R DENGAN
DIAGNOSA POST STROKE NON HEMORAGIK/SNH
DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH SURAKARTA
DISUSUN OLEH
LILIS SURYANINGSIH
P27220021260
V. DIMENSI FISIK
1. Luas Wisma
Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih memiliki luas sekitar 3.500 m²
2. Keadaan lingkungan dalam wisma
Meskipun terbilang cukup lama, namun bangunan panti penampungan para lanjut
usia (lansia) atau yang biasa juga disebut dengan panti jompo ini masih terkesan
cukup kuat. Bangunannya terbagi menjadi beberapa area, antara lain gedung utama
yang berada di depan sebelah kiri digunakan untuk kantor, yaitu ruangan Kepala
Panti dan para stafnya. Terpisah oleh halaman, di sisi paling kanan agak menjorok
ke depan berdiri rumah Dinas Kepala Panti. Dibelakangnya ada aula cukup luas
yang sering dipergunakan untuk berbagai kegiatan. Ada juga bangunan masjid
yang digunakan untuk beribadah para lansia yang beragama Islam. Dan, di bagian
belakang terdapat kamar-kamar untuk tinggal para penghuni panti ini. Sebanyak
kurang lebih 32 kamar dibangun berjajar menjadi beberapa baris terlihat cukup rapi
dan bersih. Didepan kamarnya tersambung dengan teras yang biasa dipakai untuk
bersantai-santai para lansia yang sedang tidak menjalani aktifitas
3. Keadaan Luar Wisma
a. Pemanfaatan halaman : Halaman depan panti digunakan para lansia duduk saat
pagi dan sore hari serta ada yang berjemur
b. Pembuangan air limbah : Terdapat aliran pembuangan limbah
c. Pembuangan sampah : Terdapat banyak tempat sampah
d. Sanitasi : Dalam pihak panti selalu ada yang memperhatikan kebersihan panti
agar mencegah terjadinya penyakit yang dating.
4 2
Keterangan :
0 : tidak terdapat kontraksi otot 0 paralis
1 : hanya terdapat kontraksi otot 10 sangat buruk (kelemahan berat)
2 : ROM pasif 25 (buruk)
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi 50 (cukup/ kelemahan sedang)
4 : Gerakan aktif, hanya dapat menahan sebagian tahanan 75 (kelemahan ringan)
5 : Gerakan aktif, dapat melawan tahanan penuh 100 (normal)
X. TERAPI MEDIS
Hari/tanggal/jam Jenis terapi Dosis Kandungan & fungsi
golongan
14 Maret 2022 Amlodipine 1x5 mg Tiap tablet Berfungsi menurunkan
09.00 WIB mengandung tekanan darah tinggi
amlodipine besylate
12,8 mg setara dengan
amlodipine 10 mg
Golongan calcium-
channel blockers
(CCBs)
Vit C 1x50 vitamin C Vitamin C atau asam
mg mengandung buah- askorbat (ascorbic acid)
buahan seperti adalah vitamin yang
jeruk, kiwi, cabai, diperlukan untuk
tomat, stroberi, atau mencegah dan
bayam. mengatasi kekurangan
vitamin C. Kekurangan
vitamin C bisa
menyebabkan
terjadinya penyakit
skorbut
atau scurvy. Selain itu,
vitamin C juga
memiliki efek
antioksidan yang dapat
membantu tubuh
melawan radikal bebas.
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Beberapa data fokus didapatkan berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan
terhadap Tn. R dengan data subjektif pasien mengatakan bahwa ± 1 tahun yang lalu
dan di rawat di RS karena stroke. Dan sekarang pasien tidak bisa berjalan, sulit
menggerakkan bagian tubuh sebelah kiri. Pasien mengatakan tidak bisa berbicara
dengan jelas. Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi. Setelah
diberikan pertanyaan mengenai stroke, pasien hanya mengetahui stroke adalah
dimana anggota badan kaku dan sulit untuk digerakkan tanpa tau penyebab,
pencegahannya dan mobilitas apa saja yang bisa dilakukan agar tidak terjadi kekuan
sendi pada penderita stroke. Data objektif kondisi mulut dan wajah tidak simetris
antara kiri dan kanan, pasien sulit untuk berbicara dan berbicara pelo, sulit
menggerakkan badan sebelah kiri. TTV : TD : 140/90 mmHg , N : 86x/menit ,R:
22x/menit, S: 36,5°C. Pasien mengkonsumsi obat amplodipine dan vit C tiap hari.
2. Diagnosa
Analisa hasil penelitian Nofitri (2019) pasien dengan sulit/lemah dalam
menggerakkan anggota badan sebelah, kebutuhan dibantu oleh keluarga maka bisa
diangkat diagnose gangguan mobilitas fisik. Penelitian Sunariati (2019) mengatakan
bahwa pasien berbicara tidak jelas, berbicara pelo bisa diangkat diagnose gangguan
komunikasi verbal. Penelitian yang dilakukan oleh Nusatirin (2018) mengatakan
bahwa pasien tidak mengetahui penyebab stroke, pencegahan stroke serta mobilitas
apa yang dilakukan agar sendi-sendi tidak kaku dengan itu mengangkat diagnose
defisit pengetahuan.
3. Intervensi
Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa pertama yaitu gangguan mobilitas
fisik dengan menggukan intervensi dukungan mobilisasi seperti identifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik lainnya, menganjurkan mobilisasi dini, mobilisasi sederhana
serta latihan gerak sendi (Range of Motion) ini sejalan dengan intervensi keperawatan
pada penelitian Nofitri (2019) Sedangkan, rencana tindakan keperawatan untuk
diagnose ke dua yaitu gangguan komunikasi verbal yaitu menggunakan komunikasi
alternative yaitu dengan menulis, mengulangi apa yang disampaikan pasien,
menganjurkan pasien bicara perlahan, dan melatih vocal pasien AIUEO ini sejalan
dengan intervensi keperawatan pada penelitian Nofitri (2019). Rencana tindakan
keperawatan untuk diagnose ketiga defisit pengetahuan yaitu edukasi kesehatan
terkait penyakit yang dialami, pencegahan, penyebab dan mobilisasi apa saja yang
bisa dilakukan untuk meningkatkan ROM (Melawati, 2019).
4. Implementasi
Dalam tahap pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana tindakan yang disusun dan akan di dokumentasikan ke dalam catatan
perkembangan pasien atau evaluasi keperawatan. Dalam diagnosa utama ganguan
mobilitas fisik, pasien hanya diberikan obat penurun tekanan darah karena pasien
memiliki riwayat penyakit hipertensi. Implementasi yang dilakukan pada pasien yaitu
memberikan edukasi, mengukur vital sign, latihan gerak sendi (Range of Motion) dan
melakukan mobilisasi sederhana. Pada diagnosa kedua telah dilakukan pelaksanaan
keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun seperti menganjurkan
terapi nonfarmakologis seperi terapi vocal AIUEO, menganjurkan pasien
menggunakan metode komunikasi alternative dan menganjurkan pasien bicara
perlahan. Pada diagnosa ketiga telah dilakukan pelaksanaan keperawatan sesuai
dengan rencana yang telah disusun seperti memberikan edukasi seputar proses
penyakit, apa saja yang dilakukan agar meningkatkan mobilitas fisik serta edukasi
pencegahan stroke berulang suatu saat nanti.
Dari tiga diagnosa diatas terdapat dua implementasi keperawatan nonfarmakologis
yaitu latihan gerak sendi (Range of Motion) yang dimana tindakan ini didukung oleh
penelitian Rahmadani & Rustandi (2019) dan terapi vocal AIUEO yang dimana
tindakan ini didukung oleh penelitian Nofitri (2019).
5. Evaluasi
Evaluasi hasil yang dilakukan pada tanggal 15 Maret 2022 menggunakan SOAP.
Setelah dievaluasi hari ke 2 diagnosa keperawatan pada Tn. R yang teratasi hanya
satu diagnosa yaitu defisit pengetahuan dengan kriteria hasil pasien paham mengenai
edukasi yang telah diberikan. Sedangkan diagnosa gangguan mobilitas fisik hanya
tertasi sebagian, dimana sendi-sendi yang kaku sudah sedikit membaik. Dan diagnosa
gangguan komunikasi verbal hanya teratasi sebagian dimana vokal AIUEO pasien
lebih baik daripada hari pertama (saat dilakukan implementasi hari pertama). Faktor
pendukung yang menjadikan acuan bagi penulis saat melakukan evaluasi keperawatan
yaitu dengan kriteria hasil yang sudah dibuat sebelumnya sehingga dapat dijadikan
pedoman dalam menentukan apakah tujuan tercapai atau belum.
DAFTAR PUSTAKA
Melawati, M. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Post Stroke Non
Hemoragik Di Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda.
Nofitri, N., Sari, NLM, Kep, M., Sari, NLM, & Kep, M. (2019). Asuhan Keperawatan Pada
Ny S Dengan Stroke Non Hemoragik Dalam Penerapan Inovasi Intervensi Terapi
Vokal" AIUEO" Dengan Masalah Gangguan Komunikasi Verbal Di Ruangan
Neurologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2019 (Disertasi Doktor,
Stikes Perintis Padang).
Nusatirin. (2018). Asuhan Keperawatan Tn. H Dengan Stroke Non Hemoragik Di Ruang
Bougenvil Rumah Sakit Tk. Ii Dr. Soedjono Magelang. Jurnal Keperawatan
Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id/2096/
Rahmadani, E., & Rustandi, H. (2019). Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke Non
Hemoragik dengan Hemiparese melalui Latihan Range of Motion (ROM) Pasif.
Journal of Telenursing (JOTING), 1(2), 354–363.
https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.985
Sunariati, NLGI (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non
Hemoragik Dengan Gangguan Komunikasi Verbal Di Ruang Oleg Rsd Mangusada
Badung Tahun 2019 (Disertasi Doktor, Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar
Jurusan Keperawatan).