Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

R DENGAN
DIAGNOSA POST STROKE NON HEMORAGIK/SNH
DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KASIH SURAKARTA

DISUSUN OLEH
LILIS SURYANINGSIH
P27220021260

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2022
Tanggal/ Jam Pengkajian : 14 Maret 2022/Jam 09:00 WIB
Diagnosa Medis : Post Stroke Non Hemoragik/SNH
No. Registrasi : 012xxxx
I. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama klien : Tn. R
Alamat : Banjarsari Surakarta
Agama : Katholik
Status perkawinan : Sudah menikah
Umur : 72 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak ada
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pegawai bank
Alamat : Banjarsari Surakarta
Hubungan dengan klien : Anak kandung

II. ALASAN BERADA DI PANTI


Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi 7 tahun yang lalu, 1 tahun yang lalu
pasien pernah stroke dan di rawat di RS. Dan sekarang pasien tidak bisa berjalan, sulit
menggerakkan bagian tubuh sebelah kiri, kondisi mulut dan wajah tidak simetris antara
kiri dan kanan. Pasien sulit untuk berbicara dan berbicara pelo. Lalu anak pasien
menganjurkan untuk membawa ke panti agar ada yang menjaga dan mengurus karena
anak-anaknya sibuk bekerja

III. DIMENSI BIOMEDIK


1. Riwayat penyakit (6 bulan terakhir)
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi
2. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada yang memiliki penyakit hipertensi
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 7 tahun yang lalu dan
pernah dirawat di Rumah Sakit karena stroke sekitar 2 tahun yang lalu
4. Riwayat pencegahan kesehatan
a. Monitoring kesehatan
- Pemeriksaan vital sign secara berkala
TD : 140/90 mmHg
N : 86x/menit
R : 22x/menit
S : 36,5°C
- Aktifitas fisik meliputi kegiatan sehari-hari
Pasien mengatakan saat bangun pagi pukul 06.00 WIB mandi, aktivitas sehari-
hari dibantu
- Kegiatan olahraga
Pasien mengatakan sudah lama tidak pernah olahraga karena keterbatasan fisik
(rentang gerak)
b. Riwayat Vaksinasi
Pasien mengatakan sudah melakukan vaksin 1,2, dan 3 untuk pencegahan covid-
19
c. Skrining kesehatan
- Melakukan pemeriksaan HBsAg
Tanggal 21 Januari 2021
Hasil : Non Reactive
- Pemeriksaan Rontgen Thorax
Tanggal 21 Januari 2021
Hasil : Thorax foto tampak gambaran HHD
- Pemeriksaan lab
Terakhir memeriksakan 21 Januari 2021
Hasil : Ureum 19.0 mg/dl
Kreatinin 0.97 mg/dl
5. Riwayat Gizi
Pasien mengatakan makan 3x sehari pagi, siang, dan malam dengan porsi habis. Pada
pagi hari pukul 07.00 WIB pasien diberikan teh dan roti sebagai sarapan. Pada pukul
08.00 WIB pasien makan pagi dengan nasi dan lauk pauk (telur, sayur, tahu), Untuk
makan siang pukul 12.00 WIB pasien makan dengan nasi dan lauk pauk (ikan, sayur,
tempe). Makan malam pukul 18.00 WIB dengan nasi dan lauk pauk (ayam, sayur,
telur). Pukul 20.00 WIB pasien diberikan cemilan malam, susu dan biscuit atau kue.
Pasien diberikan diet hipertensi. Pasien makan sendiri tanpa alat bantu atau bantuan
orang lain.
6. Masalah kesehatan terkait dengan status gizi
a. Masalah pada mulut
Pasien mengatakan gigi tidak lengkap. Tidak ada nyeri, tidak ada pembengkakan
b. Masalah pada berat badan
BB : 50 kg
TB : 160 cm
c. Masalah nutrisi
Pengkajian a,b,c,d
- A (antropometri)
BB : 50 kg
TB : 149 cm
IMT : 22,5 (kurang)
- B (biokimia)
Terakhir memeriksakan 21 Januari 2021
Hasil : Ureum 19.0 mg/dl
Kreatinin 0.97 mg/dl
- C (clinical sign)
Kesadaran composmentis, rambut hitam ada sedikit uban, kulit kering, nadi
teratur, mukosa bibir lembab, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak
ada pembengkakan pada abdomen, tidak ada nyeri tekan, tidak mual.
- D (diet history)
Selama dipanti pasien mengatakan nafsu makan baik, habis 1 porsi, minum
sekitar 2 liter per hari
7. Masalah kesehatan yang dialami saat ini
Pasien mengatakan memiliki riwayat tekanan darah tinggi, beberapa hari yang lalu
pasien merasakan tegang pada tengkuk kepala bagian belakang dan nyeri pada kepala.
Pada mengatakan tidak bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain, sulit
menggerakkan bagian tubuh sebelah kiri, sulit untuk berbicara, berbicara pelo dan
tidak jelas, kondisi wajah dan mulut tidak simetris sampai saat pengkajian pasien
mengatakan kaki kiri kaku dan nyeri. Pasien mengkonsumi obat amlodipine (obat
tekanan darah) tiap hari 1 x dan vit C 1 x sehari.
8. Obat-obat yang dikonsumsi
Amlodipine 1x5 mg
Vit C 1x50 mg
9. Tindakan spesifik yang dilakukan saat ini
- Pasien diberikan diet hipertensi
- Pasien mengkonsumsi obat rutin tekanan darah
- Pasien sering diperiksa vital sign
- Melakukan pemeriksaan fisik tiap 1 kali/minggu
- Mengatur dan menjaga pola tidur dan makan pasien
10. Status Fungsional
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan jika merasa tidak enak badan segera melaporkan ke pengurus
panti agar dapat diperiksa
b. Pola aktifitas sehari-hari
Pasien mengatakan kadang-kadang jalan-jalan pagi sekitar panti (dibantu petugas
menggunakan kursi roda), dan menonton.
c. Pola tidur
Pasien mengatakan tidurnya kadang kurang nyenyak karena kadang merasakan
sakit kepala dan nyeri pada kaki kiri, kadang terbangun di tengah malam. Pasien
tidak memiliki kebiasaan khusus sebelum tidur.
11. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Mobilisasi
Pasien menggunakan alat bantu jalan, pasien mengatakan melakukan aktivitas
dengan dibantu oleh petugas panti
b. Berpakaian
Pasien mengatakan memakai pakaian dengan dibantuan oleh petugas panti
c. Makanan dan minuman
Pasien mengatakan bisa makan dan minum sendiri tanpa bantuan
d. Toileting
Pasien mengatakan dalam BAK dan BAB dibantuan oleh petugas panti, pasien
juga menggunakan pampers
e. Personal hygiene
Pasien tampak bersih, kulit sawo matang, gigi bersih, kuku pendek
f. Mandi
Pasien mandi 2x sehari dengan bantuan petugas panti

IV. DIMENSI PSIKOLOGIS


1. Dimensi temperamental
Pasien kadang tiba-tiba menangis jika bertanya tentang keluarganya namun dapat
menjawab pertanyaan dengan baik walaupun suara tidak terlalu jelas saat
melakukan pengkajian. Tidak ada tanda-tanda pemarah
2. Dimensi emosional
Pasien kadang menangis jika diberi pertanyaan tenang keluarganya
3. Dimensi kebebasan
Pasien mengatakan hanya ingin selalu diberikan kesehatan dengan rasa penuh
harapan
4. Dimensi sosial
Pasien tampak berhubungan baik dan saling mengenal dengan pengurus panti dan
teman lansia lainnya

V. DIMENSI FISIK
1. Luas Wisma
Panti Wredha Dharma Bhakti Kasih memiliki luas sekitar 3.500 m²
2. Keadaan lingkungan dalam wisma
Meskipun terbilang cukup lama, namun bangunan panti penampungan para lanjut
usia (lansia) atau yang biasa juga disebut dengan panti jompo ini masih terkesan
cukup kuat. Bangunannya terbagi menjadi beberapa area, antara lain gedung utama
yang berada di depan sebelah kiri digunakan untuk kantor, yaitu ruangan Kepala
Panti dan para stafnya. Terpisah oleh halaman, di sisi paling kanan agak menjorok
ke depan berdiri rumah Dinas Kepala Panti. Dibelakangnya ada aula cukup luas
yang sering dipergunakan untuk berbagai kegiatan. Ada juga bangunan masjid
yang digunakan untuk beribadah para lansia yang beragama Islam. Dan, di bagian
belakang terdapat kamar-kamar untuk tinggal para penghuni panti ini. Sebanyak
kurang lebih 32 kamar dibangun berjajar menjadi beberapa baris terlihat cukup rapi
dan bersih. Didepan kamarnya tersambung dengan teras yang biasa dipakai untuk
bersantai-santai para lansia yang sedang tidak menjalani aktifitas
3. Keadaan Luar Wisma
a. Pemanfaatan halaman : Halaman depan panti digunakan para lansia duduk saat
pagi dan sore hari serta ada yang berjemur
b. Pembuangan air limbah : Terdapat aliran pembuangan limbah
c. Pembuangan sampah : Terdapat banyak tempat sampah
d. Sanitasi : Dalam pihak panti selalu ada yang memperhatikan kebersihan panti
agar mencegah terjadinya penyakit yang dating.

VI. DIMENSI SOSIAL


1. Hubungan antar lansia didalam panti
Pasien tampak berhubungan denga lansia lain dan saling mengenal
2. Hubungan lansia dengan luar wisma
Pasien tidak berinteraksi dengan orang diluar dari wisma, karena keadaan seperti
covid-19 yang lebih rentan pada lansia jika terpapar dari orang luas
3. Hubungan lansia dengan anggota keluarga
Pasien mengatakan anaknya jarang datang menjenguknya 5 bulan terakhir belum
dijenguk samasekali. Interaksi dengan keluarga lewat telepon juga jarang
4. Hubungan dengan pengasuh wisma
Pasien tampak saling mengenal dengan pengasuh panti dan berhubungan baik
5. Kegiatasan organisasi sosial
Pasien mengatakan tidak mengikuti kegiatan organisasi social

VII. DIMENSI TINGKAH LAKU


1. Pola makan
Pasien makan 3x sehari pagi, siang dan malam. Serta ada tambahan cemilan saat pagi
dan malam hari. Pola makan dijaga dengan baik
2. Pola tidur
Pasien mengatakan tidurnya kadang kurang nyenyak karena kadang merasakan sakit
kepala dan nyeri pada kaki kiri, kadang terbangun di tengah malam. Pasien tidak
memiliki kebiasaan khusus sebelum tidur
3. Pola eliminasi
BAK 5-6x sehari lancar tidak ada keluhan. BAB 1x sehari, tidak ada keluhan
4. Kebiasaan lansia
Menonton TV, berjemur saat pagi hari
5. Pengobatan
Pasien mengkonsumsi obat tekanan darah ampolidipine 1x sehari dan vit C 1x sehari
6. Kegiatan olahraga
Pasien mengatakan sudah lama tidak pernah olahraga karena keterbatasan fisik
(rentang gerak)
7. Rekreasi
Pasien tidak pernah ber rekreasi, dikarenakan keadaan covid-19 saat ini
8. Pengambilan keputusan
Pasien dalam mengambil keputusan meminta pendapat pada pengasuh panti dan
memikirkannya dengan baik

VIII. DIMENSI PELAYANAN KESEHATAN


1. Fasilitas kesehatan yang tersedia
Pasien saat sakit biasanya periksa dengan dokter yang ada di panti
2. Jumlah tenaga kesehatan
Tidak dihitung
3. Tindakan pencegahan terhadap penyakit
Sering dilakukan pemeriksaan fisik secara berkala
4. Jenis pelayanan kesehatan yang tersedia
Biasanya pelayanan terkait pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium seperti
gula darah, kolesterol dan asam urat
IX. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan head to toe :
1. Kepala
Bentuk kepala simetris, distribusi rambut merata diseluruh kepala, rambut berwarna
keputihan. Kulit kepala bersih, tidak ada lesi.,
2. Mata
Pasien tidak memakai alat bantu penglihatan atau kacamata, pasien tidak bisa melihat
jarak jauh, tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, konjungtiva tidak anemis,
sclera non ikterik, pupil isokor
3. Telinga
Klien tidak memakai alat bantu pendengaran, klien dapat mendengar dengan baik, klien
sering membersihkan telinga
4. Hidung
Simetris, tidak ada nyeri, dapat mencium bau dengan baik, pasien tidak mengalami flu
5. Mulut
Mulut tidak simetris, membran mukosa lembab, pasien mengatakan menggosok gigi 2x
sehari, gigi pasien tidak lengkap, tidak ada pembengkakan
6. Leher
Tidak terdapat benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak nyeri saat menelan
7. Dada
1. Paru-paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, tidak terdapat lesi
- Palpasi : Tidak teraba tonjolan, vocal vremitus teraba diseluruh lapang paru
- Perkusi : Sonor disemua lapang paru
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler
2. Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis nampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba
- Perkusi : Tidak ada pembesaran pada jantung
- Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 tunggal
8. Abdomen
- Inspeksi : Tidak ada lesi, simetris
- Auskultasi : Bising usus 8-9 x/menit
- Perkusi : Timpani
- Palpasi : Tidak teraba benjolan, tidak terdapat nyeri tekan pada perut
9. Ekstermitas
- Atas
Kekuatan otot kanan dan kiri tidak seimbang
ROM kiri atas digerakkan terbatas
- Bawah
Kekuatan otot kanan dan kiri tidak seimbang
ROM kiri bawah gerakkan terbatas
4 3

4 2

Keterangan :
0 : tidak terdapat kontraksi otot 0 paralis
1 : hanya terdapat kontraksi otot 10 sangat buruk (kelemahan berat)
2 : ROM pasif 25 (buruk)
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi 50 (cukup/ kelemahan sedang)
4 : Gerakan aktif, hanya dapat menahan sebagian tahanan 75 (kelemahan ringan)
5 : Gerakan aktif, dapat melawan tahanan penuh 100 (normal)
X. TERAPI MEDIS
Hari/tanggal/jam Jenis terapi Dosis Kandungan & fungsi
golongan
14 Maret 2022 Amlodipine 1x5 mg Tiap tablet Berfungsi menurunkan
09.00 WIB mengandung tekanan darah tinggi
amlodipine besylate
12,8 mg setara dengan
amlodipine 10 mg
Golongan calcium-
channel blockers
(CCBs)
Vit C 1x50 vitamin C Vitamin C atau asam
mg mengandung buah- askorbat (ascorbic acid)
buahan seperti adalah vitamin yang
jeruk, kiwi, cabai, diperlukan untuk
tomat, stroberi, atau mencegah dan
bayam. mengatasi kekurangan
vitamin C. Kekurangan
vitamin C bisa
menyebabkan
terjadinya penyakit
skorbut
atau scurvy. Selain itu,
vitamin C juga
memiliki efek
antioksidan yang dapat
membantu tubuh
melawan radikal bebas.

XI. ANALISA DATA


Nama : Tn. R
Umur : 72 tahun
No Hari/tgl Data fokus Problem Etiologi Ttd
/jam
1. 14 Maret 2022 DS : Gangguan Penurunan Lilis
Jam 09:00  Pasien sulit mibilitas fisik kekuatan otot
WIB menggerakkan kaki
dan tangan bagian
kiri, dan aktivitas
pasien dibantu oleh
petugas panti
 Pasien mengatakan
kaku pada kaki kiri
DO :
 Aktivitas pasien
dibantu oleh petugas
panti
 Kekuatan otot tangan
dan kaki pasien
menurun (4,3,4,2)
 Ekstremitas atas
kanan : Gerakan
aktif, hanya dapat
menahan sebagian
tahanan 75
(kelemahan ringan)
 Ekstremitas atas kiri :
Gerakan aktif, dapat
melawan gravitasi 50
(cukup/ kelemahan
sedang)
 Ekstremitas bawah
kanan : Gerakan
aktif, hanya dapat
menahan sebagian
tahanan 75
(kelemahan ringan)
 Ekstremitas bawah
kiri : ROM pasif 25
(buruk)
2. 14 Maret 2022 DS : Gangguan Gangguan Lilis
Jam 09:00  Pasien sulit untuk komunikasi neuromuskuler
WIB berbicara dengan verbal
jelas
DO :
 Pasien berbicara pelo
 Pasien sulit untuk
mendengar
 Pasien sulit untuk
berbicara
3. 14 Maret 2022 DS : Defisit Kurang Lilis
Jam 09:00  Pasien tidak pengetahuan terpapar
WIB mengetahui tentang informasi
penyebab dari
penyakit stroke dan
hal apa saja yang
bisa dilakukan untuk
meningkatkan
mobilitas fisik
DO :
 Pasien bingung
dalam menjawab
pertanyaan terkait
penyebab stroke dan
hal apa saja yang
dapat meningkatkan
mobilitas fisik

XII. PRIORITAS MASALAH


1. Gangguan mibilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot (D.0054)
2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskuler
(D.0119)
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0111)
XIII. RENCANA KEPERAWATAN
Nama : Tn. R
Umur : 72 tahun
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1. Gangguan mibilitas fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Mobilisasi (I.05173)
dengan gangguan neuromuscular selama 2 x pertemuan, diharapkan mobilitas Observasi :
(D.0054) meningkat (L.05042) dengan kriteria hasil : 1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
1) Pergerakan ekstremitas meningkat (5) fisik lainnya
2) Kekuatan otot meningkat (5) 2) Identifikasi toleransi fisik melakukan
3) Rentang gerak (ROM) meningkat (5) pergerakan
4) Kaku sendi menurun (5) 3) Monitor frekuensi jantung dan tekanan
5) Gerakan terbatas menurun (5) darah sebelum memulai mobilisasi
6) Kelemahan fisik menurun (5) 4) Monitor kondisi umum selama
melakukan mobilisasi
Terapeutik :
1) Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
alat bantu (mis. Pagar tempat tidur)
2) Fasilitasi melakukan pergerakan
3) Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi :
1) Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2) Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3) Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. Duduk di tempat
tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi)
2. Gangguan komunikasi verbal Setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi Komunikasi: Devisit Bicara
berhubungan dengan gangguan selama 2 x pertemuan, diharapkan (I.13492)
neuromuscular (D.0119) komunikasi verbal (L.13118) dengan kriteria Observasi :
hasil: 1) Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas,
1) Kemampuan berbicara meningkat (5) volume dan diksi bicara
2) Kemampuan mendengar meningkat (5) 2) Monitor proses kognitif, anatomis, dan
3) Kesesuaian ekspresi wajah/tubuh fisiologis yang berkaitan dengan bicara
meningkat (5) 3) Monitor frustrasi, marah, depresi atau
4) Kontak mata meningkat (5) hal lain yang menganggu bicara
5) Respon perilaku membaik (5) 4) Identifikasi prilaku emosional dan fisik
6) Pemahaman komunikasi membaik (5) sebagai bentuk komunikasi
Terapeutik :
1) Gunakan metode Komunikasi
alternative (mis: menulis, berkedip,
papan komunikasi dengan gambar dan
huruf, isyarat tangan, dan computer)
2) Sesuaikan gaya komunikasi dengan
kebutuhan (mis: berdiri di depan
pasien, dengarkan dengan seksama,
tunjukkan satu gagasan atau pemikiran
sekaligus, bicaralah dengan perlahan
sambil menghindari teriakan, gunakan
Komunikasi tertulis, atau meminta
bantuan keluarga untuk memahami
ucapan pasien.
3) Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bantuan
4) Ulangi apa yang disampaikan pasien
5) Berikan dukungan psikologis
6) Gunakan juru bicara, jika perlu
Edukasi :
1) Anjurkan berbicara perlahan
2) Ajarkan pasien dan keluarga proses
kognitif, anatomis dan fisiologis yang
berhubungan dengan kemampuan
berbicara
Kolaborasi :
1) Rujuk ke ahli patologi bicara atau
terapis
3. Defisit pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi Kesehatan (I.12383)
dengan kurang terpapar informasi selam 2 x pertemuan, diharapkan tingkat Observasi :
(D.0111) pengetahuan pasien meningkat (L.12111) 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan
dengan kriteria hasil: menerima informasi
1) Perilaku sesuai anjuran meningkat (5) 2) Identifikasi factor-faktor yang dapat
2) Kemampuan menjelaskan pengetahuan meningkatkan dan menurunkan
tentang suatu topik meningkat (5) motivasi perilaku hidup bersih dan
3) Pertanyaan tentang masalah yang sehat
dihadapi menurun (5) Terapeutik :
4) Perilaku membaik (5) 1) Sediakan materi dan media Pendidikan
Kesehatan
2) Jadwalkan Pendidikan Kesehatan
sesuai kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1) Jelaskan factor risiko yang dapat
mempengaruhi Kesehatan
2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat

XIV. IMPLEMENTASI KESEPARAWATAN


Nama : Tn. R
Umur : 72 tahun
Hari/tgl/jam No DX Implementasi Respon Ttd
14 Maret 2022 1,2,3 Melakukan pemeriksaan TTV S: Lilis
09:00 WIB - Pasien mengatakan bersedia diperiksa
O:
- TD : 140/90 mmHg
- N : 86x/menit
- R : 22x/menit
- S : 36,5 °C
09:00 WIB 1,2,3 Melakukan pengkajian S:
- Pasien mengatakan sulit menggerakkan tangan
dan kaki bagian kiri
- Pasien mengatkan sulit untuk bicara dengan jelas
- Pasien mengatakan kaku pada kaki kiri
O:
- Pasien tampak hanya duduk di kursi roda
- Berbicara tidak jelas
- Berbicara pelo
09:05 WIB 1 Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik S :
lainnya - Pasien mengatakan kaki dan tangannya tidak ada
yang nyeri, namun kaki kirinya kaku
O:
- Pasien tampak menunjukkan bagian kaki yang
kaku
09:05 WIB 1 Mengentifikasi toleransi fisik melakukan S:
pergerakan - Pasien mengatakan semua aktivitas dipanti
dibantu oleh petugas kecuali makan dan minum
O:
- Pasien tampak hanya duduk do kursi roda
09:10 WIB 1 Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus S :
dilakukan - Pasien mengatakan paham yang diajarkan
O:
- Pindah kursi roda ke tempat duduk biasa dengan
bantuan
09:05 WIB 2 Menggunakan metode komunikasi alternative S:
- Pasien mengatakan ingin menulis saja untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan
O:
- Pasien tampak menulis
09:13 WIB 2 Mengajurkan berbicara perlahan S:
- Pasien mengatakan bersedia
O:
- Pasien tampak bicara dengan perlahan
09:20 WIB 2 Menganjurkan pasien melatih vocal AIUEO S:
- Pasien mengatakan bersedia
O:
- Pasien tampak bicara dengan perlahan dan belum
sedikit jelas
16 Maret 2022 1,2,3 Melakukan pemeriksaan TTV S: Lilis
07:30 WIB - Pasien mengatakan bersedia diperiksa
O:
- TD : 130/90 mmHg
- N : 88x/menit
- R : 22x/menit
- S : 36,5 °C
07:35 WIB 1 Mengajarkan dan membantu pasien dalam latihan S :
gerak sendi (Range of Motion) - Pasien mengatakan paham yang diajarkan
O:
- Pasien kooperatif
07:40 WIB 1,2,3 Melakukan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi S :
dan pencegahan stroke berulang - Pasien mengatakan paham dan mengerti
O:
- Pasien kooperatif
08:00 WIB 2 Menggunakan metode komunikasi alternative S:
- Pasien mengatakan ingin menulis saja untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan
O:
- Pasien tampak menulis
08:00 WIB 2 Mengajurkan berbicara perlahan S:
- Pasien mengatakan bersedia
O:
- Pasien tampak bicara dengan perlahan
08:05 WIB 2 Menganjurkan pasien melatih vocal AIUEO S:
- Pasien mengatakan bersedia
O:
- Pasien tampak bicara dengan perlahan dan belum
sedikit jelas
08:07 WIB 1,2,3 Melakukan pendidikan kesehatan covid-19 S:
Pasien mengatakan sudah paham dan mengerti
O:
Pasien kooperatif
XV. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. A
Umur : 71 tahun

Diagnosa Hari/tgl/jam Evaluasi Ttd


Gangguan 16 Maret 2022 S: Lilis
mibilitas fisik Jam 08:20 WIB - Pasien mengatakan kaku pada lutut berkurang
berhubungan O:
dengan - Pasien masih tampak rileks
penurunan - Bagian kaki yang kaku sudah bisa digerakkan
kekuatan otot walaupun terbatas
(D.0054) - TD : 130/80 mmHg
- N : 88x/menit
- R : 22x/menit
- S : 36,7°C
A:
Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P:
- Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan
- Ajarkan dan bantu pasien dalam latihan gerak
sendi (Range of Motion)
Gangguan 16 Maret 2022 S: Lilis
komunikasi Jam 08:25 WIB - Pasien mengatakan masih sulit untuk berbicara
verbal dengan jelas
berhubungan O:
dengan - Pasien berbicara kurang jelas
gangguan - Berbicara pelo
neuromuskuler - Pasien biasa menulis untul alternatif menjawab
(D.0119) pertanyaan
A:
Masalah gangguan komunikasi verbal belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Defisit 16 Maret 2022 S: Lilis
pengetahuan Jam 08:30 - Pasien mengatakan sudah tau dan paham apa
berhubungan itu stroke, penyebabnya, serta pencegahannya
dengan kurang O:
terpapar - Pasien tampak paham terkait materi yang
informasi disampaikan
(D.0111) A:
Masalah defisit pengetahuan teratasi
P:
Pertahankan intervensi

PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Beberapa data fokus didapatkan berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan
terhadap Tn. R dengan data subjektif pasien mengatakan bahwa ± 1 tahun yang lalu
dan di rawat di RS karena stroke. Dan sekarang pasien tidak bisa berjalan, sulit
menggerakkan bagian tubuh sebelah kiri. Pasien mengatakan tidak bisa berbicara
dengan jelas. Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi. Setelah
diberikan pertanyaan mengenai stroke, pasien hanya mengetahui stroke adalah
dimana anggota badan kaku dan sulit untuk digerakkan tanpa tau penyebab,
pencegahannya dan mobilitas apa saja yang bisa dilakukan agar tidak terjadi kekuan
sendi pada penderita stroke. Data objektif kondisi mulut dan wajah tidak simetris
antara kiri dan kanan, pasien sulit untuk berbicara dan berbicara pelo, sulit
menggerakkan badan sebelah kiri. TTV : TD : 140/90 mmHg , N : 86x/menit ,R:
22x/menit, S: 36,5°C. Pasien mengkonsumsi obat amplodipine dan vit C tiap hari.
2. Diagnosa
Analisa hasil penelitian Nofitri (2019) pasien dengan sulit/lemah dalam
menggerakkan anggota badan sebelah, kebutuhan dibantu oleh keluarga maka bisa
diangkat diagnose gangguan mobilitas fisik. Penelitian Sunariati (2019) mengatakan
bahwa pasien berbicara tidak jelas, berbicara pelo bisa diangkat diagnose gangguan
komunikasi verbal. Penelitian yang dilakukan oleh Nusatirin (2018) mengatakan
bahwa pasien tidak mengetahui penyebab stroke, pencegahan stroke serta mobilitas
apa yang dilakukan agar sendi-sendi tidak kaku dengan itu mengangkat diagnose
defisit pengetahuan.
3. Intervensi
Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa pertama yaitu gangguan mobilitas
fisik dengan menggukan intervensi dukungan mobilisasi seperti identifikasi adanya
nyeri atau keluhan fisik lainnya, menganjurkan mobilisasi dini, mobilisasi sederhana
serta latihan gerak sendi (Range of Motion) ini sejalan dengan intervensi keperawatan
pada penelitian Nofitri (2019) Sedangkan, rencana tindakan keperawatan untuk
diagnose ke dua yaitu gangguan komunikasi verbal yaitu menggunakan komunikasi
alternative yaitu dengan menulis, mengulangi apa yang disampaikan pasien,
menganjurkan pasien bicara perlahan, dan melatih vocal pasien AIUEO ini sejalan
dengan intervensi keperawatan pada penelitian Nofitri (2019). Rencana tindakan
keperawatan untuk diagnose ketiga defisit pengetahuan yaitu edukasi kesehatan
terkait penyakit yang dialami, pencegahan, penyebab dan mobilisasi apa saja yang
bisa dilakukan untuk meningkatkan ROM (Melawati, 2019).
4. Implementasi
Dalam tahap pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana tindakan yang disusun dan akan di dokumentasikan ke dalam catatan
perkembangan pasien atau evaluasi keperawatan. Dalam diagnosa utama ganguan
mobilitas fisik, pasien hanya diberikan obat penurun tekanan darah karena pasien
memiliki riwayat penyakit hipertensi. Implementasi yang dilakukan pada pasien yaitu
memberikan edukasi, mengukur vital sign, latihan gerak sendi (Range of Motion) dan
melakukan mobilisasi sederhana. Pada diagnosa kedua telah dilakukan pelaksanaan
keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah disusun seperti menganjurkan
terapi nonfarmakologis seperi terapi vocal AIUEO, menganjurkan pasien
menggunakan metode komunikasi alternative dan menganjurkan pasien bicara
perlahan. Pada diagnosa ketiga telah dilakukan pelaksanaan keperawatan sesuai
dengan rencana yang telah disusun seperti memberikan edukasi seputar proses
penyakit, apa saja yang dilakukan agar meningkatkan mobilitas fisik serta edukasi
pencegahan stroke berulang suatu saat nanti.
Dari tiga diagnosa diatas terdapat dua implementasi keperawatan nonfarmakologis
yaitu latihan gerak sendi (Range of Motion) yang dimana tindakan ini didukung oleh
penelitian Rahmadani & Rustandi (2019) dan terapi vocal AIUEO yang dimana
tindakan ini didukung oleh penelitian Nofitri (2019).
5. Evaluasi
Evaluasi hasil yang dilakukan pada tanggal 15 Maret 2022 menggunakan SOAP.
Setelah dievaluasi hari ke 2 diagnosa keperawatan pada Tn. R yang teratasi hanya
satu diagnosa yaitu defisit pengetahuan dengan kriteria hasil pasien paham mengenai
edukasi yang telah diberikan. Sedangkan diagnosa gangguan mobilitas fisik hanya
tertasi sebagian, dimana sendi-sendi yang kaku sudah sedikit membaik. Dan diagnosa
gangguan komunikasi verbal hanya teratasi sebagian dimana vokal AIUEO pasien
lebih baik daripada hari pertama (saat dilakukan implementasi hari pertama). Faktor
pendukung yang menjadikan acuan bagi penulis saat melakukan evaluasi keperawatan
yaitu dengan kriteria hasil yang sudah dibuat sebelumnya sehingga dapat dijadikan
pedoman dalam menentukan apakah tujuan tercapai atau belum.
DAFTAR PUSTAKA

Melawati, M. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Klien Lansia Dengan Post Stroke Non
Hemoragik Di Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda.
Nofitri, N., Sari, NLM, Kep, M., Sari, NLM, & Kep, M. (2019). Asuhan Keperawatan Pada
Ny S Dengan Stroke Non Hemoragik Dalam Penerapan Inovasi Intervensi Terapi
Vokal" AIUEO" Dengan Masalah Gangguan Komunikasi Verbal Di Ruangan
Neurologi RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2019 (Disertasi Doktor,
Stikes Perintis Padang).
Nusatirin. (2018). Asuhan Keperawatan Tn. H Dengan Stroke Non Hemoragik Di Ruang
Bougenvil Rumah Sakit Tk. Ii Dr. Soedjono Magelang. Jurnal Keperawatan
Http://Eprints.Poltekkesjogja.Ac.Id/2096/
Rahmadani, E., & Rustandi, H. (2019). Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke Non
Hemoragik dengan Hemiparese melalui Latihan Range of Motion (ROM) Pasif.
Journal of Telenursing (JOTING), 1(2), 354–363.
https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.985
Sunariati, NLGI (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non
Hemoragik Dengan Gangguan Komunikasi Verbal Di Ruang Oleg Rsd Mangusada
Badung Tahun 2019 (Disertasi Doktor, Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar
Jurusan Keperawatan).

Anda mungkin juga menyukai