Anda di halaman 1dari 2

Penyakit kardiovaskular masih menjadi ancaman dunia (global threat) dan merupakan

penyakit yang berperan utama sebagai penyebab kematian nomor satu di seluruh
dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang
di dunia meninggal akibat penyakit jantung dan pembuluh darah. Kematian di Indonesia
akibat penyakit Kardiovaskular mencapai 651.481 penduduk per tahun, yang terdiri dari
stroke 331.349 kematian, penyakit jantung koroner 245.343 kematian, penyakit jantung
hipertensi 50.620 kematian, dan penyakit kardiovaskular lainnya (IHME, 2019)

Data Riskesdas menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit Kardiovaskular seperti


hipertensi dari 25,8% (2013) menjadi 34,1% (2018), stroke 12,1 per mil (2013) menjadi
10,9 per mil (2018), penyakit jantung koroner tetap 1,5% (2013-2018), penyakit gagal
ginjal kronis, dari 0,2% (2013) menjadi 0,38% (2018).

Data Riskesdas 2018 menunjukkan Prevalensi Penyakit Jantung berdasarkan diagnosis


dokter di Indonesia sebesar 1,5%, dengan prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi
Kalimantan Utara 2,2%, DIY 2%, Gorontalo 2%. Selain ketiga provinsi tersebut, terdapat
pula 8 provinsi lainnya dengan prevalensi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
prevalensi nasional. Delapan provinsi tersebut adalah, Aceh (1,6%), Sumatera Barat
(1,6%), DKI Jakarta (1,9%), Jawa Barat (1,6%), Jawa Tengah (1,6%), Kalimantan Timur
(1,9%), Sulawesi Utara (1,8%) dan Sulawesi Tengah (1,9%). Berdasarkan jenis kelamin,
Prevalensi PJK lebih tinggi pada perempuan (1,6%) dibandingkan pada laki-laki (1,3%).
Sedangkan jika dilihat dari sisi pekerjaan, ironisnya penderita Penyakit Jantung tertinggi
terdapat pada aparat pemerintahan, yaitu PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD dengan
prevalensi 2,7%.  Begitu pula, jika dilihat dari tempat tinggal, penduduk perkotaan lebih
banyak menderita Penyakit Jantung dengan prevalensi 1,6% dibandingkan penduduk
perdesaan yang hanya 1,3%. Adapun menurut BPJS (2020) dinyatakan bahwa biaya
pelayanan kesehatan untuk penyakit katastropik dan penyakit kardiovaskular
menghabiskan hampir separuh dari total biaya, dimana penyakit kardiovaskular Rp 8,2
triliun, penyakit stroke Rp 2,13 triliun, dan penyakit gagal ginjal sebesar Rp 1,92 triliun.  

Peringatan Hari Jantung Sedunia (HJS) tahun 2021 mengangkat tema global “ Use Heart
to Connect ” dengan tema nasional "Jaga Jantungmu Untuk Hidup Lebih Sehat".
Melalui tema HJS tahun ini kita diajak untuk melakukan perubahan pola hidup, untuk
menjaga kesehatan jantung orang-orang yang kita sayangi, seperti berkomitmen
mengonsumsi makanan yang lebih sehat, beraktivitas fisik lebih baik, berhenti merokok,
dan lain-lain.

Kementerian Kesehatan juga mengajak kita semua untuk melakukan perubahan


sederhana dalam aktivitas sehari-hari dengan menghidupkan perilaku CERDIK agar
mendapatkan jantung yang sehat dengan tagline "Jaga Jantungmu Untuk Hidup
Lebih Sehat".

Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit jantung dilakukan dengan mencegah


kasus baru, mengendalikan penyakit, serta melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
Mencegah kasus baru bertujuan untuk merubah perilaku dan lingkungan menjadi lebih
sehat dan menemukenali faktor risiko penyakit agar dapat diintervensi sejak dini. Upaya
pencegahan kasus baru berfokus pada pemberian informasi dan edukasi kepada
masyarakat tentang perilaku hidup sehat serta deteksi dini melalui :

1. Kegiatan Kampanye GERMAS sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun


2017, pada tahun ini difokuskan pada kegiatan deteksi dini, peningkatan aktivitas
fisik serta konsumsi buah dan sayur.
2. Kampanye GENTAS: agar menjaga berat badan ideal (IMT ≤25 kg/m2, Lingkar
Perut laki-laki
3. Melakukan perilaku CERDIK: Cek kesehatan secara berkala (pemeriksaan TD, GD,
IMT dan LP setiap 6 bulan – 1 tahun sekali), Enyahkan asap rokok dengan
penerapan KTR (desa tanpa rokok, rumah tanpa rokok), Rajin aktifitas fisik
minimal 30 menit per hari atau minimal 150 menit per minggu dan Diet sehat
dan seimbang dengan pola makan isi piringku , serta Istirahat cukup, Kelola stres

Selanjutnya, upaya pengendalikan penyakit bertujuan agar penyakit terkontrol dan


mencegah kecacatan dan keparahan lebih lanjut. Setiap masyarakat diharapkan telah
tercakup dalam Jaminan Kesehatan Nasional Melakukan pola hidup “PATUH” bagi
penyandang PTM khususnya PJK, yaitu Periksa kesehatan secara rutin, Atasi penyakit
dengan pengobatan yang tepat, Tetap aktivitas fisik dengan aman, Upayakan diet sehat
dan gizi seimbang, Hindari asap rokok, minuman beralkohol dan zat karsinogenik
lainnya. Hal ini juga didukung oleh upaya pemberdayaan masyarakat dalam mengenali
gejala dan mampu memberikan pertolongan pertama pada kegawat daruratan penyakit
jantung.

Anda mungkin juga menyukai