DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
Anggota :
Asmalida (180201169)
Mira Arwinda (180201187)
Nurul Hidayanti (180201164)
DOSEN PENGAJAR :
Abdul Haris Hasmar S.Ag,. M.A.
Banda Aceh
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa dimana wafatnya rasul suatu kereta pemerintahan mulai di
kendalikan oleh sahabat-sahabatnya. Memang diakui atau tidak fakta sejarah
mengatakan bahwa rasul tidak pernah menunjuk seorangpun sebagai pengganti
beliau dalam roda kepemimpinan pemerintahan islam. Akan tetapi sumbang
kepedulian sahabat pada tatanan islam yang memang sudah dibentuk sedemikian
rupa oleh rasulullah mereka muali berfikir bagaimana upaya agar tatanan yang
sudah dibentuk tidak pudar dan tetap langgeng. Dari situ sahabat mulai memilih
salah satu sahabat dan Abu Bakarlah yang pertama terpilih sebagai khalifah
pertama disusul kemudian oleh Umar Bin Khathab, Ustman Bin Affan, dan yang
terakhir adalah Ali Bin Abi Tholib.
Sahabat adalah sebagai generasi islam pertama, yang meneruskan ajaran
dan misi kerasulan.dimana ia dalam menentukah hukum islam selalu berpegang
pada fatwa-fatwa rasul yang telah ada. Akan tetapi dari sisi itu pula sahabat
menemukan yang memang dalam fatwa rasul tidak ada mereka berupaya untuk
berijtihad tetapi masih dalam takaran syariat keislaman yang di sandarkan pada
Al-Quran dan Al- Hadist.
Tasyri pada masa sahabat sudah dimulai oleh nuansa politik dimana suatu
penetapan hukum juga sudah berbau politik. Dimana dulu ketika rasul masih
hidup semua permasalahan langsung di pertanyakan pada Rasul. Dan mungkin
pula ada banyak perbedaan penentuan hukum melihat pada tatanan sosial politik
kala itu. Mereka sudah mulai berinterpretasi tentang Al-Qur’an dan Al-Hadist
demi maslahatul umat yang di lihat pada tatanan sosialnya.
B. Rumusan masalah
a) Bagaimana Pengaruh Fatwa Terhadap perkembangan Tasyri' ?
b) Apa Sumber-sumber Tasyri' ?
c) Apa sebab-sebab perbedaan pendapat para sahabat dalam tasyri' ?
BAB II
PEMBAHASAN
2
Nazar Bakry, Fiqh Dan Ushul Fiqh, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996,
3
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Penagantar Ilmu Fiqih..
Sebab-sebab pebedaan yang disebabkan oleh sifat-sifat Al-Qur’an diantaranya
sebagai berikut:
Dalam Al-Qur’an terdapat kata atau lafadz yang berma’na ganda
(isytirak) umpamanya firman Allah dalam surat Al-Bakarah [2] ayat 228:
“yang diceraikan oleh suaminya hendaklah menunggu tiga kali quru.”
1. Hukum yang ditentukan Al-Qur’an masing-masing “berdiri sendiri” tanpa
mengantisipasi kemungkinan bergabungnya dua sebab pada satu kasus.
Misanya, dalam al-Qur’an terdapat ketentuan bahwa waktu tunggu (iddah)
bagi wanita yang di cerai karena suaminya meninggal dunia adalah 4 bulan
10 hari. Ali Ibn Abi Thalib dan Ibnu Abbasy berpendapat bahwa iddah
yang berlaku bagi wanita yang di tinggalkan wafat oleh suaminya dalam
keadaan hamil adalah iddah yang terpanjang antara dua iddah tersebut
sedangan Abd Allah Ibn Masud berpendapat bahwa yang berlaku adalah
iddah hamil sebab ayat tentang iddah hamil diturunkan setelah ayat iddah
wafat, yang di berlakukan oleh knsep naskh.4
A.KESIMPULAN
Dr.Jaih Mubarok, Sejarah Dan Perkenbangan Hukun Islam, Bandung, PT. Remaja
Rosda karya.
M.Hasbi Ash Shidiki, Pengantar Kebudayaan Islam, Jakarta, Bulan Bintang,1967.
Jaih Mubarok, Sejarah Dan Perkenbangan Hukun Islam, Bandung, PT. Remaja
Rosda karya.
M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Penagantar Ilmu Fiqih..
Nazar Bakry, Fiqh Dan Ushul Fiqh, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.