PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan
data, mengelompokkan, dan menganalisis, sehingga didapatkan masalah dan
kebutuhan untuk perawatan ibu (Mitayani, 2009). Dalam melakukan pengkajian
pada klien data didapatkan dari klien, beserta keluarga, catatan medis serta tenaga
kesehatan lainnya.
31
32
Pada saat pengkajian kepada Ny. A didapatkan keluhan nyeri pada bagian
luka bekas operasi, skala nyeri 5, wajah tampak meringis, belum bisa bergerak
aktivitas masih dibantu suami dan keluarga
Diagnosa keperawatan pada kasus yang tidak ditemukan pada teori adalah :
dengan nafas dalam, monitor TTV, dan lanjutkan pemberian terapi obat-
obatan. Intervensi yang tidak dilakukan pada teori yaitu :
Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab
ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat tidak dilakukan pada Ny. A karena
pasien tidak mengalami ansietas.
Pada intervensi keperawatan perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya atau
karakteristik nyeri tidak dilakukan pada Ny. A karena selama 12 jam pertama
paska partum, kontraksi uterus kuat dan teratur dan ini berlanjut 2-3 hari
berikutnya, meskipun frekuensi dan intensitasnya dikurangi faktor-faktor yang
memperberat nyeri penyerta meliputi multipara, overdistensi uterus.
Pada intervensi keperawatan anjurkan penggunaan posisi rekumben lateral kiri
tidak dilakukan pada Ny.A karena tidak terjadinya peningkatan gas dari kolon
desenden ke sigmoid.
Pada intervensi keperawatan anjurkan penggunaan es selama 20 menit setiap
24 jam, penggunaan bantal untuk peninggian pelvis sesuai kebutuhan karena tidak
terjadi infeksi hemoroid pada perineum.
Pada intervensi keperawatan palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa
penuh. Memudahkan berkemih periodic setelah pengangkatan kateter indwelling
tidak dilakukan pada pasien Ny. A karena fungsi kandung kemih kembali normal
setelah 4-7 hari (Jitowiyono, 2012)
Intervensi yang tidak terdapat pada tinjauan teori yaitu : pemberian terapi obat-
obatan. Terapi obat membantu mempercepat hilangnya rasa nyeri yang timbul.
Menurut Nurarif dan Hardhi (2015) kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak berhasil.
2. Diagnosa kedua yaitu keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan
kelemahan fisik. Pada tinjauan teoritis keterbatasan mobilitas fisik b.d
kelemahan fisik terdapat 3 intervensi keperawatan. Sedangkan pada tinjauan
kasus pada Ny. A dilakukan 3 intervensi keperawatan yaitu ajarkan pasien
mobilisasi bertahap agar pasien mengetahui cara mobilisasi, motivasi pasien
dalam melakukan mobilisasi untuk mempermudah pasien dalam melakukan
36
c. Adanya kerja sama yang baik dengan petugas ruangan, sehingga penulis
mendapat bantuan dalam melaksanakan tindakan keperawatan.
Ada beberapa implementasi keperawatan yang tidak dilakukan penulis selama
melakukan asuhan keperawatan pada Ny. A karena menyesuaikan dengan
intervensi yang dibuat.
1. Diagnosa pertama yaitu gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan
trauma pembedahan dilakukan 5 implementasi keperawatan pada Ny. A yaitu :
menentukan karakteristik / lokasi ketidak nyamanan (nyeri) dengan cara pasien
menunjukkan rasa nyeri didaerah sympisis pubis dan menunjukkan skala nyeri,
memberikan posisi yang nyaman sesuai toleransi pasien dengan cara posisi
pasien terlentang dengan kaki lurus, mengajarkan dan menginstruksikan
rileksasi distraksi dengan nafas dalam pada pasien dengan cara menarik napas
dari hidung tahan 5 detik lalu hembuskan napas melalui mulut, memonitor ttv
pasien (tekanan darah, pernapasan, nadi, dan suhu), dan melanjutkan
pemberian terapi Inj Ceftriaxon 3x1, Inj Vit C, Pronalges supp 4x1.
2. Pada diagnosa kedua yaitu keterbatasan mobilitas fisik berhubungan dengan
kelemahan fisik. Pada tinjauan teoritis keterbatasan mobilitas fisik b.d
kelemahan fisik terdapat 3 implementasi keperawatan pada Ny. A yaitu :
memberitahu pentingnya mobilisasi, memotivasi pasien dalam melakukan
mobilisasi, dan mengajarkan pasien mobilisasi secara bertahap yaitu miring
kanan dan miring kiri dengan bantuan perawat dan keluarga.
3. Pada diagnosa ketiga yaitu kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan
bayi b.d kurang pemajanan situasi mengingat masalah interpretasi, tidak
mengenal sumber-sumber terdapat 5 implementasi keperawatan pada Ny. A
yaitu mengkaji pengetahuan ibu tentang cara perawatan pasca bedah seksio
sesarea, membimbing ibu cara memberi ASI yang benar, melaskan hal – hal
yang perlu dilaporkan kepada dokter atau perawat mengenai kondisinya setelah
melahirkan, menjelaskan pengobatan yang didapat selama ini, meliputi nama
obat, waktu, cara pemberian, tujuan, efek samping dan jadwal perawatan luka,
jadwal control, dan menjelaskan kepada ibu pentingnya menjaga kondisi tubuh
dan kebersihan ibu.
38
4.5 Evaluasi
Dari 3 diagnosa keperawatan yang penulis tegakkan sesuai dengan apa
yang penulis temukan dalam pengkajian dan melakukan asuhan keperawatan,
kurang lebih sudah mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka
dari itu dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang
maksimal memerlukan adanya kerja sama antara penulis dengan klien, perawat,
dokter, dan tim kesehatan lainnya.
1. Pada diagnosa 1 yaitu gangguan rasa nyaman; nyeri b.d trauma pembedahan
dianggap masalah sudah teratasi sebagian karena nyeri sudah berkurang,
skala nyeri menjadi 3, keadaan umum baik dan tanda-tanda vital dalam
keadaan baik.
2. Pada diagnosa 2 yaitu keterbatasan mobilitas fisik b.d kelemahan fisik
dianggap masalah teratasi sebagian karena Klien mengatakan sudah bisa
bergerak duduk sedikit demi sedikit tanpa di bantu keluarga dan Klien
mampu miring kanan dan miring kiri.
3. Pada diagnosa 3 yaitu kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi
b.d kurang pemajanan situasi mengingat masalah interpretasi, tidak mengenal
sumber-sumber dianggap masalah sudah teratasi karena sudah mengerti cara
merawat diri dan bayinya dank lien tampak rileks.