Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

PEMBAHASAN

Selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan Post Sectio Cesarea Pada


Ny. A Dengan Indikasi Ketuban Pecah Sebelum Waktu di Ruangan Kebidanan
RS Pelabuhan Boom Baru Palembang pada tanggal 20 Januari 2018 sampai
dengan tanggal 23 Januari 2018, ada beberapa hal yang perlu dibahas dan
diperhatikan. Dalam penerapan asuhan keperawatan tersebut penulis telah
berusaha mencoba menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Post
Sectio Cesarea Dengan Indikasi Ketuban Pecah Sebelum Waktu sesuai dengan
teori-teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas asuhan keperawatan yang diberikan
dan sejauh mana keberhasilan yang dicapai, akan diuraikan sesuai dengan tahap-
tahap proses keperawatan di mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan
data, mengelompokkan, dan menganalisis, sehingga didapatkan masalah dan
kebutuhan untuk perawatan ibu (Mitayani, 2009). Dalam melakukan pengkajian
pada klien data didapatkan dari klien, beserta keluarga, catatan medis serta tenaga
kesehatan lainnya.

4.1.1 Riwayat Kesehatan Sekarang


Dalam tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tidak ada terdapat
kesenjangan pada saat dilakukan pengkajian. Pada tinjauan teori biasanya klien
mengeluh nyeri atau tidak nyaman dari biasanya. Klien biasanya mengeluh nyeri
atau tidak nyaman dari berbagai sumber misalnya trauma bedah/ insisi, nyeri
distensi kantung kemih meliputi keluhan atau berhubungan dengan gangguan
atau penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan saat ini dan keluhan
yang dirasakan setelah pasien operasi.

31
32

Pada saat pengkajian kepada Ny. A didapatkan keluhan nyeri pada bagian
luka bekas operasi, skala nyeri 5, wajah tampak meringis, belum bisa bergerak
aktivitas masih dibantu suami dan keluarga

4.1.2 Riwayat Penyakit Dahulu


Terdapat kesenjangan dalam tinjauan biasanya klien ada riwayat hipertensi
atau  penyakit seperti DM,  jantung sedangkan berdasarkan hasil wawancara pada
Ny. A tidak ditemukan adanya riwayat hipertensi maupun penyakit yang lain.

4.1.3 Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik pada teoritis dan pada kasus sama karena pemeriksaan
fisik  penting untuk menentukan keadaan pasien. Pemeriksaan fisik pada teori
mengacu pada pemeriksaan head to toe, pemeriksaan keadaan umum, tingkat
kesadaran serta TTV ( TD, P, N, S ) pada kasus penulis juga melakukan
pemeriksaan head to toe, pemeriksaan kesadaran, keadaan umum, serta
pemeriksaan TTV ( TD, N, P, S ).

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan
resiko tinggi ( Doenges, 2000).
Pada tinjauan teoritis ditemukan 10 diagnosa keperawatan, sedangkan pada
tinjauan kasus ditemukan 3 diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang
ditemukan  pada teori :
a. Transisi perubahan proses keluarga b.d perkembangan atau adanya
peningkatan anggota keluarga
b. Gangguan Nyaman : nyeri akut b.d trauma pembedahan
c. Ansietas b.d situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi/kontak interpersonal,
kebutuhan tidak terpenuhi
d. Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gatal dalam peristiwa
kehidupan
33

e. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan fungsi biokimia atau


regulasi
f. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/kulit
rusak
g. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
h. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan
kurang pemajanan situasi mengingat masalah interpretasi, tidak mengenal
sumber-sumber
i. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma atau diversi mekanisme
efek-efek hormonal/anatesi
j. Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan
kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamanan fisik

Sedangkan pada kasus ditemukan 3 diagnosa keperawatan yaitu


1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan trauma pembedahan
Hal ini diangkat karena pada saat pengkajian Ny.A mengatakan nyeri pada
daerah luka bekas operasi, skala nyeri 5 dan wajah klien tampak meringis.
Nyeri ini timbul dikarenakan adanya tindakan pembedahan yang
menyebabkan terputusnya kontinuitas jaringan kemudian terjadi trauma
pembedahan dan timbul rasa nyeri.
2. Keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
Hal ini diangkat karena pada saat pengkajian Ny. A mengatakan belum bisa
bergerak dan aktivitas masih dibantu suami dan keluarga, terpasang kateter
dan di tangan kiri klien terpasang infuse.
3. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan
kurang pemajanan situasi mengingat masalah interpretasi, tidak mengenal
sumber-sumber
Hal ini diangkat karena pada saat pengkajian Ny. A mengatakan bingung
mengenai perawatan dirinya serta bayinya. Hal ini disebabkan karena
kurangnya informasi yang diterima pasien.
34

Diagnosa keperawatan pada kasus yang tidak ditemukan pada teori adalah :

a. Transisi perubahan proses keluarga b.d perkembangan atau adanya


peningkatan anggota keluarga karena sebelumnya pasien dan pasangan nya
telah merencanakan anak tersebut.
b. Ansietas b.d situasi, ancaman pada konsep diri, transmisi/kontak interpersonal,
kebutuhan tidak terpenuhi karena pasien tidak menunjukkan kecemasan pada
saat itu bayi lahir sehat.
c. Harga diri rendah berhubungan dengan merasa gatal dalam peristiwa
kehidupan karena ini merupakan persalinan keempat kalinya.
d. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan fungsi biokimia atau
regulasi karena pagar tempat tidur pasien selalu terpasang..
e. Resiko infeksi b.d trauma jaringan/kulit rusak karena tidak munculnya tanda-
tanda infeksi.
f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot
g. Perubahan eliminasi urin berhubungan dengan trauma atau diversi mekanisme
efek-efek hormonal/anatesi karena pasien masih terpasang kateter, frekuensi
urine 350 cc.
Penulis tidak menemukan 7 diagnosa keperawatan diatas dikarenakan pada
saat pengkajian dengan pasien, penulis tidak menemukan gejala-gejala yang
menunjukkan diagnosa keperawatan diatas.

4.3 Intervensi Keperawatan


Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan pada pasien Ny. A
berdasarkan  prioritas masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan
pada teori dapat dilakukan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada
tinjauan kasus disesuaikan dengan keluhan dan keadaan pasien.
1. Diagnosa pertama yaitu gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
trauma pembedahan dilakukan 5 intervensi keperawatan pada Ny. A yaitu
tentukan karakteristik / lokasi ketidak nyamanan (nyeri), berikan posisi yang
nyaman sesuai toleransi pasien, ajarkan dan instruksikan rileksasi distraksi
35

dengan nafas dalam, monitor TTV, dan lanjutkan pemberian terapi obat-
obatan. Intervensi yang tidak dilakukan pada teori yaitu :
Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab
ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat tidak dilakukan pada Ny. A karena
pasien tidak mengalami ansietas.
Pada intervensi keperawatan perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya atau
karakteristik nyeri tidak dilakukan pada Ny. A karena selama 12 jam pertama
paska partum, kontraksi uterus kuat dan teratur dan ini berlanjut 2-3 hari
berikutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya dikurangi faktor-faktor yang
memperberat nyeri penyerta meliputi multipara, overdistensi uterus.
Pada intervensi keperawatan anjurkan penggunaan posisi rekumben lateral kiri
tidak dilakukan pada Ny.A karena tidak terjadinya peningkatan gas dari kolon
desenden ke sigmoid.
Pada intervensi keperawatan anjurkan penggunaan es selama 20 menit setiap
24 jam, penggunaan bantal untuk peninggian pelvis sesuai kebutuhan karena tidak
terjadi infeksi hemoroid pada perineum.
Pada intervensi keperawatan palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa
penuh. Memudahkan berkemih periodic setelah pengangkatan kateter indwelling
tidak dilakukan pada pasien Ny. A karena fungsi kandung kemih kembali normal
setelah 4-7 hari (Jitowiyono, 2012)
Intervensi yang tidak terdapat pada tinjauan teori yaitu : pemberian terapi obat-
obatan. Terapi obat membantu mempercepat hilangnya rasa nyeri yang timbul.
Menurut Nurarif dan Hardhi (2015) kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil.
2. Diagnosa kedua yaitu keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan
kelemahan fisik. Pada tinjauan teoritis keterbatasan mobilitas fisik b.d
kelemahan fisik terdapat 3 intervensi keperawatan. Sedangkan pada tinjauan
kasus pada Ny. A dilakukan 3 intervensi keperawatan yaitu ajarkan pasien
mobilisasi bertahap agar pasien mengetahui cara mobilisasi, motivasi pasien
dalam melakukan mobilisasi untuk mempermudah pasien dalam melakukan
36

mobilisasi, dan beritahu pasien pentingnya mobilisasi agar pasien mengetahui


pentingnya mobilisasi.
3. Diagnosa ketiga yaitu kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi b.d
kurang pemajanan situasi mengingat masalah interpretasi, tidak mengenal
sumber-sumber. Pada tinjauan teoritis kurang pengetahuan mengenai
perawatan diri dan bayi b.d kurang pemajanan situasi mengingat masalah
interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber terdapat 5 intervensi keperawatan.
Sedangkan pada tinjauan kasus pada Ny. A dilakukan 5 intervensi keperawatan
yaitu kaji pengetahuan ibu tentang cara perawatan pasca bedah seksio sesarea,
bimbing ibu cara memberi asi yang benar, jelaskan hal – hal yang perlu
dilaporkan kepada dokter atau perawat mengenai kondisinya setelah
melahirkan, jelaskan pengobatan yang didapat selama ini, meliputi nama obat,
waktu, cara pemberian, tujuan, efek samping dan jadwal perawatan luka,
jadwal control, dan jelaskan kepada ibu pentingnya menjaga kondisi tubuh dan
kebersihan ibu.

4.4 Implementasi Keperawatan


Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan melakukan
rencana tersebut dalam bentuk nyata, dalam melakukan asuhan keperawatan pada
klien post sectio caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini. Hal ini tidaklah
mudah, terlebih dahulu penulis mengatur strategi agar tindakan keperawatan dapat
terlaksana. Dimulai dengan melakukan pendekatan pada klien agar nantinya klien
mau melaksanakan apa yang perawat anjurkan, sehingga seluruh rencana tindakan
keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan masalah yang dihadapi klien.
Dalam melakukan tindakan keperawatan, penulis tidak menemukan
kesulitan yang  berarti, hal ini disebabkan karena :
a. Adanya faktor perencanaan yang baik dan sistematik sehingga memudahkan
untuk melakukan tindakan keperawatan
b. Pendekatan yang dilakukan pada klien dan keluarga dengan baik sehingga
klien merasa percaya pada penulis dan mudah dalam pemberian serta
pelaksanaan tindakan keperawatan
37

c. Adanya kerja sama yang baik dengan petugas ruangan, sehingga penulis
mendapat bantuan dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Ada beberapa implementasi keperawatan yang tidak dilakukan penulis selama
melakukan asuhan keperawatan pada Ny. A karena menyesuaikan dengan
intervensi yang dibuat.
1. Diagnosa pertama yaitu gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
trauma pembedahan dilakukan 5 implementasi keperawatan pada Ny. A yaitu :
menentukan karakteristik / lokasi ketidak nyamanan (nyeri) dengan cara pasien
menunjukkan rasa nyeri didaerah sympisis pubis dan menunjukkan skala nyeri,
memberikan posisi yang nyaman sesuai toleransi pasien dengan cara posisi
pasien terlentang dengan kaki lurus, mengajarkan dan menginstruksikan
rileksasi distraksi dengan nafas dalam pada pasien dengan cara menarik napas
dari hidung tahan 5 detik lalu hembuskan napas melalui mulut, memonitor ttv
pasien (tekanan darah, pernapasan, nadi, dan suhu), dan melanjutkan
pemberian terapi Inj Ceftriaxon 3x1, Inj Vit C, Pronalges supp 4x1.
2. Pada diagnosa kedua yaitu keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan
kelemahan fisik. Pada tinjauan teoritis keterbatasan mobilitas fisik b.d
kelemahan fisik terdapat 3 implementasi keperawatan pada Ny. A yaitu :
memberitahu pentingnya mobilisasi, memotivasi pasien dalam melakukan
mobilisasi, dan mengajarkan pasien mobilisasi secara bertahap yaitu miring
kanan dan miring kiri dengan bantuan perawat dan keluarga.
3. Pada diagnosa ketiga yaitu kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan
bayi b.d kurang pemajanan situasi mengingat masalah interpretasi, tidak
mengenal sumber-sumber terdapat 5 implementasi keperawatan pada Ny. A
yaitu mengkaji pengetahuan ibu tentang cara perawatan pasca bedah seksio
sesarea, membimbing ibu cara memberi ASI yang benar, melaskan hal – hal
yang perlu dilaporkan kepada dokter atau perawat mengenai kondisinya setelah
melahirkan, menjelaskan pengobatan yang didapat selama ini, meliputi nama
obat, waktu, cara pemberian, tujuan, efek samping dan jadwal perawatan luka,
jadwal control, dan menjelaskan kepada ibu pentingnya menjaga kondisi tubuh
dan kebersihan ibu.
38

4.5 Evaluasi
Dari 3 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa
yang  penulis temukan dalam pengkajian dan melakukan asuhan keperawatan,
kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka
dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang
maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan klien,  perawat,
dokter, dan tim kesehatan lainnya.
1. Pada diagnosa 1 yaitu gangguan rasa nyaman; nyeri b.d trauma pembedahan
dianggap masalah sudah teratasi sebagian karena nyeri sudah berkurang,
skala nyeri menjadi 3, keadaan umum baik dan tanda-tanda vital dalam
keadaan baik.
2. Pada diagnosa 2 yaitu keterbatasan mobilitas fisik b.d kelemahan fisik
dianggap masalah teratasi sebagian karena Klien mengatakan sudah bisa
bergerak duduk sedikit demi sedikit tanpa di bantu keluarga dan Klien
mampu miring kanan dan miring kiri.
3. Pada diagnosa 3 yaitu kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi
b.d kurang pemajanan situasi mengingat masalah interpretasi, tidak mengenal
sumber-sumber dianggap masalah sudah teratasi karena sudah mengerti cara
merawat diri dan bayinya dank lien tampak rileks.

Anda mungkin juga menyukai