Anda di halaman 1dari 20

Floribunda 4(8) 2014 218

Lejeuneaceae anak suku Ptychanthoideae di Hutan Sibayak


Sumatra Utara

Etti Sartina Siregar1,2, Nunik Sri Ariyanti3 & Sri S.Tjitrosoedirdjo3,4


1
Sekolah Pascasarjana, Program Studi Biologi Tumbuhan, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga,
Bogor. ettisartina@yahoo.com
2
Departemen Biologi, FMIPA, Universitas Sumatera Utara
3
Departmen Biologi, FMIPA, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor. nuniksa@gmail.com
4
SEAMEO BIOTROP, Jl. Raya Tajur km 6, Bogor. sudarmiyati@biotrop.org

Etti Sartina Siregar, Nunik Sri Ariyanti & Sri S. Tjitrosoedirdjo. 2014. Lejeuneaceae subfamily Pty-
chanthoideae in Sibayak Forest North Sumatra. Floribunda 4(8): 218–225. —. Sixteen species of
Ptychanthoideae are found in Sibayak Forest North Sumatra, of which thirteen are previously known, while
three are new records (Mastigolejeunea virens, Schiffneriolejeunea tumida and Thysananthus retusus) for
Sumatra. An identification key to the species and description of Ptychanthoideae from Sibayak Forest, North
Sumatra are provided.
Keywords: Lejeuneaceae, Ptychanthoideae, Sibayak Forest, North Sumatra.

Etti Sartina Siregar, Nunik S. Ariyanti & Sri S.Tjitrosoedirdjo. 2014. Lejeuneaceae anak suku Pty-
chanthoideae di Hutan Sibayak Sumatra Utara. Floribunda 4(8): 218–225. —. Ditemukan sebanyak 16 jenis
anggota anak suku Ptychanthoideae di Hutan Sibayak Sumatra Utara, 13 jenis di antaranya merupakan jenis
yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan tiga jenis di antaranya (Mastigolejeunea virens, Schiffnerio-
lejeunea tumida dan Thysananthus retusus) merupakan rekaman baru untuk Sumatra. Disediakan kunci
identifikasi dan pertelaan jenis-jenis Ptychanthoideae di Hutan Sibayak Sumatra Utara.
Kata kunci: Lejeuneaceae, Ptychanthoideae, Hutan Sibayak, Sumatra Utara.

Lejeuneaceae merupakan suku terbesar Namun sejauh ini, koleksi dan informasi tentang
dalam kelompok lumut hati (Marchantiophyta). lumut dari daerah tersebut sangat sedikit. Pe-
Lejeuneaceae terdiri atas 2 anak suku yaitu Le- nelitian ini dilakukan untuk mengeksplorasi jenis-
jeuneoideae dan Ptychanthoideae. Ptychantho- jenis Ptychanthoideae di lereng hutan Gunung Si-
ideae memiliki ciri khas perawakannya kokoh, bayak Sumatra Utara, seperti apa kekayaan jenis-
daun ventral tidak terbelah, daun lateral terdiri dari nya dibandingkan dengan Jawa Barat.
cuping besar (lobus) dan cuping kecil (lobulus)
pada bagian ventral, merofit ventral terdiri atas 4 METODE PENELITIAN
sel atau lebih, kapsul langsung terbuka lebar
setelah pecah (Gradstein et al. 2002). Metode yang digunakan adalah metode
Jumlah marga dan jenis dari Ptychan- survey eksplorasi dengan menjelajah sepanjang
thoideae lebih sedikit dibanding Lejeuneoideae, jalur pendakian dan jalur-jalur yang bisa dilewati
akan tetapi sudah lebih banyak dikenal. Pty- di Hutan Sibayak Sumatra Utara. Lumut dikoleksi
chanthoideae di Asia diperkirakan terdiri atas se- terutama dari batang, cabang, ranting pohon dan
kitar 88 jenis (Gradstein 1991). Data dan infor- kayu lapuk. Setiap jenis lumut yang dikoleksi di-
masi suku Lejeuneaceae anak suku Ptychantho- masukkan ke dalam amplop terpisah, kemudian
ideae di Indonesia masih sangat sedikit. Beberapa diberi label yang telah diberi nomor urut dan nama
jenis dari Ptychanthoideae yang sudah dilaporkan kolektor. Pengamatan morfologi dan identifikasi
di Indonesia adalah di Jawa Barat oleh Haerida et dilakukan di laboratorium dengan menggunakan
al. (2010), terdiri atas 26 jenis. Jenis-jenis dari mikroskop stereo dan mikroskop majemuk dengan
suku Lejeuneaceae anak suku Ptychanthoideae di perbesaran maksimum 400x. Identifikasi menggu-
Sumatra Utara, terutama di Hutan Sibayak, belum nakan kunci identifikasi antara lain: Gradstein et
pernah dilaporkan. Hutan di lereng Gunung Siba- al. (2002), Zhu & Gradstein (2005) dan Gradstein
yak banyak dikunjungi dan diteliti oleh ahli (2011).
taksonomi tumbuhan dunia dan banyak tipe jenis Beberapa istilah yang tidak umum pada
tumbuhan berbunga dikoleksi dari daerah tersebut. tumbuhan berbunga, dan istilah umum pada
219 Floribunda 4(8) 2014

tumbuhan berbunga tetapi mempunyai pengertian hiasan atau melindungi anteridium.


lain untuk lumut digunakan dalam tulisan ini Brakteola: daun-daun khusus modifikasi
antara lain: daun ventral yang berhubungan dengan arkego-
Androecium = andresium: organ seksual nium dan hiasan atau dengan anteridium.
jantan, terdiri atas anteridium dan braktea yang Keel = lipatan: bagian lipatan yang mem-
mengelilinginya bentuk dasar kantong pada cuping kecil, atau
Autoicous (=autoecious) = autoikus: arke- lipatan yang membentuk galur-galur pada hiasan
gonium dan anteridium terdapat pada satu ginesium.
individu, tapi berada pada cabang yang berbeda. Innovation = Inovasi: cabang yang berada
Dioicous (=dioecious) = dioikus: arkegoni- langsung di bawah tajuk.
um dan anteridium terpisah pada individu yang Perianth = hiasan: organ yang melindungi
berbeda. Istilah –oecious digunakan untuk kelom- arkegonium (gametangium betina)
pok individu diploid, sehingga tidak digunakan Trigone = trigon: penebalan dinding sel
pada tumbuhan lumut (Gradstein et al. 2001). pada bagian sudut-sudut sel
Gynoecium = ginesium: organ seksual beti- Ventral merophyte = merofit ventral: ba-
na terdiri atas arkegonium dengan hiasan, braktea, gian ventral batang, ukuran merofit ventral di-
dan brakteola yang mengelilinginya. nyatakan dengan jumlah baris sel di antara satu
Braktea: daun-daun khusus, modifikasi da- daun lateral dengan daun lateral berikutnya.
un lateral yang melindungi arkegonium dengan
HASIL

Kunci identifikasi jenis-jenis lumut hati dari Ptychantoideae di Hutan Sibayak Sumatra Utara, dimodifikasi
dari Gradstein et al. (2002), Haerida et al. (2010) dan Gradstein (2011).

1. Sel-sel di bagian tengah cuping besar daun lateral berbentuk belah ketupat memanjang ......................... 2
1. Sel-sel di bagian tengah cuping besar daun lateral isodiametrik ............................................................... 9
2. Percabangan selalu tipe Frullania (cabang berasal dari sisi sel-sel ventral batang, tidak memiliki kolar,
arah tumbuh membentuk sudut 450–600 terhadap batang) ................................... 11. Ptychanthus striatus
2. Percabangan didominasi oleh tipe Lejeunea (cabang berasal dari sisi lateral batang dengan kolar pada
pangkalnya, arah tumbuh tegak lurus terhadap batang) ............................................................................ 3
3. Sel-sel epidermis batang hampir sama dengan sel medula ........................................................................ 4
3. Sel-sel epidermis batang jauh lebih besar dibanding sel medula .............................................................. 8
4. Tepi daun ventral dan cuping besar daun lateral beringgit atau bergigi ................................................... 5
4. Tepi daun ventral dan cuping besar daun lateral rata ................................................................................ 7
5. Daun kering tidak menggulung, cuping besar memiliki vitta (deretan sel-sel pada bagian tengah cuping
lebih besar dari sel-sel bagian tepi sehingga menyerupai tulang daun) .............. 15. Thysananthus retusus
5. Daun kering menggulung, cuping besar tanpa vitta .................................................................................. 6
6. Bagian distal cuping besar daun lateral tidak simetris, ujung daun melekuk ke dalam (recurved) ..............
.........................................................................................................................14. Thysananthus convolutus
6. Bagian distal cuping besar daun lateral simetris, ujung daun datar .......... 16. Thysananthus spathulistipus
7. Ujung cuping besar melengkung ke arah ventral, cuping kecil dengan 2 gigi uniseluler ...........................
.....................................................................................................................12. Schiffneriolejeunea tumida
7. Ujung cuping besar datar, cuping kecil dengan 1 gigi panjang 5–6 sel ........... 10. Mastigolejeunea virens
8. Tumbuhan kering tidak menggulung. Daun ventral makin ke pucuk makin besar, tepi lateral melekuk ke
arah dalam (recurved), ujung bertoreh. Memiliki gemma berbentuk cakram dipucuk .................................
.........................................................................................................................2. Caudalejeunea reniloba
8 Tumbuhan kering menggulung. Daun ventral berukuran sama, tepi datar, ujung rata. Tidak memiliki
gemma ............................................................................................................. 1. Acrolejeunea pycnoclada
9. Merofit ventral 8–10. Ginesium dengan 1–2 inovasi; hiasan berbentuk oblong, keel pada hiasan
rata ...............................................................................................................13. Spruceanthus polymorphus
9. Merofit ventral 4–6. Ginesium tanpa inovasi, hiasan berbentuk bulat telur terbalik, keel pada hiasan
bergigi ......................................................................................................................................................10
10. Ujung distal cuping kecil daun lateral melekat pada cuping besar melalui 1 sel .....................................11
Floribunda 4(8) 2014 220

10. Ujung distal cuping kecil daun lateral melekat pada cuping besar melalui 2–3 sel .................................12
11. Daun ventral sangat berdekatan satu dengan yang lain; ujung cuping besar runcing, meruncing hingga
tumpul; brakteola struktur reproduksi betina rata ............................................ 6. Lopholejeunea nigricans
11. Daun ventral berjarak; ujung cuping besar membulat; brakteola struktur reproduksi betina bergigi
............................................................................................................................5. Lopholejeuna eulopha
12. Daun ventral besar, 6–8 kali lebar batang ................................................................................................13
12. Daun ventral lebih kecil, 2–5 kali lebar batang..........................................................................................14
13. Percabangan jarang; cuping kecil membentuk sebuah kantong paralel dengan batang ...............................
..............................................................................................................................8.Lopholejeunea wiltensii
13. Percabangan banyak; cuping kecil membentuk sebuah kantong paralel dengan keel cuping kecil daun
lateral ...............................................................................................................9. Lopholejeunea zollingeri
14. Cuping kecil daun lateral 1/4–1/3 panjang cuping besar; cuping kecil braktea mereduksi ..........................
..........................................................................................................................7.Lopholejeunea subfusca
14. Cuping kecil daun lateral 1/2–3/5 panjang cuping besar; cuping kecil braktea besar 1/2–3/4 panjang
cuping besar .............................................................................................................................................15
15. Brakteola betina bergigi, ujungnya berlekuk dangkal ......................................3. Lopholejeunea ceylanica
15. Brakteola betina rata, ujung rompang atau membulat....................................... 4. Lopholejeunea horticola

1. Acrolejeunea pycnoclada (Tayl.) Schiffn. bagian ujung; sel-sel pada bagian tepi cuping besar
Panjang perawakan sekitar 5–12 mm, lebar 16–18 x 12–15 µm, pada bagian tengah 45–50 x
0.8–1.5 mm. Sel-sel epidermis penampang melin- 25–26 µm, pada bagian pangkal 35–45 x 25–30
tang batang jauh lebih besar dibanding sel-sel µm; trigon besar, bentuk menjantung; cuping kecil,
medula; merofit ventral terdiri atas 4 baris sel. oblong, panjang sekitar 1/3 panjang cuping besar,
Cuping besar daun lateral bulat telur hingga mem- dengan 2 gigi pada bagian ujungnya, gigi pada
bulat, panjang 0.5–0.8 mm, lebar 0.3–0.8 mm, bagian ujung bentuk memanjang dengan panjang
ujung membulat dan melekuk ke arah ventral 3–4 sel, gigi pada bagian pangkal bentuk segitiga
(jarang datar); sel-sel pada bagian tepi cuping atau tumpul dengan panjang 1–2 sel. Daun ventral
besar 7–14 x 5–12 µm, pada bagian tengah 15–25 agak berdekatan, pada bagian pucuk ukurannya
x 10–22 µm, pada bagian pangkal 22–45 x 10–27 menjadi lebih besar, tepi melekuk ke arah ventral,
µm; trigon menjantung (cordate); tepi ventral ujungnya sedikit berbelah, bergigi hingga rata.
cuping besar dengan keel membentuk sebuah sudut Memiliki cabang gemminiferous (yang mengan-
tajam; cuping kecil 1/2–2/3 dari panjang cuping dung gemma di ujung cabang); gemma berbentuk
besar, bentuk bulat telur, tepi bebas bentuk lurus, cakram, 7–9 sel atau diameter 110–125 µm. Struk-
ujungnya tidak simetris, gigi tumpul 2–3, gigi tur generatif tidak ditemukan.
pertama terletak pada ujung tepi bebas pertemuan Persebaran: India, Thailand, Cina, Malaya,
cuping kecil dengan cuping besar. Daun ventral Sumatra, Filipina, Borneo, Ambon, Seram, Papua
tersusun berdekatan, bentuk membulat, panjang Nugini, kepulauan Bismark, Micronesia, Fiji
0.35 mm, lebar 0.4 mm, pangkal membulat, tepi (Mizutani 1988).
rata ujung rata. Struktur generatif tidak ditemukan.
Persebaran: Jawa, Sumatra, Borneo, Malu- 3. Lopholejeunea ceylanica Steph.
ku, Irian Barat, Filipina, Papua Nugini, Semenan- Dioikus. Panjang perawakan 10–15 mm, le-
jung Malaysia, Thailand, India, Sri Lanka, Afrika bar 0.7–0.8 mm. Merofit ventral terdiri atas 4 baris
tropis (Gradstein et al 2002; Haerida et al. 2010). sel. Cuping besar daun lateral tersusun rapat (me-
nyirap), bentuk bulat telur hingga membulat, pan-
2. Caudalejeunea reniloba (Gottsche) Steph. jang 0.4–0.5 mm, lebar 0.3–0.4, mm, tepi rata,
Panjang perawakan sekitar 10–15 mm, lebar ujung membulat atau tumpul; sel-sel pada bagian
lebar 1.8–2.2 mm. Sel-sel epidermis penampang tepi cuping besar 8–10 x 5–7 µm, pada bagian
melintang batang jauh lebih besar dibanding sel-sel tengah 14–28 x 13–25 µm, pada bagian pangkal
medula; merofit ventral terdiri atas 4 baris sel. 25–30 x 20–24 µm; trigon segitiga. Cuping kecil,
Cuping besar daun lateral tersusun rapat (menyi- oblong, 1/2–3/5 panjang cuping besar, bergigi 1
rap), oblong, panjang 1.2–1.5 mm, lebar 0.5–0.7 uniseluler, jumlah sel tepi bebas sekitar 16 sel.
mm, tepi bergigi tidak beraturan hingga rata pada Daun ventral berjarak satu dengan lainnya, bentuk
221 Floribunda 4(8) 2014

membulat. Ginesium pada cabang pendek atau terbalik, ujung membulat; cuping kecil panjang
panjang, tanpa inovasi; braktea oblong-bulat telur, hingga 3/4 panjang braktea, ujung rompang atau
cuping kecil 2/3 panjang braktea atau lebih; membulat; hiasan berbentuk bulat telur terbalik
brakteola bergigi dan ujungnya berlekuk dangkal; dengan 4 keel, tepi bergigi kasar.
hiasan berbentuk bulat telur terbalik dengan 5 keel, Persebaran: Sumatra, Jawa, Bali, Maluku,
tepi bergigi. Semenanjung Malaysia, Thailand (Zhu 2005;
Persebaran: Jawa, Sumatra, Borneo, Seme- Haerida et al. 2010).
nanjung Malaysia, Kamboja, Thailand, Sri Lanka,
Cina (Zhu 2005; Haerida 2010). 6. Lopholejeunea nigricans (Lindenb.) Schiffn.
Autoikus. Panjang perawakan 15 mm, lebar
4. Lopholejeunea eulopha (Tayl.) Schiffn. 1.4–1.5 mm. Merofit ventral terdiri atas 4 baris sel.
Dioikus. Panjang perawakan 30 mm, lebar Cuping besar daun lateral tersusun rapat, bentuk
1–1.4 mm, coklat tua hingga hitam. Merofit ventral bulat telur, panjang 0.5–0.7 mm, lebar 0.4–0.5 mm,
terdiri atas 4–5 baris sel. Cuping besar daun lateral tepi rata atau dengan gerigi kecil–kecil arah ke
tersusun rapat, bentuk bulat telur atau bulat telur ujung, ujung runcing, meruncing atau tumpul; sel-
hingga membulat, panjang 0.4–0.9 mm, lebar 0.3– sel pada bagian tepi cuping besar 6–8 x 5–7 µm,
0.7 mm, tepi rata ujung membulat dan datar; sel-sel pada bagian tengah 15–20 x 10–20 µm, pada ba-
pada bagian tepi cuping besar 7–14 x 9–14 µm, gian pangkal 22–25 x 15–20 µm; trigon segitiga.
pada bagian tengah 15–25 x 10–22 µm, pada ba- Cuping kecil bulat telur, panjang 1/4–1/3 panjang
gian pangkal 22–25 x 18–24 µm; trigon segitiga. cuping besar, tepi lateral terdiri dari 7–8 sel,
Cuping kecil sekitar 1/3 panjang cuping besar, ujungnya melekat pada cuping besar melalui 1 sel,
bentuk bulat telur, ujung memiliki 1 gigi dengan gigi 1 uniseluler. Daun ventral berjarak, agak
panjang 3–5 sel, tidak simetris dan berlekatan membulat, sedikit lebih lebar dari panjangnya.
dengan cuping besar hanya melalui 1 sel. Daun Andresium di tengah cabang panjang, braktea 5
ventral rapat, berukuran sekitar 6 kali lebar batang, pasang. Ginesium pada cabang panjang, tanpa ino-
bentuk ginjal, lebar sekitar 1.5–2 kali panjang, vasi; braktea oblong, tepi rata, ujung tumpul; brak-
ujung membulat, melengkung, tepi rata. Ginesium teola agak membulat, tepi rata, ujung membulat;
terdapat pada cabang pendek, tanpa inovasi; brak- hiasan berbentuk bulat telur terbalik dengan 4 keel,
tea 2 pasang, berbentuk bulat telur-oblong, tepi tepi bergigi.
bergigi; brakteola oblong, tepi bergigi; hiasan Persebaran: Jawa, Sumatra, Borneo, Sulawe-
berbentuk bulat telur terbalik dengan 5 keel, tepi si, Maluku, Irian Barat, Semenanjung Malaysia,
bergigi kasar. Filipina, Indocina, India, Butan, Nepal, Cina,
Persebaran: Indonesia, Filipina, Thailand, Jepang, Papua Nugini, Australia, Afrika tropis,
Indo Cina, India, Sri Lanka, Cina, Jepang, Pasifik, Amerika tropis (Haerida et al. 2010).
Australia, Oseanik, Afrika tropis, Amerika tropis
(Gradstein et al 2002; Haerida et al. 2010; 7. Lopholejeunea subfusca (Nees) Schiffn.
Kornochalert et al 2012). Autoikus. Panjang perawakan 20 mm, lebar
0.8–1.3 mm. Merofit ventral terdiri atas 4 baris sel.
5. Lopholejeunea horticola Schiffn. Cuping besar daun lateral tersusun rapat, bentuk
Dioikus. Berukuran kecil, panjang perawak- bulat telur hingga membulat, panjang 0.5–0.7 mm,
an 10 mm, lebar 0.6–0.8 mm. Merofit ventral lebar 0.4–0.6 mm, tepi rata, tepi ventral datar,
terdiri atas 4 baris sel, diameter batang 0.7 mm. ujung membulat, datar; sel-sel cuping besar
Cuping besar daun lateral tersusun rapat, bentuk berdinding tipis hingga agak tebal, sel-sel pada
membulat, panjang 0.3–0.4 mm, lebar 0.4–0.5 mm, bagian tepi 10–12 x 7–10 µm, pada bagian tengah
tepi rata, ujung membulat hingga tumpul; sel-sel 18–24 x 17–20 µm, pada bagian pangkal 23–28 x
pada bagian tepi cuping besar 9–10 x 7–8 µm, 17–20 µm; trigon berukuran kecil hingga sedang,
pada bagian tengah 12–15 x 10–12 µm, pada ba- bentuk segitiga. Cuping kecil bulat telur, berukuran
gian pangkal 12–15 x 10–12 µm; trigon segitiga. sekitar 1/4–1/3 panjang cuping besar, perlekatan
Cuping kecil 2/5–1/2 panjang cuping besar, ujung- ujung cuping kecil ke cuping besar melalui 2–4 sel,
nya melekat pada cuping besar melalui 2–3 sel. ujung rompang, margin lateral mempunyai 1 gigi
Daun ventral kecil sekitar 2–3 kali lebar batang, uniseluler. Daun ventral berjarak hingga berdekat-
berjarak satu dengan lainnya, tepi rata atau kadang- an, bentuk membulat, berukuran 2–5 kali lebar
kadang melekuk ke arah ventral. Ginesium pada batang, lebar 1.3–1.5 kali panjang. Andresium di
cabang pendek, tanpa inovasi; brakteola bulat telur tengah cabang panjang, braktea 6 pasang, tersusun
Floribunda 4(8) 2014 222

rapat. Ginesium pada cabang pendek, tanpa ino- bagian pangkal 27–37 x 17–20 µm; trigon segitiga.
vasi, braktea 2 pasang, cuping besar braktea bulat Cuping kecil bentuk bulat telur, berukuran sekitar
telur hingga agak membulat, tepi bergigi tidak 1/3–2/5 panjang cuping besar, keel sangat meleng-
beraturan, ujung membulat dan bergigi; cuping kung, perlekatan ujung cuping kecil ke cuping
kecil sangat pendek; brakteola lebar membulat, besar melalui 2–3 sel. Daun ventral besar 6–7 kali
tepi datar atau melengkung, ujung rompang tidak lebar batang, tersusun rapat satu dengan lainnya,
simetris; hiasan berbentuk bulat telur terbalik de- berbentuk ginjal, panjang 0.3 mm, lebar 0.5 mm,
ngan 2 keel, tepi bergigi. rapat. Andresium pada cabang pendek, braktea 4
Persebaran: Pantropis; sangat umum di ne- pasang. Ginesium tidak ditemukan
gara–negara Asia: Indonesia (Sumatra, Jawa, Bali, Persebaran: Jawa, Sumatra, Borneo, Sulawe-
Sulawesi, Maluku), Papua Nugini, Malaysia, Si- si, Papua Nugini, Filipina, Semenanjung Malaysia,
ngapura, Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, Thailand, Sri Lanka, Cina, Jepang, Fiji, (Zhu &
Banglades, India, Butan, Nepal, Sri Lanka, Cina, Gradstein 2005; Kornochalert et al 2012).
Jepang (Zhu & Gradstein 2005; Haerida et al.
2010). 10. Mastigolejeunea virens (Angstr.) Steph.
Panjang perawakan mencapai 12 mm, lebar
8. Lopholejeunea wiltensii Steph. 1 mm, memiliki banyak cabang. Merofit ventral
Dioikus. Panjang perawakan 30 mm, lebar terdiri atas 4 baris sel, diameter batang 0.7 mm.
0.7–1.2 mm. Merofit ventral terdiri atas 4 baris sel, Cuping besar daun lateral tersusun rapat, bentuk
diameter batang 0.6 mm. Cuping besar daun late- bulat telur hingga oblong, panjang 0.6–0.8 mm,
ral tersusun rapat, bentuk bulat telur hingga lebar 0.5–0.6 mm, tepi rata, ujung membulat atau
membulat, panjang 0.5–0.6 mm, lebar 0.5–0.6 mm, tumpul; sel-sel pada bagian tepi cuping besar 6–10
tepi rata, ujung membulat; sel-sel pada bagian tepi x 5–6 µm, pada bagian tengah 10–15 x 5–6 µm,
cuping besar 5–10 x 5–6 µm, pada bagian tengah pada bagian pangkal 17–25 x 7–9 µm; trigon
22–25 x 17–22 µm, pada bagian pangkal 22–27 x menjantung. Cuping kecil bulat telur, panjang seki-
17–20 µm; trigon besar berbentuk segitiga. Cuping tar 1/2 panjang cuping besar, ujung rompang tidak
kecil 1/3 panjang cuping besar, panjang sekitar 0.2 simetris dengan 1 gigi melengkung panjang hingga
mm, bentuk segitiga hingga persegi empat, ujung 6 sel. Daun ventral tersusun rapat, berbentuk gin-
rompang tidak simetris, gigi 1 yang terdiri dari 1–2 jal, ujung rompang atau berlekuk dangkal. Organ
sel, perlekatan ujung cuping kecil pada cuping generatif tidak ditemukan.
besar daun melalui 3 sel cuping kecil, pada bagian Persebaran: Sumatra (rekaman baru), Jawa,
pangkal cuping kecil seperti membentuk sebuah Borneo, Maluku, Filipina, Semenanjung Malaysia,
kantong elip memanjang. Daun ventral berdekatan, Thailand, Sri Lanka, Papua Nugini, kepulauan
berukuran besar 6–8 kali lebar batang, berbentuk Pasifik, Australia (Haerida et al 2010).
ginjal, tepi rata, ujung membulat. Ginesium pada
cabang yang pendek, tanpa inovasi; braktea 2 pa- 11. Ptychanthus striatus (Lehm. & Lindenb.)
sang, bentuk bulat telur, tepi bergigi tidak ber- Nees.
aturan, ujung tumpul hingga membulat; hiasan Autoikus. Tumbuhan tidak menggulung da-
berbentuk bulat telur terbalik dengan 4 keel, tepi lam kondisi kering, panjang perawakann 75–90
bergigi. mm, lebar 2–2.5 mm, percabangan tipe Frullania,
Persebaran: Sumatra, Jawa, Sulawesi, Malu- diameter batang 1.8 mm. Cuping besar daun late-
ku, kepulauan Seram, Filipina, Semenanjung Ma- ral tersusun berdekatan, bentuk bulat telur, panjang
laysia, Irian Barat, Papua Nugini, New Caledonia 1.5 mm, lebar 1 mm, tepi rata atau sedikit bergigi
(Zhu & Gradstein 2005; Haerida et al. 2010). arah ke ujung, ujung runcing; sel-sel pada bagian
tepi cuping besar 10–17 x 7–10 µm, pada bagian
9. Lopholejeunea zollingeri (Steph.) Schiffn. tengah 40–45 x 15–17 µm, pada bagian pangkal
Panjang perawakan 20 mm, lebar 1.5 mm, 42–48 x 18–25 µm; trigon besar, bentuk menjan-
memiliki banyak cabang. Merofit ventral terdiri tung. Cuping kecil bentuk bulat telur, gigi 1 uni-
atas 4 baris sel, diameter batang 0.8 mm. Cuping seluler. Daun ventral tidak rapat satu dengan lain-
besar daun lateral tersusun rapat, bentuk membu- nya, tepi rata, ujung bergigi tidak beraturan. Gine-
lat, panjang 0.6–0.8 mm, lebar 0.5–0.7 mm, tepi sium pada cabang lateral, dengan 1 inovasi; hiasan
rata, ujung membulat dan melekuk ke arah ventral; berbentuk elip, panjang 1.7 mm, lebar 0.7 mm,
sel-sel pada bagian tepi cuping besar 10 x 8 µm, dengan 10 keel, tepi rata.
pada bagian tengah 20–22 x 17–20 µm, pada Persebaran: Jawa, Sumatra, Semenanjung
223 Floribunda 4(8) 2014

Malaysia, Borneo, Sulawesi, Maluku, Filipina, 1.3 mm, lebar 0.5 mm, dengan 9–10 keel yang
Thailand, Irian Barat, Papua Nugini, Australia, halus.
Selandia Baru, kepulauan Pasifik, India, Sri Lanka, Persebaran: Jawa, Sumatra, Borneo, Sulawe-
Taiwan, Indocina, Cina, Jepang, Afrika tropis si, Filipina, Thailand, Jepang, Taiwan, India, Papua
(Haerida et al. 2010; Kornochalert et al 2012). Nugini, kepulauan Pasifik, Australia (Haerida et al.
2010; Soderstrom 2010; Kornochalert et al. 2012).
12. Schiffneriolejeunea tumida (Nees) Gradst.
Panjang perawakan 20–30 mm, lebar 1.8– 14. Thysananthus convolutus Lindenb.
2.5 mm. Merofit ventral terdiri atas 6–7 baris sel. Panjang perawakan 20 mm, lebar 2.5–3.5
Cuping besar daun lateral tersusun sangat rapat, mm. Merofit ventral terdiri atas 4–6 baris sel,
bentuk agak membulat hingga bulat telur, panjang diameter batang 0.6 mm. Cuping besar daun late-
1.4 mm, lebar 1.3 mm, tepi menggulung sepanjang ral tersusun sangat rapat (menyirap), bentuk bulat
sisi ventral dan tepi ujung, ujung membulat; sel-sel telur, panjang 1.5–1.6 mm, lebar 0.8–1 mm, bagian
pada bagian tepi cuping besar 9–12 x 9–10 µm, distal tidak simetris, ujung daun membulat, mele-
pada bagian tengah 25–30 x 12–15 µm, pada ba- kuk ke dalam (recurved); sel-sel pada bagian tepi
gian pangkal 35–37 x 12–15 µm; trigon menjan- cuping besar 9–10 x 6–7 µm, pada bagian tengah
tung. Cuping kecil bulat telur memanjang, tepi me- 25–30 x 7–10 µm, pada bagian pangkal 42–47 x
nggulung ke dalam, ujung rompang, dengan 2 gigi, 10–13 µm; trigon besar, bentuk menjantung. Cu-
gigi pertama lebih besar. Daun ventral tersusun ping kecil 1/3–1/2 panjang cuping besar, bentuk
berdekatan hingga rapat, bentuk bulat telur terbalik bulat telur, ujung rompang, gigi 2. Daun ventral
hingga jantung terbalik, panjang 0.6–0.8 mm, lebar tersusun rapat, bentuk spatula, panjang 0.6–1 mm,
0.4–0.6 mm, ujung rompang atau berlekuk dangkal lebar 0.4–0.7 mm, tepi bagian ujung bergigi, ujung
dan sering menekuk ke arah dalam. Ginesium pada rompang hingga berlekuk dangkal, rata, tepi lateral
ujung batang, tanpa inovasi; hiasan berbentuk bulat melengkung ke arah ventral. Andresium pada
telur terbalik, dengan 5 keel membulat. Andresium ujung cabang pendek atau di tengah cabang
tidak ditemukan. panjang, braktea terdiri dari 6–14 pasang. Gine-
Persebaran: Sumatra (rekaman baru), Thai- sium di ujung batang utama, memiliki 1 inovasi;
land, Irian Barat, Papua Nugini, kepulauan Solo- hiasan berbentuk silinder, panjang 1.3–1.5 mm,
mon (Zhu & Gradstein 2005; Kornochalert et al dengan 5 keel membulat.
2012). Persebaran: Jawa, Sumatra, Semenanjung
Malaysia, Filipina, Thailand, Borneo, Sulawesi,
13. Spruceanthus polymorphus (Sande Lac.) Maluku, Papua Nugini, kepulauan Solomon
Verd. (Haerida et al 2010; Kornochalert et al 2012 ).
Autoikus. Panjang perawakan 8–10 mm, le-
bar 1.7–2 mm. Merofit ventral terdiri atas 5–6 baris 15. Thysananthus retusus (Reinw., Blume &
sel, diameter batang 0.9–1 mm. Cuping besar daun Nees) B.Thiers & Gradst.
lateral tersusun sangat rapat, bentuk bulat telur, Autoikus. Panjang perawakan sekitar 7 mm,
panjang 0.8–0.9 mm, lebar 0.4–0.6 mm, tepi rata lebar 1.5–1.7 mm, diameter batang 0.1 mm. Cu-
atau bergigi halus pada bagian ujung, datar atau ping besar daun lateral tersusun sangat rapat, ben-
bergelombang, ujung membulat hingga tumpul; tuk bulat telur, panjang 0.8–1 mm, lebar 0.4–0.5
sel-sel pada bagian tepi cuping besar 10–12 x 7–10 mm, tepi rata, ujung tumpul hingga meruncing, sel-
µm, pada bagian tengah 30–37 x 12–13 µm, pada sel pada bagian tepi cuping besar 8–12 x 6–9 µm,
bagian pangkal 42–50 x 12–15 µm; trigon besar, pada bagian tengah 10–18 x 7–10 µm, pada bagian
bentuk segitiga cembung. Cuping kecil bulat telur, pangkal 12–17 x 5–6 µm; memiliki 2 baris vitta
ujung rompang, memiliki 1–2 gigi kecil. Daun hingga 1/2 panjang cuping besar, panjang sel-sel
ventral tersusun agak rapat, menekuk ke arah vitta 30–37 x 10–12; trigon segitiga. Cuping kecil
pangkal batang, bentuk membulat, panjang 0.2–0.3 bulat telur, memiliki 1 gigi dengan panjang 2–3
mm, lebar 0.3–0.4 mm, tepi lateral rata dan bergigi sel. Daun ventral tersusun sangat rapat, bentuk ob-
pada bagian ujung, ujung membulat. Andresium deltoid (seperti segitiga sama sisi terbalik), sisi
pada cabang pendek, pada bagian tengah atau lateral rata, ujung bergigi kasar dan berlekuk di
ujung batang, atau pada pangkal cabang panjang, bagian tengahnya. Andresium pada cabang pendek,
kadang-kadang andresium berdekatan dengan gine- braktea 10 pasang. Ginesium pada cabang lateral
sium, braktea 3 pasang. Ginesium pada ujung ba- yang pendek, memiliki 1 inovasi; hiasan berbentuk
tang, memiliki 1–2 inovasi; hiasan oblong, panjang spatula, panjang 1.8 mm, lebar 0.5 mm, memiliki 3
Floribunda 4(8) 2014 224

keel, tepi bergigi. tinggi dibandingkan dengan Ptychanthoideae di


Persebaran: Sumatra (rekaman baru), Jawa, wilayah Jawa Barat (di koleksi dari beberapa
Filipina, Thailand, Irian Barat, Papua Nugini, ke- hutan), yaitu sebanyak 26 jenis (Haerida et al.
pulauan Pasifik, Australia (Haerida et al 2010; 2010).
Kornochalert et al 2012 ). Pada penelitian ini tidak dilaporkan jenis
Thysananthus minor, meskipun jenis ini oleh Grad-
16. Thysananthus spathulistipus (Reinw., Blume stein et al. (2002) dan Haerida et al. (2010) dila-
& Nees) Lindenb. porkan ditemukan di Sumatra Utara (Brastagi).
Autoikus. Panjang perawakan 20–53 mm, Thysananthus minor sangat mirip dengan T.
lebar 0.8–3.5 mm. Merofit ventral terdiri atas 4 spathulistipus, keduanya hanya dibedakan berda-
baris sel. Cuping besar daun ventral tersusun sa- sarkan ciri ukuran perawakan dan gigi-gigi pada
ngat rapat, bentuk oblong hingga bulat telur, tepi daun lateral, serta gametangium yang diha-
panjang 0.6–1.8 mm, lebar 0.3–1.2 mm, tepi silkan (Haerida et al., 2010). Thysananthus minor
bergigi halus atau kasar terutama pada setengah berukuran lebih kecil, dengan tepi daun lateral
daun ke bagian ujung, ujung runcing; sel-sel pada bergigi lebih kasar dari T. spathulistipus. Selain
bagian tepi cuping besar 10 x 7 µm, pada bagian itu, T. minor dilaporkan sebelumnya termasuk dioi-
tengah 27–30 x 10–12 µm, pada bagian pangkal kus, sedangkan T. spathulistipus autoikus. Pada
35–37 x 10–12 µm; trigon menjantung. Cuping ke- penelitian ini ditemukan spesimen berukuran kecil
cil 1/3 hingga 1/2 panjang cuping besar, bentuk dengan ciri seperti T. minor (lebar perawakan 1
bulat telur, ujung rompang dengan 1–2 gigi tumpul mm, tepi daun lateral bergigi kasar), tetapi andre-
yang terdiri dari 1 sel. Daun ventral tersusun rapat, sium dan ginesium dihasilkan dalam satu individu
bentuk spatula, panjang 0.3–1 mm, lebar 0.2–0.9 (autoikus) dan bentuk hiasan gametangium betina
mm, ujung rompang atau sedikit berlekuk, bergigi. sama dengan T. sphatulistipus. Pada penelitian ini
Andresium pada cabang pendek atau pada ujung juga dijumpai spesimen dengan ciri-ciri seperti T.
cabang panjang, braktea 4–10 pasang. Ginesium spathulistipus, yaitu berukuran besar (lebar pera-
pada ujung batang, memiliki 1–2 inovasi; hiasan wakan 3.5 mm), autoikus, hiasan gametangium be-
berbentuk oblong, panjang 1.8–2 mm, lebar 0.5 tina sama dengan T. minor dan memiliki tepi daun
mm, memiliki 5 keel, tepi bergigi. lateral dan daun ventral bergigi kasar seperti T.
Persebaran: Jawa, Sumatra, Semenanjung minor. Oleh karena itu, spesimen berukuran kecil
Malaysia, Borneo, Bali, Sumbawa, Sulawesi, Ma- dan besar tersebut, semuanya diidentifikasi sebagai
luku, Irian Barat, Papua Nugini, Australia, kepu- T. spathulistipus, tidak ditemukan T. minor di
lauan Solomon, Thailand, India, Sri Lanka, Afrika Hutan Sibayak. Jenis T. minor juga dilaporkan ti-
tropis (Haerida et al 2010). dak ada di Asia Tenggara (Sukkharak 2010), nama
jenis ini diperlakukan sebagai sinonim dari jenis T.
PEMBAHASAN spathulistipus (Sukharak 14 Desember 2013; ko-
munikasi pribadi).
Diperoleh sebanyak 16 jenis dari suku Le- Secara geografis, jenis-jenis Ptychan-
jeuneaceae anak suku Ptychanthoideae yang ter- thoideae yang ditemukan di Hutan Sibayak memi-
masuk ke dalam 8 marga: Acrolejeunea (1 jenis), liki persebaran yang luas. Persebaran geografis
Caudalejeunea (1 jenis), Lopholejeunea (7 jenis), jenis-jenis Ptychanthoideae tersebut dikelompok-
Mastigolejeunea (1 jenis), Ptycanthus (1 jenis), kan ke dalam 6 kategori, mengikuti Hyvonen
Schiffneriolejeunea (1 jenis), Spruceanthus (1 je- (1989): 1) Jenis pantropis (meliputi seluruh wila-
nis), dan Thysananthus (3 jenis). Ditemukan tiga yah tropis) terdiri atas 3 jenis: Lopholejeunea
jenis sebagai rekaman baru untuk Sumatra yaitu eulopha, L. nigricans, dan L. subfusca; 2) Jenis
Mastigolejeunea virens, Schiffneriolejeunea tumi- paleotropis (Asia tropis dan Afrika) terdiri atas 3
da dan Thysananthus retusus. Jenis-jenis yang jenis: Acrolejeunea pycnoclada, Ptychanthus stria-
umum ditemukan di Hutan Sibayak adalah Thy- tus, dan Thysananthus spathulistipus; 3) Jenis
sananthus spathulistipus, Lopholejeunea subfusca Asia-Oseanik-Australia terdiri atas 3 jenis: Masti-
dan L. eulopha. Jenis yang jarang ditemukan golejeunea virens, Spruceanthus polymorphus,
adalah Caudalejeunea reniloba (hanya satu koleksi Thysananthus retusus; 4) Jenis Asia-Oseanik terdi-
dan ditemukan di hutan terbuka), Lopholejeunea ri atas 4 jenis: Caudalejeunea reniloba, Lophole-
ceylanica, Mastigolejeunea virens, Spruceanthus jeunea wiltensii, Schiffneriolejeunea tumida dan
polymorphus dan Thysananthus retusus. Kekayaan Thysananthus convolutus; 5) jenis Asia Tenggara
jenis Ptychanthoideae di Hutan Sibayak termasuk terdiri atas 2 jenis: Lopholejeunea ceylanica dan L.
225 Floribunda 4(8) 2014

zollingeri; 6) jenis Malesiana terdiri atas 1 jenis: L. Peninsula, Papua New Guinea. LXVIII.
horticola. Jenis Ptychanthoideae endemik tidak Lejeuneaceae subfamily Ptychanthoideae
ditemukan dalam penelitian di Hutan Sibayak (Hepaticae). Acta Bot. Fenn. 174: 1–88.
Sumatra Utara. Gradstein SR. 2011. Guide to the Liverworts and
Hornworts of Java. SEAMEO–BIOTROP
UCAPAN TERIMAKASIH Regional Centre for Tropical Biology. Bo-
gor Indonesia.
Penelitian ini merupakan bagian disertasi Haerida I, Gradstein SR & Tjitrosoedirdjo SS.
dari author pertama pada Program Studi Biologi 2010. Lejeuneaceae subfamily Ptychan-
Tumbuhan Departemen Biologi IPB Bogor, yang thoideae (Hepaticae) in West Java. Gard.
berjudul “Lumut Hati (Marchantiophyta) di Hutan Bull. Sing. 62(1): 53–103.
Sibayak Sumatra Utara”. Ucapan terimakasih ke- Hyvonen J. 1989. On the bryogeography of West-
pada Lembaga Penelitian Universitas Sumatra ern Melanesia. J Hattori Bot. Lab. 66: 231–
Utara yang telah memfasilitasi terlaksananya pe- 254.
nelitian ini. Kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Kornochalert S, Santanachote K & Wang J. 2012.
Tinggi atas dana penelitian hibah fundamental ta- Lejeuneaceae subfamily Ptychanthoideae
hun anggaran 2013. Kepada Prof. Mien A. Rifai (Marchantiophyta) in Thailand. Crypt.
yang telah memberikan banyak masukan dan per- Bryol. 33(1): 39–63.
baikan pada draf tulisan ini. Terimakasih juga ke- Mizutani M. 1988. Notes of Lejeuneaceae. 14.
pada tim asisten lapangan yang telah membantu Asiatic species of the genus Caudaleje-
koleksi lumut dan kepada semua pihak yang telah unea. J. Hattori Bot. Lab. 64: 389–399.
berperan dalam terlaksananya penelitian ini. Soderstrom L, Gradstein SR & Hagborg A. 2010.
Checklist of the hornworts and liverworts
DAFTAR PUSTAKA in Java. Phytotaxa 9: 53–149.
Sukkharak P & Gradstein SR. 2010. Studies on the
Gradstein SR. 1991. Diversity and distribution of genus Thysananthus (Marchantiophyta: Le-
Asian Lejeuneaceae subfamily Ptychan- jeuneaceae) 1. Thysananthus discretus Su-
thoideae. Trop. Bryol. 4: 1–16. kkharak et Gradst. sp. nov. Crypt. Bryol. 31
Gradstein SR, Churchill SP & Salazar–Allen N. (2): 113–119.
2001. Guide to the Bryophytes of Tropical Zhu RL & Gradstein SR. 2005. Monograph of Lo-
America. The New York Botanical Garden pholejeunea (Lejeuneaceae, Hepaticae) in
Press, New York. Asia. Syst. Bot. Monogr.74: 1–98.
Gradstein SR, Xiao–Lan H, Pippo S & Mizutani
M. 2002. Bryophyte flora of the Huon
Floribunda 4(8) 2014 226

INDEX OF SCIENTIFIC NAMES AND AUTHORS


Floribunda 4(1)–4(8)

Abelmoschus 180 javanica 161, 162, 163, 164, 165, 166, 167
Acanthaceae 110, 160 longifolia 161, 162, 163, 164, 165, 166, 167
Acaulospora 187 lorentzii 162
foveata 188 maxima 162
scrobiculata 188 viscida 162
tuberculata 188 Anaxagorea 41, 42, 47
Acrolejeunea 224 boornensis 42
pycnoclada 105, 219, 220, 224 fruticosa 42
Actinidia 211 javanica 42
Adenium 148, 149, 150 luzonensis 42
arabicum 148, 150, 151, 152 radiata 42
Adhitya F, Ariyanti NS & Djuita NR. ‘Keaneka- zeylanica 42
ragaman Lumut Epifit pada Gymnospermae Angiospermae 212, 213, 214, 215, 216
di Kebun Raya Bogor', 212–217 Annona 40
Adiantaceae 74 Annonaceae 16, 40, 41, 47, 54, 56
Adiantum sp. 142 Anthurium 175
Agathis damara 140 adreanum 179
robusta 213 Antrophium sp. 142
Aglaia silvestris 160 Apoballis 180
Allamanda 148, 149, 150 Apocynaceae 147, 148, 149, 150, 160
blanchetii 148, 149, 150, 151, 152 Araceae 16, 130, 137, 160, 174, 175, 176, 178,
cathartica 148, 149, 150, 151, 152 179, 180
neriifolia 148, 150, 151, 152 Araucaria columnaris 213
Alphonsea 41, 42, 47 cunninghamii 213, 214
javanica 42 Araucariaceae 212, 213
Alpinia sect. Myriocrater 120 Arbain A. see Taufiq A. 161
Alpinia sp. 113, 114, 116, 119 Arcangelisia flava 40
Alpineae 120 Arctomecon californica 39
Alpinioideae 120 Ardisia pterocaulis 160
Alternaria 104 Ardiyani M, Santika Y, Paik JH, Maruzy A &
Amaranthus 31, 210 Poulsen AD. 'Gingers of Lombok', 113–120
Amomum 113, 120 Arecaceae 185
gracile 113, 114, 115 Arifiani D, Basukriadi A & Chikmawati T. 'The
hastilabium 16, 17 Phylogenetic Study of New Guinean Species
maximum 113, 114, 115, 119 of Endiandra (Lauraceae) and Relationships
sp. 116 with Beilschmiedia Based on Morphological
? sp. 116 Characters', 93–102
Amorphophallus 129, 130, 135, 137, 179, 180 Ariyanti NS. see Adhitya F. 212, see Siregar ES.
gigas 176 218
konkanensis 131, 133 Artabotrys parviflorus 54
margaritifer 131, 133 suaveolens 54, 56
muelleri 129, 130, 131, 136, 137, 174, 179, var. parviflorus 54, 55, 56
180 var. suaveolens 54, 55, 56
oncophyllus 137, 179 Arthrobotryum nilgirense 81
paeoniifolius 180 Arthrocormus schimperi 105
titanum 176 Arumingtyas EL. see Rosidiani EP. 129
Anacardiaceae 160 Asclepiadaceae 160
Anaphalis 161, 162, 163, 166, 167, 168 Asplenium 196
arfakensis 162 caudatum 142
helwigii 162 excisum 141
227 Floribunda 4(8) 2014

laserpitifolium 142 pseudolateralis 76


nidus 141, 142 rachmatii 76
paradoxum 138, 141, 143, 144, 145 renifolia 76
tenerum var. belangeri 142 rieckei 76
thrichomanes subsp. quadrivalens 168 sarasinorum 76
Aspleniaceae 143 siccacaudata 76
Asra R, Syamsuardi, Mansyurdin & Witono JR. sphenocarpa 76
'Kajian Sistem Polinasi Daemonorops draco sp.1 75, 76, 77, 79
(Willd.) Blume', 181–186 stevei 76
Asteraceae 110, 126, 152, 161, 163 strachwitzii 76
Astuti IP, Rugayah, Susandarini R. & Purnomo strictipetiolaris 76
'The Genus Murraya (Rutaceae) in Java', varipeltata 76, 80
65–69 watuwilensis 75, 76, 77, 79
Athyriaceae 195, 200 Begoniaceae 75, 80, 88, 92, 110, 111, 194
Athyrioid 196 Beilschmiedia 93, 94, 95, 99, 101, 102
Athyrium 196, 200 castrisinensis 96, 98, 99, 100
Australimusa 203, 204 dictyoneura 96, 98, 99, 100
Azrianingsih R. see Rosidiani EP. 129, see Gusma- gemmiflora 96, 98, 100
lawati D. 174 kuntsleri 96, 98, 100
Baccaurea racemosa 155 obtusifolia 96, 98, 100
reticulata 155 recurva 94, 96, 98, 100
Basukriadi A.see Arifiani D. 93 roxburghiana 94
Begonia 75, 76, 77, 80, 88, 91, 92, 111, 191, 194 Bergera koenigii 67
aberrans 90 Biden spilosa 126
aptera 75, 76, 77 Blechnum 201
subsp. hirtissima 75, 76, 77 orientale 141
bonthainensis 76 sp. 142
bracteata 88, 89, 90, 91 Bolbitis subcordata 142
var. gedeana 90 Bouea oppositifolia 170, 172, 173
capituliformis 76 Bryophytes 104, 212, 216, 217, 225
carnosa 76 Buxbaumiaceae 216
celebica 76 Calamus 181
chiasmogyna 76 Calymperaceae 104, 105
cristata 76, 77 Calymperes boulayi 214
cuneatifolia 76 erosum 105
didyma 75 Cananga 41, 42, 43
flacca 75, 76, 77, 78, 80 odorata 40, 43
gemella 76 Cardamomum maximum 115
grandipetala 76 Cardiopteridaceae 16, 17
guttapila 75 Cardiopteris moluccana 16
heteroclinis 76 cf. moluccana 16
hispidissima 76 Carpogymia 73
humilicaulis 76 Cassiniinae 161
imperfecta 76 Catharanthus 148, 149, 150
insularum 76 roseus 148, 149, 150, 151, 152
koordersii 76 Caudalejeunea 224, 225
lepida 88, 89, 90, 91 reniloba 219, 220, 224
lombokensis 110 Ceratolobus 181, 185
longifolia 75, 76, 77, 78 Cerbera 148, 149, 150
macintyreana 76 odollam 148, 150, 151, 152
masarangensis 76 Cercospora 104, 126
mekonggensis 76 bidentis 126
mendumae 76 eupatorii 126
multibracteata 110 eupatorii-formosani 126
Floribunda 4(8) 2014 228

lactucae-sativae 126 oinops 138, 140, 142, 145


mikaniae 126 squamulata 141, 142
Chalcas koenegii 67 Cyatheoideae 200
paniculata 68 Cycadaceae 212, 213
Cheilolejeunea ceylanica 105 Cyrtandra 191, 194
incisa 214 Cyrtopoda 18, 19
intertexta 105 Daemonorops 181
trifaria 214 draco 181, 182, 183, 184, 185
Chenopodiaceae 168 Darnaedi D. see Praptosuwiryo TN. 195
Chikmawati T. see Arifiani D. 93 Dasymaschalon 41, 43, 47
Chingia clavipillosa 141 cluciflorum 43
Choanephora infundibulifera 126 Dematiaceous 81
Christensenia aesculifolia 138, 140, 142, 144, 145 Dendrobium eriiflorum var. lombokense 110
Chromolaena odorata 126 rindjaniense 110
Citrus 69 Dendrocalamus strictus 81
Claroideoglomus 187 Dendryphiella vinosa 103
etunicatum 188 Deparia petersenii 141
Clausena citriodora 66 sp. 141, 142
pinnata 66 Dharmaputra OS. see Soeratman L. 126
worcesteri 66 Dicranaceae 105
Clerodendrum hettae 110 Dicranales 216
laevifolium 160 Dicranopteris linearis 141
Clethra javanica var. lombokensis 110 Dictyodaphne 94
Clethraceae 110, 112 rubescens 94
Clidemia hirta 148 Didymochlaena truncatula 142
Colocasia esculenta 175, 178, 179 Dimorphanthera 191
Compositae 111 Diospyros celebica 40
Coniogramme 70, 72 Diplaziopsis 196
affinis 72 Diplazium 195, 196, 198, 199, 200, 201
fraxinea 70, 71, 72, 73, 142 accedens 141
gracilis 72 var. accedens 198, 200
indica 72 var. spinosum 196, 198, 200
intermedia 70 angustipinna 196, 198
var. glabra 72 bantamense 142
var. villosa 72 cordifolium 196, 197, 198
marcophylla 70 crenatoserratum 197, 198
serrulata 70 dilatatum 142
Convolvulaceae 110, 111 donianum 199
Cornopteris sp. 141 esculentum 197
Coronospora dendrocalami 81, 82 latifolium 196, 200
Crepidotus 61 polypodioides 141, 142, 196, 197, 199
Crotalaria 127 procumbens 142, 196, 197, 199
Cryptocarya 94, 95 riparium 197, 198
brassii 96, 98, 100 silvaticum 196
densiflora 96, 98, 100 var. silvaticum 198
mackinnoniana 96, 98, 100 simplicivenium 142, 199
Cryptocaryeae 94, 95 sorzogonense 196, 199, 200
Cucurbitaceae 110, 112 speciosum 196, 199, 200
Curvularia 104 spiniferum 199
Cyanobacteria 137 sp.1 196, 198, 199
Cyathea contaminans 141, 142 sp.2 196, 199
crenulata 141, 142 subpolypodioides 196, 197, 199
glabra 138, 140, 142, 144, 145 subserratum 141, 197, 198
junghuhniana 141, 142 tomentosum 196, 198
229 Floribunda 4(8) 2014

umbrosum 197, 199 kassamensis 96, 98, 99, 100


vestitum 197, 199 lanata 96, 98, 99, 100
xiphophyllum 142, 198 latifolia 96, 98, 99, 100
Diploclinium apterum 77 ledermannii 96,98, 99, 100
longifolium 78 macrostemon 96, 98, 99, 100
Diplycosia 191, 192, 193 minutiflora 96, 98, 99, 100
aperta 192, 193 montana 96, 98, 99, 100
celebensis 192, 193 multiflora 96, 98, 99, 100
crassiramea 192, 193 papuana 96, 98, 99, 100
gracilipes 192, 193 pilosa 96, 98, 99, 100
Dipsacales 211 rifaiana 96, 98, 99, 100
Dirman see Rugayah 40 schlechteri 95, 96, 98, 99, 100
Djarwaningsih T. 'Rekaman Baru Beberapa Tum- sericea 96, 98, 99, 100
buhan di Jawa', 15–17 sleumeri 96, 98, 99, 100
Djarwaningsih T. 'Koleksi Lama Herbarium Tum- xylophylla 96, 98, 99, 100
buhan Jawa yang Luput dari Pengamatan Endophragmiella 81
Backer', 160 Ensete 121
Djuita NR. see Adhitya F. 212 Ericaceae 191, 192, 193, 194
Drechslera ravenelii 127 Erythrina variegata 127
Drepanolejeunea teysmannii 105 Esthi YN & Rugayah 'Variasi Morfologi Pandanus
Dryopteridaceae 200 polycephalus Lam. di Kebun Raya Bogor',
Dryopteris 196, 200 83–87
hirtipes 142 Etlingera 113, 114, 120
sparsa 141 calophrys 113, 114, 118
Elettaria 120 rubroloba 113, 114, 117, 118
Ellisembia bambusae 81, 82 sp. 117
bambusicola 81 Eubacteria 137
Endiandra 93, 94, 95, 99, 100, 101 Eupatorium odoratum 126
aggregata 96, 98, 99, 100 Euphorbiaceae 160
archiboldiana 96, 98, 99, 100 Exodictyon sulivantii 214
areolata 96, 98, 99, 100 Ficus 17
arfakensis 96, 98, 99, 100 polyantha 16, 17
asymmetrica 96, 98, 99, 100 Filicales 200, 201
aurea 96, 98, 99, 100 Filicum 200
beccariana 96, 98, 99, 100 Fissidens autoicus 214
carrii 96, 98, 99, 100 crassinervis 105
crassipetala 96, 98, 99, 100 intromarginatulus 214
cupulata 96, 98, 99, 100 perpusillus 214
cyphellophora 95, 96, 98, 99, 100 Fissidentaceae 105
dielsiana 96, 98, 99, 100 Fitmawati & Hartana A. 'Using RAPD and En-
djamuensis 96, 98, 99, 100 chanced-RAPD Markers to Distinguish Bet-
euadenia 96, 98, 99, 100 ween Mangifera aplanata Kosterm. and Re-
faceta 96, 98, 99, 100 lated Species', 1–4
flavinervis 96, 98, 99, 100 Fitmawati, Swita A, Sofyanti N & Herman 'Ana-
forbesii 96, 98, 99, 100 lisis Kekerabatan Morfologi Mangifera dari
fulva 96, 98, 99, 100 Sumatra Tengah', 169–173
gem 96, 98, 99, 100 Flacourtia inermis var. rindjanica 110
gemopsis 95, 96, 98, 99, 100 Flacourtiaceae 110, 112
glauca 94, 96, 98, 99, 100 Freycinetia 18, 20
grandifolia 94, 95, 96, 98, 99, 100 cf. laeta 18
hypotephra 96, 98, 99, 100 hombronii 18
impressicosta 96, 98, 99, 100 inermis 18
inaequitepala 96, 98, 99, 100 insignis 20
invasorium 96, 98, 99, 100 javanica 18, 19, 20
Floribunda 4(8) 2014 230

lombokensis 110 Haerida I. 'Sekumpulan Lumut dari Taman Na-


marantifolia 18 sional Karimunjawa, Jawa Tengah', 104–105
petiolacea 18 Hartana A. see Fitmawati 1, see Retnoningsih A. 5,
scandens 18, 19, 20 202
solomonensis 18 Hedychieae 120
sumatrana 20, 160 Hemigramma latifolia 143
Freycinetoideae 18 Hepaticae 105, 217, 225
Frullania 219, 222 Herman see Fitmawati 169
apiculata 214 Heuchera grossulariifolia 74
Funneliformis 187 Hibiscus 126
geosporum 188 Hidayat A.see Wardani W. 107
Gafurhan M. see Sari R. 154 Histiopteris insica 141
Garcinia 154, 155, 157 Huperzia phlegmaria 138, 140, 141, 145
celebica 154, 155, 156, 157, 158 Hymenophyllaceae 110
hombroniana 154 Hymenophyllum elberti 110
mangostana 154, 158 Hyphomycetes 81, 103, 104
porrecta 154, 155, 156 Hypnaceae 104
var. schizogyna 155, 156 Indigofera 127
sp. 155 Indriyani S. see Gusmalawati D. 174
spp. 157 Kartonegoro A. 'Notes on Sonerila celebica
wichmanni 154 (Melastomataceae)', 63–64, see Wardani W.
Gaultheria 191, 192, 193 107
celebica 193 Kartonegoro A. 'Ericaceae of Latimojong Range,
var. celebica 192, 193 South Sulawesi', 191–194
var. petiolata 192, 193 Kramadibrata K. 'Jenis-jenis Glomeromycota di
viridiflora 192, 193 Pandanus tectorius dari Jawa dan Madura',
Gentiana 210 187–189
Gentianaceae 110 Kuncari ES. see Wardani W. 107
Gesneriaceae 194 Lactuca sativa 126
Girmansyah D. 'Reinstatement of Begonia lepida Lamiaceae 33, 34, 38, 39
Blume', 88–92, see Wiriadinata H. 75 Lauraceae 93, 101, 102
Gleichenia truncatula 141, 142 Lejeunea 219
Globba 114 sordida 214
marantina 113, 116 tuberculosa 212, 214, 216
Globbeae 120 Lejeuneaceae 104, 105, 212, 213, 214, 216, 217,
Glomeromycota 187, 189 218, 224, 225
Glomus 187 Lejeuneoideae 218
albidum 188 Leontopodium alpinum 161
glomerulatum 187, 188, 189 Leopoldinia 185
Gloriosa superba 13 prassaba 181
Glycosmis crenulata 66 Lepidozamia hopeii 213, 214, 215
Gnetaceae 212, 213 Leptostomataceae 216
Gnetum gnemon 213 Leucobryaceae 104, 216
sp. 155 Leucobryum aduncum 105
Goniothalamus 41, 43, 47 chlorophyllosum 105, 214
cf. brevicuspis 44 Lichens 104
Gusmalawati D, Indriyani S & Azrianingsih R. Liliopsida 203
'Anatomi dan Histokimia Organ Generatif Lopholejeunea 224, 225
Amorphophallus muelleri', 174–180 ceylanica 220, 224
Guttiferae 159 eulopha 214, 220, 221, 224
Gymnema pubiflora 160 horticola 220, 221, 225
Gymnospermae 212, 213, 214, 215, 216 nigricans 220, 221, 224
Gymnosperms 74, 145, 200, 212 subfusca 220, 221, 224
Gynura elbertii 110 wiltensii 220, 222, 224
231 Floribunda 4(8) 2014

zollingeri 220, 222, 225 Murraya 65


Lophosoria 200 crenulata 65, 66
Loxsomopsis 200 exotica 65, 66, 67, 69
Lycopodiaceae 140 foetidissima 67
Lyndsaea repens 141, 142 koenigii 65, 67
sp. 142 paniculata 65, 66, 67, 68, 69
Magnoliopsida 203 var. exotica 66
Maideliza T. see Taufiq A. 161 Musa 13, 26, 30, 31, 53, 121, 122, 124, 125, 203,
Manggis 154, 155, 156, 157, 158, 159 207, 210
Mangifera 1, 3, 169, 170, 173 acuminata 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 30,
aplanata 1, 2, 3 32, 48, 49, 50, 52, 121, 122, 124, 125, 202,
foetida 169, 170, 172, 173 203, 207, 209, 210
indica 1, 2, 3, 169, 170, 172, 173 subsp. banskii 28, 121, 122, 124, 202,
kemanga 169, 170, 172, 173 203, 206, 207, 208
lalijiwa 1, 2, 3 subsp. burmannica 209
laurina 1, 2, 3, 169, 170, 172, 173 subsp. errans 28, 202, 209
quadrifida 169, 170, 172, 173 subsp. malaccencis 202, 206, 207, 208
odorata 169, 170, 172, 173 subsp. siamea 203, 206, 207, 208
rubropetala 1, 2, 3 subsp. zebrina 28, 52, 203, 206, 207,
sp. 169, 170, 172, 173 208
sumatrana 169, 170, 172, 173 var. tomentosa 121, 122, 123, 124
torquendra 169, 170, 172, 173 balbisiana 22, 25, 26, 31, 32, 48, 50, 52,
zeylenica 169, 170, 172, 173 121, 124, 202, 203, 206, 207, 208, 209
Manihot esculenta 127 celebica 121
Mansyurdin see Taufiq A. 161, see Asra R. 181 lolodensis 50
Marasmiellus 57, 58, 61 paradisiaca 30
alliioodorus 58 x paradisiaca 21, 26, 30, 50, 52, 121, 124,
ignobilis 57, 58, 59, 60 203
osmophorus 58, 59 sanguensis 203, 204, 206, 208
subingratus 58, 59 sect. Australimusa 202, 203, 204
Marattiaceae 140 sect. Rhodoclamys 202, 203, 204
Marchantiophyta 218, 225 shizocarpa 50
Maruzy A. see Ardiyani M. 113 tomentosa 123
Mastigolejeunea 224 spp. 30, 31, 48, 49, 124, 203, 205, 209
virens 218, 219, 222, 224 Musaceae 22, 31, 32, 53, 121, 124
Megia R. see Retnoningsih A. 21, 202 Musci 104, 105
Meiothecium bogoriense 214 Musella 121
jagorii 214 Myrsinaceae 160
microcarpum 214 Neckeraceae 104
Melastomataceae 63, 64 Nephrolepis falcata 142
Meliaceae 160 hirsutula 142
Metaxya 200 sp. 141
rostrata 201 Nerium 148, 149, 150
Metaxyaceae 201 indicum 148, 149, 150, 151, 152
Methathelypteris sp. 141 Nurainas see Taufiq A. 161
Microcos paniculata 160 Oberonia elbertii 110
Micromelum coriaceum 66 Octoblepharum albidum 212, 214, 216
Microsorum sp. 142 Oecologia 146
Mikana micrantha 126 Oidiopsis sicula 127
Mitrephora 41, 44 Okada H. see Sudarmono 33
ferrugenea 40, 44 Oligostigma 18, 19
oxycarpa 46 Ophioglosaceae 210
Moraceae 16, 17 Orchidaceae 110, 194
Mucorales 126 Orophea 41, 44
Floribunda 4(8) 2014 232

celebica 44 Angleng 204, 206, 208


hexandra 40, 44, 45 Kuning 23, 25, 29
Oxalis barrelieri 127 Anjasmara 23, 25, 29
Paik JH. see Ardiyani M. 113 Australi 50, 51, 52
Pallavicinia lyellii 105 Awak rawa 50, 51, 52
Pallaciniaceae 105 Awomen 204, 206, 208
Panax 210 Ayam 50, 51, 204, 206, 208
Pandanaceae 18, 20, 87, 110, 160, 187 Barangan 23, 25, 29
Pandanus 18, 20, 83, 87 Becici 23
columnaeformis 83, 84 Berlin 23, 25, 28, 29
humilis 83, 84 Boi 48, 49, 50, 51, 52
mapola 83, 84, 85 Bole 23, 29, 50, 51, 204, 206, 208
polycephalus 83, 84, 85 Brentel 204, 205, 206, 207, 208
tectorius 187 Burlangge 50, 51, 204, 206, 208
Panicum repens 127 Cardaba 203, 206, 207, 208
Papaveraceae 39 Cebol 23,25, 28, 29
Parodiella perisporioides 127 Morosebo 23, 28, 29
Peristylus elbertii 110 Cici Gading 23, 25, 29
lombokensis 110 Kuning 23, 25, 28, 29
rindjaniensis 110 Merah 23, 28, 29
Petermannia 79 Comot Abang 23, 25
Philodendron 58 Emas batang merah 23, 25, 29
Pilogyne elbertii 110 Fungkah mos 23, 29
Pinaceae 212, 213 Gorohito 23, 25, 28, 29
Pinanga 181 Gubao 203, 206, 208
cleistantha 185 Ik Osroc 50, 51
Pinus caribaea 213, 215 Keja 23, 25, 26, 50, 51
montizumae 213, 214 Kepok Amerika 204, 205, 206, 207, 208
Piper aberrans 110 Awu 50, 51, 52
aduncum 40 Bawean 50, 51, 52
curtilimbum 110 Kuning 50, 51, 52, 204, 206, 208
kalimatina 110 Merah 204, 206, 208
mollicaulis 110 Ketan 203, 206, 208, 209
pubicaulis 110 Kidang Ijo 23, 25, 29, 50, 51, 52
reflexa f. nana 110 Klutuk 48, 49, 50, 51, 52
rigidicaulis 110 Hijau 204, 206, 207, 208
rindjanense 110 Hitam 204, 206, 207, 208
sapitense 110 Wulung 48, 49, 50, 51
tenuipeduncula 110 Koja Pretel 23, 27, 29, 50, 51, 52, 204, 206,
Piperaceae 110 207, 208, 209
Pisang 21, 31, 32, 48, 49, 50, 52, 53, 202 Santen 50, 51
Abu 23, 25 Kole 203, 206, 208
Aghaker 50, 51, 52 Koumus 23, 50, 51, 203, 206, 208
Agung Pasuruan 23, 25, 204, 206, 208 Koumusona 23, 25, 26, 29, 50, 51, 204, 206,
Ambon 23, 25, 26, 28, 29 208
Hijau 23, 28, 29, 50, 51, 52 Laknau 203, 206, 208
Hong 23, 25, 29 Lase 23, 29
Jaran 23, 25 Liar1 50, 51
Lumut 23, 25, 29, 204, 206, 208 Liar3 50, 51
Merah 23, 29, 204, 206, 208 Lilin 23, 25, 29, 203, 204, 206, 207, 208
Putih 23, 29, 50, 51, 52 Mas 23, 25, 29
Sepet 23, 25 Mas 40 Hari 23, 25, 28, 29
Warangan 23, 29 Mas Besar 23, 25, 29
Ambonaae 23, 28, 29, 50, 51, 52 Mauli 23, 29
233 Floribunda 4(8) 2014

Monyet 23, 25, 28, 29, 51, 52, 204, 206, Podocarpaceae 212, 213
207, 208 Podocarpus chinensiswell 213
Mulih Hijau 23, 25, 28, 29 neriifolius 213
Mulih Putih 23, 25, 28, 29 Podosporium nilgirensis 81
Nangka 204, 206, 207, 208 Polyalthia 17, 41, 45
Neij Amper 50, 51, 204, 206, 208 beccarii 16, 17
Neij Sehi 23, 29, 50, 51 celebica 45
Nona 23, 29 kunstleri 45
Panggang 50, 51 lateriflora 45
Papan 23, 25, 29 rumphii 45
Pelipita 203, 206, 208 Polygalaceae 160
Penjalin 23, 29, 204, 206, 207, 208 Polypodiaceae 143, 145, 200
Pinang 23, 29, 204, 206, 206, 207, 208 Polypodiaceae sensu lato 196
Pogori 50, 51 Polypodium papillosum 145
Potho 23 Popowia 41, 45
Ijo 23, 25, 29, 50, 51, 204, 206, 207, nervosa 46
208, 209 pisocarpa 46
Merah 23, 25, 29 schefferiana 46
Wangi 23, 25, 26 cf. schefferiana 46
Raja 204, 206, 208 Porang 129, 130, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 137
Delima 23, 25 Blitar1 131, 133, 136
Kriyak 23, 25, 29 Kalipare1 131, 133, 136
Lini 204, 206, 208 Klangon1 131, 133, 136
Sereh 204, 206, 207, 208 Klangon2 131, 133, 136
Wligi 23, 25, 29 Klino1 131, 133
Ratu 204, 206, 208 Klino2 131, 133, 136
Rejang 23, 25, 28, 29, 51, 52, 204, 206, 208 Konkanensis 131, 133
Sabakatsila 203, 206, 208 Lawang2 131, 133
Sebrot 204, 206, 208 Madiun1 131, 133, 136
Selayar 50, 51, 204, 206, 208 Madiun2 131, 133, 136
Seribu 50, 51, 204, 206, 208 Margaritifer 131, 133
Siam Manggala 204, 206, 208 Mayang1 131, 133, 136
Sobo Londo Ijo 50, 51, 52 Mayang2 131, 133
Sobo Londo Putih 50, 51 Tritik1 131, 133, 136
Sramfin 50, 51, 204, 206, 208 Tritik2 131, 133, 136
Sri Nyonya 23, 25, 29 Potameia 94
Susu 204, 205, 206, 207, 208 Pothos curtisii 15, 16, 17
Tanduk 204, 206, 207, 208 junghuhnii 160
Tegetmolo 23, 27, 29 Poulsen AD. see Ardiyani M. 113
Tolu 23, 27, 29 Praptosuwiryo TN. 'Intraspecific Polyploidy in Co-
Tongkat Langit 203, 204, 206, 208 niogramme fraxinea (Pteridaceae) of Java',
Triolin 50, 51, 52 70–74
Udang 204, 206, 208 Praptosuwiryo TN. 'The Rare Pteridophytes of Mt.
Uli 23, 25, 28, 29 Slamet with Three Species New Records for
Usuk 23, 25 Java', 138–146
Pityrogramma austroamericana 138, 141, 142, Praptosuwiryo TN & Darnaedi D. 'The Stelar Ana-
143, 144, 145 tomy of Stipe and Its Taxonomic Significant
calomelanos 141, 142 in Diplazium (Athyriaceae)', 195–201
tartarea var. ochracea 143 Pronephrium sp. 141, 142
Pleocnemia sp. 141, 142 Prunus 2
Plumeria 148, 149, 150 avium 4
acuminata 148, 149, 150, 151, 152 Pseuduvaria 41, 46, 47
alba 148, 149, 150, 151, 152 oxycarpa 40, 46
rubra 148, 150, 151, 152 Psilotaceae 140
Floribunda 4(8) 2014 234

Psilotum complanatum 138, 140, 141, 145 pudorinum 192


Pteridaceae 70, 74, 110, 143 quadrasianum var. selebicum 192 , 193
Pteridium esculentum 142 radians var. radians 192, 193
sp. 141 rhodopus 193, 194
Pteridophyta 73 scarlatinum 193
Pteridophytes 74, 138, 139, 143, 145, 200 vanvuurenii 193, 194
Pteris biaurita 142 zollingeri 193, 194
insignis 138, 142, 143, 144, 145 Rifai MA. 'Dendryphiella vinosa (Hyphomycetes)
tremula var. cheilanthoides 110 di Indonesia', 103–104
wallichiana 138, 142, 143, 144, 145 Rifai MA. 'The Changing Climate and the Chang-
Ptycanthus 224 ing Mycoflora Around Bogor', 126–127
striatus 219, 222, 224 Rollinia 40
Ptychanthoideae 217, 218, 219, 224, 225 Rosidiani EP, Arumingtyas EL & Azrianingsih R.
Pueraria phaseoloides 188 'Analisis Variasi Genetik Amorphophallus
Purnomo. see Astuti IP. 65 muelleri Blume dari Berbagai Populasi di
Pyrrosia asterosora 138, 143, 144, 145 Jawa Timur Berdasarkan Sekuen Intron
Rachmawati S. see Sulasmi ES. 147 trnL', 129–137
Racocetra 187 Rubiaceae 16
fulgida 189 Rugayah, Sahroni D & Dirman 'Annonaceae di
Radulaceae 104 Taman Nasional Bogani Nani Wartabone:
Rameales 57, 58 Studi Pendahuluan Keanekaragamannya',
Randia sphaerocarpa 15, 16, 17 40–47
Ranunculaceae 168 Rugayah & Tihurua EF. 'Leaf Anatomy of Ar-
Ranunculus japonicus 168 tabotrys suaveolens Blume var. suaveolens
Reinwardtiodendron humile 160 and Artabotrys suaveolens Blume var. par-
Retnoningsih A, Megia R & Hartana A. 'Charac- viflorus Miquel (Annonaceae)', 54–56
terization and Evaluation of Musa acuminata Rugayah. see Astuti IP. 65, see Esthi YN. 83
Cultivars in Indonesia Based on Microsatel- Rungia wightiana 160
lite Markers', 21–32 Rutaceae 65, 68
Retnoningsih A. 'Hubungan Kekerabatan Filoge- Saccharum officinarum 127
netika Kultivar Pisang di Indonesia Ber- Sageraea 41, 46
dasarkan Karakter Morfologi', 48–53, see glabra 46
Ulfa M. 5 cf. glabra 47
Retnoningsih A, Megia R & Hartana A. 'Phylo- Sahroni D. see Rugayah 40
genetic Relationships of Indonesian Banana Salacca 181
Cultivars Inffered from trnl-F Intergenic edulis 186
Spacer of Chloroplast DNA', 202–211 Salsola komarovi 168
Retnowati A. 'On Collections of Garlic Odorous Salvia 34, 35, 36, 37, 38, 39
Marasmiellus ignobilis (Berk. & Br.) Singer arisanensis 33, 34, 35, 36, 37, 38
from Indonesia', 57–61 glabrescens 33, 34, 35, 36, 37, 38
Rhodoclamys 202, 203, 204 hayatana 33, 34, 35, 36, 37, 38
Rhododendron 191, 192, 193, 194 isensis 33, 34, 35, 36, 37, 38
arenicolum 192 japonica 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39
bloembergenii 192, 193 var. japonica 33
celebicum 192, 193 f. albiflora 33
eymae 192, 193 f. japonica 33
impositum 192 f. lanuginosa 33
lagunculicarpum 192 f. longipes 33
leptobrachion 192 var. formosana 33
malayanum 192, 193 lutescens 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39
nanophyton var. nanophyton 192, 193 nipponica 33, 34, 35, 36, 37, 38
var. petrophilum 192 , 193 plebeia 34, 35, 36, 37
pseudobuxifolium 192, 193 pygmaea 33, 34, 35, 36, 37, 38
psilanthum 192,193 verbenacea 38, 39
235 Floribunda 4(8) 2014

subgen. Allagospadonopsis 33, 36, 38, 39 Strobilanthes renschiae 110


subgen. Salvia 36, 38 Sudarmono & Okada H. 'Genetic Variation of Sal-
subgen. Sclarea 36, 38 via japonica Thunb. (Lamiaceae) and Its
Santika Y. 'Leaf Anatomy of Freycinetia javanica Related Species', 33–39
Blume and Freycinetia scandens Gaudicha- Sulasmi ES & Rachmawati S. 'Pola Peruratan Da-
ud (Pandanaceae; Freycinetoideae)', 18–20, un Kelopak, Daun Mahkota dan Daun pada
see Ardiyani M. 113 Suku Apocynaceae', 147–153
Sari R & Gafurhan M. 'Manggis Membulat telur Sulistyaningsih LD. 'Pisang-pisangan (Musaceae)
dari Kalimantan Barat', 154–159 di Gunung Watuwila dan Daerah Sekitar-
Saurauia javanica 160 nya', 121–125, see Wardani W. 107
Saurauiaceae 160 Suregada spicata 160
Schiffneriolejeunea 224 Susan D. 'Tiga Hyphomycetes pada Bambu Schy-
tumida 218, 219, 223, 224 zostachyum yang Baru untuk Mikoflora In-
Schismatoglottis 180 donesia', 81–82
Schizostachyum 81 Susandarini R. see Astuti IP. 65
iraten 81 Suwarni E. see Ulfa M. 5
sp.81 Swertia oxyphylla var. parvula 110
Scindapsus splendidus 16, 17 Swita A. see Fitmawati 169
Sclerocystis 187 Syamsuardi see Taufiq A. 161, see Asra R. 181
rubiformis 189 Symplocaceae 110, 111
sinuosa 189 Symplocos brandisii var. pseudoclethra 110
Selaginella sp. 141, 142 Syrrhopodon prolifer 214
Sematophyllaceae 104 spiculosus 105
Senecio lombokensis 110 Tabernaemontana 148, 149, 150
Septobasidium bogoriense 127 divaricata 148, 150, 151, 152
Simocybe 61 paudacaqui 160
Siregar ES, Ariyanti NS & Tjitrosoedirdjo SS. 'Le- Taenitis blechnoides 142
jeuneaceae Anak Suku Ptychanthoideae di Taufiq A, Syamsuardi, Arbain A, Maideliza T,
Hutan Sibayak Sumatra Utara', 218–225 Mansyurdin & Nurainas 'Analisis Morfo-
Soeratman L & Dharmaputra OS.'Tambahan Dua metri dan Biologi Reproduksi Anaphalis
Jenis Cercospora yang Memarasit Astera- javanica dan A. longifolia (Asteraceae) di
ceae Indonesia', 126 Sumatra Barat', 161–168
Sofyanti N. see Fitmawati 169 Tectaria 111
Solanum involucratum 160 lombokensis 110
tuberosum 32 melanocaula 141, 142
Solanaceae 160 zollingeri 138, 142, 143, 144, 145
Solenostelopsis loxsomoides 200 Tectariaceae 110, 143
Sonerila 63, 64 Tectona grandis 13, 14
celebica 63, 64 Tetrophragmia nilgirensis 81, 82
froidevilleana 63, 64 Thelypteridaceae 141, 142
tenuifolia 64 Thelypteris 196
Spermatophyta 152, 189 parasitica 141
Sphaerostepahanos sp. 142 Thevetia 148, 149, 150
Sphagnales 216 peruviana 148, 150, 151, 152
Spina vaccarum 54 Thrixspermum lombokense 110
Splachnobryaceae 216 Thuidiaceae 104
Spondias malayana 160 Thylacopteris papillosa 138, 144, 145
Sporidesmium 81 Thysananthus 224, 225
bambusae 81 convolutus 219, 223, 224
Sporobolus diander 127 discretus 225
Spruceanthus 224 minor 224
polymorphus 219, 223, 224 retusus 218, 219, 223, 224
Stachytarphetha australis 160 spathulistipus 219, 223, 224
Stictocardia cordatosepala 110 Tihurua EF. see Rugayah 54, see Wardani W. 107
Floribunda 4(8) 2014 236

Tiliaceae 160 Vanda lombokensis 110


Tjitrosoedirdjo SS. see Siregar ES. 218 var. formosana 33
Trema orientalis 40 var. japonica 33
Triadodaphnee 94 Verbenaceae 14, 110, 160
Trigona spp. 181, 183 Vernonia albifolia 110
Ulfa M, Retnoningsih A & Suwarni E. 'Penanda tengwallii 110
Mikrosatelit Sebagai Penciri Jati "Plus", 5– Vittaria elongate 142
14 Walujo EB. see Wardani W. 107
Unona suaveolens 54 Wardani W, Hidayat A, Tihurua EF, Kartonegoro
Ustilago overeemii 127 A, Sulistyaningsih LD, Kuncari ES &
scitaminea 127 Walujo EB. 'Endemic Plants of Mt. Rinjani:
Uvaria 41, 47 An Outlook to the Conservation Strategy',
hirsuta 47 107–112
micrantha 47 Wiriadinata H & Girmansyah D. 'Tumbuhan Bego-
cf. micrantha 47 nia (Begoniaceae) di Kecamatan Uluiwoi,
Vaccinium 191, 192, 193, 194 Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara', 75–
centrocelebicum 193,194 80
latissimum 193, 194 Witono JR. see Asra R. 181
lucidum 193, 194 Xanthophyllum flavescens 160
pilosilobum 193, 194 Zingiberaceae 16, 113, 120, 137
tomicipes 193, 194 Zingiberoideae 120
warburgii 193, 194
237 Floribunda 4(8) 2014

MITRA BESTARI FLORIBUNDA VOLUME 4(1)–4(8)

Dewan Penyunting Floribunda amat berterima kasih atas kesudiannya bertindak selaku mitra bestari untuk
terbitan Floribunda Volume 4(1)–4(8)

Arifiani D. (BO Bogor) Rifai MA. (AIPI)


Cellinese N. (University of Florida) Rugayah (BO Bogor)
Darnaedi D. (BO Bogor) Rustiami H. (BO Bogor)
Fitmawati (Universitas Riau Pekanbaru) Sinaga S. (Universitas Mecubuana Jakarta)
Habibah NA. (Universitas Negeri Semarang) Tamura MN. (Kyoto University)
Keim AP. (BO Bogor) Tjitrosoedirdjo SS. (BIOTROP)
Retnoningsih A. (Universitas Negeri Semarang) Wiriadinata H. (BO Bogor)
Retnowati A. (BO Bogor) Yamakura T. (Osaka City University)

Tanggal Penerbitan

Volume Nomor Terbit Halaman


4 1 Oktober 2010 1–32
4 2 April 2011 33–61
4 3 Oktober 2011 63–82
4 4 April 2012 83–105
4 5 Oktotber 2012 107–127
4 6 April 2013 129–160
4 7 Oktober 2013 161–189
4 8 April 2014 191–225

Anda mungkin juga menyukai