Anda di halaman 1dari 7

TIM KONTRA

Narasi Pembicara PERTAMA

LEX REJICIT SUPERFLUA, PUGNANTIA, INCONGRUA


Hukum menolak hal yang bertentangan dan tidak layak dari adagium tersebut kami mempercayai
bahwa penetapan upah minimum berperan penting agar pekerja memperoleh penghasilan yang
memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

ASSALAMUALAIKUM WR. WB., SYALOM, OM SWASTIASTU, NAMO BUDDHAYA,

Selamat siang dewan juri yang terhormat, rekan Tim PRO yang kami banggakan, dan seluruh
pemerhati hukum yang berada di ruangan ini. Izinkanlah kami selaku Tim KONTRA untuk
memperkenalkan diri. Saya Putri Claudia Victoria selaku pembicara pertama, rekan saya Sausan
Alfraj sebagai pembicara kedua, serta Willie Alfredo selaku pembicara ketiga. Kami disini hadir
untuk secara tegas menyatakan bahwa kami Tidak SETUJU dengan mosi perdebatan pada hari
ini, yaitu Penghapusan Upah Minimum Pekerja Indonesia.

Dewan juri yang terhormat dan para pemerhati hukum yang berada disini perluh kita ketahui
bahwa Kita mempercayakan jabatan legislatif pada prosedur demokrasi maka dari itu
SEJATINYA Jika rakyat masih menginginkan seseorang untuk menjadi wakilnya di parlemen
maka rakyat itu sendiri yang akan memilihnya. Begitu pula jika rakyat tidak menghendakinya.
maka rakyat akan memilih yang lain untuk mewakilinya di parlemen . Dengan begitu
pembatasan dua kali Masa jabatan anggota DPR hanya menghambat IRAMA Demokrasi yang
berlangsung dan perlu ditegaskan bahwa argumen tersebut didukung pancasila sila ke 4 yang
mengatakan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan . juga UUD Republik Indonesia pasal 1 ayat 2 bahwa kedaulatan ada di tangan
rakyat

Juga Dewan juri yang terhormat pada tanggal 17 agustus 1945 indonesia sudah
menyatakan bahwa kita adalah negara demokrasi sejatinya sikap dari tim pro dengan membatasi
dua kali masa jabatan anggota DPR hanya memperburuk keadaan demokasi yang telah ada di
indonessia saat ini

Dewan juri yang terhormat dan para pemerhati hukum sekalian. Oleh karena itu, kami disini
hadir dengan solusi yang lebih solutif, yang dimana solusi kami yaitu tetap berpegang teguh
dengan tidak dibatasinya masa jabatan anggota DPR tersebut, didukung pula dengan
pernyataan dimana pembatasan tersebut dapat dilakukan oleh partai politik pemenang pemilu.
Yang akan disampaikan lebih lanjut oleh pembicara selanjutnya dan didukung pula dengan
argumentasi lainya yang dipaparkan oleh pembicara kedua dan ketiga kami . sekian yang dapat
saya sampaikan, kurang dan lebihnya saya ucapkan terimakasih
Wabilahi taufik walhidayah wassalam walaikum warutumulohi wabarakatu.
Ohm shanti shanti ohm.

CLOSING STATEMENT

Dewan juri yang kami hormati, rekan - rekan tim KONTRA serta segenap pemerhati hukum
yang hadir di ruangan ini, tibalah kita pada penghujung perdebatan hari ini, saya sebagai
pembicara penutup akan menyampaikan kesimpulan atas perdebatan yang telah berlangsung.

SEKIAN dan TERIMA KASIH


NARASI PEMBICARA KEDUA

CUM ADSUNT TESTIMONIA RERUM, QUID OPUS EST VERBIST


Saat bukti dari fakta-fakta ada, apa gunanya kata-kata?
Kami, tim KONTRA percaya bahwa visi dan misi tidak hanya untuk pemanis kata-kata, tetapi
juga wujud dari cita akan sebuah fakta dalam realita.

ASSALAMUALAIKUM WR. WB., SYALOM, OM SWASTIASTU, NAMO BUDDHAYA

Dewan juri yang terhormat, rekan berpikir tim PRO yang saya banggakan, dan kepada para
pemerhati hukum yang ada di ruangan ini. Izinkanlah saya, Risna sebagai pembicara kedua dari
tim KONTRA akan melanjutkan bangunan argumentasi yang telah disampaikan oleh pembicara
pertama kami.

Namun sebelum saya melanjutkan argumentasi kami, izinkanlah saya untuk meluruskan
kekeliruan dari tim kontra.
Dewan juri yang terhormat, tim PRO mengatakan bahwa:
1.
2.

Hal-hal tersebut akan kami jelaskan lebih lanjut. Dewan juri yang terhormat. Memasuki kepada
bangunan argumentasi kami.

Namun sebelum itu perlu diketahui bahwa di dalam Pasal 2 AYAT (1) UU RI NO. 9
TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA
UMUM yang berisi “Setiap warga negara, secara perorangan atau kelompok, bebas
menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab berdemokrasi dalam
kehidupan bermasyarakat, barbangsa, dan bernegara.”

Argumen pertama kami adalah bahwa FAKTANYA pembatasan ini melanggar aturan Pasal
25 UU No 12 Tahun 2005.
Pasal 25 UU No.12 Tahun 2005 tentang PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON
CIVIL AND POLITICAL RIGHTS (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK
SIPIL DAN POLITIK) menyebutkan bahwa Setiap warga negara harus mempunyai hak dan
kesempatan, tanpa pembedaan apapun. Dengan hak dan kesempatan yang ada maka sudah
seharusnya kita tidak melakukan pembatasan masa jabatan karena setiap orang memiliki hak dan
kesempatan ini dan jika kita melakukan pembatasan ini bukankah ini berarti kita telah membatasi
hak dan kesempatan mereka walaupun mereka tidak melakukan kesalahan apapun.

Argumentasi selanjutnya adalah adanya Perbedaan antara legislatif dan eksekutif.


Mahkamah Konstitusi (MK) menolak permohonan uji materi Pasal 51 ayat 1 huruf a sampai
huruf p Undang-undang (UU) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu Legislatif. Mahkamah
Konstitusi telah menyatakan bahwa Presiden sebagai seseorang yang memiliki jabatan tunggal
dengan kekuasaan penuh untuk menjalankan pemerintahan sehingga hal ini memang seharusnya
dibatasi. Namun, DPR merupakan lembaga yang bersifat majemuk yang kewenangannya
dijalankan secara kolektif sehingga tidak ada keadaan yang mendesak untuk kita membuat
sebuah pembatasan atas masa jabatan mereka. Penyelewengan yang dapat terjadi di dalam
sebuah lembaga legislatif juga lebih kecil daripada lembaga eksekutif.

Alternatif kami adalah dengan melakukan pembatasan dari Partai Politik itu sendiri agar partai
politik tersebut yang sudah mendapat kuota dalam DPR yang menentukan yang menentukan
apakah orang ini layak atau tidak untuk menjadi anggota DPR.

Inilah mengapa kami merasa bahwa seharusnya pembatasan ini ditiadakan karena tidak sesuai
dengan hak dan kesempatan yang seharusnya dimiliki. Selanjutnya akan dijelaskan oleh
pembicara ketiga kami, Charren Hendrik. Terima Kasih.
NARASI 3RD SPEAKER

VOX POPULI VOX DEI suara rakyat adalah suara Tuhan. Orang yang telah dipilih oleh
masyarakat merupakan orang yang layak menurut masyarakat.

ASSALAMUALAIKUM WR. WB., SYALOM, OM SWASTIASTU, NAMO BUDDHAYA

Salam sejahtera bagi kita semua. Selamat siang, kepada dewan juri yang terhormat, rekan
berpikir tim pro yang saya banggakan dan kepada seluruh pemerhati hukum di ruangan ini.
Perkenalkan nama saya Charren Hendrik selaku pembicara ketiga dari tim kontra, saya akan
melanjutkan argumentasi yang telah dibangun oleh pembicara kedua kami. Namun sebelumnya
izinkan saya untuk membantah beberapa argumen-argumen yang telah dikeluarkan oleh tim pro.

1.
2.
3.

Kemudian memasuki argumentasi selanjutnya adalah Indonesia sebagai Negara demokrasi


dimana suara rakyat merupakan segala-galanya. Seperti yang telah dijelaskan oleh pembicara
pertama kami dewan juri yang terhormat. Sebagai Negara demokrasi adanya pembatasan
terhadap masa jabatan DPR sangatlah tidak masuk akal. Bagaimanapun pasti ada seseorang yang
akan muncul merupakan contributor yang baik dan telah melaksanakan tugasnya dengan baik
sehingga rakyat ingin memilihnya ulang. Bukankah hal ini baik, dewan juri yang terhormat? Ini
berarti kita ingin mempertahankan orang yang telah mengerjakan tugasnya dengan baik bukan
hanya mengganti namun tidak mengetahui kemampuan yang dapat langsung dilihat karena
semua orang yang muncul akan berupa orang baru. Kalau ingin dibatasi dan memfokuskan
kesalahan kepada yang melakukan korupsi saja, lalu bagaimana dengan yang sudah bekerja
dengan sangat baik di DPR? Ini sangat tidak adil, lalu dimana letak eksistensi dari HAM yang
sangat dijunjung dalam negara Indonesia ini? Hal ini sangat didukung oleh Pasal 12 huruf n
dan Pasal 51 ayat (1) huruf o UU nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD
dan DPRD. Kedua pasal tersebut tidak mencantumkan batas maksimal 2 periode atau belum
pernah menjabat sebagai anggota DPR, DPD, dan DPRD Provinsi selama 2 kali masa Jabatan
dalam Jabatan yang sama. Disini saja sudah tercantum bahwa tidak ada batasan.

Oleh karena itu, Solusi yang dapat diberikan oleh kami selaku tim kontra adalah tetap
mempertahankan status quo saat ini yaitu tidak membatasi masa jabatan anggota DPR. bahwa
kami disini tidak ingin membatasi hak seseorang yang sudah menempati kedudukan di DPR
terlebih yang sudah menjalankan pengabdian diri sepenuhnya kepada rakyat Indonesia.
SEKIAN TERIMA KASIH
BIDASAN:
1. Tim pro mengatakan regenerasi atau orang baru, maka akan ada semacam
pemerataan kesempatan lebih luas bagi rakyat untuk menjadi anggota dewan.
Apakah regenerasi ini dapat memberikan jaminan bahwa justru yang diberikan
kepada rakyat yang terbaik?

2. Akan lebih besar memungkinkan mereka untuk mengerti cara untuk melakukan KKN
(korupsi, kolusi dan nepotisme). Tetapi bisakah tim pro memberikan bukti yang konkret?
Kalau hanya menyebutkan beberapa nama untuk merepresentasikan seluruh anggota
DPR, maka ini sangat tidak adil bagi anggota DPR yang sudah melakukan yang terbaik.
Bagaimana tanggapan tim pro?

3. Solusi pemerintah tim pro adalah membuat Undang-Undang baru sehingga adanya
pembatasan dua kali masa jabatan anggota DPR. membuat UU baru? Dewan juri yang
terhormat, bukankah dengan membuat UU baru akan memakan banyak anggaran negara
yang terbuang hanya untuk menggantikan orang-orang yang sudah menjadi representatif
rakyat? Padahal tidak seluruh anggota DPR melakukan penyimpangan.

Anda mungkin juga menyukai