6 Bab Ii
6 Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
7
8
a. Ventilasi pulmoner
Ventilasi merupakan proses pertukaran gas dari atmosfer ke
alveoli dan sebaliknya. Gas yang dihirup dari atmosfer ke alveoli
adalah oksigen, sedangkan gas yang dikeluarkan dari alveoli ke
atmosfer adalah karbon dioksida.
Proses ventilasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
1) Perbedaan tekanan udara antara atmosfer dan paru-paru
2) Jalan napas yang bersih serta sistem pernapasan yang utuh
3) Kemampuan rongga toraks untuk mengembang dan berkontraksi
dengan baik
4) Kerja sistem saraf autonomy, yaitu rangsangan simpatetik dapat
menyebabkan relaksasi sehingga vasodilatasi dapat terjadi,
sedangkan rangsangan parasimpatetik menyebabkan kontraksi
sehingga vasokontriksi dapat terjadi.
5) Kerja sistem saraf pusat, karena pada sistem saraf pusat terdapat
bagian yang berperan sebagai pusat pernapasan, yaitu medulla
oblongata dan pons. Keadaan karbon dioksida akan merangsang
kedua pusat saraf tersebut.
6) Kemampuan paru untuk mengembang (Comlience) dan
menyempit (Recoil). Comlience dipengaruhi oleh keberadaan
surfaktan di alveoli yang menurunkan tegangan permukaan dan
keberadaan sisa udara sehingga tidak terjadi kolaps dan
gangguan toraks. Recoil merupakan kemampuan paru-paru
untuk menyempit sehingga dapat mengeluarkan CO2.
b. Difusi Gas
Pada saat oksigen memasuki alveoli, terjadi difusi oksigen dari
alveoli ke pembuluh darah kapiler paru. Selain itu, terjadi difusi
karbon dioksida dari pembuluh darah kapiler paru ke alveoli. Proses
difusi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain luas
permukaan paru, ketebalam membran respirasi, perbedaan tekanan
karbon dioksida di dalam alveoli dan di kapiler paru, perbedaan
10
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi nyeri tekan,
peradangan setempat, atau pembengkakan dan benjolan pada
dada. Palpasi dilakukan antara lain untuk mengetahui suhu
kulit, pengembangan dada, abnormalitas massa dan kelenjar,
sirkulasi perifer, denyut nadi serta pengisian kapiler.
3) Perkusi
Perkusi bertujuan untuk menentukan ukuran dan bentuk
organ dalam serta untuk mengkaji keberadaan abnormalitas
cairan atau udara di dalam paru-paru. Suara perkusi normal
adalah suara perkusi sonor dengan bunyi seperti “dug-dug”.
Suara perkusi yang redup terdapat pada penderita
infiltrate, konsolidasi, dan efusi pleura. Suara perkusi yang
pekak atau kempis (suara seperti ketika kita memperkusi paha)
terdengar apabila perkusi dilakuan di atas daerah yang
mengalami atelectasis, atau dapat juga terdengar pada rongga
pleura yang terisi oleh nanah, tumor pada permukaan paru,
atau fibrosis paru dengan penebalan pleura. Hipersonan atau
bunyi drum dapat ditemukan pada penyakit tertentu, misalnya
pneumonia dan emfisema.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang
dihasilkan di dalam tubuh. Bagian yang diperhatikan adalah
nada, intensitas, durasi, dan kualitas bunyi. Auskultasi
dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat suara napas yang
tidak normal.
Suara napas dasar adalah suara napas pada orang dengan
paru yang sehat. Suara napas ini dibagi menjadi tiga macam,
yaitu bunyi napas vesicular, bronkial, dan bronkovesikular.
Bunyi napas vesicular bernada rendah, terdengar di sebagian
besar area paru, serta suara pada saat inspirasi lebih keras dan
19
(1) Sianosis
(2) Diaphoresis
(3) Gelisah
(4) Napas cuping hidung
(5) Pola napas abnormal
(6) Warna kulit abnormal
(7) Kesadaran menurun
Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Terapi Oksigen
Observasi
Monitor kecepatan aliran oksigen
Monitor posisi alat terapi oksigen
Monitor aliran oksigen secara
periodic dan pastikan fraksi yang
diberikan cukup
Monitorefektifitas terapi oksigen
22
Teraupetik
Bersihkan secret pada mulut,
hidung, dan trakea, jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan napas
Siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
Berikan oksigen tambahan jika
perlu
Tetap berikan oksigen saat pasien
di transportasi
Gunakan perangkat oksigen sesuai
dengan tingkat mobilitas pasien
Edukasi
Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Kolaborasi penggunaan oksigen
saat aktivitas dan/atau tidur
g) Imaturitas neurologis
h) Penurunan energi
i) Obesitas
j) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
k) Sindrom hipoventilasi
l) Kerusakan inervasi diafragma
m) Cedera pada medulla spinalis
n) Efek agen farmakologis
o) Kecemasan
3) Gejala dan tanda mayor
a) Subjektif
Dispnea
b) Objektif
(1) Penggunaan otot bantu pernapasan
(2) Fase ekspirasi memanjang
(3) Pola napas abnormal
4) Gejala dan tanda minor
a) Sebjektif
Ortopnea
b) Objektif
(1) Pernapasan pursed-lip
(2) Pernapasan cuping hidung
(3) Diameter toraks anterior-posterior meningkat
(4) Ventilasi semenit menurun
(5) Tekanan ekspirasi menurun
(6) Tekanan inspirasi menurun
(7) Ekskursi dada berubah
24
Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-titl dan chin-
lift (jaw thrust jika curiga trauma
servikal)
Posisikan semifowler atau fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
Lakukan penghisapan lender
kurang dari 15 detik
25
Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak kontraindikasi
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
4. Pelaksanaan keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanakan dari rencana
intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik (lyer et al., 1996
dalam nursalam 2009).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari
hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan
perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan.
C. Tinjauan Konsep Penyakit
1. Pengertian
Gagal ginjal kronis yang disebut juga penyakit ginjal kronis (CKD,
Chronic kidney disease) ditandai oleh penurunan fungsi ginjal yang
cukup besar, yaitu biasanya hingga kurang dari 20% nilai GFR yang
normal, dalam periode waktu yang lama, biasanya > 6 bulan (Saputra,
Lyndon. 2013).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat pada setiap nefron, biasanya berlangsung
beberapa tahun dan tidak reversible (Nanda Nic Noc. 2015)
Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang menyebabkan
fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak
26
3. Manifestasi klinis
a. Manifestasi klinik menurut Nahas & Levin (2010). (Dalam jurnal
keperawatan martin. 2017).
1) Gangguan kardiovaskuler
Nyeri dada, sesak nafas akibat pericarditis, effuse
perikardiak, dan gagal jantung akibat penimbunan cairan,
gangguan irama jantung dan edema.
2) Gangguan pulmoner
Napas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan
riak, suara krekels.
3) Gangguan gastrointestinal
27
a. Laboratorium
1) Kadar BUN kreatinin serum, natrium, dan kalsium meningkat
2) Analisa gas darah arteri menunjukan penurunan pH arteri dan
kadar bikarbonat
3) Kadar hematocrit dan hemoglobin rendah, masa hidup sel
darah merah berkurang
4) Muncul defek trombositomia dan trombosit ringan
5) Sekresi aldosterone meningkat
6) Analisa gas darah menunjukan asidosis metabolic
7) Pasien mengalami proteinuria, glikosuria, dan pada urin
ditemukan sedimentasi, leokosit, sel darah merah dan Kristal.
b. Biopsy ginjal memungkinkan identifikasi histologis dari proses
penyakit yang mendasari
c. EEG menunjukan dugaan perubahan ensefalopati metabolic
29
5. Pathway
Produk urin
turun dan Angiotensin II Penurunan Organ GI
kepekatan urin Peningkatan
meningkat Na& K meningkat tekanan
Cairan keluar ke Penurunan
osmotik
Vasikontrisi ekstravaskuler pembentukan
pembuluh eritrosit
Disurisia Di kulit
darah
/ anuria edema (pruritus)
Tekanan darah
meningkat Anemia
Masuk ke
Mual muntah
vaskuler
Dx : Intoleransi
aktivitas
Berikan NaOH
dengan air
Edema
30