Nama : Hafsah Intifadhoh Rabbaniyah
NIM : (21/477489/PTK/13951)
Housing Delivery
(Case Study: Housing Delivery in Mojolaban,
Sukoharjo)
Studi kasus yang diangkat dalam
pembahasan terkait housing delivery di
Mojolaban, Sukoharjo ini merupakan proses
pendanaan pembangunan rumah yang
dilakukan oleh pasangan muda.
Rumah impian yang diinginkan pasangan
ini merupakan sebuat rumah dengan lokasi
tenang yang dekat dengan sawah. Akhirnya
pasangan ini membuat tabungan khusus yang
akan digunakan untuk membeli atau
menyewa rumah impian mereka dengan
menyisihkan tidak lebih dari 30% dari total
pengeluaran bulanan. Pasangan ini juga
mengatur strategi lain untuk menambah
pemasukan hingga mengatur cicilan
pembayaran. Setelah tabungan yang ada
dirasa cukup, pasangan ini memutuskan
untuk membeli sebuah rumah subsidi dengan
pembayaran DP diawal. Pemilihan keputusan
ini sudah dipikirkan bersama dengan
pertimbangan bahwa membeli rumah akan
lebih efisien dibandingkan dengan sistem
rumah sewa.
Untuk mendapatkan rumah yang sesuai
dengan keinginan, pasangan ini melakukan
survey rumah subsidi menggunakan kriteria
rumah yang diinginkan, seperti kesesuaian
harga, lingkungan kualitas bangunan, hingga
jarak antara rumah dan tempat bekerja.
Setelah menemukan rumah yang sesuai,
pasangan ini melakukan tahap fiksasi biaya
yang dibutuhkan diantaranya: (1)
pembayaran DP; (2) biaya renovasi; (3) biaya
tukang; (4) biaya cicilan dan lain sebagainya.
Di sisi lain, pada proses pengajuan rumah
bersubsidi, terdapat beberapa syarat dan
tahapan yang dilakukan oleh pasangan ini
yaitu: (1) menyiapkan berkas yang dibutuhkan
seperti fotokopi KTP, KK dan Buku Nikah, slip
gaji atau fotokopi surat pengangkatan kerja
bagi pegawai dengan gaji tidak boleh lebih
dari delapan juta, surat keterangan domisili,
fotokopi NPWP, fotokopi rekening Koran atau
tabungan selama tiga bulan terakhir, dan
surat pernyataan belum memiliki rumah yang
dikeluarkan oleh pihak kelurahan; (2)
mengurus berkas ke bank dengan
menyetorkan biaya deposito sekitar tiga juta
untuk: biaya satu kali angsuran, biaya admin
bank, biaya materai, biaya developer sekiar
lima ratus ribu dan biaya-biaya lain sesuai
ketentuan dari bank yang dipilih; (3)
mengurus berkas ke pihak developer serta
melakukan fiksasi kavling yang akan dibeli,
dan tahap selanjutnya adalah menentukan
tanggal akad jual beli.
Pertimbangan pasangan ini memilih jenis
rumah subsidi adalah: (1) harga yang
ditawarkan rumah subsidi lebih murah
daripada rumah KPR karena jenis rumah ini
mendapatkan subsisi dari pemerintah dan
memiliki ukuran yang sesuai untuk pasangan
baru dengan kemampuan finansial yang ada;
(2) rumah subsidi yang dipilih pasangan ini
memiliki harga Rp. 150.000.000, dilengkapi
dua kamar dengan tanah seluas 68 meter
persegi; (3) biaya awal yang dikeluarkan
sesuai dengan kemampuan finansial yaitu
biaya DP sejumlah 20-30 juta, ditambah biaya
renovasi kurang lebih 20 juta; (4) melakukan
cicilan biaya rumah melalui bank syariah
karena persentase bagi hasilnya tetap,
sehingga angsuran yang dibayarkan setiap
tahunnya memiliki nilai yang sama,
sedangkan jika memilih KPR biaya angsuran
akan memiliki bunga yang semakin besar
seiring berjalannya waktu.
Tahap selanjutnya yang dilakukan
pasangan ini menyelesaikan proses
pembayaran awal adalah melakukan renovasi
rumah. Pada rumah subsidi, biasanya tidak
terdapat fasilitas dapur dan halaman depan
rumah sehingga pasangan ini berinisiatif
untuk menambahkan fasilitas tersebut.
Pasangan ini belum bisa melakukan renovasi
pada tampak depan rumah, merombak total
ataupun membangun lantai dua karena hal ini
tidak diperbolehkan jika angsuran rumah
subsidi belum lunas.
Untuk meminimalisir pengeluaran biaya
pada tahap renovasi, pasangan ini melakukan
konsultasi kepada teman yang memiliki yang
lebih berpengalaman hingga menanyakan
pendapat dari tukang yang melakukan proses
renovasi. Sehingga pemilihan material dapat
dilakukan secara maksimal dengan
mempertimbangan aspek keuangan, efisiensi,
kualitas material, hingga aspek keindahan
bangunan.
Bagian-bagian rumah subsidi yang
mendapatkan proses renovasi adalah: (1)
pondasi dinding dapur dan meja dapur; (2)
kamar mandi yang awalnya menggunakan WC
jongkok diubah menjadi WC duduk; (3) atap
dapur dan kanopi depan rumah dengan
menggunakan material galvanum dan atap
bening pada area tempat mencuci baju; (4)
mengubah lahan kosong sempit di samping
rumah menjadi gudang; (5) perkerasan pada
halaman depan rumah; (6) pengadaan pagar
dengan material besi-kayu; (7) pengecatan
tampak depan rumah dan tembok depan
rumah.
Secara garis besar, gambaran total
pembiayaan pada proses renovasi rumah
adalah sebesar dua puluh enam juta dengan
rincian sebagai berikut: (1) upah tukang
sejumlah dua orang selama tiga bulan
menghabiskan kurang lebih lima juta; (2)
material dengan biaya sekitar lima belas juta;
(3) jetpump, tangki, kloset dll seharga kurang
lebih satu juta tiga ratus ribu; (4) pagar
dengan panjang lima meter menghabiskan
biaya tiga juta lima ratus ribu; (5) cat rumah
dan aquaproof dengan total biaya sekitar satu
juta seratus lima puluh enam ribu. Biaya-
biaya yang dijelaskan diatas belum termasuk
biaya lain-lain semisal konsumsi tambahan
untuk tukang, membeli kebutuhan kecil
lainnya, lampu dan lain sebagainya.
Jika dilihat secara keseluruhan terdapat
banyak pihak yang terlibat dalam penyediaan
rumah subsidi pasangan ini: (1) pemerintah,
sebagai pihak yang memberikan bantuan
rumah subsidi; (2) developer sebagai media
penyedia utama rumah subsidi; (3) pihak bank
sebagai media penyaluran dana pembiayaan
rumah subsidi; (4) perangkat desa sebagai
pihak pendukung yang menyediakan berkas-
berkas pengajuan rumah subsidi; (5) dan yang
terakhir tentu saja pasangan ini yang
berperan sebagai pemeran utama dalam
proses memenuhi keinginan untuk memiliki
rumah.