Anda di halaman 1dari 3

HENOKH E.

WIJAYA/XII IPA 2/10

BACKSTORY

Di suatu pagi aku yang bernama Arrayan sedang asyik memainkan aplikasi yang ada di handphone
ku.Hari ini aku tidak sekolah karena aku baru saja selesai mengikuti ujian semester 1. Jadi hari ini
adalah hari pembagian raport di sekolah ku.Saat ini orang tuaku sedang mengambil hasil belajar aku
selama satu semester.jJantung ku terasa berdebar debar karena aku takut kalau nilai ku
mengecewakan orang tuaku.Seharusnya sebentar lagi orang tuaku akan pulang ke rumah.

15 MENIT KEMUDIAN..

Saat ini orang tuaku sudah pulang dan orang tuaku saat aku membukakan pintu untuk orang tuaku,
saat aku melihat raut wajah kedua orangtuaku terlihat sangat sedih.

Lalu aku dan orang tuaku duduk di sofa yang ada di ruang keluarga.Mereka mengeluarkan buku
raport ku dan menunjukkan hasil belajar ku selama semester ini.

Saat mataku melihat nilai raport ku semester ini.Aku sangat kaget karena nilai ku banyak yang tidak
tuntas.Lalu kedua orang tuaku mengajakku berdiskusi tentang nilai ku dan hasil dari diskusi kami
adalah Handphone ku akan disita oleh orang tuaku setelah pulang dari sekolah dan aku harus belajar
setiap malam dari jam 7-9 malam.

Malam pun tiba,aku sudah siap di meja belajar dengan setumpuk buku.Aku sangat tak nyaman
dengan hal baru ini.Menurutku buku buku ini sangat tidak menarik. Jadi aku hanya membolak-balik,
membaca sekilas, lalu membolak-balik lagi halaman-halaman bukunya, lalu meletakkannya di meja.
mengambil buku yang lain, membolak-balik halaman buku, membaca sekilas, meletakkannya lagi di
meja. mengambil lagi buku yang lain; melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. semakin lama
aku sangat bosan dan semakin capek, lesu, dan merasa putus asa. lalu merebahkan kepalaku di atas
meja. diam sesaat. dengan perlahan membentur-benturkan dahiKU pada buku yang tergeletak di
meja, sementara kedua lenganku terasa berat sekali.

REAL STORY

Beberapa saat kemudian, terdengar nada panggilan pada handphone ku. aku segera mengangkat
kepalaku, mencari-cari handphoneku di antara buku-buku di atas meja. nada panggilan berhenti,
tapi handphone tak ada. lalau nada panggilan terdengar lagi, aku beranjak ke dipan; nada dering
berhenti, tapi handphone tak ada. nada dering terdengar lagi, aku membolak-balik bantal-guling,
buku, menyingkap sprei, bahkan kasur. nada panggilan berhenti, tapi handphone tak ada. lalu nada
panggilan terdengar lagi, aku merayap ke kolong dipan, nada panggilan berhenti tapi aku tetap tak
menemukan di handphone itu berada.

Aku merayap keluar dari kolong dipan tapi aku tetap mendengar suara handphone itu terdengar
lagi, semakin jelas-semakin keras. namun kali ini bukan lagi nada panggilan; melainkan berbagai
suara dari beragam aplikasi yang ada di dalam Handphone ku.Aku sangat kesal karena Handphone
ku tidak ada tetapi nada dering dari handphone ku

Sebentar lagi, sekitar 15 atau 20 menit lagi,orang tuaku akan berpatroli di depan kamarku,Aku sudah
berusaha untuk membaca buku-buku ini tetapi tetap saja hati ku sangat gelisah karena di kepalaku
terdengar selalu nada dering Handphone ku.aku juga sudah menonton banyak video agar
menambahkan semangat belajarku dan mengurangi rasa kecanduanku terhadap handphone.
Karena kecanduan handphone aku dibuat sangat menderita setiap malam selalu terjadi seperti ini
walau hanya ditinggal sebentar hanya beberapa jam rasanya waktu ini terasa sangat lama

Sejak pertama aku mengerti membaca dan menulis, aku sudah menuliskan nama aku ke dalam
diriku: "A-R-R-A-Y-A-N". aku memang sempat berganti-ganti partner; dari satu handphone ke
handphone lainnya. Tapi apa pun jenisnya, sikap mereka tetap sama: setia menemani dan melayani,
tak pernah berkurang sedikitpun, bahkan semakin istimewa dan semakin besar kemampuan mereka
melayani kita.

Coba bandingkan kesetiaan dan konsistensi mereka dengan kita; berganti partner, berganti pula
sikap dan kebiasaannya. Apalagi pergantian pimpinan; bisa semakin baik, atau malah semakin anjlok
mutunya. Eh, maaf...aku agak ngelantur. Maklumlah, orang kalau lagi diterkam sepi dan rindu, suka
melayang ke mana-mana pikirannya.

aku menderita bukan karena berpisah dengan dirinya saja, tapi karena aku dihadapkan pada dua
keadaan secara bersamaan. Di satu sisi aku tahu, Ayah dan Ibu bertujuan baik. Dia ingin aku punya
prestasi dan maju dalam study, karena itu mereka membuat peraturan 12 jam tanpa handphone di
malam hari. Tapi di sisi lain, seluruh diri aku, kesadaran aku, jiwa aku, sudah terbiasa hidup--sejak
kecil bahkan--dengan dia ada di sisi aku. Bahkan, sebelum ada peraturan seperti itu, aku terbiasa
tidur dan dia rebah di dada aku, atau persis di sisi aku. Tak mudah lagi bagi aku melewati hari, meski
sesaat, tanpa dia.

Kadang, kalau aku tak kuasa menanggung rindu padanya, aku ambil casing-nya, aku dekatkan ke
dadaku.

Tak ada yang lebih membahagiakan selain mendengar suara renyah dan riangnya; bertamsya
dengannya ke mana pun aku ingin mengunjungi situs-situs atau menikmati menu-menu lezat yang
ditawarkannya. Ia telah membuat hidup ini menjadi amat mudah, simple, lebih cepat dan ia tak akan
membiarkan kita menunggu lebih lama. Ia bisa membahagiakan kita, tepat di saat kita
menginginkannya. Ia memberitahu kita apa saja dengan cepat dan lengkap tanpa perlu kita
mengerahkan tenaga. Bahkan kini, ia memiliki banyak sarana yang bisa menjamin kesejahteraan kita
dalam tempo sesingkat-singkatnya. Jadi, bagaimana bisa aku bersabar berlama-lama dengan buku-
buku bisu itu untuk menata masa depan; itu sangat menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran.
Sementara kita hidup di masa yang sangat brgantung pada kecepatan dan keringkasan. Siapa yang
tidak bisa cepat dan ringkas, akan ditinggalkan, akan menjadi fosil penghuni meseum peradaban.

aku sebenarnya pernah hampir berhasil tidak terlalu bergantung padanya, selain untuk hal-hal
penting saja. Tapi saat aku memergoki Ayah dan Ibu pada suatu malam, duduk asyik dan begitu intim
dengan handphone masing-masing, aku jadi merasa dikhinati. Sejak saat itu, kemampuan aku untuk
berpisah denganya semakin menurun. Bahkan, kini ia ada di dalam kepala aku, dia jadi seperti
denyut dalam jantung aku. aku sudah teramat dalam mencintainya.

POSSIBLE WORD

Setelah arrayan menjalankan malam malam sepi seperti diatas selama sebulan,barulah ia mulai
terbiasa dengan kebiasaan barunya.Ia jadi semangat belajar dan selalu ingin membaca buku buku
pelajarannya,setelah beberapa bulan Arrayan pun akan mengikuti Ujian Akhir Semester, iapun
semakin tekun belajar hingga setelah pembagian raport Semester ia mendapatkan nilai yang jauh
lebih baik dan orang tuanya sangat senang dan bangga kepadanya.
Begitulah akhir cerita Arrayan akhirnya ia bisa lepas dari kecanduan pada smartphone nya berubah
menjadi pribadi yang produktif dan menjalankan hari hari dengan hal hal yang positif dan
bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai