Anda di halaman 1dari 50

WRAP UP SKENARIO 3

Menstruasi Tidak Teratur

KELOMPOK A-11

Ketua : Teuku Hanif Alwi Fathani 1102018308


Sekretaris : Keisya Ananda Azzalyka 1102018024
Anggota : Saffa Hasanah 1102018149
Rita Fauzia 1102018313
Julita Asmara Putri 1102018087
Aurel Nafiz Johansyah 1102018127
Nurul Atika Haviz 1102018112
M. Akbar Ramadhan Munandar 1102018015

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2020/2021

1
DAFTAR ISI

Daftar isi 2
Skenario 3
Kata Sulit 4
Pertanyaan 5
Jawaban 6
Hipotesis 7
Sasaran Belajar 8
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Reproduksi Wanita 9
1.1 Makroskopik 9
1.2 Mikroskopik 15
2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Menstruasi 19
2.1 Siklus Menstruasi 19
2.2 Hormon yang Mempengaruhi Menstruasi 24
3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Menstruasi 25
3.1 Definisi 25
3.2 Etiologi 25
3.3 Klasifikasi 26
3.4 Patofisiologi 29
3.5 Manifestasi Klinis 33
3.6 Diagnosis 34
3.7 Tatalaksana 35
3.8 Komplikasi 38
3.9 Pencegahan 38
3.10 Prognosis 38
4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Haid & Istihadhah 39
Daftar Pustaka.....................................................................................................................45
SKENARIO 3
MENSTRUASI TIDAK TERARTUR
Seorang wanita, 20 tahun, mahasiswi universitas yarsi, datang ke Poliklinik RS dengan
keluhan haid tidak teratur yaitu sejak 6 bulan yang lalu. Setiap haid lamanya 2-3 minggu.
Dua hari ini, haid banyak sekali (5x ganti pembalut sehari). Pasien mendapatkan haid yang
pertama sejak usia 12 tahun, teratur tiap bulan.
Pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan umum : tampak pucat
Kesadaran : komposmentis
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Jantung dan paru : dalam batas normal
Pemeriksaan luar ginekologi :
Abdomen
Inspeksi : perut tampak mendatar
Palpasi : lemas, fundus uteri tidak teraba di atas simfisis
Aukultasi : bising usus normal
Vulva/vagina : fluksus (+)
Pemeriksaan penunjang :
USG Ginekologi : uterus bentuk dan ukuran normal, ovarium kanan dan kiri normal. Tidak
tampak massa pada adneksa kanan dan kiri.
Lab darah rutin : Hb 10g/dL, trombosit 300.000/uL, lain-lain normal
Berdasarkan pemeriksaan diatas, dokter menduga kelainan haid disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormonal.
Pasien juga bingung apakah keluhan ini karena haid atau istihadhah sehingga ragu dalam
melaksanakan hukum islam.
KATA SULIT
1. Istihadhah : Darah yang keluar pada saat bukan waktu haid dan juga bukan dalam
tempo nifas
2. Fluksus : Perdarahan fisiologis/menstruasi adalah aliran darah dari vagina yang terjadi
pada waktu yang tepat selama bulan itu
3. Haid : Proses keluarnya darah dari vagina yang terjadi akibat siklus bulanan alami
pada tubuh wanita. Tidak terjadinya pembuahan pada sel telur, sehingga dinding
rahim mengalami peluruhan.
4. Adneksa : Benjolan di jaringan dekat rahim biasanya di indung telur dan tuba fallopi
PERTANYAAN
1. Hormon apa yang terlibat dalam proses menstruasi?
2. Kenapa pada pemeriksaan palpasi fundus uteri tidak teraba?
3. Mengapa lamanya haid dapat terjadi 2-3 minggu?
4. Fase apa saja yang terjadi pada siklus menstruasi?
5. Apa faktor risiko yang menyebabkan gangguan menstruasi?
6. Apa saja contoh gangguan haid?
7. Apa perbedaan istihadhah dengan haid?
8. Apa diagnosis kasus diatas?
9. Mengapa pasien tampak pucat?
10. Bagaimana tatalaksana pada kasus tersebut?
11. Apa indikasi terjadinya fluksus (+)?
JAWABAN
1. GnRH, FSH, LH, estrogen dan progesterone
2. Karena pasien tidak dalam keadaan hamil
3. Terjadi karena ketidakseimbangan hormonal
4. Siklus normal
a. Ovarium : Fase Folikel dan Fase Luteal
b. Endometrium : Fase Menstruasi, Fase Proliferasi, Fase Sekresi
5. Berat badan, stress, gaya hidup, kelebihan atau kurang berolahraga
6. Gangguan jumlah darah : Hipomenorrhea & Hipermenorrhea (Menorrhagia)
Kelainan Siklus Haid : Polimenorrhea (kurang 21-25 hari), Oligomenorrhea (lebih
dari 35 hari), Amenorrhea (terlambat menstruasi lebih dari 3 bulan berturut-turut)
7. Istihadhah : Darah yang keluar tidak pada hari haid dan nifas atau darah penyakit.
Masa lebih dari 12-15 hari
Haid : Darah yang keluar dalam keadaan sehat. Masa haid 5-7 hari.
8. Menorrhagia : kondisi menstruasi yang memanjang dan mengeluarkan darah lebih
banyak dari biasanya
9. Banyak keluar darah Hb turun pucat (anemia)
10. - Kombinasi estrogen-progestin : untuk perdarahan akut, biasanya dalam bentuk pil
kontrasepsi
- Terapi estrogen : diberikan dalam bentuk IV/oral untuk mengatasi perdarah uterus
abnormal
11. Karena gangguan menstruasi akibat gangguan hormonal.
Endometrium luruh terjadi haid dalam jumlah banyak menandakan fluksus (+)
HIPOTESIS
Haid merupakan proses keluarnya darah dari vagina yang terjadi akibat siklus bulanan alami
pada tubuh wanita. Tidak terjadinya pembuahan pada sel telur, sehingga dinding rahim
mengalami peluruhan. Adanya factor-faktor seperti berat badan, stress, gaya hidup dan
kelebihan atau kurang berolahraga dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormone (GnRH,
FSH, LH, estrogen dan progesterone) sehingga berakibat pada terjadinya gangguan haid,
salah satunya menorrhagia. Menorrhagia adalah kondisi menstruasi yang memanjang dan
jumlah darah yang dikeluarkan lebih banyak dari biasanya. Kondisi ini ditandai dengan tubuh
tampak pucat dan fluksus (+). Tatalaksana yang dapat dilakukan adalah pemberian kombinasi
estrogen-progestin dan terapi estrogen.
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Reproduksi Wanita
1.1 Makroskopik
1.2 Mikroskopik
2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Menstruasi
2.1 Siklus Menstruasi
2.2 Hormon yang Mempengaruhi Menstruasi
3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Menstruasi
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
3.3 Klasifikasi
3.4 Patofisiologi
3.5 Manifestasi Klinis
3.6 Diagnosis
3.7 Tatalaksana
3.8 Komplikasi
3.9 Pencegahan
3.10 Prognosis
4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Haid & Istihadhah
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Organ Reproduksi Wanita
1.1 Makroskopik
Anatomi sistem reproduksi wanita dikelompokan menjadi dua bagian yaitu bagian
luar (eksternal) yang terletak di perineum, dan bagian dalam (internal) yang terletak di
dalam rongga pelvis.
Organ genitalia eksterna feminina

Gambar 1.1 Organ genitalia eksterna feminina.

A. Mons veneris / Mons pubis


Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di bagian depan
simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat setelah dewasa tertutup
oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons pubis mengandung banyak kelenjar
sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan hubungan seks.
B. Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang labia
mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung bawah. Kedua bibir ini
dibagian bawah bertemu membentuk perineum, permukaan terdiri dari:
1) Bagian luar : tertutup oleh rambut yang merupakan kelanjutan dari rambut
pada mons veneris.
2) Bagian dalam (tanpa rambut) merupakan selaput yang mengandung kelenjar
sebasea (lemak).

C. Bibir kecil (Labia minora)


Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam bibir
besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang ke arah bawah klitoris dan
menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral dan anterior labia biasanya
mengandung pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina
yaitu merah muda dan basah.

D. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil, dan
letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak pembuluh darah
dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif analog dengan penis laki-laki. Fungsi
utama klitoris adalah menstimulasi dan meningkatkan ketegangan seksual.

E. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu atau
lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette. Vestibulum terdiri dari
muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas,
dan friksi.

F. Perineum
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina dan
anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.

G. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan mudah
robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.

H. Himen (Selaput dara)


Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan mudah
robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir yang di keluarkan
uterus dan darah saat menstruasi.
I. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis tengah berada di
bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak di antara
fourchette dan himen.

Organ genitalia interna feminina

Gambar 1.2 Organ genitalia interna feminina (Paulsen & Waschke, 2019).
A. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina. Panjang dinding
anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan panjang dinding posterior 11 cm.
Vagina terletak di depan rectum dan di belakang kandung kemih. Vagina merupakan
saluran muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan
muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator
ani oleh karena itu dapat dikendalikan.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae dan
terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol serviks pada bagian
uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam vagina di sebut portio. Portio uteri
membagi puncak vagina menjadi empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik
dekstra, fornik sinistra.
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam
susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi. Fungsi
utama vagina yaitu sebagai saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah
menstruasi, alat hubungan seks dan jalan lahir pada waktu persalinan.

B. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih, cekung
dan tampak seperti bola lampu/buah pir terbalik yang terletak di pelvis minor di
antara kandung kemih dan rectum. Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila
ditekan, licin dan teraba padat. Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu
bagian corpus uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri
merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan berbentuk segitiga, dan
seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang, dinding depan dan bagian atas
tertutup peritoneum sedangkan bagian bawahnya berhubungan dengan kandung
kemih. Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa ligamentum,
jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita, pada anak-
anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8 cm, dan multipara 8-9 cm.

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium (lapisan otot),
dan endometrium.
1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d) pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2) Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti “Kap” melengkung dari fundus uteri menuju
ligamentum
b) b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum uteri
internum
c) c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut membentuk
lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah ditembus
oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini
membentuk angka dan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah
terjepit rapat dengan demikian perdarahan dapat terhenti.
3) Semakin ke arah serviks, otot rahim makin berkurang dan jaringan ikatnya
bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum
anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan kanalis servikalis
dengan osteum uteri histologikum (dimana terjadi perubahan selaput lendir
kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini
akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot dasar panggul,
ligamentum yang menyangga uterus adalah ligamentum latum, ligamentum
rotundum (teres uteri) ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii)
ligamentum kardinale machenrod, ligamentum sacro uterinum dan
ligamentum uterinum.
a) Ligamentum latum
● Merupakan lipatan peritoneum kanan dan kiri uterus meluas sampai
ke dinding panggul
● Ruang antara kedua lipatan berisi jaringan ikat longgar dan
mengandung pembuluh darah limfe dan ureter
● Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopi
● Ligamentum rotundum (teres uteri)
● Mulai sedikit kaudal dari insersi tuba menuju kanalis inguinalis dan
mencapai labia mayus
● Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat
● Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi
b) Ligamentum infundibulo pelvikum
● Terbentang dari infundibulum dan ovarium menuju dinding panggul
● Menggantung uterus ke dinding panggul
● Antara tuba fallopi dan ovarium terdapat ligamentum ovarii
proprium
c) Ligamentum kardinale machenrod
● Dari serviks setinggi osteum uteri internum menuju panggul
● Menghalangi pergerakan uterus ke kanan dan ke kiri
● Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus
d) Ligamentum sacro uterinum
● Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale machenrod menuju
os sacrum
e) Ligamentum vesika uterinum
● Dari uterus menuju ke kandung kemih
● Merupakan jaringan ikat yang agak longgar sehingga dapat
mengikuti perkembangan uterus saat hamil dan persalinan
5) Pembuluh darah uterus
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang dinding
lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus dan di dasar
endometrium membentuk arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah pada tuba
fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan ramus ovarika.
6) Susunan saraf uterus
Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan dikendalikan oleh saraf simpatis dan
parasimpatis melalui ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada
pertemuan ligamentum sakro uterinum.
Gambar 1.3 Jaringan-jaringan ikat organ genitalia interna feminine
(Paulsen & Waschke, 2019).

C. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine
hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga
uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan ke arah lateral mulai dari
osteum tubae internum pada dinding rahim. Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-
8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa
dengan epitel bersilia.
Tuba fallopi terdiri atas:
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai dari osteum
internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan merupakan
bagian yang paling sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk “s”.
4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki lumbai yang disebut
fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi:
● Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum uteri.
● Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
● Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
● Tempat terjadinya konsepsi.
● Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai
bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.

D. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi
ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid. Ovarium terletak ke
arah uterus, bergantung pada ligamentum infundibulo pelvikum dan melekat pada
ligamentum latum melalui mesovarium.
Ada 2 bagian dari ovarium yaitu:
1) Korteks ovarii
a) Mengandung folikel primordial (revisdsdsfsd)
b) Berbagai fase pertumbuhan folikel menuju folikel de graff
c) Terdapat corpus luteum dan albikantes
2) Medula ovarii
a) Terdapat pembuluh darah dan limfe
b) Terdapat serat saraf
Ovarium diperdarahi oleh Aa. ovarica yang berasal dari Aorta abdominalis
setinggi vertebra lumbalis 1; diperdarahi oleh V. ovarica dextra yang menuju V. cava
inferior dan diperdarahi juga oleh V. ovarica sinistra yang menuju V. renalis sinistra.
Kemudian ovarium dipersarafi oleh Plexus aorticus yang sejalan dengan Aa. ovarica.

E. Parametrium
Parametrium adalah jaringan ikat yang terdapat di antara ke dua lembar
ligamentum latum. Batasan parametrium, yaitu:
1) Bagian atas terdapat tuba fallopi dengan mesosalping
2) Bagian depan mengandung ligamentum teres uteri
3) Bagian kaudal berhubungan dengan mesometrium.
4) Bagian belakang terdapat ligamentum ovarii (Bobak, 2000).
1.2 Mikroskopik
Ovarium
Ovarium dilapisi oleh satu lapis sel kuboid rendah atau gepeng yaitu epitel
germinal, yang bersambungan dengan mesotelium peritoneum viscerale. Dibawah
epitel germinal adalah jaringan ikat padat yang disebut tunia albuginea.

Ovarium memiliki korteks ditepi, dan medula ditengah, tempat ditemukannya


banyak pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfe. Daerah korteks mengandung
banyak folikel telur yang masing-masing terdiri dari sebuah oosit yang diselaputi oleh
sel-sel folikel. Sel-sel folikel adalah oosit beserta sel granulose yang mengelilinginya.
Selain folikel, korteks mengandung fibrosit dengan serat olagen dal retikular. Medula
adalah jaringan ikat padat tidak teratur yang bersambungan dengan lugamentum
mesovarium yang menggantungkan ovarium. Pembuluh darah besar di medula
membentuk pembuluh darah yang lebih kecil yang menyebar diseluruh korteks
ovarium.
Macam-macam folikel yaitu :
a. Folikel primordial : terdiri atas oosit primer yang berinti agak ke tepiyang
dialapisi sel folikel berbentuk pipih.
b. Folikel primer : terdiri oosit primer yang dilapisi sel folikel (sel
granulose) berbentuk kubus dan terjadi pembentukan zona pelusida yaitu
suatu lapisan glikoprotein yang terdapat diantara oosit dan sel-sel
granulose.
c. Folikel sekunder : terdiri oosit primer yang dilapisi sel
granulose berbentuk kubus berlapis banyak atau disebut staratum
granulose.
d. Folikel tersier : terdiri dari oosit primer, volume stratum
granulosanya bertambah besar. Terdapat beberap celah antrum diantara
sel-sel granulose. Dan jaringan ikat stroma di luar stratum granulose
membentuk theca intern (mengandung banyak pembuluh darah) dan
theca extern (banyak mengandungserat kolagen).
e. Folikel Graff : disebut juga folikel matang. Pada folikel ini, oosit sudah
siap diovulasikan dari ovarium. Oosit sekunder dilapisi oleh beberapa
lapissel granulose berada dalam suatu jorokan ke dalam stratum disebut
cumulus ooforu. Sel-sel granulose yang mengelilingi oosit disebut korona
radiate. Antrum berisi liquor follicel yang mengandung hormone
esterogen.

Tuba Fallopii
Berdasar struktur histologi terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot, dan lapisan
serosa.
o Lapisan mukosa : tersusun atas epitel selapis silindri dan terdapat 2 jenis sel :
▪ Epitheliocytus ciliatus / epitel bersilia : berfungsi menciptakan arus ke
arah uterus yang menuntun oosit kedalam infundibulumtuba uterina.
▪ Epitheluocytus tubarius angutus / epitel tidak bersilia : berfungsi
sebagai sel sekretori dengan menghasilkan bahan nutritif yang penting
bagi ovum.
o Lapisan otot : berupa otot polos sirkular dalam, berfungsi untuk kontrasi
peristaltik yang menuntun ovum dan membuat fimbrae berdekatan dengan
ovum untuk menangkap ovum.
o Lapisan serosa
Uterus
Uterus manusia adalah organ berbentuk buah pir dengan dinding berotot tebal.
Badan atau korpus membentuk bagian uterus. Bagian atas uterus yang membulat dan
terletak diatas pintu masuk tuba uterina disebut fundus. Bagian bawah uterus yang
lebih sempit dan terletak dibawah korpus adalah serviks. Serviks menonjol dan
bermuara ke dalam vagina.
Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan :
1. Perimetrium : bagian luar yang dilapisi oleh serosa atau adventitia
2. Miometrium : terdapat 3 lapisan otot yang batas-batasnya kurang jelas. Tiga
lapisan otot tersebut adalah ;
● Lapisan Sub vascular : serat-serat otot tersusun memanjang
● Lapisan Vaskular : lapisan otot tengah tebal, serat tersusun melingkar dan
serong dengan banyak pembuluh darah.
● Lapisan Supravaskular : lapisan otot luar memanjang tipis.
3. Endometrium : dilapisi oleh epitel selapis silindris yang turun kedalam lamina
propia untuk membentuk banyak kelenjar uterus. Umunya endometrium
dibagi menjadi dua lapisan fungsional, Stratum functionale di luminal, dan
stratum basale di basal. Pada wanita yang tidak hamil , stratum functionale
superfisial dengan kelenjar uterus dan pembuluh darah terlepas atau terkelupas
selama menstruasi, meninggalkan stratum basale yang utuh dengan sisa-sisa
kelenjar uterus basal – sebagai sumber untuk regenerasi stratum functionale
yang baru.
Arteri uterina di lugamentum latum membentuk arteri arkuata. Arteri ini
menembus dan berjalan melingkari miometrium uterus. Pembuluh darah aruata
membentuk arteri rectae (lurus) dan spiralis yang mendarahi endometrium.

Perubahan siklik uterus


1) Fase Proliferatif
Pada fase proliferatif daur haid dan dibawah pengaruh estrogen
ovarium, stratum functionale semakin tebal dan kelenjar uterus memanjang
dan berjalan lurus di permuaan. Arteri spiralis memanjang dan berkelok-kelok

2) Fase Sekretori
Fase sekretori daur haid dimulai setelah folkel matur. Perubahan di
endometrium disebaban oleh pengaruh estrogen dan progesteron yang
disekresi oleh korpus luteum fungsional. Akibatnya, stratum functionale dan
stratum basale endomentrii menjadi lebih tebal karena bertambahnya sekresi
kelenjar dan edema laina propia, epitel kelenjar uterus mengalami hipertrofi
akibat adanya akumulasi sekretorik. Kelenjar uterus juga semakin
berelok-kelok, dan lumennya melebar oleh bahan sekretorik yang aya
arbohidrat. Arteri spiralis terus berjalan ke bagian atas endometrium dan
tampak jelas karena dindingnya tebal.
Selama fase sekretori, stratum functionale endomentrii ditandai oleh
perubahan epitel permukaan silindris, kelenjar uterus, dan lamina propia.
Stratum basale menunjukan perubahan minimal.

3) Fase Menstruasi
Selama fase menstruasi, endometrium di stratum functionale
mengalami degenerasi dan terlepas. Endometrium yang terlepas mengandung
kepingan-kepingan stroma yang hancur, bekuan darah, dan kelenjar uterus
beserta produknya. Stratu, basal endomentrii tetap tidak terpengaruh selama
fase ini. Bagian distal arteri spiralis mengalami nekrosis, sedangkan bagian
arteri yang lebih dalam tetap utuh.

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Menstruasi


2.1 Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu
keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan
siklus mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia
reproduksi yang ekstrim (setelah menarche dan menopause) lebih banyak mengalami siklus
yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini
melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Siklus Menstruasi Normal


Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium
(indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian,
yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa
proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi. Perubahan di dalam rahim merupakan respon
terhadap perubahan hormonal. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar
rahim), miometrium (lapisan otot rehim, terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan
terdalam rahim). Endometrium adalah lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3
bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian
terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.
Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus
untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH

2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk


merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan
prolaktin

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1
folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel
tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan
produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi
hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan
hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan
menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen.
Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de
graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus
rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH
(luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan
progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada
pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen
dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan
pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat
pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput
rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada
dalam kadar paling rendah

2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi
berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis
untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh
kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur
(disebut ovulasi)

3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron
dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim
siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)

Siklus ovarium terbagi menjadi 3 fase :


1. Fase Folikuler

Dimulai dari hari 1 sampai sesaat sebelum kadar LH meningkat dan terjadi pelepasan sel telur
(ovulasi). Dinamakan fase folikuler karena pada saat ini terjadi pertumbuhan folikel di dalam
ovarium. Pada pertengahan fase folikuler, kadar FSH sedikit meningkat sehingga merangsang
pertumbuhan sekitar 3 – 30 folikel yang masing-masing mengandung 1 sel telur, tetapi hanya
1 folikel yang terus tumbuh, yang lainnya hancur. Pada suatu siklus, sebagian endometrium
dilepaskan sebagai respon terhadap penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron.
Endometrium terdiri dari 3 lapisan. Lapisan paling atas dan lapisan tengah dilepaskan,
sedangkan lapisan dasarnya tetap dipertahankan dan menghasilkan sel-sel baru untuk kembali
membentuk kedua lapisan yang telah dilepaskan. Perdarahan menstruasi berlangsung selama
3 – 7 hari, rata-rata selama 5 hari. Darah yang hilang sebanyak 28 -283 gram. Darah
menstruasi biasanya tidak membeku kecuali jika perdarahannya sangat hebat.
2. Fase ovulasi

Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat dan pada fase ini dilepaskan sel telur. Seltelur
biasanya dilepaskan dalam waktu 16 – 32 jam setelah terjadi peningkatan kadar LH.Folikel
yang matang akan menonjol dari permukaan ovarium, akhirnya pecah danmelepaskan sel
telur. Pada saat ovulasi ini beberapa wanita merasakan nyeri tumpul padaperut bagian
bawahnya, nyeri ini dikenal sebagai mittelschmerz,yang berlangsung selama beberapa menit
sampai beberapa jam.
3. Fase Luteal

Fase ini terjadi setelah ovulasi dan berlangsung selama sekitar 14 hari. Setelahmelepaskan
telurnya, folikel yang pecah kembali menutup dan membentuk korpus luteum yang
menghasilkan sebagian besar progesteron. Progesteron menyebabkan suhu tubuh sedikit
meningkat selama fase lutuel dan tetap tinggi sampai siklus yang baru dimulai. Peningkatan
suhu ini bisa digunakan untuk memperkirakan terjadinya ovulasi. Setelah 14 hari, korpus
luteum akan hancur dan siklus yang baru akan dimulai, kecuali jika terjadipembuahan. Jika
telur dibuahi, korpus luteum mulai menghasilkan HCG (hormonechorionic gonadotropin).
Hormon ini memelihara korpus luteum yang menghasilkan progesterone sampai janin bisa
menghasilkan hormonnya sendiri. Tes kehamilan didasarkan kepada adanya peningkatan
kadar HCG.
Siklus endometrium dapat dibedakan 4 fase dalam siklus haid, yaitu :
1. Fase Menstruasi atau dekuamasi

Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan hanyastratum
basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung darah vena dan arteri dangansel-sel darah
merah dalam hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan struma yangmengalami disintegrasi
dan otolisis, dan sekret dari uterus, cervik, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung
3 – 4 hari.
2. Fase pasca haid atau fase regenerasi

Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsursembuh dan
ditutup kembali oleh selaput lendir yang tumbuh dari sel-sel endometrium.Fase ini telah
mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari.
3. Fase Proliferasi
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal 3,5 mm. Fase ini berlangsung darihari
ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid. Fase Proliferasi dapat dibagi atas 3 subfase, yaitu:
a. Fase proliferasi dini (early proliferation phase), berlangsung antara hari ke-4 sampai hari
ke-7. Fase ini dapat dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel,
terutama dari mulut kelenjar.

b. Fase proliferasi madya (mid proliferation phase), berlangsung antara hari ke-8 sampai
hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk transisi dan dapat dikenal dari epitel permukaan
yang berbentuk torak dan tinggi. Tampak adanya banyak mitosis dengan inti berbentuk
telanjang (nake nukleus).

c. Fase proliferasi akhir (late proliferation), fase ini berlangsung pada hari ke-11 sampai hari
ke-14. Fase ini dapat dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak
mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stoma bertumbuh aktif dan
padat.

4. Fase pra haid atau fase sekresi

Fase ini dimulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Padafase ini
endometrium tebalnya tetap, bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan
mengeluarkan getah yang makin lama makin nyata. Di dalam endometrium tertimbun
glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi.
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus
menstruasi normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada
level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya

2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus
luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu
untuk pertumbuhan lapisan endometrium

3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH


hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol,
tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)

4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang
terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon
progesteron

5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan


terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase
transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal
6. Kadar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase
pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum

7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi
ovulasi

8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum
dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya

2.2 Hormon yang Mempengaruhi Menstruasi


Fungsi Estrogen
● Uterus dan organ kelamin wanita: ovarium, tuba fallopii, uterus dan vagina, semuanya
bertambah besar. Selain itu, genitalia eksterna bertambah membesar, dengan deposisi
lemak pada mons pubis dan labia mayora dan disertai pembesaran labia minora.

● Tuba Fallopii: jaringan kelenjar lapisan tersebut berproliferasi, dan yang penting, estrogen
menyebabkan jumlah sel-sel epitel bersilia yang membatasi tuba fallopii bertambah
banyak.

● Payudara: estrogen menyebabkan (1) perkembangan jaringan stroma payudara, (2)


pertumbuhan sistem duktus yang luas, (3) deposit lemak pada payudara

● Tulang rangka: menghambat aktivitas osteoklastik dan menyebabkan terjadinya


penggabungan epifisis dengan tulang panjang.

● Deposisi protein: peningkatan total protein tubuh, yang terbukti adanya kesimangan
nitrogen yang sedikit positif apabaila diberikan estrogen

● Metabolisme dan penyimpanan lemak: meningkatkan laju kecepatan metabolisme seluruh


tubuh. Juga meningkatkan jumlah simpanan lemak dalam jaringan subkutan.

● Pada distribusi rambut: setelah pubertas akan tumbuh rambut pada aksila dan pubis

● Pada kulit: kulita berkembang menjadi tekstur yang halus dan lembut juga lebih vaskular

● Keseimbangan elektrolit: terjadinya retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal

● Fungsi Progesteron

● Uterus: meningkatkan perubahan sekretorik pada endometrium uterus, selama separuh


terakhir siklus seksual bulanan wanita, sehingga mempersiapkan uterus untuk menerima
ovum yang sudah dibuahi. Selain itu juga fungsinya mengurangi frekuensi dan intensitas
kontraksi terus sehingga membantuk mencegah terlepasnya implant
● Tuba fallopii: meningkatkan sekresi pada mukosa yang membatasi tuba fallopii. Sekresi
ini dibutuhkan untuk nutrisi ovum yang telah dibuahi dan sedang membelah sewaktu
ovum bergerak dalam tuba fallopii sebelum berimplantasi

● Payudara: meningkatkan perkembangan lobulus dan alveoli payudara, sehingga


berproliferasi dan sekretorik.

● Fungsi FSH
Merangsang folikel memproduksi hormone estrogen dan progesterone
● Fungsi LH
● Memicu ovulasi atau pelepasan sel telur dari ovarium

3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Menstruasi


3.1 Definisi
o Polimenorea
Siklus haid lebih pendek dari normal, yaitu kurang dari 21 hari, perdarahan
kurang lebih sama atau lebih banyak daripada haid normal.

o Oligomenorea
Siklus haid lebih panjang dari normal, yaitu lebih dari 35 hari, dengan
perdarahan yang lebih sedikit. Umumnya pada kasus ini kesehatan penderita
tidak terganggu dan fertilitas cukup baik

o Amenorea
Keadaan dimana tidak adanya haid selama minimal 3 bulan berturut-turut.
3.2 Etiologi
o Gangguan menstruasi dapat disebabkan oleh kelainan hipotalamus atau
pituitari, estrogen yang rendah terus atau tinggi terus dan kelainan pada
ovarium. Remaja yang mempunyai kadar lemak tinggi dalam tubuh akan
mempengaruhi produksi hormon estrogen karena selain dari ovarium estrogen
juga akan diproduksi oleh jaringan adiposa sehingga estrogen menjadi tidak
normal, cenderung tinggi. Produksi hormon yang tidak seimbang inilah yang
dapat menyebabkan gangguan menstruasi.
o Faktor penyebab gangguan menstruasi secara fisiologis adalah berkaitan
dengan umur yaitu terjadi sebelum pubertas atau dalam masa menopause,
dalam kehamilan, dalam masa laktasi maupun gangguan pada aksis
hipotalamus-hipofisis-ovarium, kelainan kongenital, gangguan sistem
hormonal, penyakit-penyakit lain, ketidakstabilan, emosi dan kurang zat
makanan serta mempunyai nilai gizi lebih yang berkaitan dengan status sosial
ekonomi dan pekerjaan.
o Asupan gizi yang kurang ataupun lebih akan menyebabkan kecukupan gizi
tidak baik sehingga dapat menjadikan gangguan selama siklus menstruasi. Hal
tersebut akan membaik bila asupan nutrisinya baik. Zat gizi yang harus
dipenuhi diantaranya zat gizi makro seperti karbohidrat, lemak dan protein.
Asupan karbohidrat dapat berpengaruh terhadap pemenuhan kalori selama fase
luteal, asupan protein berpengaruh terhadap panjang fase folikuler dan asupan
lemak berpengaruh terhadap hormon reproduksi. Remaja cenderung memiliki
sel-sel lemak yang berlebih, sehingga produksi estrogen juga meningkat.
Sedangkan pada status gizi kurang (underweight) akan terjadi kekurangan
berat badan dan tidak mempunyai cukup sel lemak untuk memproduksi
estrogen yang dibutuhkan untuk ovulasi dan menstruasi sehingga bisa
mengakibatkan siklus menstruasi tidak teratur.
o Obesitas dapat menyebabkan gangguan siklus menstruasi melalui jaringan
adiposa yang secara aktif mempengaruhi rasio hormon estrogen dan
androgen.Pada wanita yang mengalami obesitas terjadi peningkatan produksi
estrogen karena selain ovarium, jaringan adiposa juga dapat memproduksi
estrogen. Peningkatan kadar estrogen yang terus-menerus secara tidak
langsung menyebabkan peningkatan hormon androgen yang dapat
mengganggu perkembangan folikel sehingga tidak dapat menghasilkan
folikel-folikel yang matang.
3.3 Klasifikasi
1. Gangguan Lama dan Jumlah Darah Haid
● Hipermenorea (menoragia)
Menoragia adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih banyak dan atau
durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang normal teratur.
Etiologi
▪ Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea,
menoragia.
▪ Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang.
▪ Myoma uteri
▪ Hipertensi
▪ Dekompensio cordis
▪ Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.
▪ Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik.
▪ Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili
● Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih sedikit dan
atau durasi lebih pendek dari normal.
Etiologi
▪ Setelah dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin
▪ kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit
menahun maupungangguan hormonal.
2. Gangguan Siklus Haid
● Polimenorea
Polimenorea adalah haid dengan siklus yang lebih pendek dari normal yaitu
kurang dari 21 hari.
Etiologi
▪ Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus
luteum memendek sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau
bisa disebabkan akibat stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi
pendek atau karena keduanya.
● Oligomenorea
Oligomenorea adalah haid dengan siklus yang lebih panjang dari normal yaitu
lebih dari 35 hari.
Etiologi
▪ Perpanjangan stadium folikuler ( lamanya 8 -9 hari dimulai dari hari
ke-5menstruasi)
▪ Perpanjangan stadium luteal ( lamanya 15 -18 hari setelah ovulasi )
▪ Kedua stadium diatas panjang yang mengakibatkan perpanjangan
siklus haid.
● Amenorea
Amenorea adalah tidak terjadi haid pada seorang perempuan dengan
mencakup salah satu tiga tanda sebagai berikut:
1. Tidak terjadi haid sampai usia 14 tahun, disertai tidak adanya pertumbuhan atau
perkembangan tanda kelamin sekunder.
2. Tidak terjadi haid sampai usia 16 tahun, disertai adanya pertumbuhan normal
dan perkembangan tanda kelamin sekunder.
3. Tidak terjadi haid untuk sedikitnya selama 3 bulan berturut-turut pada
perempuan yang sebelumnya pernah haid.

Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun.
Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah
mengalami haid tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan.

Etiologi
▪ Gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus
(endometrium), dan vagina
▪ Adanya tanda-tanda maskulinisasi, adanya galaktore, cacat bawaan, uji
estrogen dan progesteron negatif.
▪ penyakit TB, penyakit hati, diabetes melitus, kanker, infertilitas, stress
berat.
▪ kelainan kongenital
▪ ketidak stabilan emosi dan kurang zat makanan yang mempunyai nilai
gizi lebih.
3. Gangguan Perdarahan di Luar Siklus Haid
● Menometroragia
Interval tidak teratur dengan jumlah darah dan durasi lebih dari normal.
Etiologi
▪ Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak
sembuh; carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari
haemorrhagis (sepertikolpitis haemorrhagia, endometritis
haemorrhagia); hormonal.
▪ Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh
psikis, neurogen,hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang
polikistik) dan kelainan gizi, metabolik,penyakit akut maupun kronis.
b) Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteumpersisten, kelainan
pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakitakut
ataupun kronis.
4. Gangguan Lain yang Berhubungan dengan Haid
● Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram dan terpusat di
abdomen bawah.
Etiologi
▪ Psikis (konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC)
▪ obstetric (cervic sempit, hyperanteflexio, retroflexio)
▪ endokrin (peningkatan kadar prostalandin, hormon steroid seks,kadar
vasopresin tinggi).

● Sindroma Prahaid
Berbagai keluhan yang muncul sebelum haid, yaitu antara lain cemas, lelah,
susah konsentrasi, susah tidur, hilang energi, sakit kepala, sakit perut, dan sakit
pada payudara.
Etiologi
Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah
ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan
natrium,penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan
dengan kelainan hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan
pengurangan produksi progesteron.Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga,
masalah sosial, dll.juga memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita
tegangan prahaid adalah wanita yang lebihpeka terhadap perubahan hormonal
dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.

3.4 Patofisiologi
1. Gangguan Lama dan Jumlah Darah Haid
● Hipermenorea (menoragia)

Patofisiologi menorrhagia secara pasti masih belum diketahui. Beberapa teori


menduga adanya hubungan esensial antara haemostatic plug dengan peningkatan
jumlah darah dan lama menstruasi. Selain dari pada itu, segala keadaan yang dapat
menyebabkan gangguan perdarahan dan pembekuan juga dapat menyebabkan
terjadinya menorrhagia, misalnya pada penggunaan obat antikoagulan atau penyakit
seperti Von Willebrand disease.

Pengetahuan tentang fisiologi menstruasi normal sangatlah penting guna


memahami patofisiologi dari menorrhagia. Empat fase dalam siklus menstruasi normal
yakni fase folikuler, luteal, implantasi, dan menstruasi. Sebagai respon GnRH
(gonadotropin-releasing hormone) dari hipotalamus, kelenjar hipofisis mensintesis
FSH (follicle-stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone) yang menginduksi
produksi estrogen dan progesteron. Selama fase folikuler, stimulasi estrogen
menyebabkan peningkatan ketebalan dinding endometrium. Hal ini juga dikenal
dengan fase proliferatif. Fase luteal terlibat dalam proses ovulasi. Selama fase ini, yang
juga dikenal dengan fase sekretorik, progesteron menyebabkan maturasi endometrium.
Jika fertilisasi terjadi, fase implantasi dipertahankan. Namun, tanpa fertilisasi, estrogen
dan progesteron withdrawal menyebabkan menstruasi.

Menorrhagia terjadi jika terdapat gangguan dalam mekanisme siklus


menstruasi normal tersebut. Faktor-faktor yang turut berkontribusi dalam mekanisme
terjadinya menorrhagia termasuk faktor organik, endokrin, anatomik, dan iatrogenik.
Jika perdarahan yang terjadi tidak disebabkan satu pun etiologi tersebut, diagnosis
yang sering diberikan adalah perdarahan uterus disfungsional (PUD) / dysfunctional
uterine bleeding (DUB). Kebanyakan kasus PUD ini disebabkan oleh siklus anovulasi
dan umum terjadi pada usia remaja (pubertas) dan perimenopause. Tanpa ada ovulasi,
korpus luteum gagal terbentuk yang menyebabkan tidak adanya sekresi progesteron.
Estrogen yang berlebihan menyebabkan endometrium terus berproliferasi dan menebal
sampai akhirnya berdegenerasi. Hal ini jugalah yang menyebabkan perdarahan
anovulasi lebih berat dari perdarahan menstruasi normal.

● Hipomenorea
Dapat diakibatkan oleh Asherman’s syndrome, kekurangan lemak tubuh untuk
membuat hormon steroid, dan faktor psikogenik

2. Gangguan Siklus Haid


● Polimenorea

Kondisi polimenorea disebabkan oleh terjadinya ketidakseimbangan sistem


hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium, yang mengakibatkan terjadinya
gangguan proses ovulasi (pelepasan sel telur). Alhasil, terjadi pemendekan waktu pada
siklus menstruasi normal, sehingga menstruasi pun menjadi lebih sering.

● Oligomenorea

Oligomenorea dapat didefinisikan ulang sebagai amenorea, jika stop


menstruasi selama 6 bulan atau lebih. Hal ini sering cepat untuk wanita pada
permulaan dan akhir reproduktif mereka atau mengalami interval irreguler. Variasi ini
normal dan biasanya akibat koordinasi yang tidak sempurna antara hipotalamus,
kelenjar hipofisis san ovarium.

● Amenorea

Amenore primer dapat diakibatkan oleh tidak adanya uterus dan kelainan pada
aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan
keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya,
ketidak adekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium
untuk melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan
progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang
merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena
disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior,seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore primer.

Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH


dan LH yangcukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu
menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau
gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior.
Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes
kromosom seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya
hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita tidak
pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder.Hal ini
dikarenakan gonad (ovarium) tidak berkembang dan hanya berbentuk kumpulan
jaringan pengikat.

Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-


hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis
hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi
mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhad apaliran darah yang akan keluar
uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan
androgen yang menyebabkan polycystic ovary syndrome.

3. Gangguan Perdarahan di Luar Siklus Haid


● Menometroragia

Pada perdarahan anovulatoar, estradiol-17β diproduksi secara terus-menerus


tanpa pembentukan korpus luteum dan pelepasan progesterone. Akibatnya tidak terjadi
ovulasi dan menyebabkan stimulasi / rangsangan estrogen berlebihan (unopposed
estrogen) pada endometrium. Endometrium mengalami proliferasi berlebih tetapi tidak
diikuti dengan pembentukan jaringan penyangga yang baik karena kadar progesterone
rendah. Endometrium menjadi tebal tapi rapuh, jaringan endometrium lepas tidak
bersamaan dan tidak ada kolaps jaringan sehingga terjadi perdarahan yang tidak
teratur.

Dari penjelasan di atas, patofisiologi menometroragia dapat dijelaskan dalam bagan


berikut :
4. Gangguan Lain yang Berhubungan dengan Haid
● Dismenorea
Korpus luteum akan mengalami regresi apabila tidak terjadi kehamilan.Hal ini
akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan mengakibatkan labilisasi
membran lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2.
Fosfolipase A2 akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran
selendometrium dan menghasilkan asam arakhidonat. Asam arakhidonat bersama
dengan kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat dan
menghasilkan prostaglandin PGE2 dan PGF2 alfa.Wanita dengan dismenore primer
didapatkan adanya peningkatan kadar PGF2 alfa di dalam darahnya, yang merangsang
kontraksi dan vasokonstriksi miometrium. Akibatnya terjadi peningkatan kontraksi
dan disritmi uterus, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan
mengakibatkan iskemia dan menimbulkan abdominal cramp. Prostaglandin sendiri
dan leukotrine juga menyebabkan sensitisasi, selanjutnya meningkatkann ambang rasa
sakit pada ujung-ujung saraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia.

● Sindroma Prahaid
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam
darah, yang akan menyebabkan gejala depresi. Kadar esterogen akan mengganggu
proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitamin anti
depresi. Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah
prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat mempengaruhi
jumlah esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus. Jumlah prolaktin
yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme tubuh yang
mengontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang mengalami sindroma pre-
menstruasi, kadar prolaktin dapat tinggi atau normal. Gangguan metabolisme
prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid (GLA). Fungsi prostaglandin
adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur efek hormon esterogen,
progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.

3.5 Manifestasi Klinis


● Hipermenore (Menorraghia): Kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan
obat-obatan. Penderita juga sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual
berulang selama haid.
● Hypomenorhoe (kriptomenorrhea): Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat
sedikit (<30cc), kadang-kadang hanya berupa spotting.
● Polimenorea (Epimenoragia): Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari (lebih
pendek dari 25 hari).
● Oligomenorrhoe: Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali, Perdarahan haid biasanya
berkurang. Gejala oligomenorrhea terdiri dari periode menstruasi yang lebih panjang
dari 35 hari dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Beberapa wanita
dengan oligomenorrhea mungkin sulit hamil. Bila kadar estrogen yang menjadi
penyebab, wanita tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan penyakit
kardiovaskular. Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami kanker
uterus.
● Amenorea: Pasien dengan amenorea primer yang diakibatkan oleh testicular
feminization menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal,
memiliki tubuh feminin. Vagina kadang – kadang tidak ada atau mengalami
kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai kantong
kosong dan tidak terdapat uterus.
● Metroragia: Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan
haid namun keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa
bercak.
● Pra Menstruasi Syndrom: Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta
mudah merasa lelah. Nafsu makan meningkat dan suka makan makanan yang rasanya
asam. Emosi menjadi labil. Biasanya perempuan mudah uring-uringan, sensitif, dan
perasaan negatif lainnya,sulit berkonsentrasi, insomnia, keluhan fisik seperti nyeri
pada payudara,sendi dan kepala. Keluhan akan berpengaruh ke pekerjaan atau
aktivitas sehari-hari, keluhan bukan merupakan eksaserbasi gangguan psikiatri yang
lainnya.
● Dismenore:
✔ Dismenore primer:perasaan malas bergerak, badan lemas, mudah capek, ingin
makan terus, emosi jadi lebih labil, sensitif, mudah marah. Bukan itu saja,
pengaruh pelepasan dinding rahim selama menstruasi juga kerap
memunculkan rasa pegal dan sakit pada pinggang serta membuat kepala terasa
nyeri, kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan
biasanya disertai gejala gastrointestinal dan gejala neurologis seperti
kelemahan umum.
✔ Dismenore sekunder: terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah
menarche (haid pertama), yang merupakan indikasi adanya obstruksi outflow
kongenital. Dismenorea dimulai setelah berusia 25 tahun. Terdapat
ketidaknormalan (abnormality) pelvis dengan pemeriksaan fisik:
pertimbangkan kemungkinan endometriosis, pelvic inflammatory disease,
pelvic adhesion (perlengketan pelvis), dan adenomyosis.

3.6 Diagnosis
Anamnesis
● Ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan (didahului siklus
memanjang?
Oligomenorrhea/amenorrhea? Sifat perdarahan? Lama perdarahan?)
● Pada perempuan usia reproduksi : tanyakan tentang
kehamilan/kegagalan kehamilan
● Pemakaian obat-obatan (obat hormone, kontrasepsi, antikoagulan,
sitostatika, kortikosteroid dan obat herbal) – Bahan obat tersebut akan
mengganggu kadar estrogen dan factor pembekuan darah berpotensi terjadi
perdarahan
● Tanyakan riwayat dan tanda sistemik
● Tanyakan apakah ada riwayat penyakit tiroid, hati, gangguan pembekuan
darah, tumor hipofisis, PCOS dan keganasan
Pemeriksaan Fisik
● Dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan hemodinamik akibat perdarahan uterus
abnormal
● Kondisi stabil lakukan pemeriksaan umum ditujukan untuk mengetahui
kemungkinan kelainan yang menjadi sebab perdarahan
● Periksa tanda hiperandrogen, menilai indeks massa tubuh, galaktorea, gangguan
lapang pandang, icterus, hepatomegaly dan takikardia
Pemeriksaan Ginekologi
Dilakukan untuk menyingkirkan kelainan organic yang dapat menyebabkan
perdarahan uterus abnormal, mis. mioma uteri, polip serviks, ulkus, trauma, erosi,
tumor atau keganasan
Pemeriksaan Penunjang
● Biopsy endometrium (sensi. 96%) – untuk deteksi endometrium abnormal
● Ultrasonografi transvaginal (sensi. 96%) – mampu mendeteksi mioma, ketebalan
endometrium dan masa fokal
● Sonohisterografi (dengan menggunakan cairan salin steril) – meningkatkan
ketajaman diagnosis dibandingkan dengan ultrasonografi transvagina
3.7 Tatalaksana
1. Edukasi
Penderita perlu dijelskan bahwa disminore adalah gangguan yang tidak
berbahaya untuk kesehatan, hendaknya diadakan penjelasan dan diskusi mengenai
cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita. Salah satu informasi
yang perlu dibicarakan yaitu mengenai makanan sehat (rendah lemak), istirahat
yang cukup, dan olahraga mungkin berguna, serta psikoterapi. Perlu juga
dijelaskan kepada penderita supaya untuk tidak merokok dan jangan mudah stress.
Dapat juga disarankan kepada penderita untuk mengganti pembalut 2x sehari, dan
memilih pakaian dalam dan brayang nyaman dipakai dan tidak ketat. Tujuannya
untuk mengurangi gesekan sehingga mengurangi nyeri.

2. Kuratif :
Pertambahan umur dan kehamilan akan menyebabkan menghilangnya
dismenore primer. Hal ini diduga terjadi karena adanya kemunduran saraf rahim
akibat penuaan dan hilangnya sebagian saraf pada akhir kehamilan.Untuk
mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid (misalnya
ibuprofen, naproksen dan asam mefenamat). Obat ini bekerja dengan menekan
aktivitas cyclooxygenase yang mengakibatkan penurunan sintesis prostaglandin.
Obat ini akan sangatefektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan
dilanjutkan sampai hari 1-2menstruasi.Selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga
bisa dikurangi dengan:
– istirahat yang cukup
– olah raga yang teratur (terutama berjalan)
– pemijatan
– yoga
– orgasme pada aktivitas seksual
– kompres hangat di daerah perut.
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi mual dan
muntahbiasanya menghilang jika kramnya telah teratasi.

Pemberian obat analgesik


Analgesik yang dapat diberikan sebagai terapi simtomatik, jika rasa nyeri
hebat diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah
untuk mengurangi penderita.Obat analgesik yang sering diberikan adalah preprat
kombinasi aspirin, fansetin dan kafein.

Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk
membuktikan bahwa gangguan benar-benar disminore primer atau untuk
memungkinkan penderita melakukan pekerjaan penting waktu haid tanpa
gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan memberikan salah satu jenis
pilkombinasi kontrasepsi. Gejala juga bisa dikurangi dengan istirahat yang cukup
serta olah raga secara teratur. Jika nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan
sehari-hari, maka diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung estrogen dan
progesteron atau diberikan medroksi progesteron. Pemberian kedua obat tersebut
dimaksudkan untuk mencegah ovulasi (pelepasan sel telur) dan mengurangi
pembentukan prostaglandin, yang selanjutnya akan mengurangi beratnya
dismenore. Jika obat ini juga tidak efektif, maka dilakukan pemeriksaan tambahan
(misalnya laparoskopi). Jika dismenore sangat berat bisa dilakukan ablasio
endometrium, yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau diuapkan
dengan alat pemanas. Pengobatan untuk dismenore sekunder tergantung kepada
penyebabnya

Penatalaksanaan secara nonfarmakologis


Terapi non farmakologis yang dapat digunakan sebagai alternative pilihan
dalam pengobatan diminore primer adalah:

1. Kompres hangat
Kompres hangat adalah pengompresan yang dilakukan dengan
mempergunakan buli-buli panas yang di bungkus kain yaitu secara konduksi
dimana terjadi pemindahan panas daribuli-buli ke dalam tubuh sehingga akan
menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akanterjadi penurunan ketegangan
otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atauhilang (Perry & Potter,
(2005).
Menurut Bare & Smeltzer (2001), kompres hangat mempunyai keuntungan
meningkatkanaliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan
nyeri denganmempercepat penyembuhan. Menurut Bobak (2005), kompres hangat
berfungsi untuk mengatasi atau mengurangi nyeri,dimana panas dapat meredakan
iskemia dengan menurunkan kontraksi uterus dan melancarkan pembuluh darah
sehingga dapat meredakan nyeri dengan mengurangi ketegangan dan
meningkatkan perasaan sejahtera, meningkatkan aliran menstruasi, dan meredakan
vasokongesti pelvis. Menurut Price & Wilson (2005), kompres hangat sebagai
metode yang sangat efektif untuk mengurangi nyeri atau kejang otot. Panas dapat
disalurkan melalui konduksi (botol air panas).Panas dapat melebarkan pembuluh
darah dan dapat meningkatkan aliran darah. Kompres hangat adalah metode yang
digunakan untuk meredakannyeri dengan cara menggunakan buli-buli yang diisi
dengan air panas yang ditempelkan pada sisi perut kiri dan kanan.

2. Olahraga
Olah raga secara teratur dapat menimbulkan aliran darah sirkulasi darah
pada otot rahim menjadi lancar sehingga dapat mengurangi rasa nyeri saat
menstruasi. Pelepasan endorfinalami dapat meningkat dengan olahraga teratur yang
akan menekan pelepasan prostaglandin,selain itu mampu menguatkan kadar beta
endorfin yaitu suatu zat kimia otak yang berfungsi meredakan rasa sakit (Sadoso,
1998).

3. Berhenti merokok dan mengkomsumsi alkohol


Kebiasaan-kebiasaan buruk ini, mempunyai efek negatif terhadap tubuh
manusia, pada perokok berat dapat meningkatkan durasi terjadinya dysmenorrhea,
hal ini berkaitan dengan peningkatan volume dan durasi perdarahan selama
menstruasi. Senyawa yang terdapat didalam alkohol dapat mengakibatkan dilatasi
pembuluh darah dan mengakibatkan retensi cairan yang memperparah breast
discomfort. Dengan menghindari dan menghilangkan kebiasaan tersebut,
diharapkan efek negatif dapat dihilangkan sehingga dysmenorrhea tidak terjadi
(Medicastore,2004).

4. Pengaturan diet
Cara mengurangi dan mencegah rasa nyeri saat menstruasi, dianjurkan
mengkomsumsi makanan yang banyak mengandum kalsium dan makanan segar,
seperti sayuran, buah- buahan, ikan, daging, dan makanan yang mengandung
vitamin B6 karena berguna untuk metabolisme estrogen (Medicastore, 2004).

Menurut Bare & Smeltzer (2001) penanganan nyeri secara nonfarmakologis


terdiri dari:

1) Masase kutaneus
Masase adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada
punggung danbahu. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase
membuat relaksasi otot

2) Terapi panas
Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area
dankemungkinan dapat turut menurungkan nyeri dengan mempercepat
penyembuhan.

3) Transecutaneus Elektrikal Nerve Stimulaton ( TENS)


TENS dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-
nosiseptor) dalam area yang sama seperti pada serabut yang menstransmisikan
nyeri. TENS menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda
yang di pasang pada kulituntuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau
mendengung pada area nyeri.

4) Distraksi
Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang menyebabkan nyeri, contoh:
menyanyi,berdoa, menceritakan gambar atau foto dengan kertas, mendengar musik
dan bermain satupermainan.

5) Relaksasi
Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan,contoh:
bernafas dalam-dalam dan pelan.

6) Imajinasi
Imajinasi merupakan khayalan atau membayangkan hal yang lebih baik khususnya
dari rasanyeri yang dirasakan.

3.8 Komplikasi
Perdarahan uterus disfungsional yang lama dan berat dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi pada 30% individu. Ketidakseimbangan hormonal yang
berkelanjutan yang mungkin menghambat ovulasi dapat menyebabkan infertilitas.
Pada 1-2% individu dengan ketidakseimbangan estrogen dan progesteron yang
kronik, akan meningkatkan resiko terjadinya kanker endometrium.

3.9 Pencegahan
Amenorea

Amenorea adalah gejala, bukan penyakit, dan memiliki berbagai penyebab. Oleh
karena itu amenorea dapat dicegah hanya sejauh bahwa penyebab yang mendasari
dapat dicegah. Amenorea yang dihasilkan dari kondisi genetik atau bawaan tidak
dapat dicegah. Di sisi lain, amenorea yang dihasilkan dari diet ketat atau latihan
intensif biasanya dapat dicegah.

Dismenore

o Menghindari stress
o Miliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yangmemadai,
memenuhi standar 4 sehat 5 sempurna
o Hindari makananyang cenderung asam dan pedas, saat menjelang haid
o Istirahat yang cukup, menjaga kondisi agar tidak terlalu lelah, dan tidak
menguras energi yang berlebihan
o Tidur yang cukup, sesuai standar keperluan masing-masing 6-8 jam dalam
sehari
o Lakukan olahraga ringan secarateratur
3.10 Prognosis
Menorrhagia : Jika tidak ditangani, menorrhagia dapat mengganggu kehidupan sehari-
hari. Selain itu, dapat menyebabkan anemia dan membuat pasien merasa lelah dan
lemah.
Polimenorrhea : Apabila penyebab perdarahan adalah infeksi, kanker atau gangguan
serius lainnya, kemudian tidak segera ditangani kematian
Amenorrhea : Hilangnya keteraturan menstruasi peningkatan risiko patah tulang
pergelangan tangan dan pinggul terkait dengan penurunan kepadatan tulang, bahkan
tanpa perkembangan amenore. Interval siklus menarche dan menstruasi yang lebih lama
dari 32 hari telah dikaitkan dengan peningkatan angka patah tulang di tahun-tahun
berikutnya. Wanita muda dengan insufisiensi ovarium yang tidak responsif terhadap
terapi memerlukan penggantian hormon untuk menjaga kepadatan tulang. Dalam
beberapa kasus, hilangnya keteraturan menstruasi merupakan tanda awal penurunan
kesuburan dan kemungkinan kegagalan ovarium prematur. Juga dalam beberapa kasus,
penipisan folikel berkembang menjadi penyebab infertilitas ireversibel.
4. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam Terhadap Haid & Istihadhah
Haid, Nifas, dan Istihadhah dalam al-Qur’an dan Hadis
”Haid” dalam al-Qur’an hanya disebutkan empat kali dalam dua ayat ; sekali
dalam bentuk fi’l mudlari (yahidl) dan tiga kali dalam bentuk ism mashdar (al-
mahidl). Dari segi penamaan saja, kata haid sudah lepas dari konotasi teologis seperti
agama-agama dan kepercayaan sebelumnya. Pandangan Islam tentang haid,
sebagaimana dinyatakan oleh al-Qur’an, mengandung sebuah pemikiran baru yang
berbeda dengan tradisi Yahudi sebelumnya. Dalam tradisi Yahudi, perempuan yang
sedang haid dianggap sebagai perempuan kotor yang bisa mendatangkan bencana
sehingga harus diasingkan dari masyarakat. Selama haid ia harus tinggal dalam gubuk
khusus, tidak boleh diajak makan bersama, dan bahkan tidak boleh menyentuh
makanan. Tatapan mata perempuan yang sedang haid disebut mata iblis yang harus
diwaspadai karena mengandung bencana. Oleh karna itu perempuan yang sedang haid
harus menggunakan tanda tertentu seperti gelang, kalung, giwang, celak mata, cadar,
riasan wajah yang khusus dan sebagainya agar segera dapat dikenali kalau ia sedang
haid. Semua itu diberlakukan untuk mencegah “si mata Iblis”.
Nabi betul-betul serius menolak tradisi kaum Yahudi yang mengisolasi
perempuan haid. Dalam ayat ini, kata ”al-mahaid” disebut sebanyak dua kali. Para
mufassir berbeda pendapat tentang arti kata ”al-mahaid” ini. Ada yang menganggap
keduanya bermakna sama yakni “haid” seperti at-Tabary. Namun ada pula yang
membedakan makna keduanya. Kata ”al-mahaid” yang pertama berarti darah haid dan
kata ”al-mahaid” yang kedua berarti tempat keluarnya darah haid. Abu Hayyan
termasuk yang berpendapat demikian. Digunakannya kata ”al-mahaid” dan bukan,
misalnya, kata ”al-Haid” (perempuan yang sedang haid) memiliki implikasi teologis
yang sangat dalam. Dalam kata”al-mahaid” yang pertama yakni al-Qur’ân
memberikan penegasan bahwa bukan perempuan haid yang kotor melainkan darah
yang keluar itulah yang kotor.
Pernyataan ini sangat berbeda dengan anggapan sebagian orang yang
mengidentikkan haid dengan “perempuan yang sedang kotor”. Dalam Al-Qur’an yang
dianggap kotoran adalah darahnya, dan bukan si perempuan itu sendiri. Ini adalah
pernyataan yang sangat logis dan sesuai dengan kaedah umum kedokteran yang
menyatakan bahwa darah haid adalah darah yang tidak diperlukan bagi organ tubuh
perempuan dan harus dibuang karena jika tetap berada dalam perut justru akan
membawa penyakit. Dengan argumen medis yang demikian, pernyataan Al-Qur’an
tentang haid sama sekali tidak dimaksudkan sebagai ajaran yang memandang rendah
perempuan yang sedang haid. Demikian juga dalam kata ”al-mahaid” yang kedua:
”fa’tazilun nisa’ fil mahaid” bukan perempuan haid yang harus diasingkan dan
disingkirkan melainkan para suami yang seharusnya melakukan i’tizal (tidak
melakukan hubungan seksual) di tempat keluarnya darah haid (faraj/vagina) sampai
perempuan tersebut suci dari haidnya. Sementara dalam selain hubungan seks
perempuan harus tetap diperlakukan sebagaimana biasa. Pandangan seperti ini lebih
dikuatkan oleh hadits Nabi.
Dalam banyak hadits didapatkan bahwa haid sama sekali tidak menjadi alat
untuk menistakan perempuan. Melalui penuturan para istrinya, Nabi diriwayatkan
melakukan apa saja terhadap istrinya yang sedang haid kecuali bersenggama. Nabi
mandi bersama mereka dan tidur satu selimut dengan mereka. Hal yang sama beliau
kemukakan juga untuk para sahabat laki-laki. Nabi juga menolak keras perbuatan
orang-orang Yahudi yang tidak mau makan bersama dengan perempuan haid.
Sebaliknya Nabi malah pernah minum dan menempelkan mulutnya di gelas bekas
Aisyah dan menggigit daging di tempat bekas gigitan Aisyah. Lebih dari itu, Nabi
menganjurkan perempuan yang sedang haid untuk bersama-sama hadir mengikuti
khutbah dan perayaan Idul Fitri dan Idul Adha. Perintah ini merupakan sesuatu yang
tidak lazim pada saat itu; saat di mana laki-laki dan bahkan perempuan sendiri
menabukan bergabungnya perempuan haid bersama masyarakat luas dalam acara-
acara besar.
Haid, Nifas, dan Istihadhah dalam Perspektif Fiqh
Diantara ulama yang menghasilkan satu jilid besar tentang masalah haid, nifas,
dan istihadhah ini adalah Imam Haramain dan Abu al-Faraj ad-Darimi. Secara umum
dapat dikatakan bahwa paradigma dasar fiqh tentang haid, nifas, dan istihadhah
merupakan kelanjutan dari ajaran yang terdapat dalam AlQur’ân dan al-hadits.
Artinya, fiqh Islam tidak memposisikan perempuan yang sedang haid, nifas dan
istihadhah sebagai kelompok manusia yang kotor dan perlu diisolasi. Fiqh
memandang status mereka sama dengan orang yang sedang mengalami hadats besar
(suatu kondisi yang mewajibkan seseorang untuk mandi wajib sebelum melakukan
ibadah tertentu). Dalam perspektif fiqh, hadats, baik besar maupun kecil, (suatu
kondisi yang mewajibkan seseorang untuk berwudhu sebelum melakukan ibadah
tertentu seperti habis kencing, buang air besar, tidur) dianggap sebagai sesuatu yang
alamiah, temporer dan aksidental dan dialami oleh setiap manusia, sehingga hadats
sama sekali bukan hal yang dipandang negatif.
Dengan menempatkan haid, nifas, dan istihadhah sejajar dengan kondisi-
kondisi hadats yang lain, maka fiqh sesungguhnya telah meletakkan proses reproduksi
perempuan ini sebagai bagian dari kodrat perempuan yang perlu diberikan solusi
hukumnya. Meskipun secara umum fiqh memandang haid, nifas dan istihadhah secara
proporsional, masih ada pandangan negatif terhadap perempuan yang haid dan nifas.
Dalam kitab al-Hayawan karya al-Jâhidz, misalnya, dikatakan bahwa ada
empat binatang yang mengalami haid yakni perempuan, kelinci, kelelawar dan anjing
hutan. Pernyataan ini terasa kurang memanusiakan perempuan, sebab sekalipun
memang ada binatang yang mengalami menstruasi, memasukkan perempuan dalam
kelompok mereka seperti mempersamakan perempuan dengan binatang. Dalam al-
Hâwi terdapat keterangan bahwa haid disebut kotor karena warna darah itu jelek,
baunya tidak enak, najis, dan membahayakan. Alasan yang dikemukakan ini
menyiratkan kesan nyinyir sekaligus tidak proporsional karena tidak memuat hal yang
lebih penting yakni alasan kesehatan reproduksi perempuan, seperti jika darah haid
tidak dikeluarkan, ia akan menjadi kotoran yang membawa penyakit bagi perempuan.
Untunglah, pendapat ini bukan merepresentasikan pendapat mayoritas ulama.
Terlepas dari cara pandang ahli fiqh mayoritas dan minoritas tersebut, ketika masuk
ke belantara fiqh haid, nifas dan istihadhah lebih dalam lagi, akan didapatkan produk-
produk hukum yang rumit dan bahkan sangat menyulitkan perempuan.
Tanpa mengurangi penghargaan terhadap hasil ijtihad para ulama yang telah
demikian serius mencurahkan perhatiannya dalam masalah ini, dapat dikatakan bahwa
sebagian besar hukum tentang haid, nifas dan istihadhah sulit dikatakan membumi
dan mengakomodir kemampuan perempuan untuk melaksanakan hukum tersebut.
Misalnya, dalam soal pembagian perempuan istihadhah menjadi mubtadi’ah (pemula)
dan mu’tâdah (sudah biasa) yang keduanya dibagi lagi menjadi mumayyizah (bisa
membedakan antara darah haid dan darah istihadhah) dan ghairu mumayyizah (tidak
bisa membedakan antara kedua jenis darah). Empat jenis kategori ini memiliki
batasan-batasan khusus yang begitu rinci.
Secara subyektif, berdasarkan pengalaman kaum perempuan, bisa dikatakan
bahwa dengan batasan yang begitu rumit mulai dari mengetahui persis siklus bulanan
haid, mendeteksi jenis dan warna darah, sampai hitungan waktu keluar dan
berhentinya darah, amat sangat jarang perempuan yang dengan yakin bisa
memastikan dirinya masuk dalam kategori yang mana. Padahal seluruh ketentuan
tentang istihadhah dalam fiqih dibangun atas dasar paradigma mubtadi’ah – mu’tâdah
dan mumayyizah – ghairu mumayyizah ini. Jika demikian yang terjadi, patut
dipertanyakan efektifitas peraturan tersebut di lapangan, sebab sangat ironis rasanya
jika sebuah formulasi hukum dibuat untuk tidak bisa dilaksanakan. Contoh lain yang
bisa disebutkan adalah soal batas waktu minimal haid.
Imam Syafi’i memberi batas minimal haid sehari semalam. Batas ini
sesungguhnya tidak bermasalah jika tidak ada penjelasan yang lebih rumit dari ashhâb
Syâfi’i (ulama penganut madzhab Syafi’i) yang lain. Penjelasan itu adalah jika
seorang perempuan yang haidnya tidak lancar, ia haid lebih dari satu hari tetapi ketika
dirinci waktu keluarnya haid tidak sampai sehari semalam. Menurut pendapat ini,
keadaan yang demikian tidak bisa dikatakan haid. Konsekuensinya ia harus meng-
qadhâ seluruh shalat yang ditinggalkan. Persoalan yang muncul di sini adalah haid
tidak bisa dihitung menit per menit, jam perjam, karena darah haid keluar di luar
kehendak perempuan dan oleh karena itu tidak bisa dikontrol sebagaimana yang
dinyatakan para fuqaha terdahulu. Ini berarti bahwa produk fiqh yang ada tidak sesuai
dengan pengalaman perempuan yang dikenai hukum tersebut.
Produk hukum yang menyulitkan perempuan juga terdapat dalam ketentuan
mengenai mandi wajib bagi perempuan yang sedang istihadhah (mustahâdhah). Imam
Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Ahmad bin Hambal mewajibkan mustahadhah
mandi besar setiap kali hendak shalat wajib. Bisa dibayangkan betapa sulitnya
ketentuan ini, terutama bagi perempuan yang tinggal di daerah yang dingin atau
daerah yang kekurangan air. Begitu juga bagi perempuan yang bekerja baik di kantor,
sekolah, rumah sakit, pasar, maupun tempat lainnya. Jangankan bagi perempuan yang
bekerja di luar rumah, bagi perempuan yang tinggal dalam rumah saja ketentuan ini
menyulitkan. Ia harus mandi sehari lima kali sambil mengurus rumah tangga, anak,
suami, dan dirinya sendiri pada saat kondisi tubuhnya sedang tidak sehat. Bagi
perempuan, istihadhah itu sendiri sudah merupakan problem yang cukup serius karena
memperlemah fisik, menurunkan stamina, mengganggu hubungan suamiistri dan
bahkan bisa mengancam nyawa kalau pendarahannya hebat. Pada tingkat tertentu
istihadhah juga menimbulkan ketakutan dan kecemasan, seperti yang dialami oleh
sebagian perempuan menjelang menopouse atau perempuan yang tidak cocok dengan
alat kontrasepsi tertentu. Jika demikian halnya, patut pula dipertanyakan
pertimbangan kemanusiaan di balik produk hukum yang ditetapkan untuk perempuan
istihadhah, yang jelas-jelas lemah secara fisik dan psikis tersebut.
Hukum Beribadah Pada Saat Haid
Islam tidaklah melarang umatnya untuk beribadah, selama tidak melanggar aturan.
Karena setiap manusia dituntut untuk menjalankan ibadah selama hayat masih
dikandung badan. Allah menegaskan dalam firman-Nya,
‫ﯾَْﺄﺗَِﯿ ا ْﻟﯿَِﻘﯿ‬ ‫واﻋﺒُ ْﺪ رﺑ‬
‫ُﻦ ﻚ‬ ‫ﻚ‬
‫ﺣﺘﱠﻰ‬
“Beribadahlah kepada Tuhanmu sampai datang kepadamu Al-Yaqin.” (QS. Al-Hijr:
99)
Para ulama tafsir sepakat bahwa makna Al-Yaqin pada ayat di atas adalah kematian.
Tak terkecuali wanita haid. Islam tidaklah melarang mereka untuk melakukan semua
ibadah. Sekalipun kondisi datang bulan, membatasi ruang gerak mereka untuk
melakukan amalan ibadah. Wanita haid masih bisa melakukan amalan ibadah, selain
amalan yang dilarang dalam syariat, diantaranya;
Pertama, shalat
Dari Abu Said radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫دﯾﻨَِﮭﺎ‬
‫أََﻟ ْﯿ ﺲ إِ َذا ﺿﺖ ﻟ ﺼ ْﻢ َﻓ َﺬﻟِ ُﻧ ْﻘ ﺼ‬
‫ ﺗَ و َﻟ ﺼ ْﻢ ﻚ ﺎ‬، ‫ْﻢ ﺗ ﱢﻞ‬ ‫ﺣﺎ‬
‫ُن‬
“Bukankah bila si wanita haid ia tidak shalat dan tidak pula puasa? Itulah
kekurangan agama si wanita.” (Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari no. 1951 dan Muslim
no. 79)
Kedua, puasa
Sebagaimana disebutkan dalam hadis Abu Said radhiyallahu ‘anhu di atas.
Ketiga, thawaf di ka’bah
Aisyah pernah mengalami haid ketika berhaji. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam memberikan panduan kepadanya,
‫ﺮى‬€‫ﻄ ُﮭ‬
َ‫ﻮﻓﻰ ﺑِﺎ َْﻟﺒ ْﯿ ﺣﺘﱠﻰ ﺗ‬
ِ ُ‫ﻻ ﺗَﻄ‬
َ ‫ْن‬ ‫ﻌﻠﻰ ﻣﺎ ﯾَ ْﻔ ا ْﻟ ﺤﺎج‬
ِ َ ‫َﻓﺎ ْﻓ‬
‫ﺖ‬ َ‫ﻏ ْﯿ َﺮ أ‬ ، ‫َﻌ ﻞ‬

“Lakukanlah segala sesuatu yang dilakukan orang yang berhaji selain dari
melakukan thawaf di Ka’bah hingga engkau suci.” (HR. Bukhari no. 305 dan Muslim
no. 1211)
Keempat, menyentuh mushaf
Orang yang berhadats (hadats besar atau hadats kecil) tidak boleh menyentuh mushaf
seluruhnya ataupun hanya sebagian. Inilah pendapat para ulama empat madzhab. Dalil
dari hal ini adalah firman Allah Ta’ala,
َ ‫ِإ ﱠﻻ ا ْﻟ ُﻤ‬
€‫ﻄﮭﱠ‬ ‫ﻻ ﯾ َﻤ‬
‫ُﺮون ﺴﮫ‬
“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan” (QS. Al Waqi’ah: 79)
Dalil lainnya adalah sabda Nabi ‘alaihish shalaatu was salaam,
‫ﺲ اﻟﻘُ ْﺮآن ْ طَﺎ ھ ٌﺮ‬ َ
‫ﻻ ﺗَ ُﻤ‬
‫ِإﻻ ﻧ ﺖ‬
‫و‬
‫َأ‬
“Tidak boleh menyentuh Al Qur’an kecuali engkau dalam keadaan suci.” (HR. Al
Hakim dalam Al Mustadroknya, beliau mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Kelima, I’tikaf
Inilah adalah pendapat mayoritas ulama dari madzhab Maliki, Syafii, dan Hambali.
Sementara madzhab Hanafi menyatakan bahwa i’tikaf wanita haid tidak sah, karena
mereka mempersyaratkan orang yang I’tikaf harus dalam keadaan puasa di siang
harinya. Sementara wanita haid, tidak boleh puasa.
Pendapat yang berbeda dalam hal ini adalah madzhab Zahiriyah.
Pendapat yang lebih kuat dalam hal ini adalah pendapat mayoritas ulama bahwa
wanita haid tidak boleh melakukan I’tikaf. Dalilnya, firman Allah,
‫ﻮا‬€ُ‫ﺗَ ْﻐﺘَ ﺴﻠ‬ ‫ﻣﺎ ﺗَُﻘﻮﻟُﻮ َن ﺟُﻨﺒًﺎ إ ﻋِﺎﺑﺮ ﺳِﺒﯿ‬ ‫ﺗَ َْﻌﻠ ُﻤﻮا‬ ‫ﺳ َﻜﺎ‬ ُ‫ﻮا ﺼ ْﻧﺘ‬€ُ‫ﻮا ﻻ ﺗَ ْﻘ َﺮﺑ‬€ُ‫ ِﺬﯾ َﻦ آ َﻣﻨ‬€‫َﯾﺎ َأﱡﯾَﮭﺎ اﻟﱠ‬
‫ﺣﺘﱠﻰ‬ ‫ي ٍﻞ‬ ‫ﱠﻻ‬ ‫وﻻ‬ ‫ﺣﺘﱠﻰ‬ ‫َرى‬ َ‫اﻟ ﻼة ْﻢ وأ‬

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja,
hingga kamu mandi…(QS. An-Nisa: 43).
Keenam, hubungan intim
Allah Ta’ala berfirman,
‫ﺤﯿﺾ‬
‫ﻓَﺎ ﻋ ﺰﻟُﻮا َء ِﻓﻲ ا‬
‫اﻟﻨ ْﻟ َﻤ ﺴﺎ‬ ‫ﺘ‬

“Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari (hubungan intim dengan)
wanita di waktu haid.” (QS. Al Baqarah: 222).
Selain enam jenis ibadah di atas, masih banyak amalan ibadah yang bisa dilakukan
wanita haid. Diantaranya :
1. Membaca Al-Quran tanpa menyentuh lembaran mushaf. InsyaaAllah, ini
pendapat yang lebih kuat.
2. Boleh menyentuh ponsel atau tablet yang ada konten Al-Qurannya. Karena
benda semacam ini tidak dihukumi Al-Quran. Sehingga, bagi wanita haid yang
ingin tetap menjaga rutinitas membaca Al-Quran, sementara dia tidak
memiliki hafalan, bisa menggunakan bantuan alat, komputer, atau tablet atau
semacamnya.
3. Berdzikir dan berdoa. Baik yang terkait waktu tertentu, misalnya doa setelah
adzan, doa seusai makan, doa memakai baju atau doa hendak masuk WC, dll.
4. Membaca dzikir mutlak sebanyak mungkin, seperti memperbanyak tasbih
(subhanallah), tahlil (la ilaha illallah), tahmid (alhamdulillah), dan zikir
lainnya. Ulama sepakat wanita haid atau orang junub boleh membaca dzikir.
(Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 25881)
5. Belajar ilmu agama, seperti membaca membaca buku-buku islam. Sekalipun
di sana ada kutipan ayat Al-Quran, namun para ulama sepakat itu tidak
dihukumi sebagaimana Al-Quran, sehingga boleh disentuh.
6. Mendengarkan ceramah, bacaan Al-Quran atau semacamnya.
7. Bersedekah, infak, atau amal sosial keagamaan lainnya.
8. Menyampaikan kajian, sekalipun harus mengutip ayat Al-Quran. Karena
dalam kondisi ini, dia sedang berdalil dan bukan membaca Al-Qur’an.
Dan masih banyak amal ibadah lainnya yang bisa menjadi sumber pahala bagi wanita
haid. Karena itu, tidak ada alasan untuk bersedih atau tidak terima dengan kondisi
haid yang dia alami.

DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2005. Ilmu Kandungan edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
Bagian Obstetric Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 1981. Ginekologi.
Elstar Offset, Bandung.
Disfunctional Uterine Bleeding in Novack Gynecology. Philladelphia. Lippincot & William. inc.
2002: 575-591.
Anwar, M. (2011). Ilmu Kandungan, Edisi Ketiga. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai