Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK UMUM

(GENERAL SURVEY)
Pengertia Adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh
n pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit
Tujuan Untuk menemukan tanda klinis penyakit
Prosedur Fase Pra Interaksi
 Persiapan perawat
Mencuci tangan
Orientasi
1. Menyapa pasien memperkenalkan diri
2. Menanyakan nama pasien
3. Menjelaskan tujuan dan tindakan yang akan dilakukan
4. Persetujuan pasien
 Peralatan  :
1. Stetoskop                                 
2. Jam/Stopwatch
3. Penlight
4. Garpu tala
5. Sudip lidah
6. Spekulum hidung
7. Otoscope
8. Kapas
9. Reflek hammer
10. Penggaris
11. Kopi, gula, garam, cuka
12. Kayu putih, teh
13. Format pengkajian
14. Snellen chart/E chart
 Persiapan lingkungan 
Jaga privacy klien dengan menutup gordin atau pasang
sampiran  
Fase Kerja
Pemeriksaan Kepala
1. Inspeksi  posisi kepala terhadap bahu dan batang tubuh
2. Inspeksi ukuran dan bentuk serta adanya lesi/luka atau
pembengkakan  pada kepala
3.  Inspeksi kulit kepala, kebersihan, dan distribusi rambut
4. Palpasi kepala dan kulit kepala: nyeri, benjolan.
5. Palpasi rambut: tekstur, distribusi dan kekuatan
 
                 Pemeriksaan Struktur luar mata
                     Posisi dan keselarasan
6.  Lakukan inspeksi posisi mata dalam perbandingan antara
satu dan lainnya
                   Alis mata
7. Lakukan inspeksi alis  untuk ukuran, distribusi dan tekstur
rambut
8. Minta klien untuk menaikkan dan menurunkan alis mata,
amati pergerakannya
                   Daerah orbital
9. Lakukan Inspeksi terhadap edema, kemerahan, dan  kondsi
jaringan lunak dibawah orbital
                   Kelopak mata atas
10. Inspeksi posisi dan warna kelopak mata, edema dan
benjolan
11. Minta klien untuk menutup dan membuka mata secara
normal, amati kemampuannya
12. Inspeksi permukaan kelopak mata atas dengan meminta
klien menutup  mata, jika terjadi lesi catat ukuran, bentuk,
penyebaran dan pengeluaran cairan.
Bulu mata:
13. Perhatikan posisi bulu mata, normalnya melengkung ke atas
Kelopak mata bawah
14. Minta klien untuk membuka mata, perhatikan frekwensi
reflek berkedip
15. Inspeksi permukaan kelopak mata, edema dan
benjolan,  jika ada lesi catat ukuran, bentuk, penyebaran dan
pengeluaran cairan.
  Aparatus lakrimal
16.  Inspeksi daerah kelenjar lakrimal pada dinding luar atas
anterior tulang orbital terhadap edema dan kemerahan.
17. Palpasi dengan lembut area kelenjar untuk mendeteksi
nyeri.
18. Inspeksi duktus lakrimal, periksa adanya edema dan
pengeluaran air mata yang berlebihan.
                       Konjungtiva dan Sklera
19. Tarik lembut kelopak mata untuk menginspeksi konjungtiva
bulbar, yang menutup daerah permukaan terbuka bola mata
sampai tepi kornea
20. Inspeksi warna konjungtiva, edema dan lesi.
                     Kornea
21. Inspeksi kejernihan dan tekstur kornea
22. Lakukan uji sensitifitas kornea dengan cara mendekatkan
kapas ke salah  satu mata klien perhatikan kedipan        
     Pupil dan Iris
23. Inspeksi keadaan luar iris dan perhatikan kelainan tepinya
24. Inspeksi ukuran, bentuk, keselarasan pupil dan reaksi
terhadap cahaya
25. Uji reflek pupil terhadap cahaya secara langsung dengan
menyorotkan  penlight ke arah pupil lalu perhatikan ukuran
pupil ketika kena cahaya,  normalnya pupil mengecil.
 
                    Ketajaman Penglihatan
26. Lakukan pengkajian membaca dekat: pastikan cukup
pencahayaan dan  pastikan apakah klien memakai alat bantu
baca dan bisa membaca, kemudian minta klien untuk membaca
koran atau majalah dengan jarak 30 cm
27. Lakukan pengkajian membaca jauh:
 Gunakan lembar pemeriksaan snellen
 Pastikan cukup pencahayaan
 Posisi klien berdiri atau duduk dengan jarak 20 kaki
(6,1 meter ) dari lembar
snellen                                              
 Minta klien untuk membaca huruf pada lembar
snellen dengan mata  terbuka ulangi dengan satu mata
ditutup
 Tentukan baris terkecil dimana klien bisa membaca
seluruh huruf dengan benar.

1. Lakukan pengkajian dengan menghitung jari:  Uji masing-


masing mata untuk menghitung jari yang diacungkan
pemeriksa  dengan jarak 30 cm dari wajah klien
2. Lakukan pengkajian dengan uji cahaya : Sinari mata klien
dengan senter kecil dan padamkan, tanyakan apakah klien
melihat cahaya.
 
                    Pengkajian Lapang penglihatan
3. Lakukan pengkajian lapang pandang/penglihatan dengan
cara :
 Posisi duduk atau berdiri 2 kaki (60cm) jauhnya,
berhadapan  dengan ketinggian mata sejajar pemeriksa.
 Klien menutup satu mata, mata yang lain menatap
mata pemeriksa
 Pemeriksa menutup satu mata yang berlawanan arah,
satu mata melihat klien
 Gerakkan jari dengan jarak sebanding panjang
lengan diluar lapang penglihatan
 Minta klien untuk mengatakan bila melihat jari
pemeriksa.
 Perlahan tarik jari pemeriksa mendekat.
 Ulangi prosedur pada sisi lain. Selalu harus
membandingkan titik dimana pemeriksa melihat jari tersebut
memasuki lapang penglihatan pemeriksa dan titik dimana klien
melihatnya.
 Ulangi prosedur dengan keempat arah pada mata
lainnya.
 
                     Pengkajian Gerakkan ekstraokuler
  31. Lakukan pengkajian gerakan ekstraokuler
- Posisi klien duduk atau berdiri 2 kaki (60 cm) jauhnya,
berhadapan dengan pemeriksa.
- Minta klien mengikuti gerak jari dengan kedua mata, kepala
tetap pada posisi menghadap pemeriksa.
- Gerakkan jari dengan lembut dan perlahan melalui delapan
arah tatapan utama.
- Jaga agar jari tetap dalam lapang penglihatan normal
- Observasi gerak paralel mata
 
                    TELINGA
4. Inspeksi posisi, warna, ukuran, bentuk dan simetrisitas daun
telinga
5. Palpasi mengenai tekstur, adanya nyeri, pembengkakan dan
nodul-nodul
6. Palpasi prosesus mastoideus terhadap nyeri,
pembengkakkan dan nodul
7. Inspeksi lubang pendengaran eksternal, perhatikan adanya
cairan dan bau.
           
                         Pemeriksaan dengan otoskopik:
8. Periksa liang telinga terhadap adanya benda asing sebelum
memasukkan otoskope.
9. Minta klien menghindari gerakkan kepala selama
pengkajian.
10. Minta klien untuk memiringkan kepala kearah bahu yang
berlawanan.
11. Tarik daun telinga keatas dan kebelakang
12. Masukkan perlahan otoscop 1 sampai 1,5 cm
13. Inspeksi mulai dari meatus sampai ke membran timpani:
warna, lesi, benda asing, dan serumen atau pengeluaran cairan
dan keutuhan membran.
 
                     Ketajaman pendengaran
14. Lepaskan alat bantu pendengaran bila klien menggunakan
alat bantu.
15. Uji satu telinga secara bergantian saat klien menutup telinga
lainnya dengan jari.
16. Berdiri sejauh 30 cm dari telinga yang sedang diuji disisi
samping klien
17. Tutup mulut pemeriksa untuk mencegah pembacaan bibir
oleh klien
18. Bisikkan angka-angka ack dan minta klien untuk mengulang
kata-kata yang terdengar
19. Uji telinga satunya dan perhatikan setiap perbedaan.
20. Untuk menguji pendengaran frekwensi tinggi test
pendengaran dapat menggunakan detik jam.
 
           Test Rinne
21. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan pada
telapak tangan yang berlawanan
22. Sentuhkan tangkai garpu tala yang bergetar tegak lurus pada
prosesus mastoid klien. Bila sudah tidak terdengar minta klien
untuk memberi tahu.
23. Kemudian dengan cepat tempatkan 1-2 cm dekat meatus
eksternal
24. Normalnya klien masih bisa mendengar . Ulangi telinga
yang satunya
                        Test Weber
25. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak
tangan yang berlawanan
26. Letakkan tangkai garpu tala yang bergetar di bagian tulang
frontal atas
27. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas
pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga.
 
Test Swabach
28. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telepak
tangan yang berlawanan
29. Letakkan garpu tala yang bergetar di prosesus mastoid
pemeriksa sampai berhenti,  kemudian tempelkan garpu tala di
tulang mastoid klien. Normalnya klien tidak mendengar
30. Ulangi prosedur dimulai dari klien.
 
                         HIDUNG
31. Inspeksi hidung eksternal mengenai bentuk, ukuran dan
warna kulit
32. Perhatikan setiap deformitas atau inflamasi
33. Observasi pengeluaran dan pelebaran nares/lubang hidung
34. Bila ada pengeluaran lihat karakternya: berair, mukoid,
purulen, bercampur gumpalan, atau bercampur darah.
Warnanya, dan apakah unilateral atau bilateral
35. Palpasi batang jaringan lembut hidung terhadap nyeri,
massa, dan penyimpangan dasar hidung.
36. Periksa patensi nares dengan menempatkan jari pada sisi
hidung dan menutup salah satu nares. Hembuskan udara dari
hidung.Ulangi untuk lubang hidung yang lainnya.
37. Gunakan spekulum hidung masukkan dengan posisi kepala
klien mengangkat sedikit kebelakang. Masukkan kira-kira 1
cm.
38. Inspeksi mukosa nasal terhadap warna, lesi, pengeluaran,
pembemgkakkan, massa atau perdarahan
39. Inspeksi septum nasal terhadap letak, perforasi atau
perdarahan
40. Inspeksi puncak kerucut konkha terhadap penyimpangan,
lesi dan pembuluh darah superfisial.
41. Palpasi sinus frontal dan maksila dengan memberi tekanan
lembut menggunakan ibu jari.
42. Periksa ketajaman penghidu dengan mendekatkan bau-
bauan yang dikenal ke hidung pasien
 
MULUT
43. Inspeksi bibir terhadap warna, tekstur, hydrasi, garis luar
dan lesi. Minta klien untuk membuka dan sedikit
merelaksasikan mulutnya. Tarik lembut bibir ke bawah
menjauhi gigi dengan menggunakan sarung tangan, kemudian
ulangi inspeksi untuk bibir atas
44. Minta klien untuk mengatupkan gigi dan tersenyum untuk
mengobservasi oklusi gigi
45. Inspeksi mukosa mulut (pipi sebelah dalam) dengan
meminta klien membuka mulut, tarik pipi dengan
menggunakan penekan lidah. Gunakan senter kecil untuk
mengamati mukosa posterior
46. Inspeksi gusi terhadap warna, edema, retraksi, perdarahan,
dan lesi. Palpasi kekuatan gusi.
47. Inspeksi dan hitung jumlah gigi. Perhatikan keadaan
luarnya, adanya karies gigi, warna gigi.
48. Minta klien merelaksasikan mulut dan mengeluarkan
lidahnya. Menggunakan senter kecil, inspeksi lidah terhadap
warna, ukuran, tekstur, posisi, gerakkan, adanya lesi atau
pelapisan.
49. Minta klien mengangkat lidah dan menggerakkan dari sisi
ke sisi.
50. Untuk mengamati permukaan lidah dan dasar mulut, minta
klien mengangkat lidah dengan meletakkan ujung lidah di
belakang gigi insisor seri depan. Inspeksi warna,
pembengkakkan, dan lesi seperti nodul atau kista.
51. Untuk pemeriksaan faringeal minta klien untuk mengangkat
kepala sedikit kebelakang, membuka mulut dan berkata ”ah” .
Tempatkan penekan lidah pada dua pertiga lidah. Gunakan
senter kecil untuk menginspeksi tonsil, uvula, palatum molle,
dan faring posterior. Inspeksi terhadap inflamasi, lesi, edema,
petekie, eksudat, dan gerakkan dari palatum lunak.
52. Periksa pengecapan lidah dengan memberikan rasa manis,
asin dan minta klien untuk menyebutkan rasa tersebut.
 
LEHER
53. Minta klien untuk duduk menghadap pemeriksa, observasi
kesimetrisan otot-otot leher, keselarasan trakea, dan setiap
pemadatan samar pada dasar leher
54.  Minta klien untuk memfleksikan leher dengan dagu ke
dada, hiperekstensikan leher sedikit ke belakang dan gerakkan
menyamping ke masing-masing sisi (untuk menguji otot-otot
sternocleidomastoideus dan trapezius)
55. Dengan dagu terangkat dan kepala tertarik sedikit ke
belakang . Inspeksi nodus terhadap edema, erithema, atau
adanya garis merah memanjang.
56. Inspeksi leher bawah diatas kelenjar tiroid untuk ada
tidaknya massa dan kesimetrisan.
57. Minta klien untuk mengekstensikan leher dan menelan
58. Untuk palpasi, gunakan bantalan ketiga jari tengah dan
palpasi masing-masing jaringan limfe dengan gerakkan
memutar. Periksa setiap nodus dengan urutan sebagai berikut:
nodus oksipital pada dasar tengkorak, nodus aurikel posterior
di atas mastoideius, nodus preaurikular tepat di depan telinga,
nodus tonsiliar pada sudut mandibula, nodus submaksilaris,
dan nodus submental pada garis tengah belakang ujung
mandibula.
59. Bandingkan kedua sisi leher: Periksa ukuran, bentuk, garis
luar, gerakkan, konsistensi dan nyeri.
60. Lanjutkan dengan mempalpasi nodus servikal superfisial,
posterior dan dalam serta nodus suprakavikular.
61. Palpasi trakea terhadap posisi tengahnya dengan memegang
dengan ibu jari dan jari telunjuk di masing-masing sisi
suprasternal
62. Palpasi kelenjar tiroid, posisi dari belakang minta klien
menundukkan dagu . Tempatkan dua jari dari masing-masing
tangan tepat di bawah kartilago krikoid.
63. Dengan lembut gunakan dua jari untuk menggerakkan
trakea ke satu sisi dan minta klien untuk menelan.
64. Palpasi badan lobus, kemudian tepi lateral dari
kelenjar. Ulangi prosedur untuk lobus yang berlawanan.
 
Torak Posterior
65. Observasi bentuk dan simetri dada dari belakang kedepan
66. Observasi adanya penonjolan area interkostal pada
ekspirasi.
67. Observasi posisi tulang spina, lengkung iga, dan simetri
tulang skapula
68. Observasi torak keseluruhan.
69. Palpasi torak otot posterior dan rangka untuk benjolan,
massa, pulsasi, nyeri tekan.
70. Ukur pengembangan dada posterior dengan cara :  berdiri di
belakang klien dan letakkan ibu jari sepanjang penonjolan
spina setinggi iga ke 10, dengan telapak tangan menyentuh
permukaan posterior. Jari-jari harus terletak kurang lebih 5 cm
terpisah, dengan titik ibu jari pada spina dan jari lain ke lateral.
Setelah ekshalasi minta klien untuk bernafas dalam, observasi
gerakan jari  anda.
71. Palpasi untuk taktil fremitus (vokal). Letakkan pangkal atau
bawah telapak pada area simetri torak, mulai pada apek paru.
Pada tiap posisi minta klien untuk mengatakan ”777”
72. Perkusi dinding dada untuk menentukan apakah jaringan
paru-paru terisi cairan, udara atau massa padat. Minta klien
untuk melipat  tangan menyilang di atas dada dengan kepala
membungkuk ke depan. Dengan teknik perkusi langsung,
perkusi area interthorakal mengikuti pola sistematik untuk
membandingkan ke dua sisi.
73. Auskultasi bunyi paru untuk mendeteksi mukus atau
obstruksi jalan nafas dan kondisi paru. Minta klien untuk
melipat tangan ke depan dengan kepala menunduk ke depan.
Letakkan stetoskop dengan kuat pada kulit diatas interthorakal.
Klien diminta untuk bernafas secara perlahan dan menutup
mulut sedikit. Ikuti pola sistematik yang sama untuk
membedakan kedua sisi. Bila taktil fremitus, perkusi, atau
auskultasi menyatakan abnormalitas, auskultasi untuk
gangguan bunyi dengan stetoskop diletakkan pada tempat yang
sama untuk mendengarkan bunyi nafas, sambil klien diminta
untuk mengatakan ”777” atau membisikan ”satu, dua, tiga.”
 
Toraks lateral
74. Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi torak lateral dengan
cara yang sama dengan toraks posterior. Klien tetap duduk dan
tangan dinaikkan ke atas kepala.. Gunakan metode sistematik
untuk membandingkan ke dua sisi.
 
          Toraks Anterior.
75. Klien tetap duduk/berbaring, observasi otot bantu
pernafasan, sternokleidomastoid, trapezius, dan otot abdomen.
76. Inspeksi bentuk dada dan retraksi dada.
77. Palpasi  pengembangan dada anterior sistimatika sama
seperti torak posterior. Observasi pemisahan ibu jari.
78. Palpasi untuk taktil fremitus, dengan metode yang sama
dengan torak anterior.
79. Perkusi torak anterior dan bandingkan kedua sisi dengan
cara mulai di bawah klavikula kanan, bergerak menyilang dan
menurun, angkat payudara wanita bila perlu.
80. Auscultasi torak anterior dengan pola yang sama dengan
perkusi.
 
          Jantung.
81. Lakukan inspeksi dan palpasi bersamaan. Lokalisasi tanda
pada dada, antara lain :Sudut louis, daerah katup aortik (CIK
kanan kedua), katup pulmonik (CIK Kiri kedua), titik Erb,
daerah trikuspid (CIK kiri ketiga), daerah apikal atau Mitral
(CIK kiri kelima pada garis mid klavikular). Bila denyutan
atau getaran terpalpasi, gunakan tangan yang lain
untuk mempalpasi arteri karotid untuk menggambarkan
hubungannya dengan siklus kardiak.
82. Perkusi tepi jantung untuk menentukan ukuran jantung.
83. Auskultasi mulai dengan area aortik, kemudian gerakkan
stetoskop perlahan secara metodis dan sistematis, sepanjang
rute. Pastikan untuk mendengar bunyi jantung dengan jelas
pada tiap-tiap lokasi Setelah kedua bunyi terdengar jelas
seperti ”lub dup”, hitung setiap kombinasi S1 dan S2 sebagai
satu denyut jantung. Hitung banyaknya denyut selama 1 menit.
 
           Payu Dara Wanita
84. Lakukan observasi sesuai garis imajiner yang membagi
payu dara menjadi empat kuadaran dan sebuah ekor. Klien
dalam posisi duduk,  kedua lengan bergantung bebas pada
kedua sisi, inspeksi ukuran dan simetrisitas dari kedua payu
dara.
85. Inspeksi garis luar dan bentuk payu dara. Perhatikan adanya
massa, pendataran atau lesung. Warna kulit, edema, lesi atau
inflamasi. Angkat payu dara untuk mengobservasi bagian
bawah dan lateral. Inspeksi puting dan aerola untuk ukuran,
warna dan bentuk serta arah titik puting.
86. Inspeksi adanya retraksi dengan meminta klien melakukan
tiga posisi: mengangkat lengan ke ats kepala, menekankan
tangan ke pinggang, dan mengekstensikan lengan lurus ke
depan saat duduk atau saat tubuh agak condong ke depan.
87. Palpasi jaringan limfe saat klien pada posisi duduk. Posisi
lengan klien dalam posisi fleksi sambil mengabduksi menjauhi
dinding dada. Tempelkan tangan anda pada dinding dada klien
setinggi lekuk aksila. Tekan lembut dengan ujung jari ke
bawah di atas permukaan iga dan otot. Perhatikan jumlah,
lokasi, konsistensi, mobilitas, dan ukuran benjolan. Tanyakan
juga adanya rasa nyeri.
88. Palpasi jaringan limfe aksila pada empat area: tepi otot
pektoralis major sepanjang garis aksila anterior, dinding dada
pada area midaksila, bagian atas dari humerus, tepi anterior
dari otot latisimus dorsi sepanjang garis aksila posterior.
89. Palpasi sepanjang tepi atas dan bawah klavikula.
90. Palpasi jaringan payudara dengan posisi klien terlentang dan
tangan di bawah leher. Palpasi secara sistimatis dalam dua
cara: gerak sesuai arah jarum jam atau gerak berlawanan
dengan gerak jarum jam, membentuk lingkarandengan jari-jari
sepanjang tiap kuadran dan ekor, atau tehnik gerak belakang
depan dengan jari-jari bergerak ke atas dan ke bawah setiap
kuadran.
 
           Payudara Pria
91. Inspeksi payudara terhadap ukuran, simetrisitas, garis luar,
warna kulit, tekstur, dan pola vena.
92. Inspeksi areola dan puting terhadap warna dan adanya
nodul, edema, dan lesi.
93. Palpasi payudara dengan pengamatan terhadap karakteristik
yang sama seperti pada pemeriksaan payudara wanita.
 
          Abdomen.
94. Inspeksi bagian permukaan abdomen, warna kulit, posisi,
adanya inflamasi.
95. Minta klien untuk menarik nafas dalam dan tahan, amati
adanya massa, pembesaran atau penegangan. Bila terjadi
penegangan ukur lingkar perut.
96. Minta klien mengangkat bahu dan kepala tanpa
bantuan. Amati gerakan peristaltik dan kesimetrisan otot rektus
abdominis.
97. Letakkan sisi diafragma stetoskop yang telah
dihangatkan.Lakukan satu menit penuh ulangi  setiap menit
sampai 5X untuk mendengarkan bising usus.
98. Perkusi keempat kuadran dan dengarkan nada-nada perkusi.
99. Perkusi hati pada garis midklavikular kanan tepat dibawah
umbilical. Perkusi keatas, tandai suara yang beda dan ukur
panjangnya. Lanjutkan perkusi kearah bawah di garis
midklavikular kanan mulai dari daerah puting susu. Tandai
bila ada suara beda dan ukur panjangnya.
100. Palpasi ringan abdomen diatas tiap kuadran terhadap: nyeri,
penegangan abnormal, massa, cairan dan gas.
101. Palpasi hati, letakkan tangan kanan di atas abdomen, jari-
jari mengarah ke kepala dan ekstensi   sehingga ujung-ujung
jari terletak di garis klavikular bawah batas bawah hati.Minta
klien  menarik nafas dalam dan tekan lembut untuk meraba
hati.
 
           Ektrimitas Atas
102. Inspeksi untuk kesimetrisan, bentuk, warna kulit, jumlah
jari, warna kuku,sudut kuku dan kebersihan.
103. Tekan kuku tangan untuk mengamati CRT lanjutka palpasi
untuk nyeri dan pembengkakkan
104. Palpasi  masing-masing kelompok otot; trapezius, deltoid,
bíceps, triceps dan jari-jari.
105. Periksa untuk rentang gerak sendi mulai dari bagian distal.
Bandingkan pada kedua sisi.
106. Periksa refleks bíceps, triceps dan brachioradialis.
107. Periksa sensoris dengan cara mengusapkan benda halus dan
kasar. Minta klien untuk menyebutkan usapan tersebut.
108. Periksa motoris dengan test telunjuk hidung

           Ekstrimitas bawah
109. Inspeksi untuk kesimetrisan, bentuk, warna kulit, benjolan,
edema, jumlah jari. Warna kuku dan kebersihan.
110. Palpasi untuk nyeri dan edema
111. Periksa kekuatan kelompok otot: bokong, femur.
112. Periksa rentang gerak sendi.
113. Periksa refleks patella, achiles dan babinski.
114. Periksa sensoris dengan cara mengusapkan benda halus dan
kasar. Minta klien untuk  menyebutkan usapkan tersebut.
115. Periksa motoris dengan cara klien diminta menutup mata,
lalu minta klien untuk menggerakkan tumit kaki kanan diatas
tulang tibia kaki kiri dari atas ke bawah dan sebaliknya. Ulangi
untuk kaki yang kanan dengan cara yang
sama (pemeriksaan heel to knee opposite)                          
116. Dokumentasikan tindakan pemeriksaan pemeriksaan fisik.
117. Lakukan tindak lanjut
Terminasi
1. Evaluasi perasaan pasien
2. Rapikan pasien
3. Rapikan alat
4. Lepaskan handscoon
5. Cuci tangan

Anda mungkin juga menyukai