Chapter II
Chapter II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi
organ tertentu berdasarkan hasil biakan positif di tempat tersebut. Definisi lain
berdasarkan adanya SIRS ditambah dengan infeksi yang dibuktikan atau dengan
suspek infeksi secara klinis. Bukti klinisnya berupa suhu tubuh yang abnormal (>
38oC atau < 36◦C); takikardi; asidosis metabolik; biasanya disertai dengan alkalosis
sel darah putih.. Sepsis juga dapat disebabkan oleh infeksi virus atau jamur
(Guntur,2008).
Berdasarkan Bone et al, SIRS adalah pasien yang memiliki dua atau lebih
kriteria :
defenisi baru dan kriteria diagnosis untuk sepsis dan keadaan- keadaan yang
berkaitan dan menetapkan kriteria SIRS, sepsis berat dan syok septik sebagai
berikut :
kesadaran.
menambahkan beberapa kriteria diagnosis baru dari yang sebelumnya untuk sepsis.
yaitu PCT dan CRP, sebagai langkah awal dalam diagnosa sepsis. Rekomendasi
yang utama adalah implementasi dari suatu sistem tingkatan Predisposition, Insult
poisoning) mengacu pada infeksi dari darah, sedangkan sepsis tidak hanya terbatas
pada darah, tapi dapat mempengaruhi seluruh tubuh, termasuk organ-organ (Runge
MS, 2009).
Sepsis berat adalah sepsis yang disertai dengan satu atau lebih tanda
2. hipoksemia
3. asidosis laktat
4. oliguria
atau tekanan arterial rata-rata ≥ 70 mmHg (Fauci AS, 2009) (Caterino JM,2012).
SIRS, sepsis dan syok septik biasanya berhubungan dengan infeksi bakteri,
tetapi tidak selalu harus terdapat bakteriemia. Hal ini karena di dalam darah
darah. Bakteriemia bersifat sepintas, seperti biasanya dijumpai setelah jejas pada
2.2 Epidemiologi
Amerika Serikat dan penyebab utama kematian pada pasien sakit kritis. Sekitar 80%
kasus sepsis berat di unit perawatan intensif di Amerika Serikat dan Eropa selama
tahun 1990-an terjadi setelah pasien masuk untuk penyebab yang tidak terkait.
Kejadian sepsis meningkat hampir empat kali lipat dari tahun 1979-2000, menjadi
sekitar 660.000 kasus (240 kasus per 100.000 penduduk) sepsis atau syok septik
Dari tahun 1999 sampai 2005 ada 16.948.482 kematian di Amerika Serikat.
Dari jumlah tersebut, 1.017.616 dikaitkan dengan sepsis (6% dari semua kematian).
Sebagian besar kematian terkait sepsis terjadi di rumah sakit, klinik dan pusat
10
A, 2009).
Pada tahun 2001 dilaporkan bahwa insidens sepsis di Amerika terjadi pada 3
dari 1000 populasi, 51,1 % dirawat di ICU dan 17,3 % mendapat bantuan ventilasi
mekanik. Dari tahun1979 sampai tahun 2000, terjadi peningkatan insidens sepsis
sepsis terus meningkat dengan angka kematian yang juga meningkat. Pada tahun
2004 dilaporkan di Inggris bahwa 27% pasien yang masuk rumah sakit menderita
sepsis berat dalam 24 jam pertama, walaupun angka kematiannya menurun dari
48,3% p pada tahun1996 menjadi 44,7% pada tahun 2004, tetapi total kematian
pada populasi meningkat dari 9.000 menjadi 14.000. Di Taiwan pada tahun 2006
didapatkan insidensi sepsis meningkat 1,6 kali dari 135 per 100.000 pasien, pada
tahun 1997 menjadi 217 per 1000 pasien pada tahun 2006 (Shen HN, 2006).
disebabkan oleh sepsis, walaupun masih tetap tinggi (30 – 50%). Early goal direct
therapy (EGDT) yang dikembangkan oleh Rivers tahun 2001 dapat menurunkan
angka kematian dari 46,5% menjadi 30,5 %. Dr. Liu melaporkan data yang menarik
bahwa lebih dari 25% pasien yang masuk rumah sakit memenuhi kriteria sepsis (
kadar laktat darah > 4mmol/L) yang harus dilakukan EGDT, akan tetapi dari 2536
pasien hanya 12000 pasien yang dilakukan tindakan EGDT. Angka kematian pada
pasien yang tanpa dilakukan EGDT adalah 28,7% dibandingkan dengan 17,8% pada
pasien yang dilakuka EGDT. Pasien yang telah dilakukan EGDT di ruang gawat
11
dilakukan EGDT hanya sekitar 43% yang masih hidup dan mendapatkan perawatan
beban ekonomi sangat tinggi pada pasien sepsis berat dan syok septik ini pada
tahun 2008, diperkirakan 14,6 juta dolar telah dihabiskan untuk perawatan
septikemia, dan sejak tahun 1997 sampai 2008 terjadi peningkatan biaya perawatan
Mikroorganisme kausal yang paling sering ditemukan pada orang dewasa adalah
sepsis merupakan suatu interaksi yang kompleks antara efek toksik langsung dari
mikroorganisme penyebab infeksi dan gangguan respons inflamasi normal dari host
Kultur darah positif pada 20- 40% kasus sepsis dan pada 40- 70% kasus syok
septik. Dari kasus-kasus dengan kultur darah yang positif, terdapat hingga 70%
isolat yang ditumbuhi oleh satu spesies bakteri gram positif atau gram negatif saja;
sisanya ditumbuhi fungus atau mikroorganisme campuran lainnya. Kultur lain seperti
sputum, urin, cairan serebrospinal, atau cairan pleura dapat mengungkapkan etiologi
12
populasi dunia, pasien-pasien yang menderita penyakit kronis dapat bertahan hidup
lebih lama, terdapat frekuensi sepsis yang relatif tinggi di antara pasien-pasien
invasif (misalnya pemasangan kateter), dan ventilasi mekanis (Fauci AS, 2009).
Sepsis dapat dipicu oleh infeksi di bagian manapun dari tubuh. Daerah infeksi
yang paling sering menyebabkan sepsis adalah paru-paru, saluran kemih, perut, dan
2. Flu (influenza)
3. Appendiksitis
6. Infeksi kulit, seperti selulitis, sering disebabkan ketika infus atau kateter telah
Sekitar pada satu dari lima kasus, infeksi dan sumber sepsis tidak dapat
13
masuk ke dalam tubuh manusia. Bila kuman berkembang biak dan menyebabkan
kerusakan jaringan disebut penyakit infeksi. Pada penyakit infeksi terjadi jejas
sehingga timbul reaksi inflamasi. Meskipun dasar proses inflamasi sama, namun
intensitas dan luasnya tidak sama, tergantung luas jejas dan reaksi tubuh. Inflamasi
akut dapat terbatas pada tempat jejas saja atau dapat meluas serta menyebabkan
sebagai langkah awal dalam mendiagnosa sepsis. Purba D (2010) di Medan, pada
penelitian PCT sebagai petanda sepsis mendapatkan nilai PCT 0,80 ng/ml sesuai
untuk sepsis akibat infeksi bakteri dan kadarnya semakin meningkat berdasarkan
proinflamasi dan anti inflamasi secara bersamaan. Keseimbangan dari sinyal yang
saling berbeda ini akan membantu perbaikan dan penyembuhan jaringan. Ketika
keseimbangan proses inflamasi ini hilang akan terjadi kerusakan jaringan yang jauh,
dan mediator ini akan menyebabkan efek sistemik yang merugikan tubuh. Proses ini
14
banyak faktor lain (non sitokin) yang sangat berperan dalam menentukan perjalanan
imun dan sitokin, baik yang bersifat proinflamasi maupun antiinflamasi. Termasuk
sitokin proinflamasi adalah Tumor necrosis factor (TNF), Interleukin-1 (IL-1), dan
reseptor antagonis (IL-1ra), IL-4, dan IL-10 yang bertugas untuk memodulasi,
koordinasi atau represi terhadap respon yang berlebihan. Sedangkan IL-6 dapat
Penyebab sepsis paling banyak berasal dari stimulasi toksin, baik dari
endotoksin gram (-) maupun eksotoksin gram (+). Komponen endotoksin utama yaitu
mengaktifkan sistem imun seluler dan humoral, bersama dengan antibodi dalam
berada dalam darah penderita dengan perantaraan reseptor CD14+ akan bereaksi
Pada sepsis akibat kuman gram (+), eksotoksin berperan sebagai super-
antigen setelah difagosit oleh monosit atau makrofag yang berperan sebagai antigen
processing cell dan kemudian ditampilkan sebagai antigen presenting cell (APC).
Antigen ini membawa muatan polipeptida spesifik yang berasal dari major
+
histocompatibility complex (MHC), kemudian berikatan dengan CD4 (limfosit Th1
15
IFN-γ, IL-2,dan macrophage colony stimulating factor (M-CSF). Limfosit Th2 akan
mengeluarkan IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10. IFN-γ merangsang makrofag mengeluarkan
IL-1ß dan TNF-α. Pada sepsis IL-2 dan TNF-α dapat merusak endotel pembuluh
menyebabkan dinding endotel lisis. Neutrofil juga membawa superoksi dan radikal
sepsis. Patofisiologi sepsis dapat dimulai oleh komponen membran luar organisme
positif (misalnya, asam lipoteichoic, peptidoglikan), serta jamur, virus, dan komponen
parasit.
16
17
sel imun (neutrophil, limfosit, dan makrofag) untuk meninggalkan sirkulasi dan
memasuki tempat infeksi. Signal oleh mediator ini terjadi melalui sebuah reseptor
tumor necrosis factor α (TNF-α), dan IL-1. TNF-α dan IL-1 memacu produksi toxic
dan fosfolipase A2. Mediator ini merusak lapisan endotel, yang menyebabkan
peningkatan kebocoran kapiler. Selain itu, sitokin ini menyebabkan produksi molekul
adhesi pada sel endotel dan neutrofil. Interaksi endotel neutrofilik menyebabkan
cedera endotel lebih lanjut melalui pelepasan komponen neutrofil. Akhirnya, neutrofil
fungsi organ dan kematian (Caterino JM, 2012) (LaRosa SP, 2013).
1) Uncomplicated sepsis, disebabkan oleh infeksi, seperti flu atau abses gigi.
Hal ini sangat umum dan biasanya tidak memerlukan perawatan rumah sakit.
18
hati.
3) Syok septik, terjadi pada kasus sepsis yang parah, ketika tekanan darah
turun ke tingkat yang sangat rendah dan menyebabkan organ vital tidak
syok septik dan akhirnya dapat menyebabkan kegagalan organ multiple dan
19
Usia
Pada usia muda dapat memberikan respon inflamasi yang lebih baik
kematian terkait sepsis di segala usia, tetapi risiko relatif mereka terbesar dalam
kelompok umur 35 sampai 44 tahun dan 45 sampai 54 tahun. Pola yang sama
muncul di antara orang Indian Amerika / Alaska Pribumi. Sehubungan dengan kulit
putih, orang Asia lebih cenderung mengalami kematian yang berhubungan dengan
sepsis di masa kecil dan remaja, dan kurang mungkin selama masa dewasa dan tua
usia. Ras Hispanik sekitar 20% lebih mungkin dibandingkan kulit putih untuk
Gambar 3. Angka kematian akibat sepsis berdasarkan umur pada ras tertentu (Melamed A,
2006)
20
dengan sepsis dibandingkan laki-laki di semua kelompok ras / etnis. Laki-laki 27%
lebih mungkin untuk mengalami kematian terkait sepsis. Namun, risiko untuk pria
Asia itu dua kali lebih besar, sedangkan untuk laki-laki Amerika Indian / Alaska
(Melamed A, 2006).
Ras
Tingkat mortalitas terkait sepsis tertinggi di antara orang kulit hitam dan
Penyakit Komorbid
ginjal kronis, diabetes mellitus, HIV, penyalah gunaan alkohol) lebih umum pada
pasien sepsis non kulit putih, dan komorbiditas kumulatif dikaitkan dengan disfungsi
21
Gambar 4. Distribusi penyakit komorbid berdasarkan ras dan jenis kelamin (Esper,
2006).
22
dalam gen untuk lipopolysaccharide binding protein (LBP) dalam kombinasi dengan
sepsis dan, lebih jauh lagi, mungkin berhubungan dengan hasil yang tidak
di sepsis Gram-negatif dan menunjukkan bahwa tes genetik dapat membantu untuk
identifikasi pasien dengan respon yang tidak menguntungkan untuk infeksi Gram-
Terapi kortikosteroid
terhadap berbagai jenis infeksi. Risiko infeksi berhubungan dengan dosis steroid dan
durasi terapi. Meskipun bakteri piogenik merupakan patogen yang paling umum,
seperti Listeria, jamur, virus herpes, dan parasit tertentu. Gejala klinis yang
dihasilkan dari sebuah respon host sistemik terhadap infeksi mengakibatkan sepsis
Kemoterapi
antara sel-sel kanker dan jenis sel lain yang tumbuh cepat, seperti sel-sel darah, sel-
sel kulit. Orang yang menerima kemoterapi beresiko untuk terkena infeksi ketika
jumlah sel darah putih mereka rendah. Sel darah putih adalah pertahanan utama
tubuh terhadap infeksi. Kondisi ini, yang disebut neutropenia, adalah umum setelah
menerima kemoterapi. Untuk pasien dengan kondisi ini, setiap infeksi dapat menjadi
23
kematian pada pasien kanker neutropenia (National Health Service UK, 2014).
Obesitas
pasien dengan sepsis akut. Menurut penelitian Henry Wang, Russell Griffin, et al.
didapatkan hasil bahwa obesitas pada tahap stabil kesehatan secara independen
terkait dengan kejadian sepsis di masa depan. Lingkar pinggang adalah prediktor
risiko sepsis di masa depan yang lebih baik daripada BMI. Namun pada penelitian
sepsis rawat inap dalam studi kohort, tapi sifat protektif ini berhubungan dengan
adanya komorbiditas resistensi insulin dan diabetes (Henry W, 2012) (Kuperman EF,
2013).
Gejala klinik sepsis tidak spesifik, biasanya didahului oleh tanda – tanda
sepsis non spesifik, meliputi demam, menggigil, dan gejala konstitutif seperti lelah,
malaise, gelisah atau kebingungan. Gejala tersebut tidak khusus untuk infeksi dan
2014).
Gejala klinik sepsis tidak spesifik, biasanya didahului oleh tanda – tanda
sepsis non spesifik, meliputi demam, menggigil, dan gejala konstitutif seperti lelah,
malaise, gelisah atau kebingungan. Gejala tersebut tidak khusus untuk infeksi dan
2014).
24
kulit, jaringan lunak dan saraf pusat. Sumber infeksi merupakan determinan penting
untuk terjadi berat atau tidaknya gejala – gejala sepsis. Gejala sepsis tersebut akan
menjadi lebih berat pada penderita usia lanjut, penderita diabetes, kanker, gagal
organ utama. Yang sering diikuti gejala Multiple Organ Dysfunction Syndrome
• Koagulasi intravaskular
• Perdarahan usus
• Gagal hati
• Gagal jantung
2.7. Diagnosa
Diagnosis infeksi dan sepsis pada pasien yang dirawat di ICU sering sulit
karena tanda dan gejala yang ditimbulkan tidak spesifik. Ditambah lagi, sering kali
Tanda dan hasil pemeriksaan laboratorium yang ada pada pasien sepsis
terjadi pada pasien infeksi ataupun tanpa infeksi. Demikian juga dengan takikardi,
25
penyakit menjadi hal yang penting, apalagi pasien dengan gangguan sistem imun,
maka gejala sepsis tidak spesifik. Riwayat perjalanan penyakit berguna juga untuk
penyebab, pola gangguan fungsi organ yang akut, kondisi kesehatan pasien
sebelum sakit dan lama pengobatan awal yang sudah diberikan (Angus DC, 2013).
1. Tanda Vital
• Demam
Salah atu tanda kerdinal sepsis adalah demam. Disebut demam bila
misalnya suhu rektal karena pengukuran secara oral pada pasien yang
• Laju napas
Pada awal sepsis takipnea paling sering terjadi. Banyak hal yang bisa
(PERDACI, 2014).
26
rerata laju jantung awal pada pasien sepsis adalah 120x/ menit.
Pada sepsis berat terjadi depresi miokard dan gangguan preload ventrikel kiri
karena venodilatasi dan kebocoran kapiler sehingga peningkatan left end diastolic
volume dan laju jantung diperlukan untuk mempertahankan tekanan darah yang
sehingga akan timbul hipotensi sampai syok yang memerlukan bantuan vasopresor
lain. Berbagai teori diajukan untuk mencari penyebab ensefalopati antara lain efek
langsung Penurunan kesadaran pada sepsis sulit dibedakan dengan akibat penyakit
lain. Berbagai teori diajukan untuk mencari penyebab ensefalopati antara lain efek
langsung akibat beredarnya sitokin dan toksin, atau efek tidak langsung akibat
hipotensi dan hipoglikemia. Kelainan metabolisme asam amino dan transfor asam
amino melalui sawar darah otak juga bisa penyebab ensefalopati (PERDACI, 2014).
27
vascular resistance (SVR) dan meningkatnya cardiac indeks (CI) untuk menjaga
agar tekanan darah dan pasokan oksigen tetap tercukupi. Bila sepsis berlanjut dan
bersihan laktat merupakan salah satu tanda kunci dari sepsis berat dan atau syok
yang dihipotesakan akibat gangguan perfusi baik secara regional ataupun sistemik.
mengukur perbandingan NADH/ NAD+ secara tak langsung, yaitu dengan mengukur
distress syndrome (ARDS), yang ditandai dengan hipoksemia, infiltrat bilateral dan
Gangguan Ginjal
urin, meningkatnya blood nitrogen urea (BUN), dan kreatinin. Dari penelitian
menunjukkan kejadian gagal ginjal akut pada pasien bakteriemia hampir 24% yang
28
sepsis adalah penurunan laju filtrasi glomerulus fasodilatasi sistemik hipotensi, dan
Kelainan Gastrointestinal
Penyebab ileus adalah multifaktorial dan dapat pula akibat pengaruh obat dan
Gangguan fungsi hati bervariasi antar 0,6 % sampai 50/ 60%. Gangguan
fungsi hati sering terjadi pada pasien paska bedah peritonitis. Gangguan berupa
negatif.
direk, transaminase yang tak lebih dari 2- 3x nilai normal dan peningkatan alkali
fosfat tak lebih dari 3x normal. Peningkatan ini akan kembali normal dalam waktu 2 –
Kelainan Kulit
intravaskular dan koagulopati, akibat langsung invasi bakteri pada pembuluh darah,
sianosis yang bisa berkembang menjadi gangren perifer simetris. Purpura fulminans
29
Infiltrasi pada dinding pembuluh darah oleh bakteri yang sering terjadi
berupa lesi purpura yang dimulai dengan adanya makula. Hal ini terjadi
Gangguan Metabolik
Hipoglikemia lebih dulu timbul bisa karena gangguan kesadara. Gangguan produksi
hati dan peningkatan uptake oleh sel. Hiperglikemi sering dijumpai pada waktu
(PERDACI, 2014).
Gangguan Hematologik
nilai leukosit normal bukan berarti sepsis dapat disingkirkan. Nilai leukosit biasanya
> 10.000 mmk dan cenderung bergeser ke kiri dan imatur neutrofil. Dalam
2014).
30
dapat diberikan terapi secara dini pula, maka perlu suatu biomarker untuk
mendeteksi sepsis secara dini. Biomarker ideal untuk infeksi harus sensitif bahkan
pada pasien tanpa respon imun, dan harus spesifik, yaitu bisa membedakan infeksi
atau non infeksi, dapat diukur secara cepat dan mudah serta mempunyai nilai
prognostik. Biomarker yang potensial antara lain protein fase akut seperti CRP atau
PCT, sitokin seperti IL-6, IL-8, IL-10 dan kadar endotoksin, gelombang bifasik aPTT.
Sepsis Campaign membuat kriteria dengan diagnosis sepsis, sepsis berat dan syok
septik agar bila dijumpai tanda- tanda dan gejala tersebut bisa segera terdeteksi
(PERDACI, 2014).
revisi. Tahun 2001, berlangsung konferensi konsensus yang kedua yang diikuti oleh
Thoracic Society (ATS), and Surgical Infection Society (SIS) dan dihasilkan satu
31
General parameters
Hypothermia (<36°C)
Inflammatory parameters
Normal white blood cells count with > 10% immature forms
32
Haemodynamic parameters
Arterial hypotension (SBP < 90 mmHg, MAP < 65 mmHg, or decrease in SBP > 40
mmHg in adults or < 2 SD below normal for age)
Ileus
Hyperlactatemia (>2mmol/l)
Step 1 – Kenali SIRS: Di sini diperlukan dua atau lebih kriteria diagnostik untuk
SIRS.
33
Pneomonia,Empyema
Meningitis
Bone/joint infection
Wound infection
34
Diagnosis banding yang perlu dipikirkan antara lain yang disebabkan oleh non
infeksi seperti toksin, salisilat, kokain, badai tiroid,sindrom neuroleptik maligna, heat
stroke, demam sentral. Gambaran sistemis yang menyerupai sepsis bisa terjadi
pada penyakit kolagen vaskular atau sindrom vaskulitis, keganasan, over dosis obat
dan toksin. Pasien syok dan asidosis dapat ditemui pada infark miokard akut, emboli
paru, hemoragik akut, insufisiensi adrenal, reaksi anafilaksis atau reaksi obat.
lain. Berbagai teori diajukan untuk mencari penyebab ensefalopati antara lain efek
35
Kematian karena sepsis berat dan syok septik cukup tinggi. Sudah dijelaskan
Pada umumnya SIRS akan reversibel apabila diobati dengan cepat, namun
apabila sudah terjadi MODS maka akan dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk
pemulihannya. Konsekuensi yang paling serius dari sepsis adalah kematian. Apabila
tidak terobati, sepsis akan menyebabkan gangguan fisiologi dan biokimia yang berat
Kardiovaskular
intravaskular berkurang yang disebabkan oleh karena dilatasi pembuluh vena dan
tekanan darah dan cardiac output (syok septik). Semuanya ini menyebabkan
meningkat, juga akan meningkatkan kerja jantung, sehingga kondisi ini akan
membahayakan pasien yang dengan penyakit jantung iskemik (Russel JA, 2006).
Selain itu terjadi dilatasi biventrikular dan penurunan ejection fraction. Depresi
myokardial meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan yang muncul pada pasien
36
Respiratori
terjadi pada 18-38% pasien sepsis berat. Kegagalan nafas ini sebenarnya
merupakan proses yang tidak langsung tetapi karena sekunder dari infeksi dan
trauma dari ventilasi mekanik dan eksaserbasi lung injury (Russels JA, 2006).
disebabkan oleh respon inflamasi intra dan perivaskular terhadap adanya endotoksin
dalam darah. DAD dibagi menjadi 3 fase, yaitu fasi eksudatif, regeneratif, dan fase
memungkinkan infiltrasi netrofil. Pada fase eksudatif, cairan eksudat akan merusak
• Formasi membran hyalin pada pada permukaan epitel bronkiolus dan duktus
alveolar. Biasanya membran itu terdiri dari tumpukan fibrin dan sel-sel epitel
yang nekrotik.
Jika dibiarkan tidak diobati, maka pasien tersebut akan berkembang menjadi
oedem pulmonal berat dan gangguan difusi oksigen dan karbondioksida progresif.
37
ataupun berkembang menjadi fibrosis via fase perbaikan (Russels JA, 2006).
Renal
Gagal ginjal sering muncul pada sepsis berat dengan angka insidensi
sebanyak 23%. Angka kematian pada sepsis akibat komplikasi ginjal dapat
mencapai 70%. Acute tubular necrosis (ATN) disebabkan oleh hipotensi, dehidrasi
Koagulasi
sering dari DIC adalah oklusi pembuluh darah, infark hati, gagal ginjal akut, koma,
pendarahan subarachnoid, pendarahan dan infark kortikal multipel dan batang otak
(Ronco C, 2006).
berat yang sering timbul, di mana hampir 71% pasien sepsis menunjukan paling
sedikit derajat ringan disfungsi serebral. Delirium sering muncul pada septik
38
storm.(Ronco C, 2006)
Gastrointestinal
Pada umumnya, hati pada syok septik tidak memiliki gambaran yang spesifik.
Jika sumber sepsis berasal dari traktus biliaris (kolangitis), maka abses bisa terdapat
di bagian portal dari traktus. Hipotensi dapat mengakibatkan iskemik hepatik; secara
Polineuropati
Kondisi ini biasanya baru terlihat apabila pasien berhenti memakai ventilasi mekanik.
tendon otot dalam. Penyebabnya adalah terjadinya degenerasi axon sensoris dan
motoris. Prognosanya tergantung pada tingkat keparahan dari penyakit dan umur
Sering terjadi purpura fulminan, yaitu suatu kondisi pendarahan yang ditandai
dengan pendarahan kutaneus dan nekrosis, biasanya muncul karena adanya DIC.
Sepsis berat dapat disertai dengan vasokonstriksi yang berat yang dapat
menyebabkan infark jari-jari. Apabila pasien sepsis yang mendapat resusitasi cairan
39
Psikologis
depresi dan anxietas. Lebih dari 20% pasien ARDS didapati post traumatic stress
PCT dikenal sebagai protein yang dirangsang oleh inflamasi ditemukan sejak
tahun 1993. Sejak saat itu banyak penelitian yang menunjukkan peningkatan protein
ini pada plasma yang berhubungan dengan infeksi berat, sepsis dan septic shock.
PCT juga dapat membantu dalam diagnosa banding penyakit infeksi atau bukan,
menilai keparahan sepsis dan juga respon dari pengobatan (Viallon A, 2005).
oleh sel C tiroid. PCT merupakan protein yang terdiri dari 116 asam amino dengan
berat molekul 13 kDa. Kalsitonin dihasilkan oleh sel C tiroid dan punya peran penting
40
meningitis, pneumonia dan infeksi saluran kemih dan sangat sensitif sebagai
besar dalam berbagai keadaan penyakit tidak disertai dengan peningkatan kadar
inflamasi lainnya, seperti TNF α, IL- 6, IL- 1 dan CRP dalam hal memprediksi
prognosis pada pasien penyakit kritis. Pengukuran PCT secara berkala dapat
(monitoring) dari terapi pada semua infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Peningkatan nilai PCT atau nilai yang tetap konsisten tinggi menunjukkan aktivitas
41
Pada keadaan fisiologis, kadar PCT rendah bahkan tidak dijumpai, tetapi
akan meningkat bila terjadi bakterimia dan fungimia yang timbul sesuai dengan
terdapat juga pada keadaan bukan infeksi, selain itu juga PCT merupakan
pengukuran yang lebih sensitif dibandingkan dengan beberapa uji laboratorik lain,
sistemik. Infeksi yang disebabkan protozoa, infeksi non-bakteri (virus) dan penyakit
autoimun tidak menginduksi PCT. Kadar PCT muncul cepat dalam 2 jam setelah
42
diperoleh jauh lebih lama. Belakangan ini sebuah alat tes Cobas 601 ( Cobas 6000)
merupakan suatu alat tes untuk mendeteksi kadar prokalsitonin. PCT dapat diukur
secara cepat dan tepat, dengan menggunakan serum yang diperoleh dari sampel
IL-6 disekresikan oleh sel T dan makrofag untuk menstimulasi respons imun seperti
infeksi, trauma, dll. IL-6 penting dalam patofisiologi demam, inflamasi akut, dan
kronik. IL-6 dapat disekresikan oleh makrofag sebagai respons terhadap molekul
(PAMPs). PAMPS ini dapat berikatan dengan molekul dari sistem imun bawaan
IL- 6 penting dalam respons inflamasi kronik. IL- 6 tidak hanya berperan dalam
reaksi fase akut tetapi juga perkembangan respons imun seluler dan humoral,
termasuk diferensiasi sel B tahap akhir, sekresi imunoglobulin, dan aktivasi sel T.
43
area inflamasi. IL- 6 ini penting dalam transisi antara inflamasi akut ke kronik (Marin
V, 2001).
Kompleks IL- 6 dan reseptor IL- 6 dapat mengaktivasi sel endotel untuk
ekspresi molekul adesi. Kompleks IL- 6/ Reseptor IL- 6 memungkinkan transisi dari
monosit bisa akibat pergeseran tipe kemokin yang diproduksi oleh sel stroma,
makrofag atau neutrofil. Neutrofil yang distimulasi sitokin inflamasi selama beberapa
jam akan secara selektif menghasilkan MCP-1. Aktivasi endotel (atau sel stroma)
oleh molekul proinflamasi menyebabkan sekresi PAF (Platelet activating factor), IL-
membran sel endotel dan meningkatkan sekresi IL- 6 dan MCP- 1 sel endotel (atau
dari akumulasi neutrofil ke monosit pada lokasi inflamasi tidak hanya terjadi
44
neutrofil, fagositosis, dan akumulasi mononuklear pada lokasi cedera. IL: interleukin;
sistem adaptif dan innate dengan menstimulasi produksi IFN- γ di sel T, dengan
45
Sepsis
Respon Imun
Sepsis
46