Anda di halaman 1dari 4

1.

2. Hukum dan kekuasaan merupakan dua hal yang berbeda namun saling mempengaruhi
satu sama lain. Hukum adalah suatu sistem aturan-aturan tentang perilaku manusia. Sehingga
hukum tidak merujuk pada satu aturan tunggal, tapi bisa disebut sebagai kesatuan aturan yang
membentuk sebuah sistem. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau suatu
kelompok untuk mempengaruhi perilaku seseorang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginan
perilaku. Bisa dibayangkan dampak apabila hukum dan kekuasaan saling berpengaruh. Di satu
sisi kekuasaan tanpa ada sistem aturan maka akan terjadi kompetisi seperti halnya yang terjadi di
alam.

Dari dasar pemikiran diatas maka bisa disimpulkan bahwa antara hukum dan kekuasaan saling
berhubungan dalam bentuk saling berpengaruh satu sama lain. Antara hukum dan kekuasaan
saling berpengaruh satu sama lain atau bisa disebut saling melengkapi. Sehingga di satu sisi
hukum yang dipengaruhi oleh kekuasaan begitu sebaliknya.

3.

4.

5.

6. Aliran Hukum Alam


Aliran hukum alam telah berkembang sejak kurun waktu 2.500 tahun yang lalu, dan muncul
dalam berbagai bentuk pemikiran. Dilihat dari sejarahnya, menurut Friedmann (1990:47), aliran
ini timbul karena kegagalan umat manusia dalam mencari keadilan yang absolut. Hukum alam di
sini dipandang sebagai hukum yang berlaku universal dan abadi.

2. Positivisme hukum
Positivisme hukum (Aliran Hukum Positif) memandang perlu secara tegas memisahkan antara
hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan hukum yang seharusnya, antara das sein dan
das sollen).

3. Utilitarianisme
Utilitarianisme atau Utilisme adalah aliran yang meletakan kemanfaatkan sebagai tujuan utama
hukum. Kemanfaatan disini diartikan sebagai kebahagiaan (happiness). Jadi baik buruk atau adil
tidaknya suatu hukum, tergantung kepada apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada
manusia atau tidak.
Kebahagiaan ini selayaknya dapat dirasakan oleh setiap individu. Tetapi jika tidak mungkin
tercapai (dan pasti tidak mungkin), diupayakan agar kebahagiaan itu dinikmati oleh sebanyak
mungkin individu dalam masyarakat (bangsa) tersebut (the greatest happiness for greatest
number of people).

4. Mazhab Sejarah
Pokok-pokok ajaran madzab historis yang diuraikan Savigny dan beberapa pengikutnya dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1) Hukum ditemukan, tidak dibuat. Pertumbuhan hukum pada dasarnya adalah proses yang tidak
disadari dan organis; oleh karena itu perundang-undangan adalah kurang penting dibandingkan
dengan adat kebiasaan.
2) Karena hukum berkembang dari hubungan-hubungan hukum yang mudah dipahami dalam
masyarakat primitif ke hukum yang lebih kompleks dalam peradaban modern kesadaran umum
tidak dapat lebih lama lagi menonjolkan dirinya secara langsung, tetapi disajikan oleh para ahli
hukum yang merumuskan prinsip-prinsip hukum secara teknis. Tetapi ahli hukum tetap
merupakan suatu organ dari kesadaran umum terikat pada tugas untuk memberi bentuk pada apa
yang ia temukan sebagai bahan mentah (Kesadaran umum ini tampaknya oleh Scholten disebut
sebagai kesadaran hukum). Perundang-undangan menyusul pada tingkat akhir; oleh karena ahli
hukum sebagai pembuat undang-undang relatif lebih penting daripada pembuat undang-undang.
3) Undang-undang tidak dapat berlaku atau diterapkan secara universal. Setiap masyarakat
mengembangkan kebiasaannya sendiri karena mempunyai bahasa adat-istiadat dan konstitusi
yang khas. Savigny menekankan bahwa bahasa dan hukum adalah sejajar juga tidak dapat
diterapkan pada masyarakat lain dan daerah-daerah lain. Volkgeist dapat dilihat dalam
hukumnya oleh karena itu sangat penting untuk mengikuti evolusi volkgeist melalui penelitian
hukum sepanjang sejarah.
Dalam perkembangannya, mazhab sejarah ini mengalami modifikasi oleh pengikutnya Maine
mengetengahkan teorinya yang mengatakan bahwa hukum berkembang dari bentuk status ke
kontrak, sejalan dengan perkembangan masyarakat dari sederhana ke masyarakat kompleks dan
modern. Pada masyarakat modern hubungan antara para anggota masyarakat dilakukan atas
dasar sistem hak dan kewajiban yang tertuang dalam bentuk suatu kontrak yang dibuat secara
sadar dan sukarela oleh pihak-pihak yang berkenaan. Dengan demikian, Maine sebenarnya tidak
menerima konsep Volkgeist Savigny yang dianggapnya sebagai suatu konsep yang diselibungi
mistik. Maine justru mengembangkan suatu tesis yang mengatakan bahwa perjalanan masyarakat
menjadi progresif disitu terlihat adanya perkembangan situasi yang ditentukan oleh status kepada
pengguna kontrak.
Selanjutnya Maine mengatakan tentang adanya masyarakat yang statis dan progresif. Masyarakat
yang statis adalah masyarakat yang mampu mengembangkan hukum sendiri melalui melalui 3
cara, yaitu fiksi, equity, dan perundang-undangan. Pandangan terakhir inilah yang oleh beberapa
penulis hukum digunakan untuk membedakan Maine dengan Savigny. Tampaknya Maine tidak
mengesampingkan peranan perundangan dan kodifikasi dalam pengembangan hukum pada
masyarakat yang telah maju.

5. Sociological Jurisprudence
Aliran ini berkembang di Amerika, pada intinya aliran ini hendak mengatakan bahwa hukum
yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Kata
“sesuai” diartikan sebagai hukum yang mencerminkan nilai-nilai yang hidup di dalam
masyarakat. Menurut aliran Sociological Jurisprudence ini, hukum yang baik haruslah hukum
yang sesuai dengan yang hidup di masyarakat. Aliran ini memisahkan secara tegas antara hukum
positif (the positive law) dan hukum yang hidup (the living law).
6. Realisme Hukum
a. Sejarah Kemunculan
Qodri Azizy mengatakan bahwa aliran realisme muncul bermula dari adanya penolakan terhadap
aliran positivisme. Gagasan yang dilontarkan adalah pernyataan bahwa kalau positivisme hukum
merupakan teori hukum yang benar maka teori itu akan mencakup semua hukum, termasuk
menangani kasus-kasus berat (hard cases). Ternyata kasus-kasus berat ini tidak diatur oleh
aturan-aturan yang ada. Atau dengan pertanyaan “apakah legal positivism menyediakan teori
yang benar mengenai putusan peradilan, khususnya dalam menyelesaikan kasus-kasus berat?”
ternyata pertanyaan ini merupakan problem yang sukar dipecahkan bagi pengikut positivisme.

7. Sosilogy of Law
Pemikiran Sosiologi ditandai oleh karakter seperti, pertama bahwa pandangan hukum sebagai
suatu metode kontrol sosial. Kedua, di samping itu para ahli hukum sosiologis sangat skeptis
dengan aturan-aturan yang ada dalam buku teks hukum yang terkodifikasi, karena yang utama
adalah hukum dalam kenyataan aktualnya. Ketiga adalah para ahli hukum sosiologis pada
umumya sepakat bahwa pentingnya memanfaatkan ilmu sosial, termasuk sosiologi.

8. Freirechtslehre
Freirechtslehre (Ajaran Hukum Bebas ) merupakan penentang paling keras Positivisme Hukum.
Dalam penentangan terhadap positivisme hukum, freirechtslehre sejalan dengan kaum Realis
Amerika Serikat. Hanya saja jika aliran Realisme menitikberatkan pada penganalisaan hukum
sebagai kenyataan dalam masyarakat, maka freirechtslehre tidak berhenti sampai di situ.

Anda mungkin juga menyukai