Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

PRAKTIK LAPANGANKOMUNITAS

Disusun Oleh:

NAMA : Asprilla Fernando

NIM : 1810913210025

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2021
A. Definisi Keperawatan Komunitas
Keperawatan komunitas atau community health nursing merupakan
praktik untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat dengan
menggunakan pengetahuan dari ilmu keperawatan, ilmu sosial dan ilmu
kesehatan masyarakat. Pengertian lain dari keperawatan komunitas adalah
suatu bentuk pelayanan profesional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan
yang ditujukan terutama pada kelompok risiko tinggi untuk meningkatkan
status kesehatan komunitas dengan menekankan upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan kuratif dan
rehabilitative.
Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang perawatan
khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program
kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns meningkatkan kesehatan,
penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,
pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada
individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan
profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin,
1987).
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu
sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan
kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak membatasi
pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan
dan melibatkan masyarakat.

B. Falsafah Keperawatan Komunitas


Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas
merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh
lingkungan (biopsiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan
komunitas dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit
(health prevention) dan peningkatan kesehatan (health promotion).
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada
paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia,
kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang
luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang
sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan.
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
berlangsung secara berkesinambungan.
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu
hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan
dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan
status kesehatan masyarakat.
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat
direncanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas
kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

Falsafah keperawatan komunitas dapat dijabarkan sebagai beriku:

1. Manusia
Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu / klien yang
berada pada lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki niliai-
nilai, keyakinan dan minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan. Komunitas merupakan sumber dan
lingkungan bagi keluarga. Komunitas sebagai klien termasuk di
dalamnya kelompok resiko tinggi antara lain: daerah terpencil, daerah
rawan, daerah kumuh.
2. Kesehatan
Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan
kebutuhan dasar klien / komunitas. Sehat merupakan keseimbangan
yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
3. Lingkungan
Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang
bersifat biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual.
4. Keperawatan
Intervensi / tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui
pencegahan primer, sekunder dan tersier.

C. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan Kesehatan
yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan derajat
kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung (direction)
terhadap individu, keluarga dan kelompok didalam konteks komunitas
serta perhatian lagsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan masyarakat yang dapat
mempengaruhi individu, keluarga serta masyarakat.
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri.
2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat.
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam
rangka mengatasi masalah keperawatan.
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang
memerlukan pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di
panti dan di masyarakat.
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan
tindaklanjut dan asuhan keperawatan di rumah.
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok
resiko tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan
keperawatan di rumah dan di Puskesmas.
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial
untuk menuju keadaan sehat optimal.

D. Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas


Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk
individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga
penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil. Menurut
Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga tingkat
yaitu :
1. Tingkat Individu.
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu
tersebut
mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan
merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat
mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental
maupun sosial. Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada
individu yang mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC,
ibu hamil d1l) yang dijumpai di poliklinik, Puskesmas dengan sasaran
dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan pemecahan masalah
kesehatan individu.
2. Tingkat Keluarga.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala
keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam
suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau
adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila
salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota
keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada di sekitarnya.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difokuskan pada
keluarga rawan yaitu :
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu
keluarga dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang
persalinannya ditolong oleh dukun dan neonatusnya, balita
tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bisa diintervensi oleh
program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau
keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik).
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil
yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi be-rat (HB
kurang dari 8 gr%) ataupun Kurang Energi Kronis (KEK),
keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan,
infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga
dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau
keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.
c. Keluarga dengan tindak lanjut perawatan
3. Kelompok Khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan, termasuk
diantaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti;
1) Ibu hamil
2) Bayi baru lahir
3) Balita
4) Anak usia sekolah
5) Usia lanjut
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya
adalah:
1) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS,
penyakit kelamin lainnya.
2) Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit
diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental
dan lain sebagainya.
c. Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit,
diantaranya:
1) Wanita tuna susila
2) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
3) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
1) Panti wredha
2) Panti asuhan
3) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
4) Penitipan balita

E. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas

Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan


kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun
resosialitatif. Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan Kesehatan
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan melakukan kegiatan
penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan
perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga teratur, rekreasi
dan Pendidikan seks.

Upaya preventif untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan


kesehatan terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui
kegiatan imunisasi, pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu,
puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian vitamin A, iodium, ataupun
pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
Upaya kuratif bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau
masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah,
perawatan orang sakit sebagai tindaklanjut dari Pukesmas atau rumah
sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis, perawatan buah dada,
ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir

Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah


atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC,
kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita
kusta, patch tulang dan lain sebagai¬nya, kegiatan fisioterapi pada
penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC, dll.

Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke


masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti,
penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.

F. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas


1. Proses kelompok ( group process)

Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya setelah


belajar dari pengelaman sebelumnya, selain dari faktor pendidikan/
pengetahuan individu, media massa, televisi, penyuluhan yang
dilakukan oleh pettugas kesehatan, dan sebagainya. Begitu juga
dengan masalah kesehatan lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya
sangat memengaruhi upaya penanganan atau pencegahan penyakit
yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penanganan yang
bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas
penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pendekatan
pemecahan masalah kesehatan menggunakan proses kelompok.

2. Pendidikan kesehatan (health promotion)

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,


dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer materi/ teori
dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur.
Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adnya kesadaran dari dalam diri
individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Tujuan utama pendidikan
kesehatan adalah agar seorang mampu:

a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri


b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap maslaahnya,
dengan sumberdaya yang ada pada mereka dan di tambah dengan
dukungan dari luar
c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk meningkatkan
taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang


Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu “meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan ; baik fisik, mental, dan sosialnya ; sehingga produktif
secara ekonomi maupun secara social.

3. Kerja Sama (Partner Ship)

Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan


masyarakat jika tidak di tangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas, melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat.

G. Peran dan Fungsi Perawat Komunitas


1. Manager kasus
Jika, berperan sebagai manager, perawat harus mampu mengelola
pelayanan yang berkoordinasi dengan komunitas atau keluarga,
penyedia pelayanan kesehatan atau pelayanan sosial yang ada. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah pencapaian tujuan asuhan keperawatan
komunitas. Seyogyanya kualifikasi pendidikan seorang manager kasus
minimal Sarjana Keperawatan.
Sebagai manager kasus perawat komunitas harus dapat berfungsi untuk
melakukan tindakan sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi kebutuhan komunitas terhadap pelayanan
kesehatan. Hal ini penting dilakukan agar pelayanan kesehatan
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan komunitas.
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan komunitas. Rencana ini
dibuat berdasarkan hasil pengkajian kebutuhan komunitas terhadap
pelayanan kesehatan.
c. Mengoordinasikan aktivitas tim kesehatan multidisiplin sehingga
pelayanan yang diberikan dapat optimal dan tepat sasaran.
d. Menilai kualitas pelayanan keperawatan dan pelayanan kesehatan
yang telah diberikan. Sebagai manager, hal ini penting untuk
meningkatkan pengelolaan berikutnya.
2. Pelaksana Asuhan keperawatan
Salah satu peran penting perawat adalah memberikan pelayanan
langsung kepada komunitas sesuai dengan kebutuhan komunitas atau
keluarga. Anda dapat mencoba peran ini sesuai dengan tahapan mulai
dari pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan.
Sebagai pelaksana asuhan keperawatan, perawat dapat berfungsi
untuk:
a. melakukan pengkajian secara komprehensif;
b. menetapkan masalah keperawatan komunitas;
c. menyusun rencana keperawatan dengan mempertimbangkan
kebutuhan dan potensi komunitas;
d. melakukan tindakan keperawatan langsung mencakup tindakan
mandiri (seperti melakukan perawatan luka, melatih napas dalam
dan batuk efektif, melatih Latihan rentang gerak/rom, dan
sebagainya), serta tindakan kolaboratif (seperti pemberian obat
TBC dan sebagainya);
e. mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah diberikan;
f. mendokumentasikan semua tindakan keperawatan.
3. Pendidik
Jika berperan sebagai pendidik, maka perawat harus mampu menjadi
penyedia informasi kesehatan dan mengajarkan komunitas atau
keluarga tentang upaya kesehatan yang dapat dilakukan komunitas.
Peran tersebut dapat Anda lihat saat perawat melakukan pendidikan
kesehatan. Berikut fungsi yang dapat dijalankan oleh perawat
komunitas dalam menjalankan perannya sebagai pendidik.
a. Mengidentifikasi kebutuhan belajar, yaitu apa yang ingin diketahui
oleh komunitas, ini bisa diketahui saat perawat melakukan
pengkajian komunitas.
b. Memilih metode pembelajaran (ceramah, diskusi, atau
demonstrasi), dan materi yang sesuai dengan kebutuhan.
c. Menyusun rencana pendidikan kesehatan.
d. Melaksanakan pendidikan kesehatan.
e. Melatih komunitas/kelompok/keluarga tentang keterampilan yang
harus dimiliki sesuai kebutuhannya.
f. Mendorong keluarga untuk melatih keterampilan yang sudah
diajarkan perawat.
g. Mendokumentasikan kegiatan pendidikan kesehatan.
4. Pembela (Advocate)
Peran sebagai pembela (advocate) dapat dilakukan perawat dengan
mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas dan kompeten.
Sikap perawat yang selalu berupaya meningkatkan kompetensinya
agar asuhan keperawatan komunitas yang diberikan terjaga
kualitasnya, merupakan contoh pelaksanaan peran sebagai pembela
(advocate).
Selain sikap di atas, tindakan lain yang dapat dilakukan perawat
sebagai pembela (advocate) adalah:
a. menyediakan informasi yang dibutuhkan komunitas atau keluarga
untuk membuat keputusan;
b. memfasilitasi komunitas atau keluarga dalam mengambil
keputusan;
c. membuka akses ke provider agar komunitas atau keluarga
mendapatkan pelayanan yang terbaik (membangun jejaring kerja);
d. menghormati hak klien;
e. meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
f. melaksanakan fungsi pendampingan komunitas atau keluarga;
g. memberikan informasi terkait sumber-sumber pelayanan yang
dapat digunakan;
h. memfasilitasi masyarakat dalam memanfaatkan sumber-sumber
tersebut.
5. Konselor
Perawat konselor membutuhkan keterampilan khusus, yaitu perawat
tersebut adalah orang yang memahami (expert) di bidang keahliannya,
dapat dipercaya untuk membantu komunitas atau keluarga dan
mengembangkan koping yang konstruktif dalam penyelesaian
masalah. Perawat juga dapat memberikan berbagai solusi dalam rangka
menetapkan cara yang lebih baik untuk penyelesaian masalah.
6. Role Model
Pelayanan keperawatan komunitas bersifat berkelanjutan dan
berkesinambungan, tentu saja ini menuntut perawat untuk mampu
berinteraksi baik dengan komunitas. Dalam interaksi, ada proses
transformasi perilaku perawat yang dapat dipelajari oleh komunitas
atau keluarga. Proses inilah yang sebenarnya, bahwa perawatsedang
menjalankan perannya sebagai role model (contoh).
7. Penemu Kasus
Perawat komunitas memiliki peran untuk melibatkan diri dalam
penelusuran kasus di komunitas atau keluarga, untuk selanjutnya
dilakukan kajian apa saja yang dibutuhkan komunitas.
8. Pembaharu
Peran ini membantu komunitas untuk melakukan perubahan ke arah
kehidupan yang lebih sehat. Hal yang dilakukan perawat sebagai
pembaharu adalah sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi kekuatan dan penghambat perubahan. Hal ini
penting dilakukan karena suatu perubahan merupakan suatu hal
yang baru yang membutuhkan dukungan.
b. Membantu pencairan dan memotivasi untuk berubah.
c. Membantu komunitas menginternalisasi perubahan.
9. Peneliti
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu
mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang
merupakan dasar dari praktik keperawatan.

H. Tatanan Praktik Dalam Keperawatan Kesehatan Komunitas


Perawat kesehatan komunitas melakukan pekerjaan pada berbagai posisi
dengan fokus utama klien individu, keluarga, dan komunitas. (Archer,
1976). Tatanan praktik dalam keperawatan kesehatan komunitas sangat
luas, karena pada semua tatanan perawat komunitas dapat memberikan
pelayanan dengan penekanan tingkat pencegahan primer, sekunder dan
tertier. Perawat yang bekerja di komunitas dapat bekerja sebagai perawat
keluarga, perawat sekolah, perawat kesehatan kerja atau pegawai
gerontology.
1. Perawat Keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat
kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu
kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan
perawatan sebagai upaya (Bailon dan Maglaya, 1978). Perawat
keluarga adalah perawat terregistrasi dan telah lulus dalam bidang
keperawatan yang dipersiapkan untuk praktik memberikan pelayanan
individu dan keluarga disepanjang rentang sehat sakit. Peran yang
dilakukan perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan
keluarga, berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan
dan melaksanakan kebijakan dibidang kesehatan, kepemimpinan,
pendidikan, case management dan konsultasi.
2. Perawat Kesehatan Sekolah
Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan pada anak
ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan
mengikut sertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam
perencanaan pelayanan (Logan, BB, 1986). Fokus utama perawat
kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan sasaran
penunjang adalah guru dan kader.
3. Perawat Kesehatan Kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip
keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja
dalam segala bidang pekerjaan. Perawat kesehatan kerja
mengaplikasikan praktik keperawatan dalam upaya memenuhi
kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat ditatanan industri,
pabrik, tempat kerja, tempat konstruksi, universitas dan lain-lain.
4. Perawat Gerontologi
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari
dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi
diberbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk
mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal. Lingkup praktik
keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan,
melaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan
kemampuan atau kemandirian lanjut usia, meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan
dan menunjang proses kematian yang bermartabat.

I. Pelayanan Keperawatan Kesehatan Komunitas


Menurut Depkes (2006) Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
dapat diberikan secara langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan ,
yaitu :
1. Di dalam unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll)
yang mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat nginap
2. Di rumah Perawat “home care” memberikan pelayanan secara
langsung pada keluarga di rumah yang menderita penyakit akut
maupun kronis. Peran home care dapat meningkatkan fungsi
keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mempunyai resiko
tinggi masalah kesehatan.
3. Di sekolah Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat
(day care) diberbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA,
dan Perguruan tinggi, guru dan karyawan). Perawat sekolah
melaksanakan program 10 screening kesehatan, mempertahankan
kesehatan, dan pendidikan kesehatan
4. Di tempat kerja/industri Perawat dapat melakukan kegiatan
perawatan langsung dengan kasus kesakitan/kecelakaan minimal di
tempat kerja/kantor, home industri/ industri, pabrik dll. Melakukan
pendidikan kesehatan untuk keamanan dan keselamatan kerja,
nutrisi seimbang, penurunan stress, olah raga dan penanganan
perokok serta pengawasan makanan.
5. Di barak-barak penampungan Perawat memberikan tindakan
perawatan langsung terhadap kasus akut, penyakit kronis, dan
kecacatan fisik ganda, dan mental.
6. Dalam kegiatan Puskesmas keliling Pelayanan keperawatan dalam
puskesmas keliling diberikan kepada individu, kelompok
masyarakat di pedesan, kelompok terlantar. Pelayanan keperawatan
yang dilakukan adalah pengobatan sederhana, screening kesehatan,
perawatan kasus penyakit akut dan kronis, pengelolaan dan rujukan
kasus penyakit.
7. Di Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak,
panti wreda, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan)
atau lembaga pemasyarakatan (Lapas). Bab 1. Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Komunitas
8. Pelayanan pada kelompok kelompok resiko tinggi
a. Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia
mendapat perlakukan kekerasan
b. Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatan jiwa
c. Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaan obat
d. Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok
lansia, gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita
HIV (ODHA/Orang Dengan Hiv-Aids), dan WTS 11.

Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan komunitas adalah


meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan, membimbing
dan mendidik individu, keluarga, kelompok, masyarakat untuk
menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat sehingga
mampu memelihara dan meningkatkan derajad kesehatannya.

J. Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas


Ruang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan
kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya
(resosialitatif). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas,
kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan
tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
Perawat harus menekankan kegiatan peningkatan kesehatan (promosi
kesehatan) dan pencegahan penyakit sebagai bentuk-bentuk pelayanan
kesehatan yang penting untuk dilaksanakan. Perawat membantu klien
untuk dapat lebih memelihara kesehatan yang baik dan memperbaiki
tingkat kesehatannya daripada memberi perawatan setelah terjadinya suatu
penyakit. Peran perawat dalam promosi kesehatan sangat komplek, ini
termasuk peran sebagai pembela, pendidik, koordinator perawatan,
pimpinan atau anggota profesi, penyedia layanan, agen pemberdayaan,
agen perubahan yang proaktif, konsultan, pengguna hasil-hasil penelitian,
dan peneliti pengujian model-model promosi kesehatan.
Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan dua konsep yang
berhubungan erat. Kegiatan peningkatan atau promosi kesehatan
membantu klien untuk memelihara atau memperbaiki tingkat kesehatan
mereka saat ini, sedangkan aktivitas pencegahan penyakit bertujuan untuk
melindungi klien dari ancaman kesehatan yang bersifat aktual maupun
potensial. Kedua jenis kegiatan tersebut berorientasi pada masa yang akan
datang.
Perawatan masyarakat yang berorientasi pada promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit dapat dipahami dalam bentuk kegiatan sesuai dengan
tingkat pencegahan. Menurut Leavell & Clark terdapat tiga tingkat
pencegahan, yaitu meliputi: pencegahan primer (primary prevention),
pencegahan sekunder (secondary prevention), dan pencegahan tersier
(tertiary prevention).
Pencegahan primer berkaitan dengan kegiatan yang diarahkan untuk
mencegah masalah sebelum masalah terjadi dengan mengubah tingkat
kerentanan atau mengurangi paparan bagi individu yang rentan.
Pencegahan primer terdiri dari dua elemen: promosi kesehatan secara
umum (health promotion) dan perlindungan khusus (specific protection).
Pencegahan primer adalah pencegahan yang sebenarnya, pencegahan ini
dilakukan sebelum terjadi penyakit dan gangguan fungsi, dan diberikan
kepada klien yang sehat fisik dan mental. Pencegahan ini tidak bersifat
terapeutik, tidak menggunakan tindakan yang terapeutik dan tidak
menggunakan identifikasi gejala penyakit. Pencegahan primer ditujukan
untuk promosi kesehatan bagi masyarakat termasuk program pendidikan
kesehatan. Hal ini dapat diberikan kepada individu atau populasi umum,
atau dapat berfokus pada individu yang berisiko mengalami penyakit
tertentu. Pencegahan primer mencakup semua upaya promosi kesehatan,
serta kegiatan kesehatan yang berfokus pada mempertahankan atau
meningkatkan kesehatan umum individu, keluarga, dan masyarakat. Untuk
promosi kesehatan, contoh kegiatannya meliputi pendidikan kesehatan,
standar gizi yang baik disesuaikan dengan fase perkembangan kehidupan,
perhatian terhadap pengembangan kepribadian, penyediaan perumahan
yang layak dan rekreasi serta kondisi kerja yang menyenangkan di
masyarakat, konseling perkawinan dan pendidikan seks, penyaringan
genetik dan pemeriksaan selektif berkala. Sedangkan kegiatan diarahkan
pada perlindungan khusus termasuk dalam hal ini pemberian imunisasi
khusus, penggunaan sanitasi lingkungan, perlindungan terhadap
kecelakaan kerja, perlindungan dari kecelakaan, konsumsi nutrisi tertentu,
perlindungan dari karsinogen, dan menghindari alergen.
Pencegahan sekunder mengacu kepada deteksi dini dan intervensi yang
tepat selama periode awal pathogenesis penyakit. Pencegahan sekunder
dilakukan setelah masalah muncul tetapi sebelum tanda dan gejala
nampak. Kegiatan diarahkan pada diagnosis dan intervensi cepat, sehingga
mengurangi keparahan dan memungkinkan klien untuk kembali ke tingkat
normal kesehatan sedini mungkin. Diagnosis dini dan pengobatan yang
tepat untuk pencegahan sekunder mencakup langkah-langkah penemuan
kasus dan pemeriksaan selektif untuk menyembuhkan dan mencegah
proses penyakit, mencegah penyebaran penyakit menular, mencegah
komplikasi dan gejala sisa, dan untuk memperpendek periode individu
kecacatan.
Pencegahan tersier ditujukan kepada populasi yang mempunyai penyakit
atau cedera dan berfokus pada keterbatasan kemampuan atau rehabilitasi.
Tujuan dari pencegahan tersier yaitu untuk menjaga masalah kesehatan
tidak menjadi semakin buruk; untuk mengurangi dampak dari penyakit
atau cedera; dan untuk mengembalikan individu ke tingkat optimal dari
fungsi mereka. Hal ini juga meminimalkan efek dari penyakit jangka
panjang atau cacat oleh intervensi diarahkan untuk mencegah komplikasi
dan kemerosotan. Pada tingkat ini, kegiatan diarahkan pada rehabilitasi
bukan diagnosis dan pengobatan. Perawatan pada tingkat ini bertujuan
untuk membantu klien mencapai tingkat fungsional setinggi.

K. Asuhan Keperawatan Komunitas


1. Pengkajian
Pengkajian Komunitas (Community Assessment) adalah proses
pengumpulan data yang berhubungan dengan status kesehatan
komunitas dan merupakan sumber data untuk perumusan diagnosa
keperawatan. Pengkajian komunitas merupakan suatu upaya untuk
dapat mengenal masyarakat, dimana warga masyarakat merupakan
mitra yang berkontribusi terhadap keseluruhan proses. Tujuan
keperawatan dalam mengkaji komunitas adalah mengidentifikasi
faktor-faktor (baik positif maupun negatif) yang mempengaruhi
kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembangkan strategi
promosi kesehatan. Dalam tahap pengkajian ini, ada empat kegiatan
yang dilakukan, yaitu pengumpulan data, pengorganisasian data,
validasi data, dan pendokumentasian data.
a. Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan pada pengkajian secara umum dapat
diperoleh dari data subyektif dan data obyektif. Data subyektif,
yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang
dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas yang
diungkapkan secara langsung melalui lisan. Data obyektif, yaitu
data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan
pengukuran. Sedangkan sumber data dapat diperoleh dari data
primer dan data sekunder, dengan pendekatan secara kuantitatif
maupun kualitatif. Data primer adalah data yang dikumpulkan
oleh pengkaji berdasarkan hasil pengkajian, sedangkan data
sekunder diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya. Metode
pengumpulan data. yang dapat dilakukan yaitu: wawancara
informan (informan interview), analisis sekunder, observasi atau
pengamatan (windshield survey).
b. Pengorganisasian Data
Dalam pengkajian komunitas ada beberapa data yang perlu
dikumpulkan, yaitu data inti komunitas, subsistem komunitas, dan
persepsi. Pengkajian Keperawatan Komunitas dengan
menggunakan model Neuman terdiri atas: (1) inti komunitas, (2)
subsistem komunitas
1) Core atau Inti. Data komunitas ini merupakan data yang
dikumpulkan dalam inti komunitas yang meliputi:
a) sejarah atau riwayat (riwayat daerah dan perubahan
daerah);
b) demografi (usia, karakteristik jenis kelamin, distribusi ras
dan distribusi etnis);
c) tipe keluarga (keluarga/bukan keluarga, kelompok);
d) status perkawinan (kawin, janda/duda, single);
e) statistik vital (kelahiran, kematian kelompok usia, dan
penyebab kematian);
f) nilai-nilai dan keyakinan;
g) agama.
2) Delapan Subsistem yang mempengaruhi komunitas
a) Lingkungan fisik
Perumahan yang dihuni penduduk, bagaimana
penerangannya, sirkulasi, kepadatannya.
b) Pendidikan
Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan pengetahuannya. Data yang terkait
dengan pendidikan meliputi, sekolah yang ada di
komunitas, tipe pendidikan, perpustakaan, pendidikan
khusus, pelayanan kesehatan di sekolah, program makan
siang di sekolah, dan akses pendidikan yang lebih tinggi.
c) Keamanan dan transportasi
Bagaimana keselamatan dan keamanan di lingkungan
tempat tinggal, apakah tidak menimbulkan stress.
Transportasi apa yang tersedia di komunitas. Data yang
perlu dikumpulkan terkait dengan transportasi dan
keamanan adalah: alat transportasi penduduk datang dan
ke luar wilayah, transportasi umum (bus, taksi, angkot, dan
sebagainya serta transportasi privat (sumber transportasi
atau transpor untuk penyandang cacat). Layanan
perlindungan kebakaran, polisi, sanitasi, dan kualitas
udara.
d) Politik dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan
Apakah cukup menunjang sehingga memudahkan
komunitas mendapatkan pelayanan di berbagai bidang
termasuk Kesehatan. Data yang perlu dikumpulkan
meliputi data pemerintahan (RT, RW, desa/kelurahan,
kecamatan, dan sebagainya), kelompok pelayanan
masyarakat (posyandu, PKK, karang taruna, posbindu,
poskesdes, panti, dan sebagainya) serta data politik, yaitu
kegiatan politik yang ada di wilayah tersebut serta peran
peserta partai politik dalam pelayanan kesehatan
e) Pelayanan kesehatan yang tersedia
Untuk melakukan deteksi dini gangguan atau merawat atau
memantau. Pelayanan kesehatan dan sosial perlu dikaji di
komunitas, yaitu Puskesmas, klinik, rumah sakit,
pengobatan tradisional, agen pelayanan kesehatan di
rumah, pusat emergensi, rumah perawatan, fasilitas
pelayanan sosial, pelayanan kesehatan mental, apakah ada
yang mengalami sakit akut atau kronis.
f) Sistem komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang tersedia untuk
meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan
penyakit. Misalnya televisi, radio, koran, atau leaflet yang
diberikan kepada komunitas. Data yang dikumpulkan
terkait dengan komunikasi dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu komunikasi formal yang meliputi surat kabar,
radio dan televisi, telepon, internet, dan hotline, serta
komunikasi informal yang meliputi papan pengumuman,
poster, brosur, halo-halo, dan sebagainya.
g) Sistem ekonomi
Tingkat sosial ekonomi komunitas secara keseluruhan
apakah sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional) di
bawah atau di atas sehingga upaya pelayanan ditujukan
pada anjuran untuk mengkonsumsi jenis makanan sesuai
status ekonomi masing-masing. Data yang perlu
dikumpulkan terkait dengan ekonomi adalah, karakteristik
keuangan keluarga dan individu, status pekerja, kategori
pekerjaan dan jumlah penduduk yang tidak bekerja, lokasi
industri, pasar, dan pusat bisnis.
h) Rekreasi
Apakah tersedia sarana, kapan saja dibuka, biayanya
apakah terjangkau komunitas atau tidak. Rekreasi
hendaknya dapat digunakan komunitas untuk membantu
mengurangi stressor. Data yang perlu dikumpulkan terkait
dengan rekreasi yang meliputi, taman, area bermain,
perpustakaan, rekreasi umum dan privat, serta fasilitas
khusus.
3) Data persepsi
a) Tempat tinggal yang meliputi bagaimana perasaan
masyarakat tentang komunitasnya, apa yang menjadi
kekuatan mereka, permasalahan, tanyakan pada
masyarakat dalam kelompok yang berbeda (misalnya,
lansia, remaja, pekerja, profesional, ibu rumah tangga, dan
sebagainya).
b) Persepsi umum yang meliputi pernyataan umum tentang
kesehatan dari komunitas, apa yang menjadi kekuatan, apa
masalahnya atau potensial masalah yang dapat
diidentifikasi.
c. Validasi Data
Validasi merupakan verifikasi data untuk mengkonfirmasi
bahwa data tersebut akurat dan faktual. Validasi data sangat
membantu perawat dalam melaksanakan tugas, meyakinkan
bahwa informasi pengkajian sudah lengkap, serta data subjektif
dan objektif dapat diterima.
d. Analisis Komunitas
Dalam melakukan analisis komunitas ada beberapa tahap yang
perlu dilakukan, yaitu kategorisasi (karakteristik demografi,
karakteristik geografik, karakteristik sosial ekonomi, sumber
dan pelayanan Kesehatan), ringkasan, perbandingan, dan
kesimpulan.
e. Pendokumentasian data
Dokumentasi secara akurat sangat penting dan dapat meliputi
semua data yang dikumpulkan tentang status kesehatan klien
(komunitas). Data yang dikumpulkan merupakan kondisi yang
benarbenar yang faktual bukan interpretasi dari perawat.
2. Diagnosa Keperawatan Ditegakkan berdasarkan klasifikasi
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association)
Diagnosis adalah suatu pernyataan tentang sintesis analisis data.
Diagnosis keperawatan adalah respon manusia terhadap masalah
kesehatan aktual atau risiko dan potensial, serta perawat diberi
kewenangan untuk mengatasi.
Penulisan diagnosis keperawatan kelompok dan komunitas berbeda
dengan individu dan keluarga. Menurut Freeman (1970) dalam
Ervin (2008), upaya atau action pelayanan keperawatan komunitas
haruslah berlandaskan pengkajian yang akurat yang dilakukan oleh
seluruh komponen yang ada di dalam komunitas, sehingga
diagnosis keperawatan komunitas adalah kunci utama pelayanan
keperawatan yang dilakukan di komunitas. Mengingat komunitas
terdiri atas individu, keluarga, kelompok dan komunitas, maka
diagnosis keperawatan komunitas harus ditujukan kepada
komunitas, kelompok atau aggregates tersebut, sehingga secara
umum diagnosis tersebut meliputi atau mewakili permasalahan
individu, keluarga yang hidup dan tinggal dalam komunitas
tersebut. Diagnosis keperawatan kelompok dan komunitas juga
memiliki perbedaan secara umum dengan diagnosis individu dan
keluarga, karena saat melakukan pengkajian di komunitas atau
kelompok/aggregates, maka perawat yang bekerja di komunitas,
berkolaborasi dengan komunitas, tokoh komunitas, kepala
kelurahan/desa serta aparatnya, pemuka agama serta tenaga
kesehatan lainnya, sehingga formulasi diagnosis keperawatan harus
mewakili semua pemangku kepentingan di komunitas (Ervin,
2008).
Ada tiga bagian diagnosis keperawatan berikut ini.
a) Menggambarkan masalah, respon, atau keadaan.
b) Identifikasi faktor etiologi berkaitan dengan masalah.
c) Tanda dan gejala yang merupakan karakteristik masalah.
3. Perencanaan Asuhan Keperawatan Komponen perencanaan asuhan
keperawatan, yaitu:
a. Prioritas Masalah Kriteria-kriteria yang dapat membantu
untuk penentuan skala prioritas masalah dalam komunitas
antara lain:
1) Kesadaran masyarakat terhadap masalah yang ada
2) Motivasi masyarakat untuk menyelesaikan masalah yang
ada
3) Kemampuan perawat untuk berperan dalam upaya untuk
menyelesaikan masalah yang ada
4) Keberadaan ahli dalam menyelesaikan masalah
5) Adanya kemungkinan untuk mengatasi masalah
6) Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah
Skala prioritas masalah ini ditentukan berdasarkan jumlah skor
masalah pada setiap masing-masing masalah yang
teridentifikasi. Masalah yang mempunyai skor masalah yang
paling tinggi, berarti masalah tersebut yang harus lebih dulu
diselesaikan.
b. Merumuskan Tujuan keperawatan dengan NOC (Nursing
Outcome Classification)
- Menetapkan sasaran
Sasaran merupakan hasil yang diharapkan. Dalam
pelayanan kesehatan sasaran adalah pernyataan situasi ke
depan, kondisi, atau status jangka panjang, dan belum
bisa diukur.
- Menetapkan tujuan
Tujuan adalah suatu pernyataan hasil yang diharapkan
dapat diukur, dibatasi waktu, dan berorientasi pada
kegiatan
- Menetapkan rencana intervensi
Rencana intervensi dalam keperawatan komunitas
berorientasi pada promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, pemeliharaan kesehatan, dan manajemen krisis.

c. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah pelaksanaan kegiatan – kegiatan
yang telah direncanakan dengan melibatkan kelompok kerja
yang telah terbentuk melalui kerja sama dengan tenaga
kesehatan setempat dan tokoh-tokoh setempat dengan
menggunakan NIC (Nursing Intervention Classification).
Implementasi merupakan tahap kegiatan setelah perencanaan
kegiatan keperawatan komunitas dalam proses keperawatan
komunitas. Fokus pada tahap implementasi adalah bagaimana
mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya, tetapi yang sangat penting dalam implementasi
keperawatan kesehatan komunitas adalah melakukan tindakan-
tindakan berupa promosi kesehatan, memelihara kesehatan
atau mengatasi kondisi tidak sehat, mencegah penyakit, dan
dampak pemulihan.
d. Tahap Evaluasi Tahap evaluasi menggunakan format SOAP
(Subjective, Objective, Assesment, Planning)
Tujuan dari evaluasi program kesehatan adalah untuk
memperbaiki program-program kesehatan dan pelayanannya
untuk mengantarkan dan mengarahkan alokasi tenaga dana
untuk program dan pelayanan yang sedang berjalan dan yang
akan datang. Evaluasi harus digunakan secara konstruktif dan
bukan untuk membenarkan tindakan yang telah lalu atau
sekadar mencari kekurangan-kekurangan saja.
Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Masyarakat
1. Pencegahan penularan pada individu
Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang mengandung virus
SARSCoV-2 yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung, mulut dan mata,
untuk itu pencegahan penularan COVID-19 pada individu dilakukan dengan
beberapa tindakan, seperti:
a. Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci tangan pakai sabun dan
air mengalir selama 40-60 detik atau menggunakan cairan antiseptik
berbasis alkohol (handsanitizer) minimal 20 – 30 detik. Hindari
menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak bersih.
b. Menggunakan alat pelindung diri berupa masker yang menutupi hidung
dan mulut jika harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain
yang tidak diketahui status kesehatannya (yang mungkin dapat
menularkan COVID-19).
c. Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain untuk menghindari
terkena droplet dari orang yang yang batuk atau bersin. Jika tidak
memungkin melakukan jaga jarak maka dapat dilakukan dengan berbagai
rekayasa administrasi dan teknis lainnya.
d. Membatasi diri terhadap interaksi / kontak dengan orang lain yang tidak
diketahui status kesehatannya.
e. Saat tiba di rumah setelah bepergian, segera mandi dan berganti pakaian
sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah.
f. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan menerapkan pola hidup bersih
dan sehat (PHBS) seperti konsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik minimal
30 menit sehari, istirahat yang cukup termasuk pemanfaatan kesehatan
tradisional. Pemanfaatan kesehatan tradisional, salah satunya dilakukan
dengan melaksanakan asuhan mandiri kesehatan tradisional melalui
pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA) dan akupresur.
g. Mengelola penyakit penyerta/komorbid agar tetap terkontrol
h. Mengelola kesehatan jiwa dan psikososial Kondisi kesehatan jiwa dan
kondisi optimal dari psikososial dapat tingkatkan melalui:
1) Emosi positif: gembira, senang dengan cara melakukan kegiatan dan
hobi yang disukai, baik sendiri maupun bersama keluarga atau teman
dengan mempertimbangkan aturan pembatasan sosial berskala besar
di daerah masing-masing;
2) Pikiran positif: menjauhkan dari informasi hoax, mengenang semua
pengalaman yang menyenangkan, bicara pada diri sendiri tentang hal
yang positif (positive self-talk), responsif (mencari solusi) terhadap
kejadian, dan selalu yakin bahwa pandemi akan segera teratasi;
3) Hubungan sosial yang positif: memberi pujian, memberi harapan
antar sesama, saling mengingatkan cara-cara positif, meningkatkan
ikatan emosi dalam keluarga dan kelompok, menghindari diskusi
yang negatif, tetap melakukan komunikasi secara daring dengan
keluarga dan kerabat.
Ketentuan teknis peningkatan kesehatan jiwa dan psikososial merujuk
pada pedoman dukungan kesehatan jiwa dan psikososial pada pandemi
COVID-19 yang disusun oleh Direktorat Pencegahan dan Pengendalian
Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA.
i. Apabila sakit menerapkan etika batuk dan bersin. Jika berlanjut segera
berkonsultasi dengan dokter/tenaga kesehatan. Menerapkan adaptasi
kebiasaan baru dengan melaksanakan protokol kesehatan dalam setiap
aktivitas.
2. Perlindungan kesehatan pada masyarakat
a. Upaya pencegahan (prevent)
1) Kegiatan promosi kesehatan (promote) dilakukan melalui sosialisasi,
edukasi, dan penggunaan berbagai media informasi untuk
memberikan pengertian dan pemahaman bagi semua orang, serta
keteladanan dari pimpinan, tokoh masyarakat, dan melalui media
mainstream.
2) Kegiatan perlindungan (protect) antara lain dilakukan melalui
penyediaan sarana cuci tangan pakai sabun yang mudah diakses dan
memenuhi standar atau penyediaan handsanitizer, upaya penapisan
kesehatan orang yang akan masuk ke tempat dan fasilitas umum,
pengaturan jaga jarak, disinfeksi terhadap permukaan, ruangan, dan
peralatan secara berkala, serta penegakkan kedisplinan pada perilaku
masyarakat yang berisiko dalam penularan dan tertularnya COVID-19
seperti berkerumun, tidak menggunakan masker, merokok di tempat
dan fasilitas umum dan lain sebagainya.
b. Upaya penemuan kasus (detect)
1) Deteksi dini untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 dapat
dilakukan semua unsur dan kelompok masyarakat melalui koordinasi
dengan dinas kesehatan setempat atau fasyankes.
2) Melakukan pemantauan kondisi kesehatan (gejala demam, batuk,
pilek, nyeri tenggorokan, dan/atau sesak nafas) terhadap semua orang
yang berada di lokasi kegiatan tertentu seperti tempat kerja, tempat
dan fasilitas umum atau kegiatan lainnya.
c. Unsur penanganan secara cepat dan efektif (respond)
Melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya penyebaran yang
lebih luas, antara lain berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat
atau fasyankes untuk melakukan pelacakan kontak erat, pemeriksaan
laboratorium serta penanganan lain sesuai kebutuhan. Penanganan
kesehatan masyarakat terkait respond adanya kasus COVID-19 meliputi:
1) Pembatasan Fisik dan Pembatasan Sosial
2) Penerapan Etika Batuk dan Bersin
3) Isolasi Mandiri/Perawatan di Rumah
4) Pelaksanaan Tindakan KArantina Terhadap Populasi Berisiko

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengkajian
1. Data Inti
a. Riwayat Komunitas
b. Batas Wilayah
Batas-batas geografis adalah:
Kode Desa (Kode PUM) :
Nama Desa/Kelurahan :
Kecamatan :
Kabupaten/Kota :
Provinsi :
Tahun Pembentukan :
Dasar Hukum Pembentukan :
Peta Resmi Wilayah :
Koordinat :
Batas Wilayah :
- Sebelah Utara :
- Sebelah Selatan :
- Sebelah Barat :
- Sebelah Timur :

c. Data Demografi
1) Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
2) Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia
3) Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama
4) Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku
5) Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
6) Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
7) Distribusi Penduduk Berdasarkan Penghasilan Keluarga
8) Distribusi Penduduk Berdasarkan Menabung keluarga
d. Vital Statistik
1) Kondisi Kesehatan Penduduk
2) Data Penyakit
3) Data Kesehatan Pasangan Usia Subur
4) Kontrasepsi
5) Data Kesehatan Ibu Hamil
6) Data Kesehatan Balita
7) Data Kesehatan Anak Usia Sekolah
8) Data Kesehatan Remaja
9) Data Kesehatan Dewasa
10) Data Kesehatan Lanjut Usia
11) Data Kesehatan Jiwa
e. Nilai dan Kepercayaan

2. Data Subsistem Komunitas


a. Lingkungan Fisik
1) Kondisi Geografis
2) Lingkungan Rumah
3) Jenis Tempat Peribadatan
4) Tumbuhan dan Binatang Ternak
5) Lahan Kosong
6) Kondisi Lingkungan Sekitar
b. Pendidikan Komunitas
c. Keamanan dan Transportasi
d. Politik dan Pemerintahan
e. Pelayanan Kesehatan dan Sosial
f. Sistem Komunikasi
g. Ekonomi
h. Rekreasi

B. Analisa Data

Masalah
No Data Subjektif Data Objektif Etiologi
Keperawatan

C. Skoring Prioritas Masalah

Masalah Kesesuaian Prevalensi Tingkat Potensi Minat Waktu Ketersedi Total


Keperawatan Dengan Resiko Keparahan Pengurangan Masyara Yang an
CHN Resiko Risiko kat Diharapk Sumber
an Daya
Program

Pembobotan:
0: Tidak Ada Kepentingan Komunitas Prioritas,
1: Prioritas Sedang,
2: Prioritas Tinggi
D. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosis Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan


Keperawatan (NOC) (NIC)
 

E. Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan

No Diagnosis Tanggal dan Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan tempat

Anda mungkin juga menyukai