Anda di halaman 1dari 7

1.

Jumlah Kab/kota yang memiliki paling kurang 80% cakupan


deteksi dini faktor risiko PTM

Definisi Operasional Jumlah Kab/kota yang memiliki paling kurang 80%


cakupan deteksi dini faktor risiko PTM adalah:
Kab/kota yang memiliki 80 % puskesmas yang
melakukan deteksi dini faktor risiko PTM pada setiap
warga negara usia 15 tahun keatas meliputi
pemeriksanaan tekanan darah, gula darah dan indeks
massa tubuh (IMT).

Frekuensi Pengumpulan Data Bulanan

Numerator Jumlah kab/kota yang memiliki cakupan deteksi dini


faktor risiko PTM minimal 80%

Denominator Jumlah seluruh kab/kota

Formula Jumlah kab/kota yang memiliki cakupan deteksi dini


faktor risiko PTM minimal 80%

Jumlah seluruh kab/kota

Sumber Data Sistem Informasi PTM (data program dan laporan


provinsi)

Standar 1. Permenkes No.71 tahun 2015 tentang Pencegahan


dan Pengendalian PTM
2. Juknis Posbindu

Grafik 3.7
Persentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan
kegiatan Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) PTM, Tahun 2018
250

200
192 193
192 195
189

150
114 123 117
117 117
100 79
82 8282 92 81
69
5050 50
50 27
22 27 14 11 3 15 3 3 21 28 1416
0
R
N AL AH RA R U N
RA
T
UR YA BA RU
BO TU GA BU TA A A
NG LA BA TI
M
TD IM P.
AM TA TE NG SE N N AN KE
TA KO KU E A IA RA .T
T R U GI G BA B.
KO U U
BU BA BA EP KA
AL UK KU K
Jumlah Desa M L
ADesa BerposbinduRAM M KIT B.
AL posbindu
U
M RA KA
SE SE M
Kabupaten/Kota yang memiliki persentase desa/ kelurahan yang
melaksanakan kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM
tertinggi adalah kota Ambon (72%), Buru (65,85%), sedangkan
yang terendah adalah kabupaten MTB (0%).
i. Upaya yang akan dilakukan untuk mencapai indikator
Berikut upaya-upaya yang akan dilakukan dalam mendukung
pencapaian indikator tersebut:
1. Peningkatan kapasitas SDM melalui Pelatihan Posbindu bagi petugas
kesehatan dan pembekalan kader Posbindu
2. Penguatan surveilans faktor risiko PTM dari Posbindu PTM melalui
sistem web.
3. Pemanfaatan dana dekon dan APBD dalam penyelenggaraan Posbindu PTM.
4. Pemanfaatan dana dekon untuk melakukan pelatihan
peyelenggaraan Posbindu PTM bagi Nakes dan kader di daerah.
5. Penyediaan alat dan bahan dalam bentuk Posbindu kit.
6. Integrasi kegiatan Posbindu PTM melalui Gerakan Hidup Sehat yang
di inisiasi oleh Kemenko PMK
7. Pembuatan Media Informasi elektronik tentang Posbindu PTM

ii. Analisa realisasi dan capaian indikator


Untuk mengupayakan agar kegiatan pencapaian indikator
Posbindu terlaksana secara optimal, maka diperlukan komitmen
pemerintah daerah untuk menggiatkan Posbindu PTM tidak hanya
melalui kegiatan UKBM dan di masyarakat namun juga melalui
kegiatan di institusi, SKPD/ OPD, sekolah, universitas, pabrik dan
keterlibatan pihak swasta lainnya. Mengintegrasikan kegiatan
posbindu dengan PIS-PK dan SPM.
iii. Kendala/ masalah yang dihadapi:
1. Masih kurangnya sosialisasi dan advokasi tentang penyelenggaraan
Posbindu PTM.
2. Belum berjalannya sistem surveilans faktor risiko PTM melalui Posbindu PTM.
3. Belum maksimalnya TOT dan pelatihan untuk semua provinsi daam
penyelenggaraan Posbindu
4. Perpindahan atau mutasi petugas daerah yang telah dilatih program PPTM
yang terlalu sering dan cepat, sehingga program PPTM didaerah menjadi
kurang optimal.
5. Masih rendahnya komitmen pemangku kebijakan didaerah terhadap
program pengendalian PTM.
6. Belum adanya regulasi yang dapat menjadi payung secara nasional dalam
pelaksanan kegiatan Posbindu untuk mendapatkan dukungan dari lintas
sektor sebagai stake holder terkait.
7. Dukungan lintas sektor sangat minimal, sedangkan kegiatan kemasyarakan
seperti Posbindu PTM sangat membutuhan kepedulian dan dukungan lintas
sektor baik pendanaan maupun sarana dan prasarananya.
8. Masih perlunya advokasi dan sosialisai yang bersifat masif dan terintegrasi
dalam mendukung kegiatan Posbindu PTM
9. Minimnya pemanfaatan dana DAK dan Dana lainnya dalam menunjang
kegiatan Posbindu di daerah.

iv. Rencana Tindak lanjut


Berikut ini beberapa rencana tindak lanjut dalam meningkatkan kualitas
indikator kinerja pada tahun berikutnya:
1. Peningkatan Kapasitas nakes dan kader Posbindu PTM melalui TOT,
Workshop dan pelatihan.
2. Sosialisasi dan advokasi penyelenggaraan Posbindu PTM di daerah.
3. Penguatan sistem surveilans faktor risiko melalui Posbindu PTM berbasis
web.
4. Mengintegrasikan kegiatan Posbindu PTM dengan kegiatan Program
Indonesia Sehat melalui pendekatan Keluarga Sehat.
5. Mengintegrasikan kegiatan Posbindu PTM dalam Rumah Sehat Desa.
6. Meningkatkan kampanye GERMAS terintegrasi Posbindu PTM.
7. Penguatan sistem surveilans faktor risiko PTM berbasis web melalui TOT
surveilains PTM yang telah tersertifikasi.
Berdasarkan target yang telah ditetapkan tahun 2019, 40,6%
puskesmas di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang melaksanakan
Pengendalian PTM terpadu, ini masih belum mencapai target yang harus
dicapai yaitu 50%.
a) Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan beberapa tahun terakhir.
Indikator jumlah Puskesmas yang melaksanakan pengendalian
PTM terpadu meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari
tahun 2018 yakni sekitar 17,2% menjadi 40,6% tahun 2019.
b) Perbandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini
dengan target jangka menengah yg terdapat dalam dokumen
perencanaan strategis organisasi tidak dapat disajikan dikarenakan
Indikator jumlah Puskesmas yang melaksanakan pengendalian
PTM terpadu tidak ditargetkan dalam RPJMND.
c) Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional.
Indikator jumlah Puskesmas yang melaksanakan pengendalian
PTM terpadu jika dibandingkan dengan target nasional yang
ditargetkan 50%, Provinsi Kep. Bangka Belitung masih belum
mencapai target nasional yaitu sebesar 40,6%.
Upaya yang dilakukan untuk mencapai indicator adalah upaya yang
dilakukan untuk mancapai indikator ini antara lain dengan melakukan
pelatihan tentang Pengendalian PTM Terpadu (Pandu PTM) dalam
beberapa secara bertahap dari tahun 2017 sampai dengan 2019. Karena
memang kegiatan ini baru bisa dijalankan setelah petugas kesehatan
seperti dokter dan perawatnya harus dilatih dahulu. Kegiatan ini
dianggarkan melalui dana dekonsentrasi dinas kesehatan.
Analisa Penyebab Kegagalan Salah satu kontribusi besar dari
pencapaian target ini adalah dukungan anggaran dari kementerian
kesehatan melalui dana dekonsentrasi Dinas Kesehatan Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Namun ketidak percayaan diri para petugas
kesehatan dalam menjalankan program ini walaupun sudah dilatih
membuat kegiatan ini belum berjalan secara maksimal, bahkan ada
puskesmas yang sudah dilatih namun tidak melaksanakan sama sekali
dipuskesmas kemudian tingginya mutasi SDM serta kebutuhan akan
pendidikan yang lebih baik
sehingga banyak petugas medis untuk sekolah lagi juga mempengaruhi
tidak tercapainya target ini.
Kendala/masalah yang dihadapi Kendala yang dihadapi untuk
mencapai indikator ini adalah waktu yang dibutuhkan dalam
pelaksanaannya mengingat pasien yang berobat banyak sekali karena
memang dalam pelaksanaan pandu ptm untuk pemeriksaan pasien satu
orang saja membutuhkan waktu kira – kira setengah jam. Kemudian
ketersediaan BHP yang mendukung pelaksanaan pandu PTM. Karena
setiap pasien yang datang usia 40 tahun keatas harus diperiksa semua
faktor risiko ptmnya.
Pemecahan Masalah Bersama Kab/Kota meningkatkan sosialisasi
dan koordinasi dengan LP/LS terkait. Selain itu melakukan advokasi
kepada pemerintah daerah agar dapat menyediakan sarana dan
prasarana untuk menunjang pelaksanaan program ini, terutama dalam
segi pendanaan. Memotivasi petugas kesehatan agar mau melakukan
program ini, on the job training pada petugas baru dan pembinaan
secara berkala.
Efisiensi penggunaan sumber daya Dalam hal efisiensi penggunaan
dana dalam rangka pencapaian indikator ini Kabupaten/Kota diharapkan
dapat menganggarkan kegiatan ini tanpa mengharapkan lagi anggaran
dari dekonsentrasi dinkes provinsi. Untuk melakukan pelatihan atau
sosialisasi yang terkait dengan target ini.
Kendala/masalah yang dihadapi Kendala yang dihadapi untuk
mencapai indikator ini adalah jarak desa yang lumayan jauh dari
jangkauan puskesmas, sehingga pembinaan sangat sulit dilakukan
mengingat keterbatasan dana , minimnya anggaran untuk membuat dan
menyalurkan media KIE juga menjadi kendala yang cukup berarti untuk
memberi masyarakat pengetahuan akan pentingnya deteksi dini faktor
risiko ptm, serta minimnya BHP. Tidak adanya insentif disebagian kader
juga jadi permasalahan.
Pemecahan Masalah Bersama Kab/Kota
meningkatkan sosialisasi dan koordinasi dengan LP/LS
terkait. Selain itu melakukan advokasi kepada
pemerintah daerah agar dapat menyediakan sarana dan
prasarana untuk menunjang pelaksanaan program ini,
terutama dalam segi pendanaan. Keaktifan, motivasi
tinggi serta inovasi yang harus dimiliki petugas kesehatan
atau kader – kader kesehatan dalam memberi informasi
kepada masyarakat sehingga masyarakat ikut andil
mensukseskan deteksi dini fr ptm di Posbindu secara
berkesinambungan. Kemudian menginventarisir serta
pembinaan terhadap posbindu yang telah dibentuk agar
tetap berjalan dengan baik.
Efisiensi penggunaan sumber daya Dalam hal
efisiensi penggunaan dana dalam rangka pencapaian
indikator ini Kabupaten/Kota dapat menganggarkan
kegiatan dari dana APBD daerah dan merencanakan
kegiatan yang berbeda dengan kegiatan yang didanai
oleh provinsi dan pusat, sehingga kegiatan tidak
tumpang tindih dan menghindari pemborosan
penggunaan dana.

Anda mungkin juga menyukai