Anda di halaman 1dari 17

JMUKMIN YANG KUAT LEBIH BAIK DARI PADA ORNG MUKMIN

YANG LEMAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hadis Pendidikan

Pada Fakultas Tarbiyah Program Pendidikan Agama Islam (PAI))

Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Bone

Oleh

SARWAN ADIL HERMAN


862082019086

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) BONE

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karena

atas petunjuk dan kemudahan yang diberikan kepada kami dalam penyelesaian

salah satu tugas kuliah kami yaitu pembuatan makalah dalam hal ini materi yang

kami bahas mengenai mengenai “Mukmin yang Kuat Lebih Baik dari pada Orang

Mukmin yang Lemah”

Tak lupa kami curahkan sholawat dan salam kepada junjungan Nabi

Muhammad SAW yang juga telah memberi petunjuk bagi kita semua, sehingga

bisa terselamatkan dari lembah kesesatan. Dalam penyusunan makalah ini, tak

semudah apa yang kami bayangkan. Banyak kesulitan dan hambatan yang kami

lalui dalam penyusunan makalah ini. Tapi berkat Izin dan Rahmat Allah SWT

Kami mampu menyelesaikannya.

Harapan kami sebagai penyusun makalah, yaitu semoga apa yang terdapat

dalam lembaran kertas ini, dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Tak lupa

pula kami haturkan maaf atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat

dalam makalah ini. Karena pemilik kesempurnaan yang sesungguhnya adalah

Allah SWT.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Penulis

Sarwan Adil Herman

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Orang Mukmin Kuat 3

B. Hadist 4

C. Perkara-perkara Iman yang kuat 8

D. Ciri-ciri Iman yang Kuat 10

BAB III PENUTUP

A. Simpulan 13

B. Saran 13

DAFTAR RUJUKAN 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di antara karunia Allah yang dilimpahkan kepada umat ini adalah

bahwa Dia telah menjadikan Nabi-Nya sangat sayang kepada umatnya, karena

itu beliau tidak meninggalkan kebaikan kecuali beliau menunjukkannya dan

tidak juga kejelekan kecuali beliau memberikan peringatan darinya.

Allah memerintahkan kita semua agar mengamalkan apa saja yang

diperintahkan dan diarahkan oleh Rasul-Nya, Dia juga memerintahkan agar

kita menjauhi apa saja yang dilarang olehnya. Makalah ini akan mepaparkan

hadits tentang bab keimanan mengenai iman yang kuat lebih baik dari iman

yang lemah.

Karakter pertama adalah kuat. “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih

dicintai Allah daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada

kebaikan,” (HR. Muslim). Artinya kecintaan Allah kepada makhluknya

berbeda-beda, seperti kecintaan-Nya kepada mukmin yang kuat lebih besar

daripada kecintaan-Nya kepada mukmin yang lemah. Karena orang yang kuat

akan mampu berbuat lebih baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain.

Sedangkan karakter kedua adalah semangat. “Bersemangatlah atas hal-hal yang

bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah,” (HR.

Muslim). “Artinya kekuatan tidak ada gunanya jika seorang mukmin tidak

memiliki semangat. Karena semangatlah yang membuat orang lemah menjadi

kuat. Orang sakit menjadi lebih cepat sembuh. Semangatlah membuat orang

terpuruk menjadi bangkit,” imbuhnya.


2

Fenomena seperti ini sudah terlihat jelas di kehidupan sehari-hari.

Banyak orang yang terlahir dari keluarga biasa tapi ia lebih berprestasi

daripada ia yang terlahir dari keluarga kaya. Golongan kurang mampu lebih

berhasil daripada orang yang dari keluarga berkecukupan. Tentu, semua itu

terjadi karena semangat di dalam dirinya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah pada

makalah ini, yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan Mukmin yang kuat ?

2. Bagaimana bunyi hadits yang menjelaskan tentang iman yang kuat lebih

baik dari iman yang lemah?

3. Apa sajakah perkara-perkara iman itu?

4. Bagaimanakah ciri seseorang yang kuat imannya?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan pada makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Mukmin yang kuat

2. Untuk mengetahui hadits yang menjelaskan tentang iman yang kuat lebih

baik dari iman yang lemah.

3. Untuk mengetahui apa saja perkara-perkara iman itu.

4. Untuk mengetahui ciri seseorang yang kuat imannya.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Mukmin yang Kuat

Derajat keimanan dan ketakwaan seseorang ternyata tidak sama di

hadapan Allah SWT. Sebagaimana berlaku di berbagai golongan dan kelompok,

levelisasi keimanan pada orang beriman juga terjadi. Contohnya, pada institusi

kepolisian. Kendati sama-sama anggota polisi dan memakai seragam yang sama,

pangkat masing-masing mereka tidaklah sama. Ada yang jenderal, komandan, dan

ada pula yang prajurit.

Demikian pulalah yang terjadi pada keimanan setiap orang beriman.

Kendati sama-sama orang beriman, di hadapan Allah ada level-level keimanan

yang diraih seseorang. Orang beriman yang paling tinggi derjatnya adalah mereka

yang paling dicintai oleh Allah SWT. Semakin dekat ia dengan Allah, semakin

tinggilah derajat keimanannya.  Lalu, siapakah mereka yang paling dicintai Allah

itu? Hadis dari Abu Hurairah RA menyebutkan, "Orang beriman yang kuat lebih

baik dan lebih dicintai Allah SWT daripada orang beriman yang lemah dan pada

keduanya ada kebaikan." (HR Muslim).

Tentu saja orang yang kuat lebih baik kualitas ibadahnya daripada mereka

yang lemah. Secara logika saja, orang yang kuat secara fisik akan lebih mampu

untuk memperbanyak intensitas dan kualitas ibadah ketimbang orang yang lemah.

Orang yang kuat secara ekonomi akan mampu berinfak dan bersedekah

lebih banyak ketimbang orang yang perekonomiannya lemah. Jadi, salah satu

upaya untuk meraih kecintaan Allah dan menggapai derajat keimanan yang lebih

tinggi adalah dengan menjadi mukmin yang kuat.


4

Imam Nawawi mendefinisikan kuat dalam Hadis Riwayat Muslim tersebut

adalah kuatnya tekad untuk mengerjakan ketaatan kepada Allah SWT. Sudah

menjadi karakter dan tabiat bagi orang beriman untuk berlomba-lomba memburu

kebaikan dan ketaatan kepada Allah. Para sahabat Nabi SAW selalu mencari tahu,

apa sunah Nabi mereka yang belum sempat mereka kerjakan. Jika ada momentum

melakukan kebaikan, mereka tak ingin ketinggalan, apalagi mengabaikannya.

B. Hadits.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sasallam bersabda:

ْ ‫ص عَل َى َمايَ ْنفَ ُع َك َوا‬


ِ‫ستَ ِعنْ بِاهلل‬ ْ ‫اِ ْح ِر‬,‫ف َوفِ ْي ُك ٍّل َخ ْي ٌر‬
ِ ‫ض ِع ْي‬ َ ِ‫ي َخ ْي ٌر َوأَ َح ُّب إ‬
َّ ‫لى هللاِ ِمنَ ا ْل ُمؤْ ِم ِن ال‬ ُّ ‫اَ ْل ُمؤْ ِمنُ ا ْلقَ ِو‬
‫فَإِنَّ لَ ْوتَ ْفت َُح َع َم َل‬,‫قَ َد ُرهللاِ َو َماشَا َءفَ َع َل‬:‫ َولَ ِكنْ قُ ْل‬,‫لَ ْوأَنَّي فَ َع ْلتُ َكانَ َك َذا َو َك َذا‬:‫صابَ َك ش َْي ٌءفَالَتَقُ ْل‬
َ َ‫ َوإِنْ أ‬,‫َوالَتَ ْع َج ْز‬

ِ َ‫ش ْيط‬
‫ان‬ َّ ‫ال‬.

Terjamahaanya :

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin
yang lemah, dan keduanya memiliki kebaikan. Bersegeralah terhadap sesuatu
yang bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah di dalam
melakukannya dan janganlah merasa lemah, jika sesuau menimpamu, maka
janganlah kamu mengatakan, ‘Seandainya aku melakukannya, niscaya akan begini
dan begitu, akan tetapi ucapkanlah: ‘Inilah ketentuan dari Allah, dan Dia
melakukan apa yang dikehendaki-Nya’, karena kata (seandainya) dapat membuka
tipu daya syaitan.”1

1. Asbabul Wurud.

Hadits ini shahih, Diriwayatkan oleh Imam Muslim (no. 2664); Ibnu Majah

(no. 79, 4168); Ahmad (II/226 no. 8777).

1
Muhammad bin Falih. Jadilah Mukmin yang Kuat!: Lebih Baik dan Lebih Dicintai
Allah. (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005).hal.,10
5

2. Analisa Pribadi.

Dijelaskan dalam hadits berikut, bahwa Allah swt. mencintai orang-

orang mukmin, terutama orang mukmin yang kuat, sebagaimana Allah pun

mencintai orang-orang yang bertakwa, berbuat baik, bertawakal, bersabar,

bersyukur, bertaubat, bersuci dan adil. Seorang mukmin yang bijak adalah

seorang mukmin yang selalu berusaha untuk mendapatkan cinta dari Allah

dengan melakukan amal-amal yang mewujudkan kecintaan tersebut, karena

seorang mukmin selalu bersegera di dalam melakukan sifat-sifat yang terpuji

berupa keimanan, ketakwaan, kesabaran, syukur, pemaafan, tawakal,

keindahan, kebersihan dan yang lainnya, diantara hal-hal yang dapat

mendatangkan kecintaan Allah Ta’ala dan selalu bersemangat untuk

melakukan semua perbuatan yang baik serta dapat mendekatkan dirinya kepada

Allah sehingga mendapatkan kecintaan dari Allah.

3. Pendapat Ahli.

Dan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan lafazh:

‫ش ٌئ فَالَ تَقُ ْل لَ ْو أَنِّي فَ َع ْلتُ َك َذا َو َك َذا‬ َ َ‫فَاإِنْ ا‬


َ ‫صابَ َك‬

Terjamahannya :

“Jika sesuatu menimpamu, maka janganlah kamu mengatakan, ‘Seandainya


aku melakukannya begini, niscaya akan (terjadi) begini dan begitu.’“

Dalam Kitab Iman bab ke-2 Allah swt. berfirman dan mendefinisikan

adanya perkara-perkara iman.

Firman Allah swt.:


6

ِ ‫وْ ِم ْا‬JJَ‫ َّر َم ْن آ َمنَ بِاهللِ َو ْالي‬Jِ‫ب َولَ ِك َّن ْالب‬


‫ ِر‬J‫آلخ‬ ِ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر‬
ِ ‫ْس ْالبِ َّر أَ ْن تُ َولُّوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم قِبَ َل ْال َم ْش ِر‬
َ ‫ ( لَي‬: ‫َوقَوْ ِل هللاِ تَ َعالَى‬
َ‫ائِلِ ْين‬J‫الس‬ َّ ‫ا َك ْينَ َوا ْب ِن‬J‫ل َو ْال َم َس‬J‫رْ بَى َو ْاليَتَا َمى‬Jُ‫ْن َوآتَى ْال َما َل َعلَى ُحبِّ ِه َذ ِوي ْالق‬Jَ ‫ب َوالنَّبِيِّي‬
َّ ‫بِ ْي ِل َو‬J‫الس‬ ِ ‫َو ْال َمالَئِ َك ِة َو ْال ِكتَا‬
َ‫ار ِء َو ِح ْين‬
َ ‫ض‬ َ ‫صالَةَ َوآتَىى ال َّز َكاةَ َو ْال ُموفُونَ بِ َع ْه ِد ِه ْم أِ َذا عَاهَدُوا َو‬
َ ‫الصابِ ِر ْينَ فِي البَأ َسا ِء َوال‬ َّ ‫ب َوأَقَا َم ال‬
ِ ‫َوفِي الرِّ قَا‬
َ ِ‫ص َدقُوْ ا َوأُوْ لَئ‬
َ‫" (قَ ْد اَ ْفلَ َح ْال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ )" اآْل يَة‬," ) َ‫ك هُ ُم ْال ُمتَّقُوْ ن‬ َ َ‫ك الَ ِذ ْين‬َ ِ‫س أُولَئ‬ ْ
ِ ‫البَأ‬

Terjamhannya :

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu


kebajikan. Tetapi, sesungguhnya kebajikan itu ialah orang yang beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan
harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan), dan orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan sholat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan peperangan. Mereka itulah orang-orang
yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (al-
baqarah:177) Dan firman Allah,”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman.” (al Mu’miniin: 1)2

Dengan firman Allah swt. tersebut, keimanan akan semakin kuat dan

kokoh serta menjadikan umatnya sebagai mukmin yang kuat imannya apabila

perkara-perkara keimanan tersebut dijalankan dengan penuh keikhlasan dan

dengan niat hanya kepada Allah swt, sebagai rasa mahabbahnya kepada Allah swt.
Apabila benar-benar melakukan perkara tersebut, beruntunglah bagi orang-orang

yang beriman karena dicintai oleh Allah swt. Subhanallah.

Kekuatan dan kelemahan pada diri seorang mukmin merupakan

pembahasan yang sangat penting, karena di dalam pembahasan ini, Rasulullah

saw. menjelaskan masalah yang sangat penting dan perlu diketahui juga dihayati.

Namun, ia akan menjadi kuat jika mewujudkan sebab-sebab yang menjadikannya

kuat lalu memegangnya dengan teguh.

2
Al-Albani Nashiruddin. Mukhtasar Shahih al-Imam al-Bukhari. (Jakarta: Gema Insani,
2003).hal.,24
7

Rasulullah mengungkapkan kekuatan iman ini secara mutlak, karena itu

yang dimaksud dengan kekuatan disini adalah umum, mencakup:

1. Kekuatan iman yang tertanam di dalam diri seorang mukmin, yang sama

sekali tidak dapat digoyahkan oleh keraguan, tidak dapat dirobohkan oleh

syubhat dan tidak dapat dilemahkan oleh syahwat, walaupun badan yang

dimilikinya sangat lemah tetapi keimanannya lebih kuat dari gunung.

2. Kekuatan keilmuan, hal ini yang membawa manusia kepada kekuatan iman

dan amal yang lurus juga perilaku yang benar.

3. Kekuatan kehendak jiwa, dengannya seseorang tidak akan merasakan

lemahnya keinginan, malas dan tidak bersemangat, karena yang timbul dari

dalam jiwanya adalah kepercayaan diri dan kebenaran yang selalu ia

lakukan, dengannya dia dapat menghadapi segala rayuan dan syahwat yang

menggodanya dengan kekuatan dan keberanian yang sangat dahsyat,

berbeda dengan orang-orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi

(tidak dengan penuh keyakinan), ia akan merasakan ketenangan ketika

mendapatkan kebaikan, sedangkan jika kejelekan menimpanya, maka dia

akan berubah menjadi tidak baik.

Kekuatan jasmani, hal ini yang sangat membantu di dalam

melaksanakannya amal sholeh, seorang mukmin memanfaatkan tersebut di dalam

mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan sholat, puasa, jihad, amar

ma’ruf nahi munkar, membantu kaum papa, dan menolong orang yang teraniaya,

seorang mukmin tidak pantas selalu mengharapkan bertambahnya kekuatan badan

tanpa ada niat dalam dirinya untuk memanfaatkan kemampuan tersebut di dalam

ketaatan kepada Allah sehingga tidak seperti hewan bahkan lebih hina lagi

daripada hewan.
8

C. Perkara-perkara Iman

Dalam buku Ensiklopedia Islam Al Kamil yang ditulis oleh Syaikh

Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijiri, disebutkan bahwa iman

kepada Allah subhanahu wa ta’ala mencakup empat perkara, yaitu:

1. Iman Terhadap Keberadaan (Wujud) Allah subhanahu wa ta’ala.

a. Secara fitrah Allah menciptakan setiap makhluk beriman kepada Sang

Pencipta. Dalam firmanya,

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah);

(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.”(QS. Ar Rum: 30)

b. Akal yang kita miliki mengisyaratkan bahwa alam ini ada penciptanya,

sedangkan setiap makhluk baik yang terdahulu maupun akan datang

hauslah ada zat yang menciptakan dan mengadakannya.

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang

menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan

langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang

mereka katakan).”(QS. Ath Thur: 35-36)

c. Selain itu, panca indra yang kita miliki adalah salah satu tanda yang

menunjukan akan keberadaan Allah subahanhau wa ta’ala. Kita yang bisa

merasakan hangatnya sinar maahari dan menyaksikan pergantian siang

dan malam adalah bukti nyatanya.


9

“Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang

demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang

mempunyai penglihatan.”(QS. An Nur: 44)

d. Adanya syariat mengisyaratkan adanya Allah subhanahu wa ta’ala.

Hukum-hukum terkait kepentingan umat Allah yang tertuliskan dalam

kitab-kitabNya melalui para Nabi dan RasulNya. Yang mana dari semua itu

adalah bukti nyata bahwa hokum tersebut dibuat oleh Allah subhanahu wa

ta’ala.

2. Iman bahwa Allah adalah Tuhan yang Tidak Ada Sekutu BagiNya

Meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah zat yang

menciptakan semua makhuk, mengadakan segala sesuatunya, membentuk alam

semesta, menciptakan langit dan bumi, menciptakan matahari dan bulan,

menciotakan malam dan siang, hewan, tumbuhan, lautan, dan juga gunung.

Maka hanya Dial ah yang berhak disembah, karena Dialah yang menciptakan

semuanya.

“Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di

dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu..”(QS al-Maidah: 120)

3. Beriman dengan Uluhiyyah Allah subhanahu wa ta’ala.

Meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah Yang Maha Esa

dalam sisi rububiyyah (ketuhanan) tidak ada sekuti bagi-Nya, dan Esa dalam

uluhiyyah (peribadatan) tidak ada sekutu bagiNya. Maka hanya Dialah yang

berhak untuk disembah. Menyembah kepada-Nya dengan apa yang semua

diperintahkan-Nya tanpa mempersekutukan-Nya.


10

“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu;

tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan

Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.”(QS al-An’am: 102)

4. Beriman dengan Asma’ (nama-nama) dan sifat-sifat Allah subhanahu wa

ta’ala.

Asma Al Husna yang kita ketahui adalah nama-nama yang

menggambarkan akan sifat-sifat dari Allah subhanhau wa ta’ala yang terdiri

atas 99 nama, di antaranya adalah Ar Rahman, Al Malik, As Salam, dan

lainnya.

Dari semua nama dan juga sifat tersebut kita harus meyakininya dengan

memahaminya, menghafal, mengakui, dan menyembah Allah subhanhau wa

ta’ala dengannya.

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya

dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang

menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka

akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”(QS al-

A’raf: 180)

D. Ciri-ciri Iman yang Kuat

Iman adalah hal mutlak yang harus dimiliki setiap Muslim. Tanpa

keimanan, segalanya hanyalah kosong dan tak berarti. Selain seorang Muslim

harus meyakini rukun iman sebagai bukti keimanannya, Allah SWT juga

menyebutkan di dalam Surat Al-Anfal ayat 2-4 tentang ciri-ciri orang beriman

yang sesungguhnya, Artinya :


11

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila


disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka
ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka [karenanya] dan kepada Tuhanlah
mereka bertawakkal, (2) [yaitu] orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (3) Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki [ni’mat]
yang mulia.” (4). (QS Al-Anfal [8]: 2-4).

1. Hatinya gemetar ketika mendengar nama Allah

Hanya orang yang berimanlah, yang jika disebutkan nama Allah,

gemetar hatinya, ada rasa takut dalam hatinya. Rasa takutnya justru sebagai

bentuk mengagungkan asma Allah. Maka, jika ia berkeinginan untuk

melakukan perbuatan dosa atau maksiat, ia pun segara teringat Allah dan takut

melaksanakannya.

2. Bertambah imannya jika dibacakan ayat Al-Quran.

Bagi orang beriman, menjadi makmum berdiri di belakang imam shalat,

imam membaca ayat yang sekiranya panjang-panjang. Itu adalah hak imam,

dan orang beriman akan senang saja. Sebab, ya itu tadi, apabila dibacaan ayat-

ayat Allah, maka bertambahlah imannya.

Demikian pula ketika ada seorang ‘alim mengaji ayat-ayat Allah, ia

akan senang mendengarnya. Menguraikan Al-Quran dan As-Sunnah, ia akan

betah mendengarkannya.

3. Bertawakkal hanya kepada Allah

Orang yang beriman akan menyandarkan segala urusannya hanya

kepada Allah, bukan kepada benda, gunung, cincin, keris, atau yang lain.

Karena orang beriman itu yakin bahwa tidak akan terwujud suatu hal kecuali
12

atas kehendak Allah. Jika Allah berkehendak terjadi, maka terjadilah. Dan jika

Allah tidak berkehendak,maka tidak akan terjadi.

4. Mendirikan Shalat

Mendirikan shalat adalah bukti keimanan seseorang. Di samping karena

memang shalat adalah tiangnya agama. Kalau ia menegakkan shalatnya, sama

dengan ia menegakkan agamanya. Sebaliknya manakala ia meruntuhkannya,

tidak memperhatikannya, mengabaikannya, sama juga dengan meruntuhkan,

tidak memperhatikan dan mengabaikan agamanya sendiri.

5. Gemar berinfak di jalan Allah.3

Seseorang dikatakan beriman kepada Allah adalah ketika ia gemar

menginfakkan hartanya di jalan Allah. Allah SWT berfirman yang artinya,

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa


yang dikehendaki Nya di antara hamba-hamba Nya dan menyempitkan bagi
(siapa yang dikehendaki Nya)’, dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka
Allah akan menggantinya dan Dia lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”
(QS. Saba [34]: 39).

3
Sodikin, “Ciri-ciri orang beriman” https://www.islampos.com/ini-ciri-ciri-orang-
beriman-yang-sesungguhnya-54833/ , 18 Juli 2021.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas, adapun kesimpulan pada makalah ini,

yaitu :

1. Tentu saja orang yang kuat lebih baik kualitas ibadahnya daripada mereka

yang lemah. Secara logika saja, orang yang kuat secara fisik akan lebih

mampu untuk memperbanyak intensitas dan kualitas ibadah ketimbang

orang yang lemah.

2. Dijelaskan dalam hadits berikut, bahwa Allah swt. mencintai orang-orang

mukmin, terutama orang mukmin yang kuat, sebagaimana Allah pun

mencintai orang-orang yang bertakwa, berbuat baik, bertawakal, bersabar,

bersyukur, bertaubat, bersuci dan adil.

3. Dalam buku Ensiklopedia Islam Al Kamil yang ditulis oleh Syaikh

Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijiri, disebutkan bahwa iman

kepada Allah subhanahu wa ta’ala mencakup empat perkara,

4. Iman adalah hal mutlak yang harus dimiliki setiap Muslim. Tanpa

keimanan, segalanya hanyalah kosong dan tak berarti. Selain seorang

Muslim harus meyakini rukun iman sebagai bukti keimanannya, Allah SWT

juga menyebutkan di dalam Surat Al-Anfal ayat 2-4 tentang ciri-ciri orang

beriman

B. Saran

Adapun saran yang bisa kami sampaikan pada makalah ini selaku penulis

yaitu agar kiranya para pembaca lebih menambah wawasan mengenai materi yang

kami bahas pada makalah ini, karena makalah yang kami buat masih jauh dari

kata sempurna.
DAFTAR RUJUKAN

Al-Albani Nashiruddin. Mukhtasar Shahih al-Imam al-Bukhari. Jakarta: Gema


Insani, 2003.
Muhammad bin Falih. Jadilah Mukmin yang Kuat!: Lebih Baik dan Lebih
Dicintai Allah. Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2005.
Sodikin. “Ciri-ciri orang beriman” https://www.islampos.com/ini-ciri-ciri-orang-
beriman-yang-sesungguhnya-54833/ , 18 Juli 2021.

Anda mungkin juga menyukai