan tidur(34,35).
IRT terkait perekonomian dan kesulitan
Penderita DFU yang muslim
menyatakan kendala beribadah, seperti mengurus rumah tangga.
solat dan puasa karena sulit berwudhu, Mayoritas IRT bergantung pada
berdiri dan sakit maag. Padahal sholat kepala keluarga. Dengan ekonomi
berbentuk senam sebagai pendekatan rendah, IRT enggan berobat dan
diri kepada Allah SWT. Penderita kesulitan memakai fasilitas sehari-hari,
berasumsi bahwa penyakit sebagai seperti toilet berjenis leher angsa, tempat
hukuman atas kekeliruan yang mencuci peralatan dapur menggunakan
menimbulkan stress. Pola koping terkait pelataran, dan sebagainya. Kaki yang
usaha dan ketahanan individu dalam basah akibat beraktivitas rentan terjadi
mengatasi masalah. Rasa terbebani dan perkembangbiakan kuman.
Modifikasi yang banyak dipakai
minimnya spiritualitas menghambat
dalam menghindari basah adalah
penyembuhan DFU.
Kecenderungan penderita luka menggunakan plastik, namun mudah
diabetik adalah penganut Agama Islam bocor saat berjalan. IRT sering memakai
karena mayoritas penduduk beragama plastik bekas dan berulang yang akan
Islam. Edukasi berbasis spiritual bisa mengotori DFU. Penggunaan plastik
menekan depresi dan menerapkan terlalu lama membuat kaki berkeringat,
jadi rentan bagi perkembangan kuman.
Jenis pekerjaan tertinggi pada Prevalensi DM meningkat pada
penderita DM dengan komplikasi dewasa tua karena perubahan regulasi
maupun luka diabetik adalah IRT karena tubuh, kebiasaan hidup, dan lingkungan.
penderita DM yang mendatangi Resistensi insulin pada lansia karena
pelayanan kesehatan lebih banyak perubahan aktivitas fisik, fisiologis
perempuan(33,36,37,38). tubuh, pola makan, serta neuro-
Pada penyembuhan luka normal, hormonal, terutama insulin-like growth
fase proliferasi terjadi pada pekan ke-2 factor-1 (IGF-1) dan
hingga ke-3 pasca cidera. Rata-rata dehydroepandrosteron (DHEAS) hingga
penyembuhan luka terhambat menurut 50% berakibat sensitivitas reseptor
BJWAT pada fase regenerasi. Sebagian insulin dan aksi insulin menurun yang
besar ukuran dan kedalaman luka di mempengaruhi penyembuhan DFU(34,41).
bawah rata-rata, tanpa undermining dan Penuaan menyebabkan imunitas
eksudat, tetapi masih banyak luka menurun yang memudahkan aktivitas
diliputi slough, serta minimnya jaringan bakteri pada luka terinfeksi. Kekakuan
granulasi dan epitelisasi. dan sumbatan sejalan dengan penuaan,
Ketidakpatuhan pengobatan, diet hiperglikemi, dan penyakit arterial
dan perilaku berkaitan dengan glikemik perifer karena sirkulasi darah inadekuat.
dan kondisi luka. Meskipun luka hampir Hal ini menyebabkan nekrosis dan
bahkan telah sembuh, namun perilaku iskemik yang meningkatkan risiko luka
kesehatan masih buruk, maka berisiko diabetik, mempengaruhi perbaikan luka
terjadi luka berulang yang lebih parah. karena suplai oksigen, nutrisi, dan
Hambatan penyembuhan luka fase mediator pelarut menurun(24,42).
epitelitasi karena hipergranulasi dan
Hubungan Oksigen Dengan
kuman. Penurunan eksudat dan goa Hambatan Penyembuhan DFU
mendukung epitelisasi. Perawatan luka Saturasi oksigen normal
selama 9 hari bisa menurunkan skor menandakan sirkulasi darah adekuat
BJWAT sebanyak 2 hingga 3 poin dalam mengalirkan oksigen dan nutrisi
didukung dengan pengendalian glikemik menuju sel dan jaringan.Tidak
dan diet(32,39). tercukupinya oksigen dan nutrisi bisa
Hubungan Usia Dengan Hambatan menyebabkan iskemia.
Penyembuhan DFU Hiperglikemi menyebabkan darah
Penuaan berakibat regenerasi sel mengental, jadi sirkulasi terhambat,
menurun. Hambatan luka juga dipicu termasuk kaki. Hal ini menunda
oleh adaptasi dewasa menuju lansia. penyembuhan DFU karena zat-zat untuk
Penolakan terhadap perubahan peran pembentukan dan perbaikan sel baru
dan keterbatasan bisa mendorong stress. tidak terpenuhi.
Seiring penuaan terjadi penerimaan Stress mendorong tubuh menjadi
kondisi psikososial, kehilangan, pensiun, tidak rileks yang memicuhipertensi
dan penurunan produktivitas. Hasil akibat vasokonstriksi pembuluh darah.
adaptasi memberi pola koping positif, Hipertensi dan kekakuan pembuluh
sehingga menekan stress pada lansia darah menambah beban untuk
akhir dan manula yang mengurangi memompa darah ke seluruh tubuh,
hambatan penyembuhan DFU. sehingga suplai oksigen ke seluruh
Menua menyebabkan perubahan tubuh terganggu.
fisiologis dan biokimia sel, sehingga Aliran darah inadekuat akan
kualitas dan produktivitas sel menurun. mengurangi suplai oksigen, nutrisi, atau
Kulit yang tidak elastis menekan obat-obatan untuk regenerasi sel, serta
kemampuan menutup luka, sehingga fibroblast gagal dalam membentuk
rentan terpapar kuman(40). kolagen dan hipoksia luka(25,27). Semakin
rendah nilai ABI, maka luka semakin Hubungan Stress Dengan Hambatan
parah. Penumpukan gula darah berakibat Penyembuhan DFU
viskositas darah, sehingga sirkulasi DFU dapat memberikan beban
darah terganggu yang memicu luka psikososial bagi penderita dan keluarga.
ganggren karena kurangnya nutrisi dan Luka yang kotor, berbau busuk, dan
oksigen, serta neuropati(43,44). nyeri secara intrinsik maupun akibat
debridement dapat meningkatkan stress.
Hubungan Infeksi Dengan Hambatan Situasi ini perlu dukungan keluarga agar
Penyembuhan DFU pasien bersemangat dalam pengobatan.
Leukosit berperan menjaga Semakin lama penyembuhan luka,
imunitas tubuh dan menghalangi luka maka semakin besar biaya perawatan.
dari bakteri, terutama neutrofil. Status ekonomi yang rendah membuat
Leukositosis mengindikasikan infeksi penderita DFU putus asa, tidak teratur
meningkat yang banyak ditemui pada berobat, dan merasa bersalah karena
DFU berat, terutama luka dengan berasumsi membebani keluarga. Kondisi
eksudat purulen. Infeksi berkepanjangan ini akan menunda penyembuhan luka.
dapat memperlambat penyembuhan luka Takut kematian juga mempengaruhi
dan berisiko menjalar ke jaringan sehat. psikologis penderita DFU.
Ketidakefektifan dan resistensi Mayoritas penderita DM
hormon insulin dapat memperberat kerja mengalami stress berat dan gangguan
pankreas, jadi memicu penurunan citra tubuh negatif. Stress memicu
imunitas tubuh. Tuntutan ekonomi dan aktivasi HPA (Hipothalamus, pituitary
sosial menyebabkan penderita DFU adrenocortical) aksis, sehingga sekresi
tetap beraktivitas. Berjalan tanpa alas hormon kortisol dari korteks adrenal
kaki di area kotor dan rentan basah bisa meningkat. Stress mengakibatkan
memperparah luka. Perawatan luka hambatan penyembuhan luka(48,49,50).
dengan perban terlalu tebal untuk
mencegah kebocoran eksudat berakibat Hubungan Terapi Medikasi Dengan
sulitnya mendapat alas kaki yang sesuai. Hambatan Penyembuhan DFU
Luka terbuka rentan mengalami Terapi medikasi meninjau berbagai
infeksi karena penurunan imunitas tubuh aspek. Analgesik hanya diberikan jika
memberi peluang bagi perkembangan penderita mengalami nyeri skala sedang
kuman. Infeksi berkepanjangan bisa hingga berat, sehingga meminimalisir
merusak jaringan rusak maupun sehat, resistensi medikasi. Namun, jika luka
sehingga luka sulit untuk sembuh. terinfeksi, maka diberikan antibiotik.
Suplai neutrofil lebih banyak pada Komponen leukosit, terutama sel
fase inflamasi. Defisiensi neutrofil bisa neutrofil dan monosit berguna
menunda penutupan luka. Kecacatan memproteksi imunitas. Inflamasi
fase inflamasi akan menggagalkan fase berperan menetralisasi dan membuang
berikutnya(45). Saat terluka, sel neutrofil agen asing yang merusak jaringan.
langsung bersirkulasi ke area luka dan Namun, penderita DFU kerap
mencegah infeksi, namun kelebihan mengalami inflamasi berkepanjangan.
neutrofil dapat merusak luka. Sel-sel Penyembuhan luka dan paparan bakteri
proinflamasi, yaitu neutrofil dan secara bersamaan berakibat tubuh
makrofag berguna membunuh bakteri, mengenali benda asing sebagai sel
merangsang angiogenesis, fibroplasia, normal. Sebaliknya, sel-sel tubuh
dan memproduksi matriks seluler, dianggap benda asing, sehingga sel-sel
namun peradangan yang lama dapat sehat turut rusak.
menunda perkembangan luka(46,47). Penggunaan kortikosteroid bisa
menekan efek inflamasi, sehingga
memulihkan imunitas dalam menjaga
sel-sel sehat. Namun, pemakaian memperburuk kesehatan dan
kortikosteroid berlebihan atau terlalu menghambat produktivitas(52,53).
lama bisa mengganggu kestabilan Masalah spiritual, ekonomi,
karena tubuh secara fisiologis juga biopsikososial, dan kematian akibat
memproduksi hormon kortikosteroid sepsis pada DM adalah luka diabetik.
melalui kelenjar adrenal. Dengan ini, Nyeri pada luka menyebabkan stress
kelenjar adrenal akan menurunkan meningkat akibat peningkatan kortisol
produksi kortikosteroid karena yang bisa mengubah sitokin. Kortisol
berasumsi hormon sudah terpenuhi. dan epinefrin disintesis oleh keratinosit
Konsumsi kortikosteroid secara di epidermis yang mengganggu migrasi
optimal dapat menekan efek samping keratinosit dan epitelisasi. Produksi
penyembuhan luka. Pola medikasi yang kortisol bisa meningkatkan tekanan
baik tidak berpengaruh signifikan pada darah, detak jantung,glikemik, dan
perbaikan atau perburukan DFU(37,51). menghambat inflamasi, imunitas, dan
Hasil Analisis Multivariat Regresi regenerasi sel endotel yang menghambat
Logistik penyembuhan luka(26,27,54,55,56,57).
Pada penundaan penyembuhan
DFU biasanya ada penolakan atau rasa Simpulan dan Saran
beban karena kondisinya. Kurang Faktor-faktor yang berhubungan
motivasi untuk sembuh mengakibatkan dengan hambatan penyembuhan DFU di
penderita kian terpuruk. Dukungan Klinik Kitamura Pontianak adalah
keluarga dan tenaga kesehatan tidak saturasi oksigen, status infeksi, dan
menjamin perbaikan penderita DFU. stress. Sedangkan usia dan riwayat
Sirkulasi darah yang inadekuat terapi medikasi tidak berhubungan
menekan kemampuan regulasi hormon dengan penyembuhan DFU terhambat.
penghambat stress, sehingga tubuh sulit Faktor yang paling dominan dalam
rileks dan rentan stress. Infeksi luka menghambat penyembuhan DFU adalah
memicu stress karena kecemasan. Stress stress dengan peluang kejadian sebanyak
terkendali akan meningkatkan motivasi 19 hingga 20 kali.
penderita DFU untuk menjalani Penelitian ini diharapkan bisa
perawatan luka, maupun memberi rasa menjadi referensi ilmu keperawatan,
rileks dan menjaga imunitas melalui sumber informasi untuk meneliti faktor
faktor intristik maupun ekstrinsik, lainnya, dan mengendalikan faktor
seperti nutrisi dan terapi medikasi. penghambat penyembuhan DFU dalam
Stress hambatan beraktivitas dan meningkatkan kualitas hidup pasien,
ekonomi sering dikeluhkan penderita terutama stress. Penilaian hendaknya
DFU. Sebagian besar penderita DFU mengkaji proses perkembangan luka
adalah lansia awal yang masih memiliki terhadap hambatan penyembuhan.
tanggungan keluarga atau IRT dengan
pekerjaan rumah. Kendala beraktivitas Referensi
menyebabkan stress. 1. IDF. IDF New IDF figures show
Perubahan pada pengidap DM, continued increase in diabetes
seperti pembatasan aktivitas untuk across the globe, reiterating the
mencegah lelah dalam mengontrol need for urgent action. International
glikemik, ada aturan makan, Diabetes Federation. 2017 [cited
pengobatan, dan pemeriksaan rutin. 2017 Nov 23]. Available from:
Perubahan memicu reaksi negatif karena https://www.idf.org
penyakit, penanganan, biaya, dan 2. IDF. IDF Launches Clinical
pandangan buruk masa depan, sehingga Practice Recommendations on the
Diabetic Foot. 2017 [cited 2017
Nov 23]. Available from: Adarvish S. Literature Review on
https://www.idf.org The Management of Diabetic Foot
Ulcer. World Journal of Diabetes.
3. WHO. Diabetes. World Health
2015;6(1):37.
Organization. 2017 [cited 2017 Sep
27]. Available from: 13. Acker K Van. Diabetic Foot
http://www.who.int Disease: When The Alarm to
Action is Missing. IDF; 2015.
4. Soelistijo SA, Novida H, Rudijanto
A, Soewondo P, Suastika K, Manaf 14. Dòria M, Rosado V, Pacheco LR,
A, et al. Konsensus Pengelolaan Hernández M, Betriu À, Valls J, et
dan Pencegahan Diabetes Melitus al. Prevalence of Diabetic Foot
Tipe 2 di Indonesia 2015. Jakarta: Disease in Patients with Diabetes
PB PERKENI; 2015. Mellitus under Renal Replacement
Therapy in Lleida, Spain. BioMed
5. KEMENKES RI. Riset Kesehatan
Research International. 2016.
Dasar (RISKESDAS 2013).
Jakarta; 2013. 15. Bortolettoa MSS, de Andrade SM,
Matsuoc T, Haddadd M do CL,
6. KEMENKES RI. Infodatin Situasi González A, Silva A. Risk Factors
dan Analisis Diabetes. Jakarta: for Foot Ulcers-A Cross Sectional
Kementerian Kesehatan RI Pusat Survey From A Primary Care
Data dan Informasi; 2014. p. 1–8. Setting in Brazil. Prim Care
7. Kumar P, Clark M. Kumar & Diabetes. 2014;8(1):71–6.
Clark’s Clinical Medicine. Eight.
16. Black JM, Hawks JH. Medical-
London: Elsevier Health Science;
Surgical Nursing : Clinical
2012.
Management for Positive. 8th ed.
8. Boulton AJM. The Pathway to Foot Singapore: Elsevier Health Science;
Ulceration in Diabetes. Medical 2009.
Clinics of North America. Elsevier
Inc; 2013;97(5):775–90. 18. Jeong W, Oh D, Kwon S, Kim J,
Son D. Induction of delayed wound
9. Smith-strom H, Iversen MM, healing by irradiation with optional
Igland J, Østbye T, Graue M, Skeie mechanical compression in swine.
S, et al. Severity and Duration of Journal of Tissue Viability.
Diabetic Foot Ulcer ( DFU ) Before Elsevier Ltd; 2016;1–7.
Seeking Care As Predictors of
Healing Time : A Retrospective 19. Central West Community Care
Access Centre. Wound Care
Cohort Study. PLos One.
Guidelines.
2017;12(5):1–11.
20. Amboss. Wound Healing. 2017
10. Li XH, Guan LY, Lin HY, Wang
[cited 2017 Dec 7]. Available from:
SH, Cao YQ, Jiang XY, et al.
https://www.amboss.com
Fibrinogen: A Marker in Predicting
Diabetic Foot Ulcer Severity. 21. Breastcancer.org. Delayed Wound
Journal of Diabetes Research. 2016. Healing. 2017 [cited 2017 Dec 7].
Available from:
11. Budiharto I, Pranggono EH,
http://www.breastcancer.org
Kurniawan T, Haryanto. Effect of
Sea Cucumber Extract on Diabetic 22. Tao H, Butler JP, Luttrell T. The
Foot Ulcers. WCET Journal. Role Whirlpool in Wound Care.
2016;36(1):1–39. Journal of the American College of
12. Yazdanpanah L, Nasiri M, Clinical Wound Specialists.
Elsevier Health Science; Arterial Disease In Patients With
2013;4(1):7–12. Diabetes Mellitus. Journal of
23. Sgonc R, Gruber J. Age-Related Diabetes Mellitus. 2013;3(2):79–
Aspects of Cutaneous Wound 85.
Healing: A Mini-Review. 31. Susanto M, Ardiyanto T. Pengaruh
Gerontology. 2013;59(2):159–64. Terapi Napas Dalam Terhadap
24. Brubaker AL, Rendon JL, Ramirez Perubahan Saturasi Oksigen Perifer
L, Choudhry MA, Kovacs EJ. pada Pasien Asma di Rumah Sakit
Reduced Neutrophil Chemotaxis Wilayah Kabupaten Pekalongan
and Infiltration Contributes to Mirza. 2015.
Delayed Resolution of Cutaneous 32. Marvinia S, Widaryati. Efektifitas
Wound Infection with Advanced Metode Perawatan Luka Moisture
Age. The Journal of Immunology. Balance terhadap Penyembuhan
2013;190(4):1746–57. Luka pada Pasien Luka Diabetik di
25. Baltzis D, Eleftheriadou I, Veves Klinik Perawatan Luka Fikes
A. Pathogenesis and Treatment of UMM. Yogyakarta; 2013.
Impaired Wound Healing in 33. Pradika J. Efektivitas Cleansing
Diabetes Mellitus: New Insights. Luka Menggunakan Infusa Daun
Advances in Therapy. Jambu Biji 20% Dengan Teknik
2014;31:817–36. Showering Tekanan 15 Psi
26. Astuti NF. Hubungan Tingkat Stres Terhadap Penyembuhan Luka Kaki
Dengan Penyembuhan Luka Diabetik di Klinik Kitamura
Diabetes Melitus di RSUD Pontianak. Yogyakarta; 2016.
Gunungsitoli Kabupaten Nias 34. Kusumaningrum NSD, Asriningati
Tahun 2013. Bekasi; 2014. R. Identifikasi Risiko Diabetic Foot
27. Anderson K, Hamm RL. Factors Ulcer (DFU) Pada Pasien Dengan
That Impair Wound Healing. Diabetes Mellitus. Jurnal Luka
Journal of the American College of Indonesia. 2016;2(1).
Clinical Wound Specialists. Mosby, 35. Fadilah NA, Saraswati LD, Adi
Inc; 2012;4(4):84–91. MS. Gambaran Karakteristik dan
28. Putri MR. Hubungan Religiusitas Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Diabetes Mellitus Pada Dengan Kejadian Diabetes Melitus
Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Tipe 2 Pada Wanita. Jurnal
Wilayah Kerja Puskesmas Patrang Kesehatan Masyarakat (e-Journal).
Kabupaten Jember. Jember; 2017. 2016;4(1):176–83.

29. Handayani TN. Pengaruh 36. Butarbutar F, Hiswani, Jemadi.


Pengelolaan Depresi Dengan Karakteristik Penderita Diabetes
Mellitus Dengan Komplikasi Yang
Latihan Pernapasan Yoga (Pranayama)
Di Rawat Inap di RSUD Deli
Terhadap Perkembangan Proses Penyembuhan
Serdang Tahun 2012. Medan; 2012.
Luka Diabetikum di Rumah Sakit Pemerintah
Aceh. Depok; 2010. 37. Astrada A. Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Terjadinya Luka
30. Ena J, Argente CR, González-
Kaki Diabetik pada Pasien Diabetes
Sánchez V, Algado N, Verdú1 G,
Mellitus Tipe 2 di Balai
Lozano T. Use of Pocket Pulse
Pengobatan san Spesialis
Oximeters For Detecting Peripheral
Perawatan Luka, Stoma, dan
Inkontinensia “Kitamura”
Pontianak pada Tahun 2014. 2016;10(1):929–52.
Pontianak; 2014.
45. Wahyuni A, Arisfa N. Senam Kaki
38. Lynch CP, Strom JL, Henandez- Diabetik Efektif Meningkatkan
Tejada MA, Egede LE. Association Ankle Brachial Index Pasien
Between Spirituality and Diabetes Melitus Tipe 2. 2016;9(2).
Depression in Adults With Type 2
Diabetes. Diabetes Educ. 46. Ebaid H. Neutrophil Depletion in
2012;38(3):427–35. The Early Inflammatory Phase
Delayed Cutaneous wound Healing
40. Purnomo SEC, Dwiningsih SU, in Older Rats : Improvements Due
Lestari KP. Efektivitas to The Use of Un-Denatured Camel
Penyembuhan Luka Menggunakan Whey Protein. Diagnostic
NaCl 0,9% dan Hydrogel pada Pathology. Diagnostic Pathology;
Luka Diabetes Mellitus di RSU 2014;9(1):1–12.
Kota Semarang. In: Prosiding
Konferensi Nasional II PPNI Jawa 47. Wilgus TA, Roy S, Mcdaniel JC.
Tengah 2014. Semarang; Neutrophils and Wound Repair :
2014;144–52. Positive Actions and Negative
Reactions. Advances in Wound
41. Soep, Triwibowo C. Faktor-Faktor Care. 2013;2(7):379–88.
yang Mempengaruhi Penyembuhan
48. Kasuya A, Tokura Y. Attempts to
Luka Gangrene pada Penderita
Accelerate Aound Healing. Journal
Diabetes Mellitus di Ruang Rawat
of Dermatological Science.
Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan.
Japanese Society for Investigative
Jurnal Ilmiah PANNMED.
Dermatology; 2014;76(3):169–72.
2015;10(2):241–5.
49. Umar R, Rottie J V., Lolong J.
42. Marinda FD, Suwandi JF, Karyus
Hubungan Stres dengan Citra
A. Tatalaksana Farmakologi
Tubuh pada Penderita Diabetes
Diabetes Melitus Tipe 2 pada Melitus Tipe II di RS Pancaran
Wanita Lansia dengan Kadar Gula Kasih GMIM Manado. e-journal
Tidak Terkontrol Pharmacologic Keperawatan (e-Kp). 2017;5(1).
Management of Diabetes Melitus
Type 2 in Elderly Woman with 50. Boonen E, Vervenne H,
Uncontrolled Blood Glucose. J Meersseman P, Andrew R, Mortier
Medula Unila. 2016;5(2):26–32. L, Declercq PE, et al. Reduced
Cortisol Metabolism during Critical
43. Wulandari I, Yetti K, Hayati RTS. Illness. The New England Journal
Pengaruh Elevasi Ekstremitas of Medicine. 2013;386(16):1477–
Bawah Terhadap Proses 88.
Penyembuhan Luka Diabetikum.
Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKES 51. Suriadi. Pengkajian Luka dan
Hang Tuah Surabaya. Penanganannya. 1st ed. 2015.
2012;3(2):50–7. Jakarta: Sagung Seto; 69-70 p.
44. Farida I. Pengaruh Modern 52. Wang AS, Armstrong EJ,
Dressing Kombinasi Mendengarkan Armstrong AW. Corticosteroids
Bacaan Al Quran Terhadap And Wound Healing: Clinical
Percepatan Penyembuhan Luka Considerations in The Perioperative
Diabetik Di Laboratorium Period. American Journal of
Biomedik FKIK Universitas Surgery. 2013;206(3):410–7.
Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal 53. Jauhari. Dukungan Sosial dan
Ilmiah Keperawatan.
Kecemasan pada Pasien Diabetes
Mellitus. The Indonesian Journal of
Health Science. 2016;7(1):64–76.
54. Mustaqim MF. Gambaran
Kecemasan pada Lanjut Usia
dengan Penderita Diabetes Mellitus
di Posyandu Desa Praon Nusukan
Surakarta. Surakarta; 2016.
55. Brown J. The Impact of Stress on
Acute Wound Healing. Br J
Community Nurs. 2016;16–22.
56. Matsuzaki K, Upton D. Wound
Treatment And Pain Management:
A Stressful Time. International
Wound Journal. 2013;10(6):638–
44.
57. Stojadinovic O, Gordon KA,
Lebrun E, Tomic-canic M. Stress-
Induced Hormones Cortisol and
Epinephrine Impair Wound
Epithelization. Adv Wound Care
(New Rochelle). 2012;1(1):29–35.
58. Woo KY. Exploring the Effect of
Pain and Stress on Wound Healing.
Adv Skin Wound Care.
2012;25(1):33–44.

Anda mungkin juga menyukai