Anda di halaman 1dari 21

PERAN &

TANGGUNGJAWAB
BIDAN PADA MASA
NIFAS
DINA HURA, SST., M.KEB
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan
selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu
untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis
selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu, bayi dan
keluarga
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan
meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan
yang berkaitan dengan ibu dan anak serta mampu
melakukan kegiatan admistrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan informasi dan konseling untuk ibu dan
keluarga mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi dan
praktik kebersihan yang aman.
7. Memberikan asuhan kebidanan secara professional.
8. Mendukung penkes termasuk sebagai orang tua.
ASUHAN KEBIDANAN
BERPUSAT PADA IBU
(WOMEN CENTERED)
Pemberian asuhan kebidanan berpusat
pada ibu, merupakan perubahan fokus
asuhan kebidanan untuk memenuhi standar
pelayanan kebidanan yang professional.
 Asuhan kebidanan yang diberikan bukan berpusat
pada pemberi pelayanan (provider) yaitu bidan, dan
bukan dominan pada bidan selaku pemberi
pelayanan (One Way/ satu arah) tetapi Two Way
(interaksi 2 arah), dan pusat pengambil keputusan
adalah ibu atau klien.
 Model asuhan kebidanan pada masa nifas dan menyusui
seharusnya :
1. Mempertimbangkan asuhan pada ibu dan bayi dari sudut
pandang holistic, konteks fisik, emosional, budaya,
spiritual, sosial.
2. Mempertimbangan hak-hak ibu dalam pengambilan
keputusan dan pilihan ibu tentang asuhan yang akan
dilakukan pada dirinya.
EVIDENCED BASED PADA
PASCASALIN DAN
MENYUSUI
 Evidence based Midwifery adalah informasi
kebidanan berdasarkan bukti ilmiah dari hasil
penelitian dan pengalaman praktik terbaik
dari para praktisi, pendidik seluruh penjuru
dunia yang dapat dipertanggungjawabkan.
1. MOBILISASI DINI
 Setelah melahirkan ( Kala IV selesai), ibu pascasalin sebaiknya
melakukan gerakan/aktifitas sedini mungkin (early
ambulation), yaitu kebijakan untuk selekas mungkin
membimbing ibu bangun dari tempat tidurnya dan lekas
berjalan.
 Jika tidak dilakukan ambulasi sedini mungkin, ibu akan
berisiko mengalami bendungan pembuluh darah vena
(thrombosis vena)
2. ROOMING IN
 Rooming in/ perawatan ibu dan anak dalam 1 ruangan
bertujuan untuk pemberian ASI, bonding attachment,
membimbing untuk dalam perawatan BBL dan juga
inisiasi menyusui dini.
 Rooming ini yang dilakukan memiliki keterkaitan
dengan mobilisasi dini. Ibu bisa melakukan mobilisasi
dini sembari memberikan perawatan terhadap BBL
3. PEMBERIAN ASI & PIJAT OKSITOSIN
 Peningkatan produksi ASI pada masa nifas untuk
persiapan menyusui, dapat dilakukan pijat oksitosin
kepada ibu.
 Pijat oksitosin berdasarkan hasil penelitian,
menunjukan adanya peningkatan prioduksi ASI,
frekuensi bayi menyusu, frekuensi BAK dan intensitas
bayi tidur setelah menyusu meningkat.
4. DUKUNGAN TERHADAP IBU NIFAS
 Sumber dukungan sosial dan psikologis berasal dari
keluarga terdekat dan lingkungan pada ibu masa nifas
bukan hanya dilakukan saat terjadi despresi
postpartum, akan tetapi dilakukan saat ibu menjalani
masa postpartum yang bertujuan untuk membantu dan
membangun kepercayaan diri ibu dalam perubahan
fisik dan perawatan BBL.
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN DAN
ASUHAN TERKINI DALAM
PELAYANAN KEBIDANAN
PADA MASA NIFAS
KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL PADA MASA
NIFAS DAN MENYUSUI SEBAGAI BERIKUT :

1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.


2.Melakukanpencegahan terhadap kemungkinan-
kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu
nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah
yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul
dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun
bayinya
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN DAN
ASUHAN TERKINI DALAM
PELAYANAN KEBIDANAN PADA
MASA NIFAS SAAT PANDEMIC
COVID 19
1. Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa
nifas (lihat Buku KIA). Jika terdapat risiko/ tanda bahaya, maka
periksakan diri ke tenaga kesehatan.
2. Pelaksanaan kunjungan nifas pertama dilakukan di fasyankes.
Kunjungan nifas kedua, ketiga dan keempat dapat dilakukan
dengan metode kunjungan rumah oleh Nakes/ pemantauan
secara online (disesuaikan dengan kondisi daerah terdampak
COVID-19), dengan melakukan upaya-upaya pencegahan
penularan COVID-19 baik dari petugas, ibu dan keluarga.
3. Periode kunjungan nifas (KF) :
a. KF 1 : pada periode 6 (enam) jam sampai dengan 2 (dua) hari
pasca persalinan;
b. KF 2 : pada periode 3 (tiga) hari sampai dengan 7 (tujuh) hari
pasca persalinan;
c. KF 3 : pada periode 8 (delapan) hari sampai dengan 28 (dua
puluh delapan) hari pasca persalinan;
d. KF 4 : pada periode 29 (dua puluh sembilan) sampai dengan 42
(empat puluh dua) hari pasca persalinan.

Anda mungkin juga menyukai