Oleh :
TRIANA LISTYORINI
20214663074
3
4
2021
TINJAUAN TEORI
2. Klasifikasi
Secara konsep CKD, untuk menentukan derajat (stage) menggunakan
terminology CCT (clearance creatinin test) dengan rumus stage 1 sampai 5.
a. Gagal ginjal kronik/Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium:
1) Stadium I: penurunan cadangan ginjal, ditandai dengan kreatinin serum
dan kadar BUN normal, asimptomatik, tes beban kerja pada ginjal:
pemekatan kemih, tes GFR
2) Stadium II: insufisiensi ginjal, ditandai dengan kadar BUN meningkat
(tergantung pada kadar protein dalam diet), kadar kreatinin serum
meningkat, nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan). Ada 3
derajat insufisiensi ginjal:
5
3. Etiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang
merusak nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus
dan bilateral.
a. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.
b. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.
c. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis benigna,
nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis.
d. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus sistemik (SLE),
poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.
e. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya Penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubuler ginjal.
f. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme, amiloidosis.
6
4. Patofisiologi
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang
meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar
daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan
haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada
pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila
kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang
demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang
normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia
dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah, akan semakin berat.
7
e. Kelainan kulit
1) Gatal, terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:
a) Toksik uremia yang kurang terdialisis
9
6. Manifestasi Klinis
Sistem Tubuh Manifestasi
Biokimia - Asidosis Metabolik (HCO3 serum 18-20
mEq/L)
- Azotemia (penurunan GFR, peningkatan BUN,
kreatinin)
- Hiperkalemia
- Retensi atau pembuangan Natrium
10
- Hipermagnesia
- Hiperurisemia
Perkemihan& - Poliuria, menuju oliguri lalu anuria
Kelamin - Nokturia, pembalikan irama diurnal
- Berat jenis kemih tetap sebesar 1,010
- Protein silinder
- Hilangnya libido, amenore, impotensi dan
sterilitas
Kardiovaskular - Hipertensi
- Retinopati dan enselopati hipertensif
- Beban sirkulasi berlebihan
- Edema
- Gagal jantung kongestif
- Perikarditis (friction rub)
- Disritmia
Pernafasan - Pernafasan Kusmaul, dispnea
- Edema paru
- Pneumonitis
Hematologik - Anemia menyebabkan kelelahan
- Hemolisis
- Kecenderungan perdarahan
- Menurunnya resistensi terhadap infeksi (ISK,
pneumonia,septikemia)
Kulit - Pucat, pigmentasi
- Perubahan rambut dan kuku (kuku mudah patah,
tipis, bergerigi, ada garis merah biru yang
berkaitan dengan kehilangan protein)
- Pruritus
- “kristal” uremik
- Kulit kering
- Memar
Saluran cerna - Anoreksia, mual muntah menyebabkan
penurunan BB
11
7. Komplikasi
a. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic, katabolisme
dan masukan diet berlebih.
b. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk
sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-
angiotensin-aldosteron
d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah
selama hemodialisa
e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
f. Asidosis Metabolic, Hiperuremia
g. Sepsis
h. Neuropati perifer
i. Osteodistropi ginjal
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Pemeriksaan penurunan fungsi ginjal
- Ureum kreatinin.
- Asam urat serum.
2) Identifikasi etiologi gagal ginjal
- Analisis urin rutin
- Mikrobiologi urin
- Kimia darah
- Elektrolit
- Imunodiagnosis
3) Identifikasi perjalanan penyakit
- Progresifitas penurunan fungsi ginjal
13
- Ureum kreatinin, Clearens Creatinin Test (CCT)
7. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi Konservatif
Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic
renal Desease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan
sampai tahun.
Tujuan terapi konservatif:
1) Mencegah memburuknya fungsi ginjal secara profresi.
2) Meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksi asotemia.
3) Mempertahankan dan memperbaiki metabolisme secara optimal.
4) Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.
Prinsip terapi konservatif:
1) Mencegah memburuknya fungsi ginjal.
a) Hati-hati dalam pemberian obat yang bersifat nefrotoksik.
b) Hindari keadaan yang menyebabkan diplesi volume cairan
ekstraseluler dan hipotensi.
c) Hindari gangguan keseimbangan elektrolit.
d) Hindari pembatasan ketat konsumsi protein hewani.
e) Hindari proses kehamilan dan pemberian obat kontrasepsi.
f) Hindari instrumentasi dan sistoskopi tanpa indikasi medis kuat.
g) Hindari pemeriksaan radiologis dengan kontras yang kuat tanpa
indikasi medis yang kuat.
2) Pendekatan terhadap penurunan fungsi ginjal progresif lambat
a) Kendalikan hipertensi sistemik dan intraglomerular.
b) Kendalikan terapi ISK.
c) Diet protein yang proporsional.
d) Kendalikan hiperfosfatemia.
e) Terapi hiperurekemia bila asam urat serum > 10mg%.
f) Terapi hIperfosfatemia.
g) Terapi keadaan asidosis metabolik.
h) Kendalikan keadaan hiperglikemia.
3) Terapi alleviative gejala asotemia
a) Pembatasan konsumsi protein hewani.
15
5) Hipertensi
Bentuk hipertensi pada klien dengan GG berupa: volum
dependen hipertensi, tipe vasokonstriksi atau kombinasi keduanya.
Program terapinya meliputi: restriksi garam dapur, diuresis dan
Ultrafiltrasi serta pemberin obat-obat antihipertensi.
c. Terapi pengganti
Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium
5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa
hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal (Suwitra, 2006).
1) Dialisis yang meliputi:
a) Hemodialisa
Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk
mencegah gejala toksik azotemia dan malnutrisi. Tetapi terapi
dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien GGK yang belum tahap
akhir akan memperburuk faal ginjal (LFG). Secara khusus, indikasi
HD adalah:
Pasien yang memerlukan hemodialisa adalah pasien GGK dan
GGA untuk sementara sampai fungsi ginjalnya pulih.
Hiperkalemia > 17 mg/lt
Asidosis metabolik dengan pH darah < 7.2
Kegagalan terapi konservatif
Kadar ureum > 200 mg % dan keadaan gawat pasien uremia,
asidosis metabolik berat, hiperkalemia, perikarditis, efusi,
edema paru ringan atau berat atau kreatinin tinggi dalam darah
dengan nilai kreatinin > 100 mg %
Kelebihan cairan
Mual dan muntah hebat
BUN > 100 mg/ dl (BUN = 2,14 x nilai ureum )
Preparat (gagal ginjal dengan kasus bedah )
Sindrom kelebihan air
18
2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan pertukaran gas (D.0003) berhubungan dengan perubahan
membran kapiler-alveolar
b. Risiko Penurunan curah jantung ( D.0011) berhubungan dengan
perubahan preload, afterload dan sepsis
c. Pola nafas tidak efektif ( D.0005) berhubungan dengan edema paru,
asidosis metabolic, pneumonitis, perikarditis
d. Hipervolemia ( D.0022 ) berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi
e. Defisit Nutrisi ( D.0019) berhubungan dengan intake makanan yang
inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
f. Intoleransi aktivitas ( D.0056 ) berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
g. Perfusi perifer tidak efektif (D.0009) berhubungan dengan Penurunan
konsentrasi haemoglobin
h. Gangguan Integritas kulit atau jaringan ( D.0129) berhubungan
dengan perubahan status nutrisi
i. Nausea (D.0076) berhubungan dengan ganggaun biokimia ( uremia,
ketoasidosis diabetik )
j. Nyeri akut ( D.0076) berhubungan dengan Agen pencedera fisik
( inflamasi, iskemia, neoplasma )
3. Intervensi Keperawatan
N
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
O
1 Gangguan pertukaran gas (D.0003) Setelah dilakukan ttindakan keperawatan Pemantauan respirasi
b/d kongesti paru, hipertensi selama 3x8 jam diharapkan pertukaran gas Observasi
pulmonal, penurunan perifer yang tidak terganggu dengan 1. Monitor frekuensi, irama,
mengakibat kan asidosis laktat dan kriteria hasil: kedalaman dan upaya napas
penurunan curah jantung. 1. Tanda-tanda vital dalam rentang normal 2. Monitor pola napas
2. Tidak terdapat otot bantu napas 3. Monitor saturasi oksigen
3. Memlihara kebersihan paru dan bebas 4. Auskultasi bunyi napas
dari tanda-tanda distress pernapasan Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
2. Bersihkan sekret pada mulut dan
hidung, jika perlu
3. Berikan oksigen tambahan, jika
perlu
4. Dokumentasikan hasil
pemantauan
3
4
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
Kolaborasi
3. Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2 Risiko Penurunan curah jantung Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Perawatan Jantung
(D.0011) b/d 3x8 jam diharapkan penurunan curah jantung Observasi:
perubahan preload, afterload dan meningkat dengan 1. Identifikasi tanda dan gejala
sepsis kriteria hasil: primer penurunan curah
1. Kekuatan nadi perifer meningkat jantung (mis. Dispnea,
2. Tekanan darah membaik 100-130/60-90 kelelahan)
mmHg Lelah menurun 2. Monitor tekanan darah
3. Dispnea menurun dengan frekuensi 16- 3. Monitor saturasi oksigen
24 x/menit Terapeutik:
1. Posisikan semi-fowler atau
fowler
2. Berikan terapi oksigen
5
Edukasi
1. Ajarkan teknik relaksasi napas
dalam
2. Anjurkan beraktifitas fisik
sesuai toleransi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
3 Hipervolemia (D.0022) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipervolemia
selama 3x8 jam maka hipervolemia meningkat Observasi:
dengan 1. Periksa tanda dan gejala
kriteria hasil: hipervolemia (edema, dispnea,
1. Asupan cairan meningkat suara napas tambahan)
2. Haluaran urin meningkat 2. Monitor intake dan output
3. Edema menurun cairan
4. Tekanan darah membaik 3. Monitor jumlah dan warna
5. Turgor kulit membaik urin
Terapeutik
1. Batasi asupan cairan dan
garam
6
3. Pucatmembaik Terapeutik
4. Takikardia membaik (60-100 kali/menit) 1. Kendalikan faktor lingkungan
penyebab (mis. Bau tak sedap,
suara, dan rangsangan visual
yang tidak menyenangkan)
2. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual (mis.
Kecemasan, ketakutan,
kelelahan)
Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan tidur
cukup
2. Anjurkan sering
membersihkan mulut, kecuali
jika merangsang mual
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatasi mual(misal
Relaksasi, terapi musik,
akupresur)
9
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
6 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Energi
selama 3x8 jam toleransi aktivitas meningkat Observasi
dengan 1. Monitor kelelahan fisik
kriteria hasil: 2. Monitor pola dan jam tidur
1. Keluhan lelah menurun Terapeutik Lakukan latihan
2. Saturasi oksigen dalam rentang normal rentang gerak pasif/aktif
(95%- 100%) 3. Libatkan keluarga dalam
3. Frekuensi nadi dalam rentang normal melakukan aktifitas, jika perlu
(60-100 kali/menit) Edukasi
4. Dispnea saat beraktifitas dan setelah 1. Anjurkan melakukan aktifitas
beraktifitas menurun (16-20 kali/menit) secara bertahap
2. Anjurkan keluarga untuk
memberikan penguatan positif
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
3
ASUHAN KEPERAWATAN
NIM : 20214663074
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Sdr. A
B. STATUS KESEHATAN
3
4
4. Genogram
5
5. Vital Sign
Kesadaran / GCS ; sadar baik, compos mentis / 456
Suhu : 36,7 ‘C
TD : 170/100 mmHg
RR : 28x/menit
Nadi : 98x/menit
Spo2 : 98%
BB : 52 kg
TB : 173 cm
terakhir malam hari, mual (-), muntah (-), Nyeri ulu hati (-), Tidak ada
alergi makan, minuman, debu, cuaca, dsb. Disfagia (-).
Saat Pengkajian :
b. Data obyektif :
I : Bibir kering, BB ; 52 kg
P : Turgor kulit menurun, kedua kaki bengkak
P : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba adanya massa
A : Bising usus 10x/mnt, pasien ascites
Masalah Keperawatan : Defisit Nutrisi
4. Pola Aktifitas
Data Subjektif :
Sebelum sakit :
Pasien bekerja sebagai operator di sebuah perusahaan tissue di daerah gresik,
pasien biasa bekerja shift. pasien tidak punya kesibukan setelah bekerja.
Saat Pengkajian :
Pasien hanya melakukan tirah baring, posisi semifowler, segala aktivitas di
bantu oleh perawat dan keluarga, karena pasien merasa sesak jika melakukan
aktivitas berlebihan
7
Data Objektif :
I : Pasien tampak lemah
P :-
P :-
A :-
Masalah Keperawatan : Intoleransi aktivitas
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
KIMIA KLINIK
Elektrolit
Koagulasi
Plasma Prothrombin
Time (PPT)
Partial
Thromboplastin
Time (PPT)
b. Terapi
Infus RL 7 tpm
Inj Ranitidin 2x1 amp iv
Inj Furosemid 2x1 amp iv
Perceptee
ANALISA DATA
Nama Pasien ; Sdr A No register ; 215691
umur : 25 tahun Diagnosa : GGK
DO : (D.0011)
Ku Lemah
TD ; 170/100 mmHg
RR : 28x/mnt, dispnea,
DO :
perut tampak tampak
asites,
edema kaki (+/+),
ureum : 135mg/dL (H)
Kreatinin : 10.0
mg/dL(H)
DO:
HB : 8.9 g/dL,
ku : lemah
TD : 170/100 mmHg,
HR : 98x/mnt,
13
RR : 28x/mnt.
Indeks barthel : 9
(ketergantungan sedang).
kekuatan tonus otot :
5/5 5/5
3/5 1/5
DS ;
Pasien terlihat pucat
Pasien terlihat cowong
Kadar ureum meningkat
( ureum ; 135 mg/dl)
3
4
2. Kolaborasai pemberian
diuretik
3. Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
deuretik
4. Kolaborasi pemberian
continuous renal replecement
therapy (CRRT), jika perlu
2 Resiko penurunan curah jantung b/d Setelah dilakukan kriteria hasil: Perawatan Jantung
perubahan afterload dibuktikan dengan asuhan keperawatan 1. Kekuatan nadi Observasi:
pasien merasa sesak dan tekanan darah selama 3x8 jam perifer
1. Identifikasi tanda dan gejala
meningkat 170/100 mmHg. diharapkan penurunan meningkat
5
1. kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
3 Nausea berhubungan dengan Uremia Setelah dilakukan kriteria hasil: Manajemen Mual
dibuktikan dengan pasien mengatakan tindakan keperawatan
6
merasa mual, ingin muntah dan tidak selama 3x8 jam maka 1. Nafsu makan Observasi
nafsu makan dan terlihat pucat, Kadar nausea membaik membaik
1. Identifikasi pengalaman mual
ureum meningkat (Ureum 135 mg/dl) 2. Keluhan mual
2. Monitor mual (mis. Frekuensi,
menurun
durasi, dan tingkat keparahan)
3. Pucat membaik
Terapeutik
4. Takikardia
membaik (60- 1. Kendalikan faktor lingkungan
100 kali/menit) penyebab (mis. Bau tak sedap,
suara, dan rangsangan visual
yang tidak menyenangkan)
2. Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual (mis.
Kecemasan, ketakutan,
kelelahan)
Edukasi
1. Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
4 Intoleransi aktifitas berhubungan Setelah dilakukan kriteria hasil: Manajemen Energi
dengan kelemahan dibuktikan dengan tindakan keperawatan Observasi
1. Keluhan lelah
pasien mengatakan merasa lemas dan selama 3x8 jam
menurun 1. Monitor kelelahan fisik dan
merasa sesak napas dan Tekanan darah toleransi aktivitas
2. Saturasi oksigen emosional
dan nadi meningkat meningkat
dalam rentang 2. Monitor pola dan jam tidur
normal (95%- Terapeutik
100%) 1. Lakukan latihan rentang gerak
3. Frekuensi nadi pasif/aktif
dalam rentang 2. Libatkan keluarga dalam
normal (60-100 melakukan aktifitas, jika perlu
8
kali/menit) Edukasi
4. Pernapasan saat
1. Anjurkan melakukan aktifitas
beraktifitas dan
secara bertahap
setelah
2. Anjurkan keluarga untuk
beraktifitas
memberikan penguatan positif
menurun (16- 20
Kolaborasi
kali/menit)
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
IMPLEMENTASI
07.50
6. Mengkaji jumlah dan warna
Jumlah urin ±150
urin
ml/hari dan warna bersih
3
4
9. Memberikan injeksi
08.05 Jumlah urin yang keluar
furosemide 20mg
150cc/hari
12.10 13. Memberi makan dengan diit Porsi makan tidak habis
rendah protein rendah
garam
EVALUASI
O:
O:
P ; Lanjutkan Intervensi
Ku Lemah
Tekanan darah dan Nadi meningkat
Tampak pasien membutuhkan bantuan perawat
dan keluarga dalam memenuhi ADLnya
P : Lanjutkan Intevensi
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik
dan emosi secara berlebihan
Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
Monitor pola jam tidur
Lakukan latihan rentang gerak pasif / aktif
Libatkan keluarga dalam melakukan aktivitas
jika perlu
anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
7