KAJIAN PUSTAKA
2.1. Rokok
2.1.1. Epidemiologi
dunia terdapat 4,8 juta kematian dini yang disebabkan oleh rokok dimana 2,4 juta
berkembang. Jumlah ini diperkirakan akan naik menjadi 10 juta kematian pada
prevalensi perokok dari 27% pada tahun 1995 dan meningkat menjadi 36,3% pada
tahun 2013. Artinya jika 20 tahun yang lalu dari setiap 3 orang Indonesia 1 orang
di antaranya adalah perokok, maka dewasa ini dari setiap 3 orang Indonesia 2
1
2
Prevalensi perokok perempuan turut meningkat dari 4,2% pada tahun 1995
menjadi 6,7% pada tahun 2013. Dengan demikian pada 20 tahun yang lalu dari
setiap 100 orang perempuan Indonesia 4 orang di antaranya adalah perokok, maka
dewasa ini dari setiap 100 orang perempuan Indonesia 7 orang di antaranya adalah
Kemenkes menunjukkan bahwa prevalensi remaja usia 16-19 tahun yang merokok
meningkat 3 kali lipat dari 7,1% di tahun 1995 menjadi 20,5% pada tahun 2014.
Kecenderungan adiksi juga dipengaruhi oleh usia awal merokok. Semain muda
nikotin. Perokok pemula usia 10-14 tahun meningkat lebih dari 100% dalam
kurun waktu kurang dari 20 tahun, yaitu dari 8,9% di tahun 1995 menjadi 18% di
Rerata batang rokok yang dihisap perhari penduduk umur ≥10 tahun di
Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu bungkus). Dari hasil penelitian di
propinsi Bangka Belitung ditemukan jumlah rerata batang rokok terbanyak yang
dihisap sebanyak 18 batang. Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada
umur 30-34 tahun sebesar 33,4 persen, pada laki-laki lebih banyak di bandingkan
umur ≥15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau cenderung meningkat
Proporsi tertinggi pada tahun 2013 adalah Nusa Tenggara Timur (55,6%).
penduduk kelompok umur ≥15 tahun, proporsi perokok laki-laki 67,0 persen dan
pada RISKESDAS 2013 sebesar 64,9 persen, sedangkan pada perempuan menurut
GATS adalah 2,7 persen dan 2,1 persen menurut RISKESDAS 2013. Proporsi
mengunyah tembakau menurut GATS 2011 pada laki-laki 1,5 persen dan
laki 3,9 persen dan 4,8 persen pada perempuan (RISKESDAS, 2013).
Mengacu hasil penelitian yang dilakukan di Bogor Jawa Barat dalam data
kabupaten dengan rata-rata perokok aktif tiap harinya terbanyak pada rentang usia
45-49 tahun sebesar 37,2%. Perokok laki-laki lebih banyak dari pada perokok
wanita dengan perbandingan 51,7% dan 1,8%. Perokok di Jawa Barat memiliki
(RISKESDAS, 2013).
perokok. Sebaran berdasar jenis kelamin didapat kelompok perokok laki-laki lebih
Perokok aktif adalah orang yang orang yang menghisap asap utama pada
rokok yang dihisap (mainstream). Perokok pasif adalah asap rokok yang di hirup
oleh seseorang yang tidak merokok (pasive smoker). Asap rokok yang
dihembuskan oleh perokok aktif dan terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih
tar dan nikotin. Pada penelitiannya Goniewicz menemukan bahwa ada pengaruh
lokasi apakah di dalam ruangan atau diluar ruangan, bila dalam ruangan lebih
banyak perokok maka perokok pasif akan terukur kadar karbonmonoksida yang
dikonsumsi tiap hari. Klasifikasi ini membagi perokok menjadi perokok ringan,
perokok sedang dan perokok berat. Perokok ringan adalah perokok yang merokok
satu hingga sepuluh batang rokok per hari. Perokok sedang adalah perokok yang
merokok sebelas hingga dua puluh empat batang per hari. Sementara perokok
berat merokok lebih dari dua puluh empat batang rokok per hari (Sitepoe, 2010).
perokok ringan, perokok sedang, perokok berat dan perokok sangat berat. Hal
senada dikemukakan pula oleh Smet pada tahun 1994, namun Smet menggunakan
kriteria jumlah yang lebih rendah dibandingkan Sitepoe ( Inayatillah et al, 2014).
5
antara rerata jumlah batang rokok yang dihisap tiap hari dan lama merokok dalam
tahun. Perokok ringan bila IB = 0-199, perokok sedang bila IB = 200 – 599,
dicampur untuk dibuat rokok. Selain itu juga masih ada beberapa jenis rokok yang
dapat digunakan yaitu rokok linting, rokok putih, rokok cerutu, rokok pipa, rokok
kretek, rokok klobot dan rokok tembakau tanpa asap (tembakau kunyah)
oleh seseorang berdasarkan standar internasional yang berlaku. Setiap satu pak
mengandung 20 batang rokok yang dikonsumsi per hari untuk satu tahun disebut
Tabel 2. 1
Klasifikasi Perokok
2.2. Nikotin
perokok yang diberi paparan asap rokok dengan mengukur darah tepi, kadar
Hasil yang didapat adalah tidak ada perbedaan nilai darah putih sebelum dan
7
setelah terpapar asap rokok. Pada grup perokok didapat peningkatan rasio
granulosit limfosit secara bermakna, kadar MDA meningkat dan kadar serum
vitamin E menurun secara bermakna, TAC menurun setelah paparan asap rokok.
Pada grup perokok pasif dan bukan perokok ditemukan MDA dan vitamin E
turun, begitu juga TAC. Diantara kedua grup hanya nilai hematokrit dan kadar
MDA yang sangat berbeda bermakna setelah terpapar asap rokok. Paparan asap
rokok akut mempengaruhi secara negatif indeks hematologi dan biomarker stres
oksidatif, baik pada grup perokok maupun bukan perokok (Lymperaki et al,
2015).
Nikotin dihasilkan dari daun tembakau berupa cairan alkaloid alami tak
berwarna yang dihasilkan oleh tanaman tembakau dengan pH>7 (bersifat alkalis)
dan ukuran molekulnya sangat kecil. Nikotin larut dalam air dan lemak sehingga
nikotin diabsorpsi secara cepat masuk ke dalam darah. Bersifat poten karena 5-10
kali lebih kuat menimbulkan efek psikoaktif pada manusia daripada kokain dan
morfin. Struktur molekul nikotin ditampilkan pada gambar 2.3 (Benowitz et al,
2010).
Gambar 2. 1
Struktur Molekul Nikotin
komponen asap tembakau lainnya. Setelah dihisap nikotin memadat dengan cepat
dipompa ke arteri-arteri seluruh tubuh hingga ke otak dan organ lain (Benowitz et
al, 2010).
kunyah atau snuff) dimana nikotin masuk ke dalam tubuh melalui dinding mulut
sistem saraf pusat (SSP) dalam 10 - 20 detik setelah dihisap. Respon farmakologis
yang sangat kuat terjadi di otak berupa rasa nikmat, relaksasi, berkurangnya
ini cukup signifikan untuk membuat perokok lebih sensitif terhadap efek nikotin
di pagi hari. Peningkatan sensitivitas nikotin di pagi hari ini ditandai oleh
keinginan yang kuat untuk segera merokok setelah bangun tidur. Rokok pertama
9
setelah bangun tidur ini mempunyai efek yang paling kuat dan paling memuaskan
metabolit ini mempunyai aktivitas biologis lebih lemah dan kurang poten
biasanya digunakan oleh perokok yang sedang berusaha untuk berhenti merokok.
Absorpsi nikotin lebih lambat dan kadar nikotin dalam darah yang lebih rendah
kecuali bila menggunakan dosis yang sangat tinggi sehingga NRT memiliki
tingkat keberhasilan yang rendah pada terapi berhenti merokok (Benowitz et al,
2010).
arteri. Setelah 5-10 menit nikotin masuk ke dalam peredaran darah, kadar kotinin
sebanyak 50% dalam 20 menit (waktu paruh) setelah masuk ke dalam peredaran
darah. Waktu paruh nikotin dalam otak sekitar 50 menit. Waktu paruh nikotin
dalam organ lain sekitar 20 – 25 menit. Metabolit utama nikotin yaitu dalam
nikotin dan kotinin plasma setara (890-1--- pmol/ml). Saat kotinin terakumulasi
10
organ akan menurun dalam semua organ, namun kadar kotinin akan menetap.
dalam plasma dalam jangka waktu yang lama (Benowitz et al, 2010).
Gambar 2. 2
Mekanisme Kerja Nikotin Pada Sinap
dari nAChRs terdiri dari subtipeα4 β2, α3 β4, dan α7. Dari subtipe-subtipe yang
penting dalam menyebabkan adiksi nikotin. Setelah rokok dihisap, dalam waktu
oleh perokok, antara lain timbulnya perasaan senang, relaksasi, mengurangi stres,
Gambar 2. 3
Area otak yang terlibat dalam adiksi nikotin
(NAc), tahap ini sangat penting dalam adiksi nikotin. Proyeksi neuron dari kortex
asetaldhid dari asap rokok dengan gugus biogenik amin menghambat aktifitas
MAO tipe A dan MAO tipe B, dan membuktikan bahwa penghambatan MAO
dan beta 4 (CHRNB4). Akibat ikatan reseptor ini, nikotin menyebabkan sel
dalam aliran darah, yang menimbulkan efek peningkatan denyut jantung, tekanan
ikatan yang ireversibel antara melanin dan nikotin. Hal ini mendasari pemikiran
bahwa pada orang dengan kulit berwarna lebih gelap ketergantungan nikotin lebih
banyak, dan angka berhenti merokok lebih rendah. Namun penelitian lebih lanjut
dalam arti terdapat lebih banyak gula darah dari normal. Tingginya kadar gula
darah ini berperan sebagai penekan nafsu makan. Hal ini yang banyak diyakini
perokok bahwa merokok dapat mengurangi rasa lapar (Benowitz et al, 2009).
Efek nikotin terhadap perubahan mood yaitu antara efek stimulasi dan efek
relaksasi. Efek stimulasi diakibatkan pelepasan glukosa dari hepar dan epinefrin
(adrenalin) dari medula adrenal. Perubahan mood relaksasi berupa tenang, santai.
setelah berhenti merokok, hal ini dikaitkan dengan kenaikan berat badan akibat
efek nikotin tidak lagi mengurangi rasa lapar dan efek craving dari gejala
– 2 minggu berhenti merokok. Nilai lain yang ikut membaik termasuk profil lipid
Saat asap rokok dihisap, nikotin akan mencapai peredaran darah dan mulai
kedalam otot jantung. Saat ini terjadi, perokok akan merasakan pola nafas yang
berubah menjadi lebih cepat, berat dan rasa berdebar. Adrenalin juga
lingkaran dalam otak yang mengatur perasaan kesenangan dan eforia. Dopamin
adalah kunci neurotransmitter yang aktif dalam otak. Saat kadar dopamin
meningkat dalam lingkaran reward system maka nikotin bertindak sebagai zat
zat aditif lain seperti kokain dan heroin yang akan menurunkan sensitifitas sirkuit
tahun 1978. Instrumen ini kemudian dimodifikasi menjadi Fagerström Test for
Nicotine Dependence oleh Todd Heatherton et al pada tahun 1991. Hak cipta
FNDT dipegang oleh Taylor and Francis Ltd., namun boleh diperbanyak tanpa
izin dan dapat digunakan sebagai referensi. Test ini adalah berupa kuisioner yang
diisi oleh perokok, dan tergantung pada kejujuran dan subyektifitas perokok itu
sendiri. Namun cara ini dinilai sangat mudah, peka dan hasilnya segera dapat
2012).
udara ekspirasi dengan kadar nikotin plasma dan tingkat ketergantungan nikotin.
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pulungan dkk terhadap 167
(HSI). HSI menggunakan 2 pertanyaan saja dan merupakan bagian dari FNDT
SUTS berkaitan dengan ketergantungan nikotin pagi hari. Korelasi skor FNDT
Tabel 2. 2
HSI (Heaviness os Smoking Index)
31 – 60 menit 1
> 60 menit 0
21 – 30 batang 2
> 31 batang 3
Penilaian kadar kotinin biokimia saliva dengan teknik SOS (Saliva Bio Oral
membuktikan korelasi yang bermakna antara FNDT dengan kadar kotinin saliva
Tabel 2. 3
The Fagerstorm Test for Nicotine Dependence
31-60 menit 1
>60 menit 0
merokok?
hari
Di waktu lain 0
11 – 20 1
21 – 30 2
> 31 3
pagi hari
TOTAL
pertanyaan yang masing-masing jawaban diberi skor. Bila skor 0-2 maka
dinyatakan sangat rendah (tidak ketergantungan nikotin ), skor 3-4 rendah, skor 5
medium, skor 6-7 tinggi dan skor 8-10 sangat tinggi ketergantungannya terhadap
Menjadi tua melalui proses penuaan disebabkan oleh banyak faktor yaitu
faktor internal dan eksternal. Faktor internal ialah radikal bebas, hormon yang
dan gen. Faktor eksternal yang utama ialah gaya hidup tidak sehat, diet tidak
sehat, kebiasaan hidup yang salah, polusi lingkungan, stres dan kemiskinan
(Pangkahila, 2011).
Teori proses penuaan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu teori “pakai dan
rusak” dan teori program. Teori “pakai rusak” meliputi kerusakan DNA,
glikosilasi dan radikal bebas. Teori program meliputi teori terbatasnya replikasi
Pada teori “pakai rusak” tubuh menua karena penggunaan dan kerusakan
terus menerus. Merokok membuat kerusakan lebih cepat terjadi. Kerusakan pada
20
tingkat molekuler dapat berupa strand breaks, cobalent modification dan atau
yang mencapai suatu keadaan dimana basis molekul sebenarnya sudah rusak berat
(Pangkahila, 2011).
meningkatnya kadar gula darah pada perokok karena pengaruh nikotin. Pada
Pengaruh rokok yang paling besar adalah dalam hal radikal bebas.
cleavage of DNA dan agregasi biomolekul melalui cross linking reaction. Pada
proses ini terlibat didalamnya adalah oksidan dan radikal bebas juga peran
bahan kimia mutagenik, juga ditemukan radikal bebas stabil dan tidak stabil dan
ROS (Reactive Oxygen Species) di dalam fase partikel dan gas yang berpotensi
dengan zat lain dalam asap rokok pada sistem respirasi perokok (Valvanidis et
al, 2009).
21
aktif) terbagi atas fase partikel solid (tar) dan fase gas (gas beracun, volatile
organic compound / VOCs, radikal bebas dan lain-lain). Tar pada rokok
mengandung konsentrasi zat radikal bebas stabil yang sangat tinggi dan
mempunyai waktu paruh yang sangat panjang. Sedangkan pada asap rokok
sidestream (perokok pasif) juga terbagi atas fase solid dan gas, yang mengandung
lebih banyak lagi zat toksik dan karsinogenik (Valvanidis et al, 2009).
trapping yang digunakan dalam penelitian untuk mengukur kadar radikal bebas
dalam tar, unstable superoxide anion (O2•−) dan radikal hydroxyl (HO•) dalam
bebas pada fase partikel maupun gas rokok (Dellinger et all, 2011).
rokok mengandung sedikitnya 3500 kandungan zat kima dan sebagian besar
terdapat dalam asap rokok diteliti oleh the International Agency for Reasearch on
22
Cancer (IARC) dan terbukti sebagai zat karsinogenik berbahaya (Valvanidis et al,
2009).
kerusakan oksidatif dalam DNA seluler oleh ROS telah diobservasi dengan teknik
yang sangat sensitif. Dalam dua dekade terakhir banyak sekali penelitian yang
mekanisme radikal bebas pada asap rokok. Penemuan penting oleh Pryor et al
tinggi radikal bebas stabil, yang diidentifikasi sebagai semikuinon (QH*) dan
melalui formasi HO* yang terdeteksi dengan teknik spin trapping EPR .
O22* yang didismutase kedalam bentuk H2O2 , kemudian bersama Fe2+ (rokok
mengandung banyak sekali zat besi) dapat bergenerasi melali reaksi oksidasi
Tar dapat menghasilkan ekstrak H2O2 dalam jumlah yang sangat besar
dan oksidan dalam tar dan fase-gas membantu pelepasan zat besi dari enzim
endogen feritin dan mengubah metabolisme besi dalam paru-paru. Oksidan dan
radikal bebas dalam asap rokok memiliki potensi menimbulkan peroksidasi lipid
2.3.1. Karbonmonoksida
pyrrole yang berasal dari hemoglobin, siktokrom dan pigmen lain pembawa
Gambar 2. 4
Siklus Katalisa Karbonmonoksida
dihasilkan asap mobil. Kadar ini dapat mematikan bila secara terus menerus
sangat kuat, pada perokok sekitar 2-5% haemoglobin darah berikatan dengan
dalam jaringan tubuh. Saat sejumlah kecil oksigen larut dalam plasma, sebagian
besar akan terikat reversibel dengan sel darah merah. Karbonmonoksida sebagai
salah satu zat kimia yang bersaing dengan oksigen untuk berikatan dengan
hemoglobin sangat kuat, waktu paruhnya antara 3-4 jam. Sebagai konsekuensinya,
dilepaskan dari paru-paru. Usia mempengaruhi kualitas sawar ini, semakin tua
akan semakin tebal dan akan mengurangi pertukaran gas pada membran. Ada
awalnya terjadi penurunan eksponensial cepat (fase distribusi), terjadi sekitar 20-
peredaran darah limpa, myoglobin, dan enzim sitokrom. Selama fase ini
Gambar 2. 5
Komponen asap rokok
yang sangat besar radikal bebas (diperkirakan 1x1015 radikal per hisapan) . Nitric
oxide (NO*) adalah salah satu radikal bebas yang terpenting dikarenakan
darah), namun juga memiliki sifat yang sangat toksik jika ditemukan dalam
jumlah berlebihan. NO* bereaksi sangat cepat dengan O2* untuk membentuk
peroksinitrit (O-NNOO-), yang dikenal sebagai sangat toksik dan melalui reaksi
Gambar 2. 6
Patofisiologi Toksisitas Karbonmonoksida
yang menyebabkan stres oksidatif seperti tampak pada gambar 2.6. Kombinasi
dari hipoksia akibat ikatan hemoglobin dengan karbonmonoksida dan efek radikal
Neurologic Syndrome).
28
seperti NO* ( Nitric Oxide ). Stres oksidatif yang disebabkan efek toksik
2014).
Tabel 2. 4
Kandungan Radikal Bebas Asap Rokok
Gambar 2. 7
Hubungan ROS: Reactive Oxygen Species; RNS: Reactive Nitrogen Species; ADS:
Antioxidant defense system
menyebabkan kerusakan sel paru-paru pada kasus COPD. Pada Ilmu Kedokteran
bisa mencapai 100 ppm. Perokok aktif dihadapkan pada sekitar 400 hingga 500
ppm CO. Knalpot mobil mungkin mengandung sebanyak 10% (100.000 ppm)
dan paparan 350 ppm dapat menyebabkan tingkat CO-Hb sebesar 40% pada
karbonmonoksida dalam jumlah sangat kecil akan terabsorbsi dalam mulut dan
batang rokok selama 6 menit dan waktu paruh yang dibutuhkan untuk
2010).
yang menghisap 40 batang sehari. Pada perokok yang menghisap lebih dari 40
2010).
adalah dengan mengukur kadar nikotin darah, lebih akurat karena spesifik
membandingkan test yang dipakai walaupun hanya satu yang menggunakan udara
ekspirasi. Pada penelitian ini dipakai batas 10 ppm untuk membedakan antara
perokok dan bukan perokok. Sensitifitas pada perokok 84% dan 88% perokok
32
pengukuran kadar kotinin, yaitu 95% pada semua perokok, 98% perokok sigaret
sederhana dan terjangkau dengan metode non invasive untuk mendapatkan hasil
yang segera dan reliable. Sampai saat ini belum ada kesepakatan batas kadar
Sebagian penulis menyarankan bila kadar dibawah 6 ppm maka dinyatakan bukan
bahwa pada pasien asma dan COPD (Chronic Obstructive Pumloner Desaese)
kadar 10-11 ppm digunakan untuk menentukan ada tidaknya proses inflamasi di
saluran nafas. Pada penelitian lain untuk keperluan militer dipakai batasan 5 ppm.
Studi Javors dkk menyarankan batasan yang dipakai adalah 8 ppm dan kadar
rendah 2-3 ppm untuk identifikasi maksimal bebas rokok. Pada penelitian lain
oleh Chatkin dkk menggunakan batas ≥5 ppm CO dengan rasio 0,06 (Kendrick,
2010).
2.3.3. Smokerlyzer
ppm pada perokok lebih tinggi dibandingkan dengan bukan perokok sebesar 5,83
faktor-faktor jenis kelamin, pola hisapan, jumlah rokok/ per hari, derajat adiksi
dan packyears. Hasil analisis didapat ada korelasi bermakna antara jenis kelamin
cepat dihubungkan dengan kadar hemoglobin (Hb) wanita lebih rendah daripada
pria. Korelasi bermakna lain yang ditemukan adalah dengan packyears, pekerjaan,
kadar karboksihemoglobin pada perokok kretek dan putih ternyata tidak berbeda
terjadi saat ekspirasi. Faktor lingkungan tempat tinggal dan tingkat adiksi tidak
kadar karbonmonoksida ekspirasi sebesar 8 ppm sebagai nilai titik potong untuk
mengetahui status merokok pada seseorang dengan sensitivitas sebesar 91% dan
untuk kriteria perokok. Angka ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Jarvis et al tahun 1986. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dalam buku
perokok dan batasan ≥ 10 ppm untuk kriteria perokok ( Inayatillah et al, 2014).
ekspirasi sebesar 6 ppm sebagai nilai titik potong untuk membedakan kriteria
perokok dan bukan perokok. Kadar karbonmonoksida ekspirasi lebih dari 6 ppm
ppm belum tentu terhindar dari resiko tersebut (Cunnington et al, 2018).
merk smokerlyzer yang beredar di pasaran. Perbedaan harga dan fitur serta akurasi
data sangat bervariasi. Smokerlyzer adalah alat ukur yang terjangkau, tidak
35
invasif, dapat dibawa dengan mudah, dan menjadi motivator perokok dalam
didirikan tahun 1976 oleh Dr John Marron. Trevor dan Jason Smith menemukan
banyak alat yang berhubungan dengan kimia gas industri, namun berkembang
menjadi pelopor alat analisis pernafasan untuk penggunaan medis. Perusahaan ini
berada di kota Harrietsham Eropa dan telah mendapatkan BS ISO 13485 dan
PICO, BabyPICO, Micro yang digunakan untuk alat monitor pada program
Pada penelitian ini yang dipakai adalah tipe PICO Advance (gambar 2.9)
.
36
Gambar 2. 8
Smokerlyzer PICO Bedfont
dalam dan menahannya selama 15 detik (ditunjukkan dengan timer pada monitor)
karbonmonoksida ekspirasi berupa angka dalam satuan ppm dan konversi dalam
2018).
37
Gambar 2. 9
Kadar Karbonmonoksida pada pengukuran Smokerlyzer PICO
therapy (NRT), Long acting1-3, Nicotine Patch, Gum, Inhaler, Nasal spray,
dengan pencegahan dan deteksi dini, dan harus didukung oleh pemerintah. Dari
70% orang yang ingin berhenti merokok, faktanya hanya 5 - 10 % yang dapat
hasil yang baik dengan memilih tanggal mulai berhenti merokok, berhenti
patch, permen karet, permen hisap, inhaler atau nasal spray) atau mendapatkan
berat, merokok dalam jangka waktu sangat lama lebih membutuhkan konseling
tidak dapat berikatan dengan reseptor dan para perokok akan kehilangan rasa
stres dan aktifitas radikal bebas lainnya. Pada pengobatan tradisional Ayurweda
salah satunya digunakan Ashwagandha untuk mengurangi efek negatif dari rokok
2.5. Antioksidan
memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Oksidasi adalah suatu reaksi kimia
dimana terjadi pengurangan elektron dari atom atau grup atom. Dalam pengertian
biologis pengertian antioksidan lebih luas lagi, yaitu semua senyawa yang dapat
bagi tubuh dan antioksidan eksogen pemutus rantai. Yang termasuk kedalam
antioksidan endogen pencegah adalah Super Oxide Dismutase (SOD) yang ada di
40
dalam tubuh manusia, yaitu yang berada di mitokondria (Mn SOD) dan di
mengkatalisir H2O2 menjadi H2O dan O2.. Komponen katalase adalah Fe dan
meredam H2O2 menjadi H2O melalui sistem siklus redoks glutation. Senyawa
et al, 2015).
rantai reaksi pembentukan radikal bebas asam lemak pada membran sel untuk
pintu masuk pertama saat menghisap rokok. Saliva didalam rongga mulut
terhadap radikal bebas. Antioksidan yang terdapat dalam saliva antara lain SOD,
penimbunan H2O2 dicegah oleh aktifitas 2 jenis enzim yaitu: katalase yang
radikal hidroksil (OH) masih terbentuk, masih dapat diredam dengan melibatkan
senyawa-senyawa yang mengandung gugusan SH, seperti GSH dan sistein (cys-
kandungan radikal bebas pada asap rokok dan bahan-bahan toksik lainnya
bereaksi dengan gugus thiol dan sulfidril yang menyebabkan perubahan struktur
dan fungsi molekul. Sehingga terjadi berbagai kelainan di rongga mulut akibat
bahwa dengan konsumsi 1000 mg vitamin C per hari akan membantu melindungi
radikal bebas yang tinggi dalam tubuh perokok. Konsumsi vitamin E dan C dalam
dan melawan kerusakan yang telah ada akibat pengaruh nikotin. The Institute of
Medicine, Food and Nutrition Board USA, NICUS tahun 2005 menetapkan
formula Dietary Reference Intakes (DRIs) dosis vitamin C yang baik dikonsumsi
yang pada keadaan normal berfungsi melindungi paru-paru dari infeksi. Konsumsi
vitamin A akan melindungi paru dari resiko terjadinya kanker, namun peneltian
terus dilakukan berapa besar perlindungan itu terjadi. Menurut American Cancer
Society perokok berat dengan kadar serum vitamin A rendah akan beresiko 3 kali
lebih besar untuk menderita kanker dibandingkan perokok berat dengan kadar
serum vitamin A normal. Rekomendasi dosis vitamin A pada dewasa adalah 700
palmitate atau retinyl acetate dapat ditoleransi hingga 3,000 IU (Livestrong, 2018)
dengan keinginan merokok masih sangat kuat namun kadar nikotin dalam tubuh
sehingga sering disebut sebagai vitamin anti stres, walaupun masih dalam
penelitian bagaimana vitamin B 5 dapat digunakan sebagai obat untuk terapi stres.
nikotin, defisiensi vitamin ini akan menyebabkan insomnia, depresi, iritabel, dan
Telah diketahui bahwa antioksidan juga bisa didapat dari tanaman herbal
yang kaya akan kandungan antioksidan eksogen seperti asam fenolik, flavonoid
dan katekin.
43
2.6. Ashwagandha
ginseng, poison gooseberry, atau winter cherry, adalah tanaman dari kingdom
tumbuh setinggi 35-75cm. Daun hijau, tumpul, elips dan panjang sekitar 10-12
cm. Bunganya kecil, hijau dan berbentuk seperti bel. Buahnya berwarna oranye
gandha berarti berbau, menggambarkan akarnya yang beraroma kuat seperti kuda.
Punjab, Sindh, Gujarat, Kerala dan Rajasthan. Juga dapat ditemukan di Nepal,
Gambar 2. 10
Daun dan Akar Ashwagandha
Konstituen aktif utama adalah alkaloid dan steroidlakton. Ini termasuk tropine dan
berat kering dalam akar dan 1.60+/-0.2 dalam daun) dan Withanoside VI
dihydroxy-1-oxowitha-2,24-dienolide
glycowithanolides)
Physagulin (3.46 ± 0.4mg/g dalam akar, tidak terdeteksi dalam akar dengan
d-glucopyranosylphysagulin D)
sulfoxide
Viscosa lactone B
Kaempferol 0.06mg/g (berat kering buah, tidak ditemukan dalam akar atau
daun)
Naringenin 0.50mg/g berat kering dalam buah (tidak ditemukan dalam daun
atau akar)
46
Asam Gallic 0.18mg/g berat kering dalam daun (tidak ditemukan dalam akar
atau buah)
Phenolic acids seperti Syringic acid (0.30mg/g dalam daun), p-coumaric acid
(0.80mg/g dalam daun), vanillic acid (0.15mg/g berat kering daun), dan
Palmitic acid dalam daun (3.55+/-0.5mg/g berat kering) dan akar (1.18+/-
kering)
Linoleic acid dalam daun (1.52+/-0.2mg/g berat kering) dan daun (1.31+/-
Linolenic acid dalam daun (4.38+/-0.5mg/g berat kering) dan akar (0.15+/-
akar kering), terdiri atas 65% gula (52% arabinose, 22% galactose, 18% glucose,
6% rhamnose, dan 2% fucose) dengan 22% protein dan 9% uronic acid. acidic
28kDa glycoprotein juga ditemukan dalam akar Ashwagandha yang memiliki efek
terendah pada akar (dalam buah ada diantaranya). 80% ekstrak etanol, kandungan
Gambar 2. 11
Withanolides dan derivatnya
peroksidase) dan non enzimatik (contoh : Polifenol , Gallic Acid , Vitamin C dan
ekstraksi dari buah, akar dan daun Ashwagandha (WSFEt, WSREt dan WSLEt)
dan antioksidan DPPH, dan metode HPLC untuk menentukan profil asam fenolik.
(gallic, syringic, benzoic, p-coumaric dan asam vanilic juga katekin, kaemferol
signifikan aktifitas antioksidan pada radikal bebas Nitric oxide (NO*) walaupun
Dalam pengobatan tradisional India, obat dibuat dalam sediaan cair atau
43,77 ± 1.7, aqueous = 42.52 ± 0.8, aktfitas Trolox dengan metode ABTS IC50
value 428.38 ± 1.90 μg /ml, aktifitas Antioksidan total Total Antioxidan dengan
Ashwagandha (methanolic) IC50 Value 2.9 ± 0.09 mg/ml in aqueous 3.27 ± 0.05
mg/ml. Ashwagandha telah lama dan luas digunakan dalam pengobatan aryuweda
rhamnoside yang ditemukan dalam ekstrak akar Ashwagandha ( Pal et al, 2012).
Gambar 2. 12
Perbandingan antioksidan dan kapasitas scavenging radikal bebas dari 70%
metanolik Ashwagandha
(gambar 2.13)
Gambar 2. 13
Fitokimia dalam Ashwagandha
dengan keadaan akut maupun kronis pada manusia maupun hewan percobaan.
Pembuktian pada uji klinis yang dilakukan oleh Pingali et al tahun 2013
hari selama 6 bulan. Parameter yang digunakan adalah kadar hemoglobin, eritrosit
Vitamin C dan BHT (Hydroxy toluene) menunjukkan hasil yang baik. Ekstrak
ginjal, kepala dan leher pada manusia (Nema et al, 2013; Patel et al., 2013; Singh
bioaktif yang bersifat antioksidan tinggi yang berperan sebagai antitumor (Patel et
al., 2013).
Ashwagandha juga digunakan untuk kasus depresi dan anxietas (Jayanthi et al.,
2012; Pingali et al, 2014; Khan and Ghosh, 2011; Maity et al, 2011).
Singh, 2014; Ku et al, 2014; Mulabagal et al, 2009; Oh and Kwon, 2009; Gupta
and Singh, 2014; Paval et al, 2009 ; Khedgikar et al, 2013). Ashwagandha juga
untuk berbagai manajemen nyeri (Sabina et al, 2009; Shahriar et al, 2014).
sperma dan ROS yang berhubungan dengan terjadinya infertilitas (Ambiye et al,
aktifitas glutathione peroxidase di hati (Malik et al, 2013; Sabina et al, 2013).
mempunyai efek antimikroba. (Alam et al, 2012 ; Singh and Kumar, 2011; Singh
and Kumar, 2012; Al-Ani et al, 2013; Pandit et al, 2013). Potensi antibakteri
positif dan bakteri gram negatif patogen (Singariya et al, 2012 ; Mwitari et al,
55
dalam akar Ashwagandha bermakna menurunkan kadar gula darah dan kadar lipid
(Rajangam et al, 2009; Anwer et al, 2008; Khalili, 2009; Sarangi et al, 2013;
aktifitas HMG-CoA reductase dan kandungan asam empedu pada hati hewan
Tabel 2. 5
Aktifitas Farmakologi Ashwagandha
yang diproduksi oleh The Himalaya Drug Company, Makali, Bangalore 562 162
India, diimpor dan didistribusikan oleh PT. Anugerah Pharmindo Lestari Jl.
darah. Dikenal sebagai Indian Ginseng. Memiliki efek peningkatan fungsi adrenal
namun bukan sebagai cardiac stimulant .Sediaan ini dibuat sejak tahun 1930,
Certifications.
kandungan Ashwagandha yang dipakai dalam penelitian ini dengan jenis analissis
warna)
58
Gambar 2. 14
Ashvagandha PT Himalaya
Sumber : ww.himalayawellness.com
59