Geografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu geographya. Dimana geo berarti bumi dan
graphein berarti tulisan, uraian, atau deskripsi.
Jika ditelaah dari kata asal geografi tersebut, maka geografi merupakan ilmu pengetahuan
yang menuliskan, menguraikan, atau mendeskripsikan hal-hal yang berhubungan dengan
bumi.
Selama perkembangannya, ilmu geografi banyak didefinisikan oleh para ahli geografi.
Berikut beberapa ahli yang mendefisnisikan geografi, diantaranya:
Dari beberapa pendapat para ahli tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa geografi adalah
ilmu yang mempelajari tentang gejala dan kehidupan di muka bumi serta interaksi manusia
di lingkungannya dalam kaitannya dengan hubungan atau susunan keruangan dan
kewilayahan.
Konsep Geografi
1. Konsep Lokasi
Konsep lokasi menjelaskan suatu objek atau fenomena geosfer berkaitan dengan letaknya
di permukaan bumi. Konsep lokasi dibagi menjadi dua, yaitu lokasi absolut dan lokasi
relatif.
a. Lokasi Absolut
Lokasi absolut adalah letak yang bersifat tetap. Lokasi absolut ditentukan dengan sistem
koordinat garis lintang dan garis bujur.
Lokasi absolut memiliki sebuah fungsi atau kegunaan, yaitu untuk menentukan
fenomena/gejala dalam ruang di permukaan bumi atau dalam peta.
b. Lokasi Relatif
Lokasi relatif menunjukkan letak berdasarkan kondisi daerah sekitarnya. Lokasi relatif
merupakan suatu lokasi yang memiliki arti penting terhadap wilayah di sekitarnya.
Bisa juga wilayah tersebut menjadi wilayah yang tidak diminati atau bahkan dihindari oleh
masyarakat di sekitarnya.
Dengan kata lain, lokasi relatif adalah lokasi suatu objek yang nilainya ditentukan oleh
objek-objek lain di luarnya.
Sebagai contoh, lokasi Desa Suka Maju jauh dari kota dan jauh dari jalan raya dibanding
lokasi Desa Baru Jadi yang terletak dekat kota dan di pinggir jalan raya.
2. Konsep Jarak
Konsep ini mengkaji jarak antara suatu tempat dengan tempat lain. Konsep jarak dibedakan
menjadi dua, yaitu jarak absolut dan jarak relatif.
a. Jarak Absolut
Jarak absolut diukur menggunakan satuan panjang
b. Jarak Relatif
Jarak relatif diukur dengan mempertimbangkan rute, waktu, atau biaya.
3. Konsep Keterjangkauan
Konsep keterjangkauan mengkaji aksesbilitas suatu tempat. .
Ketersediaan sarana prasarana untuk menjangkau suatu wilayah yang jauh akan mudah
dijangkau apabila sarana dan prasarana transportasi memadai.
Sebaliknya jarak yang dekat, tetapi kondisi sarana prasarana transportasi kurang memadai
menunjukkan aksesbilitas wilayah rendah
Faktor adat istiadat dan sikap masyarakat setempat yang sulit untuk menerima pengaruh
dari luar, akan dapat menyebabkan suatu tempat sulit dijangkau.
Suharyono (1994) dalam bukunya yang berjudul "Filsafat Geografi" menjelaskan bahwa:
"Keterjangkauan tidak selalu berkait dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi
medan atau ada tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai.
Suatu tempat dapat dikatakan dalam keadaan terasing atau terisolasi kalau tempat itu
sukar dijangkau (dengan sarana komunikasi atau angkutan) dari tempat-tempat lain, meski
tempat tersebut relatif tidak jauh dari tempat-tempat lain itu
Rintangan medan berupa adanya rangkaian pegunungan tinggi, hutan lebat, dan rawa-
rawa atau gurun pasir yang luas merupakan contoh penyebab suatu tempat kurang dapat
dijangkau dari tempat-tempat lain.
Faktor sosial yang berupa bahasa, adat istiadat serta sikap penduduk yang berlainan
(mencurigai setiap orang asing sebagai musuh) dapat pula menjadikan faktor penyebab
keterjangkauan suatu tempat."
4. Konsep Pola
Konsep pola berkaitan dengan susunan bentuk atau persebaran fenomena dalam ruang di
muka bumi, baik bersifat alami ataupun sosial budaya.
Fenomena alami, misalnya aliran sungai, persebaran vegetasi, jenis tanah, dan curah hujan.
Geografi mempelajari pola-pola bentuk dan persebaran fenomena, memahami makna atau
artinya, serta berupaya untuk memanfaatkannya dan di mana mungkin juga
mengintervensi atau memodifikasi pola-pola guna mendapatkan manfaat yang lebih besar.
Sebagai contoh, orang berladang dan menggembalakan ternak di daerah yang hujannya
kurang dan bersawah di daerah yang cukup air.
Di kawasan yang sudah maju orang membuat terusan-terusan untuk lebih memanfaatkan
sungai-sungai yang ada sebagai angkutan air.
Dengan mengingat adanya aliran sungai, tanah yang subur, tanah datar yang terbatas, ada
pola-pola permukiman yang memanjang (sepanjang tepi sungai), meggerombol,
menyebar, dan terpencar tidak merata.
Pada daerah perkotaan yang dibangun secara terencana orang membuat daerah
permukiman dengan pola sedemikian rupa untuk memudahkan setiap penduduk mencapai
pasar/tempat berbelanja, pergi ke kantor, pergi ke sekolah dan sebagainya dengan mudah
serta mewujudkan kehidupan sehari-hari yang nyaman dan akrab.
Sebaliknya, dalam keadaan serba keterbatasan segolongan orang tinggal pada rumah yang
saling berimpitan tanpa disertai adanya fasilitas pelayanan umum yang cukup memadai.
5. Konsep Morfologi
Konsep morfologi merupakan konsep yang berhubungan dengan relief (bentuk permukaan
bumi) yang berbeda-beda, sehingga kegunaanya pun berbeda.
Bentuk permukaan bumi sebagai hasil proses alam memiliki hubungan dengan aktivitas
atau kegiatan manusia dalam hidupnya.
Morfologi juga menyangkut bentuk lahan yang terkait dengan erosi dan pengendapan,
penggunaan lahan, tebal tanah, ketersediaan air serta jenis vegetasi yang dominan.
Bentuk dataran ataupun plato (dengan kemiringan tak lebih dari 5 derajat) merupakan
perwujudan wilayah yang mudah digunakan sebagai daerah permukiman dan usaha
pertanian serta usaha-usaha perekonomian lainnya.
Jika diperhatikan peta persebaran penduduk di Asia ternyata penduduk yang padat
terpusat terutama di lembah-lembah sungai besar dan tanah-tanah datar yang subur.
Sedang wilayah yang penuh dengan pegunungan atau dengan lereng-lereng yang terjal
yang mempunyai keterjangkauan sangat terbatas lazimnya merupakan wilayah yang jarang
penduduknya atau bahkan tidak didiami manusia.
Bentuk pulau dengan garis-garis pantai yang panjang memberi arti yang khusus mengingat
nilai maritimitas (rasio panjang pantai dengan luas daratan) yang tinggi.
6. Konsep Aglomerasi
Konsep aglomerasi berkaitan dengan pemusatan atau pengelompokan suatu fenomena di
permukaan bumi.
Pada masyarakat kota cenderung tinggal mengelompok pada tingakt yang sejenis
sehingga timbul daerah permukiman elit, daerah tempat tinggal para pedagang, daerah
permukiman kompleks perumnas, yang kebanyakan penghuninya pegawai negeri serta ada
juga daerah permukiman kumuh.
Sebaliknya, makin terbatas tanah datar dan juga kurang subur, gerombolan dukuh atau
desa makin kecil dan makin terpencar letaknya.
Salah satu keuntungan yang didapatkan dengan adanya aglomerasi penduduk yang padat
ialah dimungkikannya pengembangan sistem ekonomi aglomerasi yang memanfaatkan
jumlah penduduk yang besar sebagai daerah pemasaran/pelayanan namun hanya meliputi
wilayah yang sempit.
Ini berarti memungkinkan efisiensi yang tinggi dalam produksi, pengangkutan barang
maupun pemasangan atau pengadaan sarana-sarana untuk pelayanan umum.
Ekonomi aglomerasi itu sendiri artinya penghematan akibat menurunnya biaya rata-rata
produksi atau pemeberian jasa, dan dapat terjadi melalui ekonomi skala atau ekonomi
skala internal (penghematan akibat meningkatnya skala operasi), ekonomi lokaslisasi atau
ekonmi skala eksternal (penghematan akibat menurunnya biaya rata-rata produksi per unit
karena kedekatan lokasi atau kesamaan dalam melakukan kegiatan), ekonomi transfer
(penghematan karena biaya pengangkutan yang relatif murah), dan ekonomi urbanisasi
(penghematan karena aglomerasi industri di wilayah perkotaan yang besar).
Contohnya tempat wisata, bagi wisatawan merupakan tempat untuk berekreasi, namun
bagi pedagang tempat wisata tersebut merupakan tempat berdagang yang
menguntungkan.
Misalnya: gerakan orang, barang, dan gagasan dari suatu tempat ke tempat lain seperti,
Pergerakan penduduk, berupa sirkulasi, komutasi (ulang-alik), dan migrasi.
Pergerakan barang (sandang) dari kota ke desa; pangan dari desa ke kota.
Pergerakan berita (informasi) melalui radio, televisi, surat kabar dan lain-lain, terhadap
pembaca atau pemirsa.
Dengan kata lain konsep ini menggambarkan hubungan antara persebaran gejala geografi
di suatu tempat dengan gejala lain.
Dalam mengkaji suatu permasalahan geografi, geografi fisis dan geografi manusia tidak
dapat dipisahkan. Bahkan masing-masing cabang geografi saling membutuhkan dan saling
melengkapi.
Oleh karena itu, kajian geografi akan menyimpang dari tujuannya apabila tidak terjadi
konsep penyatuan dalam mengkaji permasalahan.
Prinsip Geografi
1. Prinsip Persebaran
Di permukaan bumi terdapat persebaran gejala alam.
Di mana persebaran alam yang tidak merata di permukaan bumi yang meliputi bentang
alam, tumbuhan, hewan, dan mansia disebut dengan prinsip persebaran.
Persebaran gejala atau fakta yang terjadi di permukaan bumi yang tidak merata bisa
digambarkan dan diungkapkan dalam ruang atau wilayah.
Sehingga dengan melihat dan menggambarkan gejala tersebut pada peta, maka akan bisa
diungkapkan hubungan antara gejala satu dengan yang lainnya.
2. Prinsip Interelasi
Suatu hubungan yang saling terkait dalam ruang atau antara gejala satu dengan gejala
yang lain, disebut prinsip interleasi.
Hubungan antara satu faktor denga faktor yang lain tersebut, antara lain hubungan antara
faktor fisis dengan faktor fisis, faktor manusia dengan faktor manusia, dan faktor fisi
dengan faktor manusia yang pada akhrinya akan bisa diketahui karakteristik atau gejala
yang ada pada suatu wilayah tersebut.
3. Prinsip Deskripsi
Prinsip deskripti bisa diartikan sebagai penjelasan yang lebih jauh atau lebih terperinci
tentang gejala atau fenomena alam yang sedang dipelajari dan diselidiki.
Prinsip deskriptif bisa disajikan dalam bentuk tulisan atau kalimat, peta, gambar, tabel, dan
juga grafik.
Maksud dari prinsip deskripsi yaitu pada interelasi gejala satu dengan yang lain atau antara
faktor yang satu dengan faktor yang lain bisa dijelaskan sebab dan akibat dari interelasi
tersebut.
Penjelasan tentang sebab dan akibat dari interelasi bisa dijelaskan, di mana penjelasan atau
deskripsi tersebut bisa memberikan gambaran yang lebih jauh tentang gejala yang sedang
dipelajari.
4. Prinsip Korologi
Prinsip korologi merupakan prinsip yang meinjau gejala, fakta, ataupun masalah geografi di
suatu tempat yang ditinjau persebarannya, interelasinya, interaksinya, dan integrasinya
dalam ruang tertentu, di mana ruang tersebut akan memberikan karakteristik kepada
kesatuan gejala tersebut.
Ruang yang dimaksud adalah bagian permukaan bumi, baik keseluruhan ataupun sebagian,
termasuk juga atmosfer yang paling bawah (troposfer), litosfer, hidrosfer, dan organisme.
Prinsip keruangan atau korologi ini sangat komprehensif karena sangat berkaitan dengan
ketiga prinsip sebelumnya. Di mana prinsip ini merupakan ciri dari geografi modern.
Pendekatan Geografi
Pendekatan Geografi
1. Pendekatan Keruangan
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif
geografi dapat dipandang dari struktur, pola, dan proses.
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan strutkur, pola dan
proses.
Kerangka kerja analisis pendekatan keruangan bertitik tolak pada permasalahan susunan
elemen-elemen pembentuk ruang.
2. Pendekatan Kelingkungan
Pendekatan ekologi/lingkungan merupakan pendekatan berdasarkan interaksi yang terjadi
pada lingkungan.
Salah satu teori dalam pendekatan atau analisi ekologi adalah teori tentang lingkungan.
Geografi berkenaan dengan interelasi antara kehidupan manusia dan faktor fisik yang
membentuk sistem keruangan yang menghubungkan suatu region dengan region lainnya.
Adapun ekologi, khususnya ekologi manusia berkenaan dengan interelasi antara manusia
dan lingkungan yang membentuk sistem ekologi atau ekosistem.
Dalam analisis ekologi, kita mencoba menelaah interaksi antara manusia dengan ketiga
lingkungan tersebut pada suatu wilayah atau ruang tertentu.
Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi pada eksistensi ruang, namun pada
keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan varaibel lingkungan yang ada.
(1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia.
(2) perilaku manusia yang meliputi perkembangan ide-ide dan nilai-nilai geografis serta
kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut.
Lingkungan geografi memiliki dua aspek, yaitu lingkungan perilaku (behavior environment)
dan lingkungan fenomena (phenomena environment).
Lingkungan perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan
kesadaran lingkungan.
Ada dua aspek penting dalam pengembangan nilai dan gagasan geografi, yaitu lingkungan
budaya gagasan-gagasan geografi, dan proses sosial ekonomi dan perubahan nilai-nilai
lingkungan.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu relik fisik tindakan manusia dan
fenomena alam. Relic fisik tindakan manusia mencakup penempatan urutan lingkungan
dan manusia sebagai agen perubahan lingkungan.
Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk penduduk dan
produk dan proses anorganik.
Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi.
Sistematika tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan
sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor.
Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi
jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu.
2. Mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola
alam di lokasi tersebut.
3. Mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya).
4. Menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang
ditimbulkan.
5. Mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
3. Pendekatan Kewilayahan
Dalam pendekatan kewilayahan, yang dikaji tentang penyebaran fenomena, gaya dan
masalah dalam keruangan, interaksi antara variabel manusia dan variabel fisik
lingkungannya yang saling terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya.
Pendekatan ini merupakan pendekatan keruangan dan lingkungan, maka kajiannya adalah
perpaduan antara keduanya.
Pendekatan yang terpadu inilah yang disebut pendekatan geografi. jadi fenomena, gejala,
dan masalah ditinjau penyebaran keruangannya, keterkaitan antara berbagai unit
ekosistem dalam ruang.
2. Aspek Manusia
Dalam aspek manusia yang dijadikan objek adalah manusia dengan berbagai gejalanya.
Dalam geografi sosial atau manusia terdapat empat aspek, yaitu ekonomi, politik, sosial,
dan budaya.
Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi yaitu aspek yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian yang
meliputi pertanian, perkebunan, pertambangan, perikanan, industri, perdagangan,
transportasi, dan pasar.
Aspek Politik
Aspek politik adalah aspek yang meliputi unsur pemerintahan dan kepartaian yang terjadi
dalam kehidupan masyarakat
Aspek Sosial
Aspek sosial adalah aspek yang meliputi unsur tradisi, adat istiadat, komunitas, kelompok
masyarakat, dan lembaga-lembaga sosial
Aspek Budaya
Aspek budaya yaitu aspek yang meliputi kajian unsur pendidikan, agama, bahasa, dan
kesenian yang ada dalam kebudayaan manusia.