cakupan Survei darah malaria massal/Mass Blood Survey (MBS) diatas 80%, penanganan habitat
perkembangbiakan nyamuk Anopheles sebagai penular malaria, strategi membangkitkan kembali
masyarakat agar tidak lengah terhadap penularan malaria, menguatkan peran lintas program dan lintas
sektor melalui pembagian peran, fungsi dan kegiatan. X
Penelitian dilakukan di wilayah perbukitan menoreh, meliputi Kabupaten Magelang, Purworejo dan
Kulonprogo. Lokasi penelitian di dua desa dengan masalah malaria di wilayah perbukitan menorah pada
setiap Kabupaten. Pelaksanaan penelitian bulan Februari-November 2018.
Hasil penelitian menunjukkan strategi/model agar cakupan MBS diatas 80% dapat terpenuhi yaitu
melakukan sosialisasi sebelum MBS, pelaksanaan yang mengakomodir waktu luang penduduk,
pemantauan data masuk terus menerus bersama kader/pamong setempat sehingga dapat diupayakan
agar warga yang belum di MBS dapat datang/diambil darahnya; habitat perkembangbiakan nyamuk
utama di musim kemarau adalah sepanjang sungai yang mulai mongering dan mata air; sebulan setelah
pemberian temephos pada musim kemarau pada habitat perkembangbiakan Anopheles 57,14% masih
ditemukan jentik sehingga upaya pemberian temephos di tempat nyamuk Anopheles berkembangbiak
harus disertai dengan upaya lainnya seperti penggunaan kelambu dan upaya lain melindungi diri dari
gigitan nyamuk; sosialisasi tentang malaria dengan narasumber selain kader dan JMD diperlukan berkala
untuk membangkitkan masyarakat agar tidak lengah terhadap malaria, selain itu diperlukan gerakan
kebersihan lingkungan yang berfokus di habitat Anopheles; susunan Tim Eliminasi Malaria di Kabupaten
Kulonprogo dapat menjadi acuan dalam melakukan kerjasama lintas program dan sektor disesuaikan
dengan kondisi setiap wilayah. Menuju eliminasi malaria dan bagi Kabupaten Magelang yang telah
memperoleh sertifikat eliminasi malaria upaya-upaya kerjasama lintas program dan sektor serta
sosialisasi ke masyarakat mengenai bahaya malaria terutama di daerah bekas endemis malaria harus
terus menerus dilakukan oleh karena keberadaan nyamuk Anopheles sebagai vektor penular malaria
tidak mungkin dihilangkan sama sekali terkecuali terdapat perubahan lingkungan secara ekstrem. Secara
manajerial perlu memasukkan pengendalian malaria dalam Renstra daerah yang dituangkan dalam
Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD).