DISUSUN OLEH:
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................ 1
A. Rasionalisasi pentingnya CBR 1
C. Manfaat CBR
1
4
BAB IV PENUTUP........................................................................................................................ 21
A. Kesimpulan
21
B. Rekomendasi
21
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................
22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji
kemampuan dalam meringkas dan menganalisis sebuah buku serta membandingkan buku
yang dianalisis dengan buku yang lain, mengenal dan memberi nilai serta mengkritik sebuah
karya tulis yang dianalisis. Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami, terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum
memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis
membuat CBR ilmu ukur tanah ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku
referensi terkhusus pada pokok bahasan tentang desain komponen mesin.
B. Tujuan Penulisan CBR
Mengkritisi atau membandingkan sebuah buku tentang desain komponen mesin serta
membandingkan dengan dua buku yang berbeda dengan topik yang sama. Yang dibandingkan
dalam buku tersebut yaitu kelengkapan pembahasannya, keterkaitan antar babnya, dan
kelemahan dan kelebihan pada buku-buku yang dianalisis.
C. Manfaat CBR
i. Menambah wawasan pengetahuan tentang dasar-dasar ilmu pada desain komponen
mesin.
ii. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di lengkapi
dengan ringkasan buku , pembahasan isi buku, serta kekurangan dan kelebihan buku
tersebut.
iii. Melatih siswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas bukubuku
yang dianalisis tersebut.
D. Identitas Buku
Buku Utama
1. Gaya aksial
Tegangan. Dua gaya P menghasilkan beban tarik sepanjang axis balok, p
menghasilkan tegangan normal tarik sebesar: G ~ A
8_
Regangan Gaya aksial juga menghasilkan regangan aksial s: ~ L dengan 5 adalah
pertambahan panjang (deformasi) dan L adalah panjang balok. Diagram tegangan-
regangan adalah linier sampai batas proporsional, dan mempunyai slope (kemiringan) E
dinamakan modulus elstisitas. Dalam daerah ini persamaan garis lurus sampai batas
proporsional dinamakan hukum Hooke's, dan diberikan oleh Persamaan (3.3): o = E s
2. Geser murni
Tegangan. Jika keling dipotong pada bagian tengah sambungan untuk mendapatkan
luas penampang A dari keling, kemudian menghasilkan diagram benda bebas.
3. Working Stress (tegangan kerja) Ketika perancangan elemen mesin, tegangan yang
terjadi harus lebih rendah dari pada tegangan ultimate atau maksimum. Tegangan yang
terjadi ini dinamakan working stress atau design stress. Atau dinamakan juga tegangan
yang dijinkan.
4. Faktor Keamanan (N) Definisi umum faktor keamanan adalah rasio antara tegangan
maksimum (maximum stress) dengan tegangan kerja (working stress).
BAB III Tegangan Bending Dan Torsi
1. Tegangan Geser Torsi Ketika bagian mesin menerima aksi dua kopel yang sama
dan berlawanan dalam bidang yang sejajar (atau momen torsi), kemudian bagian
mesin ini dikatakan menerima torsi. Tegangan yang diakibatkan oleh torsi
dinamakan tegangan geser torsi. Tegangan geser torsi adalah nol pada pusat
poros dan maksimum pada permukaan luar.
2. Tegangan Bending dalam Balok Lurus Dalam praktik keteknikan, bagian- bagian
1. Keling (rivet) adalah sebuah batang silinder pendek dengan kepala bulat. Bagian
silinder dari keling dinamakan shank atau body dan bagian bawah dari shank adalah
tail, Fungsi keling dalam sebuah sambungan adalah untuk membuat sebuah ikatan
yang kuat dan ketat. Kekuatan biasanya untuk mencegah kegagalan dari sambungan.
Keketatan biasanya agar kuat dan mencegah kebocoran seperti pada ketel.
2. Fungsi keling dalam sebuah sambungan adalah untuk membuat sebuah ikatan yang
kuat dan ketat. Kekuatan biasanya untuk mencegah kegagalan dari sambungan.
Keketatan biasanya agar kuat dan mencegah kebocoran seperti pada ketel.
3. Material Keling
Material keling harus tangguh dan ulet. Keling biasa dibuat dari baja (baja karbon
rendah atau baja nikel), kuningan, aluminium atau tembaga, tetapi ketika kekuatan dan
ketahanan terhadap kebocoran adalah pertimbangan yang utama, maka keling baja
yang digunakan. Keling secara umum diproduksi dari baja yang memenuhi Indian
Standard (Standar India) berikut: a) IS : 1148-1982 (ditetapkan 1992)Spesifikasi untuk
batang keling pengerolan panas (diameter sampai 40 mm) untuk struktur, b) IS : 1149-
1982 (ditetapkan 1992) - Spesifikasi untuk batang keling baja kekuatan tinggi untuk
struktur.
4. Tipe Kepala Keling
Kepala keling dikelompokkan ke dalam 3 jenis sesuai standar India: 1. Kepala
keling secara umum (di bawah diameter 12 mm) sesuai dengan IS : 2155-1982
(ditetapkan 1996) 2. Kepala keling secara umum (diameter 12mm sampai 48mm) sesuai
dengan IS: 1929-1982 (ditetapkan 1996) 3. Kepala keling untuk ketel (diameter 12mm
sampai 48mm) sesuai dengan IS :1929-1961 (ditetapkan 1996).
5. Tipe Sambungan Keling
Ada dua tipe sambungan keling, tergantung pada pelat yang disambung, yaitu: 1. Lap
Joint (sambungan 2 lapis). Lap joint adalah sambungan yang mana dua plat disambung
bersamasama,. 2. Butt Joint (sambungan 3 lapis). Butt Joint adalah sambungan yang
mana plat utama ditutup oleh dua plat lain. Plat penutup dikeling bersama-sama dengan
plat utama.
6. Kegagalan Sambungan Keling Sebuah sambungan keling bisa gagal dengan cara
sebagai berikut: a. Keretakan pada sudut plat. Keretakan ini dapat dihindari dengan
mencegah margin, m = 1,5.d, dimana d adalah diameter dari lubang keling, Retak pada
seluruh plat. Akibat tegangan tarik pada plat utama, plat utama atau penutup plat bisa
1. Jenis Sambungan Las Ada dua jenis sambungan las, yaitu: 1. Lap joint atau fillet joint;
Sambungan ini diperoleh dengan pelapisan plat dan kemudian mengelas sisi dari plat-
plat. Bagian penampang fillet (sambungan las tipis) mendekati triangular (bentuk
segitiga). Butt joint. Butt joint diperoleh dengan menempatkan sisi plat seperti
ditunjukkan pada Gambar 6.2. Dalam pengelasan butt, sisi plat tidak memerlukan
kemiringan jika ketebalan plat kurang dari 5 mm. Jika tebal plat adalah 5 mm sampai
12,5 mm, maka sisi yang dimiringkan berbentuk alur V atau U pada kedua sisi.
2. Kekuatan sambungan las fillet melintang Lap joint (sambungan las fillet melintang)
dirancang untuk kekuatan tarik, Untuk menentukan kekuatan sambungan las,
diasumsikan bahwa bagian fillet adalah segitiga ABC dengan sisi miring AC seperti
terlihat pada Gambar 6.5. Panjang setiap sisi diketahui sebagai ukuran las dan jarak
tegak lurus kemiringan BD adalah tebal leher. Luas minimum las diperoleh pada leher
BD, yang diberikan dengan hasil dari tebal leher dan panjang las.
3. Kekuatan sambungan las fillet sejajar Sambungan las fillet sejajar dirancang
untuk kekuatan geser, Jika q adalah tegangan geser yang diijinkan untuk logam las,
kemudian kekuatan geser dari sambungan untuk single paralel fillet weld (las fillet
sejajartunggal).
4. Kasus khusus sambungan las fillet Kasus berikut dari sambungan las fillet adalah
penting untuk diperhatikan: Las fillet melingkar yang dikenai torsi. Perhatikan batang
silinder yang dihubungkan ke plat kaku dengan las fillet, Las fillet melingkar yang
dikenai momen bending. Perhatikan batang silinder yang dihubungkan ke plat kaku
dengan las fillet, Las fillet memanjang yang dikenai beban torsi,
5. Kekuatan Butt Joint Sambungan butt dirancang untuk tarik dan tekan. Dalam butt joint,
panjang ukuran las adalah sama dengan tebal leher yang sama dengan tebal plat.
Kekuatan tarik butt joint (single-V atau square butt joint), P = t.I.^t
6. Beban eksentris sambungan las Beban eksentris dapat terjadi pada sambungan las
dengan berbagai cara. Ketika tegangan geser dan tegangan bending secara simultan
terjadi pada sambungan, maka tegangan maksimum menjadi: Tegangan normal
maksimum adalah: t(max) = V() (6-11) Tegangan geser maksimum adalah: max =
V() (6-12) dimana <(b = Tegangan bending, q = Tegangan geser
1. Tipe Kopling Jenis kopling dikelompokkan menjadi berikut: 1. Rigid coupling (kopling
tetap). Digunakan untuk menghubungkan dua poros yang lurus secara sempurna. Tipe
kopling tetap berikut ini adalah penting untuk diketahui yaitu: a. Sleeve atau muff
coupling, b. Clamp coupling, c. Flange coupling. 2. Flexible coupling (kopling fleksibel).
Digunakan untuk menghubungkan dua poros yang mempunyai sumbu menyamping
dan menyudut. Tipe kopling fleksibel berikut ini adalah penting untuk diketahui yaitu: a.
Bushed pin type coupling, b. Universal coupling, c. Oldham coupling.
2. Sleeve atau Muff Coupling Ini adalah tipe kopling tetap yang paling sederhana, dibuat
dari besi cor. Terdiri dari silinder berlubang yang diameter dalamnya sama dengan
diameter poros. Seperti pada Gambar 8.1, daya ditransmisikan dari poros yang satu ke
poros yang lain dengan sebuah pasak (key) dan sebuah muff. Oleh karena itu seluruh
elemen harus cukup kuat untuk mentransmisikan torsi.
3. Clamp atau Compression Coupling Dinamakan juga sebagai split muff coupling. Dalam
kasus ini, muff dibuat ke dalam dua paruhan dan dibaut bersama-sama seperti pada
Gambar 8.3. Separuh muff dibuat dari besi cor. Ujung poros berbatasan dengan ujung
yang lain dan pasak (key) dipasang lurus ke dalam lubang pasak pada kedua poros.
Separuh muff ditempatkan di bagian bawah dan separuh yang lain ditempatkan di
bagian atas. Kedua muff digabungkan bersama -sama oleh baut dan mur. Jumlah baut
bisa dua, empat atau enam. Kopling ini bisa digunakan untuk beban berat dan
kecepatan sedang. Keuntungan kopling ini adalah bahwa posisi poros tidak perlu
dirubah/digeser untuk perakitan dan pembongkaran kopling.
4. Flange Coupling (kopling flens) Kopling flens biasanya terdiri dari dua piringan kopling
besi cor. Setiap flens dipasang pada ujung poros dan disambung dengan pasak.
1. Tipe Pegas Ada bermacam-macam jenis pegas yang penting untuk diketahui
sebagai berikut: 1. Helical springs (pegas helix). Pegas helix dibuat dari gulungan kawat
berbentuk helix dan terutama menahan beban tekan (dinamakan pegas tekan) dan tarik
(dinamakan pegas tarik) seperti pada Gambar 9.1 (a) & (b). Bentuk penampang kawat
pegas adalah bisa lingkaran, persegi atau bujur sangkar. Conical dan volute springs
(pegas kerucut). Seperti ditunjukkan pada Gambar 9.2, adalah digunakan dalam
penerapan khusus dimana sebuah pegas teropong. Torsion springs (pegas torsi).
Pegas ini bisa digolongkan jenis pegas helix atau spiral seperti pada Gambar 9.3. tipe
helix digunakan hanya dalam penerapan dimana beban cenderung untuk memutar
pegas dan digunakan dalam mekanika listrik. Laminated atau leaf spring (pegas daun).
Pegas daun terdiri dari sejumlah plat tipis dengan panjang bervariasi yang ditahan
bersamaan oleh clamp dan baut, Disc atau bellevile springs (pegas piringan). Pegas ini
terdiri dari piringan kerucut yang ditahan bersamaan berlawanan dengan pusat baut.
2. Pegas helix Material pegas pegas helix harus mempunyai kekuatan fatik yang tinggi,
keuletan yang tinggi, gaya pegas yang tinggi dan tahan creep (deformasi dalam waktu
lama). Pemilihan material pegas sebagian besar tergantung pada penggunaan dan
gaya-gaya yang bekerja. Material pegas antara lain adalah baja karbon, kawat stainless
steel, kawat musik, phosphor bronze (perunggu) dan brass (kuningan).
3. Beban fatik pada pegas helix Pegas helix yang menerima beban fatik dirancang dengan
menggunakan "metode garis Soderberg". Material pegas biasanya diuji untuk kekuatan
ketahanan torsional (torsional endurance strength) di bawah tegangan berulang-ulang
yang bervariasi dari nol sampai maksimum. Ketika pegas biasanya dibebani hanya satu
arah, maka sebuah diagram Soderberg adalah yang digunakan untuk pegas.
1. Faktor-faktor pemilihan motor Motor listrik digunakan sebagai penyedia daya untuk
berbagai produk rumah tangga, pabrik, sekolah, fasilitas-fasilitas komersial, perlengkapan
transportasi, dan berbagai peralatan yang dapat dibawa kemanamana. Motor listrik ini
dibedakan dalam dua kelompok utama, yaitu arus bolak balik (Alternating Current, AC) dan
arus searah (Direct Current, DC). Ada beberapa hal-hal berikut yang harus ditetapkan
dalam pemilihan motor:
1) Jenis motor: DC, AC, satu fasa, tiga fasa dan sebagainya
2) Daya nominal dan kecepatan
3) Tegangan dan frekuensi operasi
4) Jenis rumah
5) Ukuran rangka
6) Rincian rakitan.
2. Motor AC Sumber daya arus bolak balik (AC) dimaksudkan untuk menyuplai kebutuhan
listrik dalam berbagai industri, perdagangan atau pelanggan tetap. Sumber daya AC
dikelompokkan dalam satu fasa dan tiga fasa. Sebagian besar instalasi komersial
ringan hanya menggunakan sumber daya satu fasa yang disalurkan melalui dua kawat
1. Transmisi Sabuk Sabuk adalah elemen transmisi daya yang fleksibel yang dipasang
secara ketat pada puli dan cakra. Gambar 3.1 memperlihatkan tata letak dasar. Jika
sabuk digunakan untuk menurunkan kecepatan, puli kecil dipasang pada poros yang
berkecepatan tinggi, seperti poros motor listrik, sedangkan puli besar dipasang pada
mesin yang digerakkan. Sabuk ini dirancang untuk mengitari dua puli tanpa slip.
2. Klasifikasi Transmisi Sabuk Ada banyak jenis sabuk yang digunakan, yaitu: sabuk
rata, sabuk beralur atau bergigi, sabuk satndar V, sabuk V sudut ganda, dan lainnya.
3. Perancangan Transmisi Sabuk-V Bagian-bagian dari komponen sabuk-V yang umum
digunakan dan ditampakkan dalam Gambar 11.1, yaitu sebagai berikut: 1.
Puli (puli) dengan alur melingkar untuk membawa sabuk, disebut sheave. 2. Ukuran
puli (sheave) dinyatakan dengan diameter jarak bagi, sedikit lebih kecil dibandingkan
diameter luar puli. 3. Rasio kecepatan antara puli penggerak dan yang digerakkan
berbanding terbali dengan rasio diameter jarak bagi puli dengan asumsi tidak ada slip
(dibawah beban normal). Jadi kecepatan linier garis jarak bagi dari kedua puli adalah
sama dan sama dengan kecepatan sabuk vb. Dengan demikian vb = R1 1 = R2 2 tetapi
R1 = D1 /2 dan R2 = D2 / 2, karena itu vb = D1 1 /2 = D2 1 /2 Rasio kecepatan sudut
adalah 1/ 1 = D2/D1 4.
4. Transmisi Rantai Rantai adalah elemen transmisi daya yang tersusun sebagai sebuah
deretan penghubung dengan sambungan pena, sehingga mampu menyediakan
1
0
Edit dengan WPS
Office
fleksibilitas dan memungkin rantai mentransmisikan gaya tarik yang besar. Pada saat
mentransmisikan daya antara poros-poros yang berputar, rantai berhubungan terpadu
dengan roda bergigi yang disebut sprocket.
5. Perancangan Transmisi Rantai Penilaian kapasitas transmisi daya rantai
mempertimbangkan tiga model kegagalan, yaitu: 1) Kelelahan pelat penghubung akibat
mengalami tegangan tarik berulang pada sis kencang 2) Tumbukan rol-rol saat
berhubungan dengan gigi sprocket 3) Cacat muka antara pena-pena pada setiap
penghubung dan bus pada pena.
1. Klasifikasi Bantalan
Bantalan gelinding (bearing) dipergunakan untuk menumpu sesuatu beban dengan
tetap memberikan keleluasaan gerak relatif antara dua elemen dalam sebuah mesin.
Jenis bantalan yang umum digunakan untuk menahan sebuah poros yang berputar,
menahan beban radial murni atau gabungan beban radial dan aksial. Beberapa
bantalan dirancang hanya untuk menahan beban aksial. Kebanyakan bantalan
digunakan dalam banyak aplikasi yang berkaitan dengan gerakan berputar, tapi
beberapa lainnya digunakan dalam aplikasi gerakan lurus.
2. Rancangan umur Bantalan Meskipun menggunakan baja dengan kekuatan sangat
tinggi, semua bantalan memiliki umur batas dan akhirnya akan rusak dikarenakan
kelelahan karena tegangan kontak yang tinggi, namun yang jelas bahwa semakin
ringan beban semakin lama umurnya dengan hubungan berikut: () (12-1) Dengan
menggunakan persamaan diatas, maka prosedur perhitungan tingkat beban dinamis
dasar yang diperlukan (C) untuk sebuah beban rancangan yang diberikan (P) dan umur
rancangan yang diberikan (L).
3. Pemilihan Bantalan Pemilihan sebuah bantalan (bearing) memerlukan pertimbangan
kapasitas beban dan geometri bantalan yang akan memastikan bahwa bantalan
tersebut dapat terpasang secara tepat pada mesin. Sebagai permulaan kita akan
mempertimbangkan bantalan-bantalan yang tidak bercangkang yang hanya memikul
beban radial, lalu dilanjutkan dengan yang memikul beban radial dan beban aksial.
Bantalan biasanya dipilih setelah rancangan poros dilakukan hingga mencapai tahap
penentuan diameter minimal poros yang diperlukan.
4. Penempatan bantalan
Bantalan (bearing) adalah komponen mesin yang presisi, sehingga harus berhatihati
dalam penangan, penempatan, pemasangan dan dalam pelumasan bantalan.
Pertimbangan utama dalam penempatan suatu bantalan adalah: Diameter dudukan
poros dan toleransinya Lubang pada rumah mesin dan toleransinya Diameter bahu
poros yang berhadapan dengan cincin dalam bantalan yang akan diletakkan Diameter
bahu pada rumah mesin yang disediakan untuk penempatan cincin luar Radius fillet
pada alas poros dan bahu-bahu pada rumah mesin Cara menahan bantalan pada
porosnya.
1
1
Edit dengan WPS
Office
5. Pertimbangan Praktis Dalam Aplikasi Bantalan Pada bagian ini akan dibahas hal- hal
yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan bantalan, yaitu: 1. Pelumasan
Bantalan gelinding biasanya dilumasi dengan gemuk atau minyak. Pelumasan dalam
suatu bantalan berfungsi untuk:
1. Memberikan lapisan gesekan rendah antara elemen-elemen gelinding dan cincin
bantalan dan pada titik kontak.
2. Melindungi komponen bantalan dari korosi Membantu menghilangkan panas
pada unit bantalan
3. Meneruskan panas yang dikeluarkan dari unit bantalan
4. Membantu menghalangi kotoran dan udara yang lembab pada bantalan.
1
2
Edit dengan WPS
Office
rol instrumen semipresisi ABEC 5 : Bantalan rol dan rol radial presisi ABEC 5P :
Bantalan rol instrumen presisi ABEC 7 : Bantalan rol radial presisi tunggal ABEC 7P :
Bantalan rol instrumen presisi tunggal.
6. Perancangan Bantalan Luncur Istilah bantalan luncur mengacu pada jenis bantalan
dimana dua permukaan bergerak relatif satu sama lain tanpa menggunakan kontak
gelinding, namun yang ada hanya kontak luncur. Bentuk- bentukyang umum adalah
permukaan rata dan silindris konsentris.
1. Definisi dan Klasifikasi Poros Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar yang
memindahkan daya dan gerak berputar, biasanya berpenampang bulat dimana
terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), puli, flywheel, engkol, sprocket dan
1
3
Edit dengan WPS
Office
elemen pemindah lainnya. Poros ini merupakan satu kesatuan dari sebarang sistem
mekanis dimana daya ditransmisikan dari penggerak utama, misalnya motor listrik atau
motor bakar, ke bagian lain yang berputar dari sistem. Poros bisa menerima beban
lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri
atau berupa gabungan satu dengan lainnya (Josep Edward Shigley, 1983).
2. Gaya-Gaya yang Diterima Poros Roda gigi, puli sabuk, sproket rantai dan
elemenelemen lainnya umummnya ditempatkan pada poros akan memberikan gaya-
gaya pada poros dan akan meneybabkan momen-momen yang lengkung. Berikut ini
adalah pembahasan tentang metode untuk menghitung gaya-gaya tersebut. 1. Roda
Gigi Lurus Gaya yang terjadi pada roda gigi selama transmisi daya yang bekerjanormal
(tegak lurus) terhadap profil gigi involut seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 14.1.
pada saat menganalisa poros, perlu diperhatikan komponen tegak lurus dari gaya yang
bekerja dalam arah radial dan tangensial. Roda Gigi Miring Gaya-gaya yang bekerja
pada roda gigi miring adalah gaya tangensial, gaya radial dan gaya aksial. Perhitungan
gaya-gaya pada roda gigi miring dimulai dari menghitung gaya tangesial hingga gaya
aksial dengan persamaan berikut: Gaya Tangensial: Wt = T/(D/2) Gaya Radial: Wr = Wt
tg n / cos Gaya Aksial: Wx = Wt tg . Sproket Rantai Sepasang sproket rantai yang
mentransmisikan daya diperlihatkan dalam Gambar 6.3, dimana bagian atas rantai
dalam keadaan tertarik dan menghasilkan torsi pada sproket lain, sementara rantai
bawah, yang biasa disebut sisi kendor, tidak memberikan gaya pada kedua sproket.
Oleh karenanya gaya pelengkung pada poros yang membawa sproket sama dengan
besarnya gaya tarik pada sisi kencang rantai. Konsentrasi Tegangan pada Poros Dalam
rangka mendapatkan pemasangan dan peletakan berbagai jenis elemen mesin pada
poros dapat dilakukan secara benar, maka pada rancangan akhir umumnya perlu
dicantumkan diameter, alur pasak, alur cincin, dan diskontinuitas geometeri lainnya
yang menghasilkan konsentrasi tegangan.
3. Perancangan Tegangan Poros Beberapa kondisi tegangan yang berbeda dapat saja
terjadi secara bersamaan dalam sebuah poros. Pada sebarang bagian poros yang
mentrasmisikan daya akan terdapat tegangan geser torsional, sementara itu biasanya
pada bagian yang sama terdapat pula tegangan lengkung. Beberapa titik mungkin tidak
mengalami pelengkungan atau puntiran, tetapi mengalami tegangan geser vertikal.
Tegangan tarik bersama dengan tegangan lainnya mungkin terdapat pada tempat yang
sama. Tegangan Geser Rancangan - Geseran Vertikal Berbalik Titik-titik pada sebuah
poros yang tidak menerima torsi dan ditempat yang momen lengkungnya nol atau
sangat kecil, sering mendapat gaya geser vertikal yang signifikan sehingga sebagai
penentu dalam analisa perancangan. Keadaan ini biasanya terjadi pada bagian poros
yang salah satu ujungnya ditumpu oleh sebuah bantalan dan dibagian itu tidak
mentransmisikan torsi. Tegangan Normal Rancangan - Pembebanan Lelah Untuk
pelengkungan yang berulang dan berbalik pada sebuah poros yang disebabkan oleh
beban lintang yang dikenakan pada poros berputar, tegangan rancangan akan dikaitkan
dengan kekuatan lelah bahan poros. Kondisi aktual pembuatan dan pemakaian poros
hatus dipertimbangkan pula ketika menentukan tegangan rancangan.
BAB III
1
4
Edit dengan WPS
Office
PEMBAHASAN
1
5
Edit dengan WPS
Office
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Desain komponen mesin mengkaji tentang konsep perencanaan kekuatan sambungan
(las, keling dan baut mur) kedalam sebuah kontruksi permesinan. Serta perhitungan
desain poros (pejal dan bolong) pada mesin. Perencanaan meliputi perhitungan
kekuatan beban tekan, beban tarik, beban geser, dan puntiran.
B. Rekomendasi
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan yang telah disampaikan penulis pada bab
sebelumnya, kiranya kesalahan tersebut dapat kita perhatikan dan perbaiki. Kedua
buku tersebut sangat direkomendasikan penulis dan buku yang cocok bagi para
mahasiswa yang sedang mempelajari desain komponen mesin. Kedua buku tersebut
saling melengkapi terkait dengan elemen smabungan . elemen mesin sangat jelas
disampaikan pada buku utama dan disampaikan pada buku pembanding.
DAFTAR PUSTAKA
Nur, R., & Suyuti, M. A. (2017). Perancangan Mesin-Mesin Industri. Yogyakarta: Deepublish.
Nurdin, H., Ambiyar, & Waskito. (2020). Perencanaan Elemen Mesin. Padang: UNP Press.