Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN


(PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK)

ANGGI AINUN NISA


PO7120421003

PERSEPTOR LAHAN PERSEPTOR INSTITUSI

PROFESI NERS ANGKATAN 5

POLTEKKES KEMENKES PALU

T.A 2021 – 2022


A. Pengertian

Menurut Djojodibroto (2014) istilah Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) ditujukan untuk mengelompokkan
penyakit-penyakit yang mempunyai gejala berupa terhambatnya arus udara pernapasan.
Masalah yang menyebabkan terhambatnya arus udara tersebut bisa terletak pada saluran
pernapasan maupun pada parenkim paru. Kelompok penyakit yang dimaksud adalah bronkitis
kronik (masalah pada saluran pernapasan), emfisema (masalah pada parenkim).

B.Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) menurut


Mansjoer (2008) dan Ovedoff (2006) adalah:

1. Kebiasaan merokok, polusi udara, paparan debu, asap dan gas-gas kimiawi.

2. Faktor Usia dan jenis kelamin sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi paru-paru,
bahkan pada saat gejala penyakit tidak dirasakan.

3. Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia, bronkitis, dan asma orang dengan
kondisi ini berisiko mendapat PPOK.

4. Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu enzim yang normalnya
melindungi paru-paru dari kerusakan peradangan orang yang kekurangan enzim ini dapat
terkena empisema pada usia yang relatif muda, walaupun tidak merokok.

C. Patofisiologi

Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok Komponen. komponen asap rokok
merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi
bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan pada sel-sel
penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan
penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas.
Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi
sangat purulen. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan
akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (Jackson, 2014).

Komponen-komponen asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik


pada paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi
berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi
akibat 12 pengempisan recoil paru secara pasif setelah inspirasi. Dengan demikian apabila
tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara
kolaps. (Grece & Borley, 2011).

D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis menurut Reeves (2006) dan Mansjoer (2008) pasien dengan
penyakit paru obstruksi kronis adalah perkembangan gejalagejala yang merupakan ciri dari
PPOK yaitu: malfungsi kronis pada sistem pernafasan yang manifestasi awalnya ditandai
dengan batuk- batuk dan produksi dahak khususnya yang muncul di pagi hari. Napas pendek
sedang yang berkembang menjadi nafas pendek akut.

E.Pathway
F. Penatalaksanaan

Secara umum penatalaksanaan PPOK adalah sebagai berikut:

a. Pemberian obat obatan

1. Bronkodilator

Dianjurkan penggunaan dalam bentuk inhalasi kecuali pada eksaserbasi digunakan oral
atau sistemik

2. Anti inflamasi

Pilihan utama bentuk metilprednisolon atau prednison. Untuk penggunaan jangka


panjang pada PPOK stabil hanya bila uji steroid positif. Pada eksaserbasi dapat
digunakan dalam bentuk oral atau sistemik

3. Antibiotik

Tidak dianjurkan penggunaan jangka panjang untuk pencegahan eksaserbasi. Pilihan


antibiotik pada eksaserbasi disesuaikan dengan pola kuman setempat.

4. Mukolitik

Tidak diberikan secara rutin. Hanya digunakan sebagai 19 pengobatan simptomatik


bila tedapat dahak yang lengket dan kental.

5. Antitusif

Diberikan hanya bila terdapat batuk yang sangat mengganggu. Penggunaan secara
rutin merupakan kontraindikasi.

b. Pengobatan penunjang

1. Rehabilitasi

a) Edukasi

b) Berhenti merokok

c) Latihan fisik dan respirasi

d) Nutrisi

2. Terapi oksigen
Harus berdasarkan analisa gas darah baik pada penggunaan jangka panjang
atau pada eksaserbasi. Pemberian yang tidak berhati hati dapat menyebabkan
hiperkapnia dan memperburuk keadaan. Penggunaan jangka panjang pada PPOK
stabil derajat berat dapat memperbaiki kualiti hidup

3. Ventilasi mekanik

Ventilasi mekanik invasif digunakan di ICU pada eksaserbasi berat. Ventilasi


mekanik noninvasif digunakan di ruang rawat atau di rumah sebagai perawatan
lanjutan setelah eksaserbasi pada PPOK berat 20

4. Operasi paru

Dilakukan bulektomi bila terdapat bulla yang besar atau transplantasi paru (masih
dalam proses penelitian di negara maju)

5. Vaksinasi influensa

Untuk mengurangi timbulnya eksaserbasi pada PPOK stabil. Vaksinasi influensa


diberikan pada:

a) Usia diatas 60 tahun

b) PPOK sedang dan berat

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada diagnosis PPOK antara lain:

1. Radiologi (foto toraks)

2. Spirometri

3. Laboratorium darah rutin (timbulnya polisitemia menunjukkan telah terjadi


hipoksia kronik)

4. Analisa gas darah

5. Mikrobiologi sputum diperlukan untuk pemilihan antibiotic bila terjadi


eksaserbasi

H. Pengkajian Fokus
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang membutuhkan perawatan
tidak terlepas dari pendekatan dengan proses keperawatan. Proses keperawatan yaitu suatu
proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha untuk memperbaiki dan melihat pasien
sampai ke taraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal,
membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan melalui langkah-langkah yaitu
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi keperawatan yang
berkesinambungan. Menurut (Febriani dkk, 2020) berikut tinjauan teoritis tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan PPOK:

a. Anamnesis

1. Identitas

Sebelumnya jenis kelamin PPOK lebih sering terjadi pada laki-laki, tetapi karena
peningkatan penggunaan tembakau di kalangan perempuan di negara maju dan
resiko yang lebih tinggi dari paparan polusi udara di dalam ruangan (misalnya
bahan bakar yang digunakan untuk memasak dan pemanas) pada negara-negara
miskin, penyakit ini sekarang mempengaruhi laki-laki dan perempuan hampir
sama. Kebanyakan penderita PPOK terjadi pada individu diatas usia 40 tahun. Hal
ini bisa duhubungkan bahwa penurunan fungsi respirasi pada umur 30-40 tahun
(Oemiati, 2013).

2. Keluhan utama

Keluhan yang sering dikeluhkan oleh orang dengan penyakit paru obstruktif
kronik (PPOK) adalah sesak napas yang bertambah berat bila aktivitas, kadang-
kadang disertai mengi, batuk kering atau dengan dahak yang produktif, rasa berat
didada.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Menurut Oemiati (2013) bahwa perokok aktif dapat mengalami hipersekresi


mukus dan obstruksi jalan napas kronik. Perokok pasif juga menyumbang
terhadap symptom saluran napas dan dengan peningkatan kerusakan paru-paru
akihbat menghisap partikel dan gas-gas berbahaya.

4. Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala


pernapasan,riwayat terpajan zat iritan yang bermakna ditempat kerja. Dan
memiliki riwayat penyakit sebelumnya termasuk asma bronchial, alergi,sinusitis,
polip nasal,infeksi saluran pernapasan saat masa kanak-kanak dan penyakit
respirasi lainya.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat penyakit emfisema pada keluarga (PDPI 2011)

6. Pola fungsi kesehatan

a. Pola nutrisi dan metabolik


Gejala : Mual dan muntah, nafsu makan buruk/anoreksia, ketidakmampuan
untuk makan, penurunan atau peningkatan berat badan. Tanda turgor kulit
buruk, edema, berkeringat.

b. Aktivitas/Istirahat

Gejala : keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan sehari-hari,


ketidakmampuan untuk tidur, dispnea pada saat aktivitas atau istirahat. Tanda :
Keletihan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan massa otot.

c. Sirkulasi

Gejala : pembengkakan pada ekstremitas bawah.Tanda : peningkatan tekanan


darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardi berat, distensi vena leher,
edema dependent, bunyi jantung redup, warna kulit/membran mukosa
normal/cyanosis, pucat, dapat menunjukkan anemia

d. Integritas ego

Gajala : peningkatan faktor resiko, dan perubahan pola hidup.

Tanda :Ansietas,ketakutan, peka rangsangan.

e. Hygiene

Gajala : Penurunan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hygiene. Tanda :


Kebersihan buruk, bau badan.

f. Pernapasan

Gejala : Batuk menetap dengan atau tanpa produksi sputum selama minimun 3
bulan berturut-turut tiaptahunya sedikitnya 2 tahun, episode batuk hilang
timbul. Tanda : pernapasan bisa cepat, penggunaan otot bantu pernapasan,
bentuk dada barrel chest atau normo chest, gerakan diagfragma minimal,
bunyi nafas ronchi, perkusi hypersonan pada area paru, warna pucat dengan
sianosis bibir dan kuku, abu-abu keseluruhan.

g. Keamanan

Gejala : riwayat reaksi alergi terhadap zat / faktor lingkungan,


adanya/berulangnya infeksi

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada pasien dengan PPOK menurut Wahid &
Suprapto (2013) adalahsebagai berikut :

1. Pernafasan

a. Inspeksi
Terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernapasan serta penggunaan
alat bantu napas. Bentuk dada barrel chest (akibat udara yang tertangkap) atau
bisa juga normo chest, penipisan massa otot, dan pernapasan dengan bibir
dirapatkan. Pernapasan abnormal tidak efektif dan penggunaan otot otot Bantu
napas. Pengkajian batuk produktif dengan sputum purulen disertai demam
mengindikasikan adanya tanda pertama infeksi pernapasan.

b. Palpasi

Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun

c. Perkusi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hiper sonor sedangkan


diagfragma menurun

d. Auskultasi

Sering didapatkan adanya bunyi napas ronchi dan weezing sesuai tingkat
beratnya obstruktif pada bronkiolus

2. Kardiovaskuler

Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi


takikardi.tekanan darah biasanya normal. Batas jantung tidak mengalami
pergeseran. Vena jungularis mungkin mengalami distensi selama ekspirasi.
Kepala dan wajah jarang dilihat adanya sianosis

3. Persyarafan

Kesadaran biasanya composmentis apabila tidak ada komplikasi penyakit yang


serius

4. Perkemihan

Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan

5. Pencernaan

Pasien biasanya mual, nyeri lambung dan menyebabkan pasien tidak nafsu makan.
Kadang disertai penurunan berat badan.

6. Tulang,otot dan integumen

Karena penggunaan otot bantu napas yang lama pasien terlihat keletihan,sering
didapatkan intoleransi aktivitas dan gangguan pemenuhan ADL.

7. Psikososial
Pasien biasanya cemas dengan keadaan sakitnya

I. Diagnosa Keperawatan SDKI

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan napas,
hipersekresi jalan napas,sekresi yang tertahan, dan proses infeksi

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan depresi pusat pernapasan


(napas pendek dan produksi sputum)

3. Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan depresi pusat pernafasan
(napas pendek dan produksi sputum)

4. Defisist nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme


(produksi sputum berlebih)

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan


kebutuhan oksigen

6. Risiko infeksi dibuktikan dengan penyakit paru obstrujtif kronis / kerusakan


alveoli

J. Luaran Keperawatan (SLKI) dan Intervensi Keperawatan (SIKI)

No Diagnosa SLKI SIKI

1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan batuk efektif


napas tidak efektif tindakan keperawatan
berhubungan selama 1 x 24 jam Observasi
dengan spasme diharapkan bersihan - identifikasi kemampuan batuk
jalan napas, jalan napas meningkat
hipersekresi jalan dengan kriteria hasil : - monitor adanya retensi sputum
napas, sekresi
yang tertahan, dan 1. Batuk efektif - monitor tanda dan gejala infeksi
meningkat saluran napas
proses infeksi
2. Produksi sputum - monitor input dan output cairan
menurun (mis. Jumlah dan karakteristik)

3. Mengi menurun Terapeutik

4. Wheezing - atur posisi fowler atau semifowler


menurun
- pasang perlak dan bengkok di
5. Dispnea pangkuan pasien
menurun
6. Orthopnea -buang sekret pada tempat septum
menurun
Edukasi
7. Frekuensi napas
membaik - jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
8. Pola napas
membaik - anjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mecucu
(dibulatkan selama 8 detik.

- anjrukan mengulangi tarik napas


dalam hingga 3 kali

- anjurkan batuk dengan kuat


langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3

Kolaborasi

pemberian mukolitik atau


ekspektoran, jika perlu

2. Pola napas tidak Setelah dilakukan Manajemen jalan napas


efektif yang tindakan keperawatan Observasi :
berhubungan selama 1x24 jam
- Monitor pola napas
dengan depresi diharapkan pola napas
pusat pernapasan, membaik dengan (frekuensi,kedalaman, usaha napas)-
(napas pendek dan kriteria hasil :  - Monitor bunyi napas tambahn
produksi sputum)
1.dispnea menurun (mis.Gurgling, mengi, wheezing,
ronkhikering)-
2. penggunaan otot
bantu napas menurun  - Monitor sputum (jumlah,
warna,aroma)
3. pemanjangan fase
ekspirasi menurun Terapeutik :
- Pertahankan kepatenan jalannapas
4. frekuensi napas
membaik dengan head.till dan chin-lift (jaw-
thrust jika curiga traumaservikal)
5. Kedalaman napas
membaik - Posisikan semi-fowler atau fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
-Lakukan penghisapan lendirkurang
dari 15detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan endotrakeal
-Keluarkan sumbatan benda padat
dengan forsep McGill
-Berikan oksigen, jika perlu
-Anjurkan asupan cairan2000ml/hari,
jika tidakkontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk efektif-
 
Kolaborasi
Pembeian bronkodilator,ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan Infeksi
dibuktikan dengan tindakan keperawatan
penyakit paru selama 1x24 jam Observasi
obstruktif kronik / siharapkan tingkat - monitor tanda dan gejala local dan
kerusakan alveoli infeksi menurun dengan sistemik
kriteria hasil :
Terapeutik
- demam (menurun)
- batasi jumlah pengunjung
- nyeri (menurun)
- cuci tangan sebelum dan sesudah
- bengkak (menurun kontak dengan pasien dan
lingkungan pasien
-kadar sel putih
(membaik) - pertahankan aseptik pada pasien
beresiko tinggi

Edukasi

- Jelaskan tanda dan gejala infeksi

- ajarkan cara memeriksa kondisi


luka atau uka operasi

- Anjurkan meningkatkan asupan


nutrisi

- ajarkan meningkatkan asupan


cairan
Kolaborasi

Kolaborasi pemberian imunisasi

DAFTAR PUSTAKA

Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Manajemen Edisi
2. Jakarta : EGC Buku Kedokteran.

Doenges, Marilynn E. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC Buku Kedokteran.

Somantri, Irman. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Pernafasan.
Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1
Cetakan II. Jakarta Selatan. DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PNI. 2017. Standar Daignosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta
Selatan. DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai