Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SISTEM ENDOKRIN

Mata Kuliah : Anatomi Fisiologi

Dosen pengampu : Imam Syaputra Yamin S. Km. M. Epid

Disusun Oleh :
YENI ASTUTI (2009060029)

ERIL AHMADIL ANSHORI (2009060012)

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA NTB

2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Anatomi Fisiologi
tentang Sistem Endokrin dengan baik d a n tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Dosen Imam Syaputra
Yamin S. Km. M. Epid pada Mata Kuliah Anatomi Fisiologi. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Sistem Endokrin bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Imam Syaputra Yamin S. Km. M.
Epid selaku Dosen Mata kuliah Anatomi Fisiologi yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 12 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1. Latar Belakang................................................................................................................4
2. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
3. Tujuan Penulisan.............................................................................................................4
BAB II. PEMBAHASAN..........................................................................................................5
1. Sifat Umum dan Kelenjar Penyusun Sistem Endokrin...................................................5
2. Hipofisis (Pituitaria)........................................................................................................7
1) Struktur Kelenjar Hipofisis..........................................................................................7
2) Sistem Portal Hipothalamo-Hipofisis dan Pelepasan Hormon di Hipofisis................8
3. Kelenjar Adrenal...........................................................................................................12
4. Kelenjar Tiroid..............................................................................................................15
5. Paratiroid.......................................................................................................................18
1) Sruktur Kelenjar Paratiroid........................................................................................18
6. Pulau Langerhans..........................................................................................................19
1) Struktur dan Peran Pulau Langerhans dalam Tubuh Manusia..................................19
7. Kelenjar Pineal..............................................................................................................20
BAB III. PENUTUP.................................................................................................................22
1. Kesimpulan...................................................................................................................22
2. Saran..............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................23
BAB I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjar
endokrin. Kelenjar endokrin mensekresikan senyawa kimia yang disebut hormon.
Hormon merupakan senyawa protein atau senyawa steroid yang mengatur kerja
proses fisiologis tubuh.
Kelenjar endokrin dalam tubuh terdiri dari kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal,
kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar pineal, dan pulau langerhans pada
pankreas. Kelenjar tersebut memiliki struktur yang berbeda satu sama lain. Selain
struktur, yang membedakan setiap kelenjar adalah sekresi yang dihasilkan dan
fungsinya. Untuk mengetahui tentang struktur histologis dan fungsi kelenjar endokrin
dari sistem endokrin, maka disusun makalah yang berjudul “Sistem Endokrin”.

2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana sifat umum dari kelenjar endokrin?
2) Apa sajakah yang termasuk kelenjar endokrin yang menyusun sistem
endokrin?
3) Bagaimana peran kelenjar ini dalam tubuh manusia?

3. Tujuan Penulisan

1) Menjelaskan sifat umum dari kelenjar endokrin.


2) Mendeskripsikan kelenjar endokrin yang menyusun sistem
endokrin.
3) Menjelaskan peran berbagai kelenjar endokrin dalam tubuh
manusia.
BAB II. PEMBAHASAN
1. Sifat Umum dan Kelenjar Penyusun Sistem Endokrin
Menurut Tenzer (1998), kelenjar endokrin pada vertebrata
(termasuk manusia) memiliki sifat umum sebagai berikut:

 Seluruh kelenjar endokrin berukuran kecil dan mengandung


banyak pembuluh darah
 Berdasarkan susunan sel sekretorinya, kelenjar hormon
dibedakan menjadi dua tipe:
 Tipe sinusoid. Tersusun atas sel-sel sekretori
berbentuk kubus atau pipih yang terletak diantara
sinusoid-sinusoid dan dilengkapi dengan matriks
jaringan ikat.
 Tipe folikel. Sel sekretori tersusun dalam kantung
bulat (folikel). Folikel tersebut menimbun
sekretnya dalam lumen sebelum dilepaskan dalam
aliran darah. Tipe ini terdapat pada kelenjar
tiroid.
 Kelenjar pada sistem endokrin hanya berhubungan
secara fungsional tanpa ada hubungan secara
struktural.
 Jumlah sekret yang disekresikan tergantung
kebutuhan tubuh.

Kelenjar endokrin yang terdapat pada vertebrata (termasuk


manusia) antara lain, hipofisis, tiroid, paratiroid, adrenal,
pineal, dan organ-organ tubuh yang mengandung kelenjar endokrin
misalnya, pankreas, gonad, ginjal, lambung, dan usus halus
(Tenzer, 1998).
Sumber : https://www.gurupendidikan.co.id/sistem-endokrin/
Kelenjar endokrin dan hormon utama yang disekresikan disebutkan beserta
lokasinya. Organ lain diperlihatkan dalam tanda kurung, termasuk jantung, ginjal,
timus, usus, dan gonad yang mengandung sel endokrin dan memiliki fungsi endokrin
penting. Selain itu, sejumlah besar jaringan yang tersebar luas dan sel di seluruh tubuh
memilki fungsi endokrin tetapi tidak diperlihatkan pada gambar ini. Sel tersebut
mencakup sel adiposa yang menyekresi hormon leptin dan sel endotel vascular yang
menghasilkan polipeptida yang disebut endotelin yang meningkatkan vasokontriksi.
Sumber: Junqueira et al, 2012.

2. Hipofisis (Pituitaria)

1) Struktur Kelenjar Hipofisis


Kelenjar ini terletak di bawah diencephalon otak, di dalam lekukan
kecil tulang sphenoid yang disebut sella tursika (sella turcica). Kelenjar ini
menyekresikan bermacam-macam hormon yang mengatur dan mngendalikan
aktivitas kelenjar hormon dan bagian tubuh lainnya. Meskipun demikian
kelenjar ini bekerja di bawah kendali sistem saraf pusat (terutama
hipotalamus) dan kelenjar endokrin yang lain (Junqueira et al, 2012).
Berdasarkan asal perkembangannya, Junqueira et al (2012)
menjelaskan bahwa kelenjar hipofisis memiliki 2 bagian yaitu neurohipofisis
berasal dari penonjolan bagian dasar diencephalon ke arah kaudal, sedangkan
adenohipofisis berasal dari kantung Rathke, suatu penonjolan atap mulut ke
arah dorsal. Pembentukan kelenjar hipofisis terangkum dalam gambar di
bawah ini.
Sumber : https://docplayer.info/73064681-Bab-i-pendahuluan-1-1-latar-belakang.html

Gambar 2. Pembentukan kelenjar hipofisis. Kelenjar


hipofisis terbentuk oleh 2 struktur embrionik yang terpisah.

a) selama minggu ke 3 perkembangan kantong hipofisis (kantong


Ratkhe) tumbuh dari dasar faring. Bakal neurohipofisis terbentuk
dari diencephalon.
b) menjelang akhir bulan kedua kantong hipofisis terlepas dari dasar
faring dan bersatu dengan bakal neurohipofisis.
c) saat periode janin pembentukan adenohipofisis dan neurohipofisis
terselesaikan (Junqueira et al, 2012).

2) Sistem Portal Hipothalamo-Hipofisis dan Pelepasan Hormon di


Hipofisis
Suplai darah hipofisis berasal dari dua kelompok pembuluh darah yang
berasal dari arteri carotis interna. arteri hypophysealis superior mendarahi
eminentia mediana dan tangkai infundibulum. Arteri hypophysealis inferior
mendarahi neurohypofisis dengan sejumlah kecil mendarahi tangkai. Arteri
hypophysealis superior membentuk jalinan kapiler primer. Kapiler ini
kemudian bergabung menjadi venula yang bercabang lagi menjadi jalinan
kapiler sekunder di adenohipofisis. Kapiler kedua jalinan bertingkap. Sistem
ini sangat penting karena sistem tersebut membawa neuropeptida dari
eminentia mediana dalam jarak tertentu ke adenohipofisis tempat peptida
tersebut menstimulasi atau menghambat pelepasan hormon oleh sel endokrin
(Junqueira et al, 2012).

Sumber : https://www.gurupendidikan.co.id/sistem-endokrin/

Gambar 3 sistem portal hipotalamo-hipofisis dan pelepasan


hormon di hipofisis. Sistem portal hipotalamo-hipofisis dengan darah dari a.
Hypophysealis superior dan inferior terdiri dari dua jalinan kapiler yang
berurutan: satu di pars nervosa di sekitar infundibulum dan eminentia mediana
dan yang kedua ujung di seluruh pars distalis yang bermuara ke dalam v.
Hypophysealis pengumpul. Gambar ini juga memperlihatkan neuron (kuning)
yang menjulurkan akson ke eminentia mediana dan mensekresikan peptida
yang terbawa dalam kapiler ke pars distalis untuk mengatur pelepasan hormon
dari sel di tempat tersebut dan neuron (hijau) dari nucleus supraopticus dan
paraventricularis di hipotalamus yang menjulurkan akson ke pars nervosa
untuk mensekresikan peptida yang diambil kapiler dan dibawa sel target di
distal. (sumber: Junqueira et al, 2012).

1) Adenohipofisis
Adenohipofisis memiliki tiga bagian, yaitu pars distalis, pars tuberalis,
pars intermedia. Pars tuberalis merupakan daerah berbentuk corong yang
mengelilingi infundibulum neurohipofisis (kelenjar posterior). Pars tuberalis
berfungsi untuk menyekresikan follikel stymulating hormon (FSH) dan
hormon luteinisasi (LH). Pars intermedia merupakan suatu zona tipis sel
basofilik di antara pars distalis dan pars nervosa neurohipofisis yang berperan
untuk menyekresikan hormon penstimulasi melanin (MSH), γ- LPH dan β-
endorfin. MSH meningkatkan aktivitas melanosit dan sel pars intermedia
dianggap sebagai sel melanotropik. Pars distalis merupakan bagian yang
membentuk 75% adenohipofisis dan dilapisi oleh capsula fibrosa tipis.
Komponen utamanya terdiri dari deretan sel epitel yang saling berselingan
dengan kapiler bertingkap, terdapat fibroblas yang menghasilkan serat
retikular yang menopang deretan sel yang menyekresikan hormon. Bagian ini
bertugas mengatur hampir seluruh kelenjar endokrin lain, sekresi air susu,
aktivitas melanosit, dan metabolisme otot, tulang, dan jaringan adiposa
(Junqueira et al, 2012).

Tabel 1 Sel-Sel Sekretoris Pars Distalis

Jenis Sel Hormon Aktivitas Fisiologis Utama


yang
Dihasilk
an
Sel Somatotr Pertumbuhan tulang panjang mealui faktor pertumbuhan.
somatotrop opin
(GH)
Sel Prolaktin Membantu sekresi air susu
mammatropi (PRL)
k(sel
akrotropik)
Sel FSH dan FSH meningkatkan perkembangan folikel ovarium, sekresi
gonadotropik LH esterogen dan spermatogenesis. LH membantu pematangan
folikel ovarium, sekresi progesteron dan sekresi androgen
sel interestisial
Sel tirotropik Tirotropi Menstimulus sintesis, penyimpanan, sekresi hormon tiroid
n (TSH)
Sel Kortikotr Menstimulus sekresi hormon korteks adrenal. Pengaturan
kortikotropik opin metabolisme lipid.
adrenal
(ACTH)
Lipotrofi
n
Sumber: Junqueira et al, 2012

Aktivitas adenohipofisis diatur oleh hormon peptida yang dihasilkan


oleh neuron khusus di nukleus hypothalami tertentu di akson yang berjalan ke
eminentia mediana. Hormon ini merupakan hormon pelepas hipotalamik,
setelah dilepaskan dari akson hormon diangkut kapiler menuju pars distalis
tempat hormon ini merangsang sintesis dan atau pelepasan hormon (Junqueira
et al, 2012).

Tabel 2 Hormon Hipotalamus yang Mengatur Hipofisis Anterior

Hormon Bentuk kimiawi Fungsi


Hormon Peptida dengan 3 asam Menstimulasi sintesis dan sekresi Tirotropin
pelepas amino (TSH) dan prolaktin
tirotropin
(TRH)
Hormon Peptida dengan 10 Menstimulasi sekresi LH dan FSH
pelepas asam amino
gonadotropin
(GnRH)
Somatostatin 14 asam amino Menghambat pelepas somatotropin (GH)
dan Tirotropin (TSH)
Hormon Polipeptida dengan 40 Menstimulasi sintesis dan sekresi
pelepas sampai 44 asam amino somatotropin (GH)
hormon (2 bentuk)
pertumbuhan
(GHRH)
Hormon Asam amino yang Menghambat pelepasan prolaktin
penghambat termodifikasi
prolaktin
(Dopamin)
Hormon Polipeptida dengan 41 Menstimulasi sintesis proopiomelanokortin
pelepas asam amino (POMC) dan adrenokortikotropin (ACTH)
kortikotropin dan β-lipotropin (β-LPH)
(CRH)
Sumber: Junqueira et al, 2012

2) Neurohipofisis (Hipofisis Posterior)


Neurohipofisis terdiri dari pars nervosa dan tangkai infundibulum. Pars
nervosa tidak memiliki sel sekretori, bagian ini hanya terdiri dari jaringan
saraf yang mengandung sekitar 100.000 akson tak bermielin dari neuron
sekretori di nucleus supraopticus dan nucleus paraventricularis hypothalami.
Pars nervosa terdiri dari jaringan saraf termodifikasi yang mengandung akson
tak bermielin yang diselubungi sel glia yang disebut pituisit. Akson berjalan
dari nucleus supraopticus dan paraventricularis dan memiliki pelebaran yang
disebut badan neurosekretori. Dari badan ini, oksitosin dan vasopresin
dilepaskan oleh rangsangan saraf. Hormon yang disekresikan memasuki
kapiler dan di sebarkan ke sel target. Berikut ini tabel hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar neurohipofisis beserta fungsinya (Junqueira et al, 2012).

Tabel 3 Hormon Kelenjar Hipofisis Posterior


Hormon Fungsi

Vassopresin Meningkatkan permeabilitas ductus colligentes renis


(antidiuretik
hormon/ADH)

Oksitosin Merangsang kontraksi sel mioepitel kelenjar mammae dan otot


polos uterus

Sumber: Junqueira et al, 2012

3. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal merupakan sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal
(gambar 1), dan terbenam dalam dalam jaringan adiposa perirenal. Kelenjar adrenal
dibungkus oleh simpai jaringan ikat padat yang mengirimkan septa tipis ke bagian dalam
kelenjar sebagai trabekula. Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapisan konsentris, yaitu korteks
adrenal dan medula adrenalis (gambar 2).

Gambar 4 gambar 5

Sumber : https://www.gurupendidikan.co.id/sistem-endokrin/

Korteks dan medula dapat dibedakan berdasarkan asal, fungsi, dan ciri morfologi
selama masa perkembangan embrional. Kedua struktur tersebut berasal dari lapisan germinal
yang berbeda, korteks berasal dari mesoderm dan medula terdiri dari sel-sel yang berasal dari
krista neuralis. Secara morfologi korteks adrenal berada pada lapisan perifer dan berwarna
kekuningan, sedangkan medula adrenalis berada di tengah dan berwarna coklat-kemerahan
(Junqueira et al 2012).
Junqueira et al, et al (2012) menyebutkan bahwa kelenjar adrenal disuplai oleh
sejumlah arteri yang masuk di berbagai tempat di sekitar tepinya. Sel medula adrenalis
menerima darah arteri dan arteri medula serta darah vena yang berasal dari kapiler korteks.
Kapiler korteks dan medula membentuk vena medularis di sentral yang bergabung dan
meninggalkan kelenjar sebagai vena adrenalis.
Pada korteks adrenal, memiliki sel-sel khas yaitu sel penyekresi steroid. Sel
penyekresi hormon tersebut tidak menyimpan produknya di dalam granul, namun steroid
berdifusi bebas melalui membran plasma dan tidak memerlukan eksositosis yang akan
dilepaskan dari sel. Korteks adrenal memiliki tiga zona konsentris dengan seretan sel epitel
yang tersusun agak berbeda.
 Zona glomerulosa
Lapisan ini berada tepat di dalam simpai jaringan ikat dengan deretan sel-sel
kolumnar atau piramidal yang berhimpitan dan membentuk deretan bundar atau
melengkung, yang dikelilingi kapiler. Sel-sel zona glomerulosa mensekresikan
mineralocorticoids, senyawa yang berfungsi dalam pengaturan natrium, kalium, dan
air. Produk utama adalah aldosteron, bekerja pada tubulus kontortus distal nefron
dalam ginjal, mukosa lambung, dan ludah dan kelenjar keringat untuk merangsang
reabsorpsi natrium (Ross, 2011).
 Zona fasciculata
Zona ini terdiri dari deretan panjang setebal satu atau dua sel polihedral
panjang yang dipisahkan oleh kapiler sinusoid. Sel pada zona ini mensekresikan
glukokortilois, terutama kortisol yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat.
Kortisol menginduksi mobilisasi lemak di jaringan adiposa subkutan dan pemecahan
protein di otot.
 Zona retikularis
Lapisan ini merupakan lapisan yang berbatasan dengan medula dan terdiri dari
sel kecil yang tersebar disuatu jalinan korda irregular dengan kapiler yang lebar. Sel
zona ini juga mensekresi kortisol, tetapi yang utama adalah mensekresi androgen
lemah yaitu dehidroepiandrosteron (DHEA) yang diubah menjadi testosteron pada
beberapa jaringan lain
Gambar 6

Sumber : https://xdocs.tips/doc/bismillah-anfisman-2-fix-2docx-zo25zwdpppom

Gambar 7. perbedaan zona pada korteks adrenal


Ss
Sumber : https://docplayer.info/73064681-Bab-i-pendahuluan-1-1-latar-belakang.html
Medula adrenalis terdiri dari sel-sel polihedral besar, tersusun berupa deretan atau
kelompok dan ditunjang oleh serabut retikuler. Sebagian besar kapiler sinusoid berada
bersebelahan dan terdapat juga sejumlah sel ganglion parasimpatis. Sel parenkim medula
yang dikenal sebagai sel kromafin memiliki banyak granula untuk sekresi dan penyimpanan
hormon. Granula tersebut mengandung salah satu dari dua katekolamin, epinefrin atau
norepinefrin. Sel kromafin medula dipersyarafi oleh ujung syaraf kolinergik dari neuron
simpatis praganglionik yang memicu pelepasan hormon melalui eksositosis. Epinefrin dan
norepinefrin dilepaskan ke darah dalam jumlah besar selama reaksi emosional yang intens
(Junqueira et al 2012).

Gambar 8, perbedaan sel pada sel yang mensekresi epinefrin (E) dan noreepinefrin (NE)

Sumber : https://www.gurupendidikan.co.id/sistem-endokrin/

4. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid berada pada regio servikal di sebelah anterior laring yang
terdiri dari dua lobus yang disatukan oleh isthmus (gambar 6). Pada masa awal embrionik,
tiroid berkembang dari endoderm saluran cerna di dekat dasar bakal lidah. Kelenjar tiroid
berfungsi untuk membuat hormon tiroid yaitu tiroksin (tetraiodotironin atau T 4) dan
triiodotironin (T3) yang penting untuk pertumbuhan, diferensiasi sel, pengaturan laju
metabolisme basal dan konsumsi oksigen sel di seluruh tubuh.
Gambar 9

Sumber : https://www.gurupendidikan.co.id/sistem-endokrin/

Junqueira et al, et al (2012) menjelaskan bahwa parenkim tiroid terdiri dari jutaan
epitel kubus yang disebut folikel tiroid. Folikel tiroid ini dilapisi oleh selapis epitel kubus
dengan lumen sentral yang terisi dengan suatu substansi gelatinosa yang disebut koloid
(gambar 7) yang mengandung glikoprotein besar yaitu tiroglobulin. Tiroid adalah satu-
satunya kelenjar dengan jumlah besar simpanan produk sekretorisnya.
Kelenjar tiroid dilapisi oleh suatu capsula fibrosa, dari capsula ini septa terjulur ke
dalam parenkim dan membaginya menjadi lobulus dan membawa pembuluh darah, saraf, dan
pembuluh limfe. Folikel terkemas secara rapat yang terpisah satu sama lain dan tersebar pada
jaringan ikat retikuler. Sel folikel memiliki bentuk yang berfariasi sesuai aktivitas fungsional,
yaitu kerika kelenjar aktif memiliki lebih banyak folikel yang terdiri atas epitel kolumnar
rendah sedangkan kelenjar dengan sebagian besar sel folikular skuamosa dianggap hipoaktif.
Jenis sel lain yaitu sel parafolikel atau sel C yang juga terdapat pada lamina basal epitel
folikel membentuk kelompok sendiri diantara folikel-folikel (gambar 8). Sel C ini
menyintesis dan mensekresi kalsitonin yang berfungsi menekan reabsopsi tulang oleh
osteoklas (Junqueira et al 2012).
Gambar 10, sumber: Ross, 2011)

Gambar 11, sumber: Junqueira, et al, 2012

Hampir semua kedua hormon tiroid dibawa dalam darah dengan berikatan erat dengan
protein plasma. Tiroksin (tetraiodotironin atau T4) adalah senyawa yang lebih banyak
dijumpai, dan membentuk 90% hormon tiroid yang beredar.
5. Paratiroid

1) Sruktur Kelenjar Paratiroid

Gambar 12. Memperlihatkan Letak Kelenjar Paratiroid

dalam Tubuh Manusia. Sumber: Junqueira, et al, 2012

Kelenjar paratiroid terdiri atas empat massa oval kecil, terletak di belakang kelenjar
tiroid, satu pada masing-masing kutub atas dan bawah, umumnya terbenam dalam simpai
kelenjar yang besar. Setiap kelenjar terdapat dalam simpai yang menjulurkan septa ke dalam
kelenjar yang berbaur dengan serat retikular yang menyangga kelompok sel sekretoris yang
berderet memanjang. Kelenjar ini memiliki jenis sel prinsipal (utama/chief cell) dan sel
oksifil. Sel utama merupakan sel poligonal kecil dengan inti bulat dan sitoplasma sedikit
asidofilik dan bergranula sekretoris yang di dalamnya terdapat polipeptida hormon paratiroid
(PTH) yaitu suatu regulator utama kadar kalsium darah. Sel oksifil berukuran lebih besar dan
berjumlah lebih sedikit daripada sel utama. Sel ini merupakan derivat transisional dari sel
utama.

Kelenjar paratiroid menghasilkan hormon paratiroid dan kalsitonin yang memiliki


efek yang berlawanan yang menciptakan mekanisme ganda pengaturan kadar Ca 2+ darah
yang merupakan faktor penting dalam homeostatis. Hormon paratiroid menargetkan osteoblas
yang merespon dengan menghasilkan suatu faktor penstimulasi-osteoklas untuk
meningkatkan jumlah dan aktivitas osteoklas. Hal ini meningkatkan resorpsi matriks tulang
berkapur dan pelepasan Ca2+ sehingga meningkatkan kadar Ca2+ dalam darah yang
mengakibatkan produksi hormon paratiroid menurun. Kalsitonin dari kelenjar tiroid
menghambat aktivitas osteoklas sehingga menurunkan kadar Ca2+ darah dan meningkatkan
osteogenesis.

Hormon paratiroid juga meningkatkan penyerapan Ca2+ dari saluran cerna dengan
menstimulasi sintesis vitamin D. Hormon ini juga berperan dalam menurunkan kadar fosfat
darah ysng merupakan efek dari sel tubulus ginjal yang mengurangi penyerapan fosfatnya
dan memungkinkan lebih banyak ekskresi fosfat dalam urin. Kekurangan hormon ini
menyebabkan ketidaknormalan tulang dan gigi. Adapun aktivitas partiroid dikendalikan oleh
kadar kalsium darah dan tidak dipengaruhi langsung oleh kelnjar endokrin lain maupun
sistem saraf (Tenzer, 1998).

6. Pulau Langerhans

1) Struktur dan Peran Pulau Langerhans dalam Tubuh Manusia


Pulau Langerhans merupakan jaringan endokrin padat berbentuk sferis
yang terbenam dalam jaringan eksokrin asinar pankreas, berjumlah lebih dari
satu juta dalam pankreas manusia dan terbanyak dibagian ekor pankreas.
Setiap pulau dikelilingi oleh serat retikular tipis yang memisahkan dengan
jaringan asinar yang berdekatan. Setiap pulau terdiri atas sel-sel bulat atau
poligonal tersusun berderet yang dipisahlan oleh jalinan kapiler bertingkap.
Serabut saraf autonom berkontak dengan sejumlah sel endokrin dan pembuluh
darah. Sel pulau penghasil-hormon utama paling mudah diidentifikasi dan
dipelajari dengan imunosiotokimiawi (Junqueira et al et al, 2012, 2012). Tipe
sel, kuantitas, dan fungsi penting hormon utama yang dihasilkan pulau
teragkum dalam tabel 4 dibawah ini.

Tabel 4 Jenis-Jenis Sel Utama dan Hormon Pulau Langerhans

Jenis Jumlah Hormon Fungsi


Sel
Sel α -20% Glukagon Menyediakan energi dari glikogen dan lemak yang
atau A dihasilkan oelh glikogenesis dan lipolisis, meningkatkan
kadar glukosa darah
Sel β -70 Insulin Membuat glukosa masuk sel dan menstimulasi penurunan
atau B kadar gula darah
Sel δ 5-10% Somatostatin Menghambat pelepasan hormon sel pulau Langerhans
atau D lainnya melalui aksi parakrin lokal, mengahmbat sekresi GH
dan TSH di kelenjar hipofisis anterior dan sekresi HCl oleh
sel parietal lambung.
F atau Jarang Polipeptida Merangsang aktivitas sel chief lambung; menghambat
PP pankreas sekresi empedu, sekresi enzim pankreas dan bikarbonat,
serta motilitas usus.
Sumber: Junqueira et al, 2012

7. Kelenjar Pineal
Ross (2011) menjelaskan bahwa kelenjar pineal merupakan kelenjar endokrin
atau neuroendokrin yang mengatur irama harian aktivitas tubuh. Pada manusia, kelenjar ini
terletak di dinding posterior ventrikel ketiga yang melekat pada otak dan berbentuk kerucut
yang sangat kecil.

Gambar 13, Menunjukkan Letak Kelenjar Pineal. Sumber: Ross, 2011

Kelenjar pineal dibungkus oleh jaringan ikat pia meter dan terjulur septa yang
mengandung pembuluh darah kecil membagi berbagai kelompok sel sekretoris yang
mencolok dan berjumlah banyak yaitu pinealosit. Sel-sel ini menghasilkan melatonin yang
merupakan suatu derivat triptofan. Serabut saraf simpatis tidak bermielin memasuki kelenjar
pineal dan berakhir di antara pinealosit. Selain sel pinealosit juga terdapat sel glia interstisial
yang menyerupai astrosit. Sel tersebut memiliki inti panjang yang terpulas lebih kuat
daripada inti pinealosit. Jumlah atrosit pineal ini hanya sekitar 5% (Junqueira, et al, 2012).
Gambar 14. Memperlihatkan Sekelompok Pinealosit (P) dan Memperlihatkan Astrosit (A)

pada gambar b
Melatonin yang dilepaskan dari pinealosit bertambah pada kegelapan dan menurun
selama terang. Pada manusia perubahan jumlah sekresi melatonin ini berperan penting dalam
pengaturan irama harian aktivitas tubuh. Melatonin yang dilepaskan saat kegelapan mengatur
fungsi reproduksi untuk menghalangi aktivitas steroidogenik pada gonad (Ross, 2011).
BAB III. PENUTUP

1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa sistem endokrin:

1) Memiliki sifat umum antara lain, seluruh kelenjar endokrin berukuran kecil dan
mengandung banyak pembuluh darah, berdasarkan susunan sel sekretorinya,
kelenjar hormon dibedakan menjadi tipe sinusoid dan tipe folikel, kelenjar pada
sistem endokrin hanya berhubungan secara fungsional tanpa ada hubungan secara
structural, jumlah sekret yang disekresikan tergantung kebutuhan tubuh.
2) Kelenjar endokrin yang terdapat pada manusia antara lain, hipofisis, tiroid,
paratiroid, adrenal, pineal, dan organ-organ tubuh yang mengandung kelenjar
endokrin misalnya, pankreas, gonad, ginjal, lambung, dan usus halus.
3) Kelenjar endokrin pada manusia memiliki peran penting sebagai pengatur semua
kegiatan hormon lain (bersama dengan saraf) dalam tubuh manusia, misalnya
mengatur metabolisme kalsium, karbohidrat, dan lipid, mengatur osmoregulasi,
zat-zat yang disekresi maupun diekskresi, semua kegiatan tersebut dibantu oleh
adanya hormon yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar endokrin.

2. Saran
Makalah ini hanya mencakup materi-materi umum Sistem Endokrin sehingga
masih diperlukan referensi-referensi lain untuk melengkapi makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Junqueira, L. C.. Basic Histology (pdf). New York: The Mc. GrawHill companies.
Ross, Michael H. 2011. Histology A Text and Atlas With Correlated Cell and
olecular Biology. Philadelphia : Mc Millan company
Tenzer, Amy. 1993. Struktur Hewan Bagian I. Malang: Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Malang.

Anda mungkin juga menyukai