Anda di halaman 1dari 16

MYCOBACTERIA

Mycobacteria adalah golongan bakteri berbentuk batang, tidak membentuk spora, bersifat aerob. Tak
mudah dibedakan pewarnaan, akan tetapi jika telah diberi pewarnaan, akan sukar dilunturkan dengan
asam dan alkohol. Oleh karenanya Mycobacteria disebut pula bakteri tahan asam atau disingkat
BTA. Mycobacteria dapat dikelompokkan menjadi golongan saprofit dan golongan patogen.

Mycobacterium Tuberculosis

A.      Morfologi dan IdentifikasiBentuk: Mycobacterium Tuberculosisatau basil tbc berbentuk batang


lurus atau agak bengkok berukuran 0,2 – 0,4 X 1 – 4 mikron, berpasangan atau membentuk kelompok
kecil. Ukuran tersebut tergantung pada lingkungan pertumbuhan, sehingga kadang-kadang berbentuk
filamen panjang dan bercabang.

Pewarnaan untuk basil tbc dapat dilakukan dengan pengecatan Ziehl-Neelsen, atau pengecatan dengan
zat warna fluoresensi (auramin-rhodamin). Cara-cara pengecatan tersebut berdasar atas sifat tahan
asam Mycobacteria. Sifat tahan asam ini menggambarkan adanya asam mycolat atau adanya membran
semipermeabel. Keadaan tersebut berkaitan dengan keutuhan sel dan merupakan sifat dinding sel.
Wama pengecatan dapat merata dapat granuler. Pada M.tuberculosis pewamaan Bering tampak pecah-
pecah sedang pada M.bovis pewamaan lebih merata. Much (1907) menemukan granula pada basil tbc
yang bersifat tidak tahan asam tetapi bersifat gram positif.

Penanaman: Basil ini tumbuh lambat, waktu generasi in vitro antara 14 -15 jam. Koloni tampak setelah
lebih kurang 2 minggu bahkan kadang-kadang setelah 6-8 minggu. Suhu optimum 37°C dan tidak
tumbuh pada suhu kurang dad 25°C atau lebih dad 40°C. pH optimum antara 6,4 –
7,0.M.tuberculosis obligat aerobe sedang M.bovis pada isolasi primer bersifat mikroaerofilik, tetapi pada
subkultur bersifat aerobe. Medium padat yang biasa banyak dipergunakan adalah medium
LowensteinAensen.Pertumbuhan khusus: pada suatu medium, M.tuberculosis tumbuh rapat, dan
pertumbuhan semacam ini dinamakan pertumbuhan yang eugonik. Sedang pertumbuhan M.bovis
adalah jarang-jarang dan dinamakan pertumbuhan yang digonik.

Pada medium padat, M.tuberculosis membentuk koloni kering, kasar, menonjol, tidak teratur dengan
permukaan berkeriput. Wama koloni mula-mula putih krem, kemudian menjadi kekuning-kuningan yang
akhimya menjadi suram, Koloni-koloni sangat lekat dan sukar dibuat emulsi. Sebaliknya M.bovis, mem-
bentuk koloni datar, licin, lembab, berwarna putih. Mudah hancur jika disentuh. Pada medium cair,
strain virulen membentuk semacam tali yang menjalar, sedang strain avirulen tumbuh menyebar.
Walaupun demikian “cord factor” sendiri bukanlah faktor yang menentukan virulensi. “Cord factor”
terdiri dari dua molekul asam mycolat yang dirangkaikan pada satu molekul trehalose, dan terdapat pula
pada beberapa spesies mycobacteria yang apathogen. Basil tbc dapat tumbuh pada embryo ayam dan
pada biakan jaring

Sifat-sifat.Ketahanan hidup. Mycobacteria tidak tahan terhadap panas, akan mati pada pemanasan 60°C
selama 15 – 20 menit. Ketahanan hidupnya dipengaruhi oleh keadaan sekitamya. Biakan dapat mati jika
terkena sinar matahari langsung selama 2 jam, tetapi jika masih berada dalam sputum dapat bertahan
20 – 30 jam. Basil yang berada dalam percikan-percikan bahan masih dapat bertahan hidup selama 8 –
10 hari. Biakan basil ini dalam temperatur kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpan dalam
lemari suhu -20°C selama 2 tahun.

Mycobacteria tahan terhadap berbagai khemikalia dan desinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfas
15%, asam nitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh jodium tinctur dalam 5 menit, dengan
alkohol 80% akan dihancurkan dalam waktu 2-10 menit.

Reaksi biokimiawi

1)        Uji niasin. Dalam medium yang mengandung telor, basil tbc tipe human tumbuh dan membentuk
niasin. Larutan cyanogen bromide 10%, anilin 4% dalam alkohol 96% jika ditambahkan pada suspensi
biakan basil tbc di atas akan memberikan warns kuning gading. Keadaan demikian dinamakan reaksi uji
niasin positif. Mycobacteria yang lain umumnya memberikan hasil uji niasin negatif. Kecuali M.simiae
dan beberapa strain dari M.cheloneli.
2)        Uji aryl sulfatase. Enzim aryl sulfatase dihasilkan oleh Mycobacteria atipikal. Basil ini ditanam pada
medium yang mengandung tripotassium phenolphthelin disulfat 0,001 M. NaOH 2 N diteteskan tetes
demi tetes pada koloni pertumbuhan. Reaksi positif jika wama koloni menjadi pink.

3)        Uji merah netral. Strain basil tbc yang virulen mampu mengikat merah netral dalam larutan buffer
alkali, sedang strain yang avirulen tidak mampu.

B.      

Di dalam darah penderita tbc terdapat berbagai macam antibodi untuk melawan antigen-antigen
polisakharid, protein dan fosfatid. Adanya antigen polisakharid dapat ditunjukkan dengan reaksi yang
mempergunakan eritrosit yang telah tersensitized. Antigen protein dapat diperiksa dengan reaksi yang
mempergunakan eritrosit yang dilapisi protein dan difiksasi. Sedang adanya antigen fosfatid dapat
diperiksa dengan uji aglutinasi fosfatida kaolin.

C.      Produk Intraseluller

Ada beberapa macam antigen pada Mycobacteria. Spesifisitas group ditentukan oleh antigen
polisakharid. Spesifisitas tipe ditentukan oleh antigen protein. Infeksi oleh basil tbc akan diikuti dengan
timbulnya reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap suatu antigen protein yang dinamakan pula
tuberkulin. Produk lain yang penting dari Mycobacteria adalah niacin dan berbagai enzim seperti aryl
sulfatase, katalase, peroksidase.

D.      Patogenesis
Proses patologik tuberkulosis yang penting adalah terbentuknya lesi khan disebut tuberkel pada jaringan
terinfeksi. Tuberkel adalah suatu granuloma avaskuler; tersusun atas:

a)      Daerah central: mengandung sel raksasa dengan atau tanpa nekrosis yang mengalami kaseasi,
dikelilingi oleh sel-sel epiteloid.

b)      Daerah perifer: terdiri dari limfosit dan fibroblast. Dasar virulensi basil tbc belum diketahui dengan
pasti, oleh karena basil tbc tidak mengandung atau memproduksi toksin. Berbagai komponen basil tbc
mempunyai aktivitas biologic berbeda yang berpengaruh pada proses penyakit dalam hal patogenesis,
alergi dan imunitas.

E.      Patologi

M.tuberculosis dan M.bovis keduanya patogen bagi manusia. M.tuberculosis sangat infeksius pada


marmut juga patogen pada beberapa binatang lain, tetapi tidak patogen pada kelinci. M.bovis sangat
infeksius pada kelinci juga patogen bagi beberapa jenis binatang lain terutama temak. Beberapa
speciesMycobacteria atipikal ada yang menyebabkan sakit pada manusia.

Lesi jaringan oleh basil tbc pada dasamya ada dua tipe, tipe eksudatif dan tipe produktif. Tipe eksudatif
adalah suatu rekasi radang akut; terjadi udema sel leukosit polimorfonuklear, kemudian monosit
terkumpul di sekeliling basil tbc yang bersarang di tempat itu. Lesi ini kemungkinan sembuh sempuma,
nekrosis jaringan, atau berkembang menjadi tipe produktif.

Tipe produktif ditandai timbunan sel radang di sekitar basil. Lesi ini tersusun alas banyak tuberkel yang
kemudian membesar, atau mengelompok, atau mencair dan mengalami proses kaseasi.

Pada tipe anak-anak, infeksi primer mengarah pada bentuk lesi yang disebut kompleks primer, berupa
fokus subpleural pneumonia tuberkulosis parenchym paru (fokus Ghon) yang biasanya terdapat pada
lobus inferior atau bagian bawah lobus posterior paru, bersama-sama dengan pembesaran kelenjar
limfe di daerah tersebut. Tuberkulosis tipe dewasa umumnya akibat aktifasi kembali infeksi primer
(infeksi endogeny, atau infeksi ulang (infeksi eksogen). Lesi tipe ini mungkin mengalami penyembuhan
dengan resorbsi, atau fibrosis, atau kadang-kadang kalsifikasi. Dapat jugs berkembang menjadi
tuberkulosis kronik dengan pembentukan tuberkel, kaseasi, kavitasi dan mengeluarkan sputum yang
mengandung basil tbc (tuberculosis terbuka). Pada orang dewasa jarang terjadi infeksi yang akut dan
fatal..LM 14.

F.       

Gejala umum tuberkulosis antara lain badan lemah, mudah capai, berat badan menurun, demam, jika
tbc paru maka ditambah dengan gejala batuk kronis, dapat pula terjadi hempotoe. Adanya basil tbc
dalam sirkulasi darah menunjukkan terjadinya tuberkulosis milier yang berarti banyak lesi pada berbagai
organ. Dan keadaan ini menunjukkan mortalitas yang tinggi.

G.      Diagnosa Laboratorik

Bakteriologik. Bahan pemeriksaan untuk tbc paru terutama adalah sputum. jika sukar mendapatkan
sputum, dapat dilakukan dengan usapan larynx atau cairan kurasan lambung. Pelepasan basil tbc dalam
sputum kadang-kadang berhenti, kemudian dilepaskan lagi. Oleh karenanya pengambilan bahan dan
pemeriksaan sebaiknya dilakukan sedikitnya 3 hari berturut-turut. Bahan (sputum) ditampung dalam
botol bermulut lebar.

Cara pemeriksaan

1.        Mikroskopik:
1)      Pemeriksaan langsung. Bahan pemeriksaan dibuat sediaan apus pada gelas bends yang barn dan
bersih. Sediaan yang telah kering, dilakukan pengecatan menurut cara Ziehl-Neelsen. Mula-mula
digenangi dengan Ziehl-Neelsen A (carbon-fuchsin) dan dipanaskan tidak sampai mendidih tetapi
tampak ads asap, selama 5 – 7 menit. Dicuci dengan air dan dilakukan dekolorisasi dengan Ziehl-Neelsen
B (larutan 3% HCI pekat dalam alkohol 95%) sampai wama hilang. Setelah dicuci, dicat dengan wama
kontras Ziehl-Neelsen C (biro methylen 0,2%). Setelah dicuci dan kering diperiksa di bawah mikroskop
perbesaran 100 kali. Basil tbc atau basil tahan asam (BTA) tampak bentuk batang tak rats berwama
merah di atas dasar biru. jika di bawah mikroskop tampak adanya basil tahan asam, maka cliperkirakan
sedikitnya ada 10.000 basil tahan asam dalam tiap 1 ml sputum.

Hasil positif dapat diberi graasi:

3 +, jika pada setiap lapangan penglihatan tampak 10 basil tahan asam atau lebih.

2 +, jika dalam satu sediaan tampak 10 basil tahan asam atau lebih.

1 +, jika dalam satu sediaan tampak 3-9 basil tahan asam. Jika dalam satu sediaan hanya tampak basil
tahan asam 1 – 2, hasil ditulis positif dengan menyebutkan jumlah basil tahan asam yang tampak.

2)      Cara homogenisasi dan konsentrasi. Di samping untuk maksud pengecatan, cara ini jugs untuk
pembiakan dan percobaan binatang. Ada beberapa cara homogenisasi dan konsentrasi, di antaranya
adalah cara Petroff: sputum ditambah 4% NaOH dengan volume sama, kemudian dieram 37°C selama
lebih kurang 20 menit, dan tiap kali dikocok, sampai jernih (proses homogenisasi). Diputar 3000 putaran
per menit selama 30 menit (konsentrasi). Endapannya dinetralkan dengan HCI 0,1 N, dan siap dilakukan
untuk pembiakan atau untuk percobaan binatang.

2.        Biakan (kultur):

Biakan cukup sensitif untuk deteksi basil tahan asam yang hanya 10 -100 basil per ml sputum. Bahan
yang sudah dilakukan homogenisasi dan konsentrasi diinokulasikan pada perbenihan (medium)
Lowenstein-Jensen. Dieram pada suhu 37°C. Jika pemeriksaan mikroskopik positif, dilakukan uji
kepekaan terhadap berbagai obat tuberkulostatika. Pertumbuhan pada perbenihan diamati setelah 4
hari, mungkin ada golongan “rapid grower”, atau golongan jamur, atau ada kontaminasi. Setelah itu
diamati sedikitnya seminggu sekali. Hasil negatif clitetapkan setelah pengamatan selama 8-12 minggu
tidak ada pertumbuhan.

H.      Imunitas dan Hipersensitivitas

Infeksi basil tbc memungkinkan timbulnya reaksi imunitas dan reaksi hipersensitivitas tipe lambat
(alergi). Kedua reaksi tersebut merupakan imunitas seluler. Imunitas humoral tidak mempunyai
relevansi terhadap perjalanan penyakit. Pada orang yang tidak mempunyai imunitas seluler, basil tbc
dapat berbiak dalam fagosit dan menghancurkannya. jika mempunyai imunitas seluler, sel-sel T yang
telah diaktifkan mengeluarkan limfokin yang dapat mengubah fagosit menjadi bersifat bakterisidal.
Adanya reaksi imunitas dan hipersensitivitas

tampak pada fenomen Koch. Fenomen Koch dapat ditunjukkan dengan 2 macam marmut:

Marmut sehat disuntik subkutan dengan basil tbc yang virulen. Benjolan di tempat suntikan akan timbul
setelah 10 – 14 had yang kemudian pecah membentuk ulcus. Ulcus ini akan tetap ada sampai marmut
tersebut akhimya mati.Marmut yang telah terinfeksi tbc 4 – 6 minggu sebelumnya, disuntik subkutan
dengan basil tbc. Benjolan di tempat suntikan timbul dalam 1 atau 2 hari. Hari berikutnya benjolan
tersebut ulcus yang dengan cepat akan sembuh.

Dengan demikian tampak bahwa fenomen Koch mempunyai tiga unsur pokok, reaksi lokal, respons fokal
dan respons sistemik.

Proses alergi timbul tidak hanya oleh infeksi basil virulen, tetapi dapat timbul jugs oleh suntikan basil
yang telah dilemahkan atau yang sudah mati. Untuk mengetahui adanya proses alergi dapat dilakukan
dengan suntikan tuberkuloprotein (tuberkulin), yang dikenal dengan test (uji) tuberkulin. Alergi oleh
tuberkulin adalah reaksi hipersensitivitas tipe lambat.

Uji tuberkulin
1)      Bahan:

Old tuberculin (OT), adalah filtrat pertumbuhan basil tbc 6 minggu dalam medium cair, yang kemudian
dipekatkan. Selain tuberkuloprotein, bahan ini. mengandung pula berbagai bahan lain dari basil tbc dan
dari medium.PPD (purified protein derivative), diperoleh dengan proses fraksionasi OT secara kimiawi.
PPD kini banyak digunakan, telah clibakukan secara internasional dengan saloon “tuberculin units” (TU).

Kekuatan tuberkulin dibedakan menjadi

Kekuatan pertama adalah 1 TUKekuatan kedua adalah 250 TUKekuatan antara adalah 5 TU

2)      Dosis tuberkulin:

Yang biasa diberikan adalah 5 TU, terhadap orang yang sensitif, maka diberikan 1 TU. Jika pada
pemberian 5 TU menunjukkan reaksi negatif, dapat diberikan dengan 250 TU. Pemberian dilakukan
intrakutan dalam volume 0,1 ml.

3)      Reaksi terhadap tuberkulin:

Orang yang belum pemah kontak dengan mycobacteria, tak ada reaksi terhadap tuberkulin. Orang
sudah pemah mendapat infeksi primer dengan basil tbc, dalam 24-48 jam akan timbul reaksi yang
sangat kuat dengan adanya indurasi, edema, eritema, bahkan dapat terjadi nekrosis di tengah-tengah
tempat suntikan. Reaksi tersebut hares dibaca dalam waktu 48-72 jam. Hasilnya dinyatakan positif jika
pada penyuntikan dengan 5 TU memberikan indurasi dengan diameter 10 mm atau lebih. Pada reaksi
yang kuat, indurasi tidak hilang sampai beberapa hari. Sedang pada reaksi yang lemah akan menghilang
lebih cepat.

4)      Interpretasi uji tuberkulin:

Uji tuberkulin positif menunjukkan bahwa seseorang pemah terinfeksi oleh mycobacteria dan hasil itu
masih ada dalam suatu jaringan tubuh. Hal ini tidak berarti bahwa orang tersebut menderita penyakit
tbc aktif, atau telah mempunyai imunitas terhadap tbc. Uji tuberkulin positif dapat diartikan bahwa
infeksi primer yang telah diperolehnya suatu waktu menjadi aktif. Uji tuberkulin negatif berarti belum
pemah terkena infeksi mycobacteria, basil yang ada dalam jaringan, tetapi orang ini masih mungkin
terkena infeksi mycobacteria dari luar misalnya ketularan penderita lain.

PPD dari berbagai jenis mycobacteria telah dibuat pula. PPD ini pada kadar yang rendah dapat
menunjukkan reaksi khan terhadap suatu infeksi mycobacteria, tetapi pada kadar yang tinggi terjadi
reaksi silang.

I.         Pengobatan

Obat-obat yang banyak dipakai untuk penyakit tbc saat ini adalah INH (isoniazid), ethambutol,
rifampicin, dan streptomisin. Namun, cepat sekali muncul strain-strain basil tbc yang resisten terhadap
obat-oabt di atas. Umumnya INH masih merupakan obat pilihan untuk tbc. Pengobatan lebih berhasil
dengan kombinasi 2-3 macam obat, misalnya INH dengan ethambutol, atau INH dengan rifampicin, atau
kombinasi yang lain. Kesembuhan klinik umumnya dapat dicapai dalam 6-12 bulan. Penderita dengan
sputum positif menjadi tidak infektif setelah 2-3 minggu mendapat pengobatan efektif.

Pengobatan tbc memerlukan waktu yang lama mengingat:


Umumnya basil tbc adalah intraseluler.Bahan pengkejuan dalam lesi, walaupun dapat menghambat
perbiakan basil tbc, tetapi jugs menghambat efektivitas obat.Dalam lesi kronis, basil tbc yang bertahan
dalam keadaan tidak aktif dalam berbiak dan metabolisme, bersifat resisten terhadap aktivitas
obat.J.        Epidemiologi, Pencegahan dan Pengawasan

Sumber infeksi basil tbc paling Bering adalah manusia yang mengeluarkan ekskret mengandung banyak
sekali basil tersebut terutama dari saluran pernafasan. Kontak yang erat dengan penderita misalnya
keluarga atau perawat, sangat besar kemungkinan mendapat penularan melalui percikan-percikan dari
ekskret tersebut. Susu sapi yang menderita tbc dapat menjadi sumber infeksi lebih-lebih jika tidak
dilakukan pasteurisasi terhadap susu sapi tersebut.

Kepekaan seseorang terhadap infeksi basil tbc mempunyai dua tingkatan masalah:

Tingkatan pertama, masalah kemungkinan besar terinfeksi.Tingkatan kedua, masalah kemungkinan


besar menderita penyakit aktif.

Orang dengan tuberkulin negatif, kemungkinan terinfeksi tergantung pada kontak dengan sumber
penularan terutama penderita dengan sputum positif. Kemungkinan terinfeksi ini akan sejalan dengan
tingkatan keaktifan penyakit, kepadatan penduduk, keadaan sosial ekonomi yang kurang balk, dan
kurang memadainya pelayanan medik. Faktor genetik mungkin hanya sedikit berperannya.

Tingkatan kedua, tentang kemungkinan besar menderita penyakit tbc aktif, bukti-bukti menunjukkan
bahwa jelas ada faktor genetik yang ikut mempengaruhi. Faktor-faktor penting lainnya yang
mempengaruhi pula adalah gizi kurang, usia (usia 16-21 tahun lebih peka), status imunologik, penyakit
lain yang ada bersamaan (misalnya silikosis, diabetes) dan faktor-faktor resistensi seseorang. Di daerah
perkotaan, infeksi terjadi pada usia-usia lebih muda.

Pencegahan dan pengawasan dilakukan terhadap:

Pelayanan kesehatan masyarakat untuk deteksi sedini mungkin adanya kasus dan sumber-sumber
infeksi. Tindakan yang perlu dilakukan misalnya uji tuberkulin, foto Rd, dan pengobatan efektif sampai
penderita tidak menularkan penyakit.Pemberantasan tbc pada temak dan pasteurisasi susu.Imunisasi,
dengan pemberian vaksin BCG (bacille Calmette Guerin). BCG adalah basil tbc tipe bovin yang telah
dilemahkan. Di London vaksinasi BCG diberikan pada anak umur 12 tahun dengan uji tuberkulin negatif.
Di Swjeclia umumnya diberikan pada anak umur 1 tahun. Di USA vaksinasi BCG diberikan pada orang-
orang dengan uji tuberkulin negatif dan banyak berhubungan dengan penderita tbc misalnya keluarga
penderita, perawat. Bukti-bukti statistik menunjukkan bahwa setelah vaksinasi BCG akan menaikkan
resistensi dalam jangka waktu tertentu.Resistensi seseorang. Beberapa faktor nonspesifik dapat
mengurangi ketahanan tubuh sehingga memudahkan konversi dari infeksi asimtomatik menjadi
penyakit aktif. Faktor-faktor tersebut antara lain kekurangan makan, gastrektomi, pemberian dosis
tinggi obat-obat kortikosteroid atau obat-obat yang bersifat imunosupressif.

Yang termasuk basil tbc adalah M.tuberculosis dan M.bovis. Mycobacteria tersebut termasuk dalam
golongan Mycobacterium tipikal.

Mycobacterium atipikal, terdiri dari 4 golongan (menurut Runyon, 1957):

Group I      Golongan fotokromogen, wama koloni menjadi lebih tug jika terkena cahaya. Contoh:
M.kansasi.

Group II     Golongan skotokromogen, koloni selalu berwama dan tidak terpengaruh oleh cahaya. Contoh
: M.serofulaceum.

Group III   Golongan non-fotokromogen, koloni selalu tidak berwama dan tidak terpengaruh oleh
cahaya. Contoh: M.intracellulare.

Group IV   Golongan “rapid growers”, koloni ada yang tidak berwama dan tumbuh dalam waktu 3-7 hari.
Contoh: M.fortuitum.

Mycobacterium Leprae

 
A.      Morfologi dan IdentifikasiBentuk. M.leprae berbentuk batang lurus atau sedikit bengkok,
berukuran 1-8 X 0,2-0,5 mikron. Tahan asam, tetapi dibandingkan dengan M.tuberculosis lebih lemah.
Dengan pengecatan Ziehl-Neelsen basil lepra tampak satu-satu atau umumnya bergerombol karena
diikat oleh suatu glia (zat semacam lipid) dan ini membentuk bangunan yang khan. Bentuk itu ada yang
disebut globus. Dalam bentuk ini basil lepra tersusun sejajar, keseluruhannya membentuk semacam
bola. Bentuk lain disebut bentuk cerutu. Basil-basil lepra tersusun sejajar, tetapi bentuk keseluruhannya
menyerupai cerutu.Penanaman. Sampai saat ini belum ada suatu jenis medium, balk medium buatan
maupun biakan jaringan, yang dapat dipergunakan untuk pembiakan basil lepra. Penanaman pada
binatang percobaan yang telah berhasil dan dijadikan standar adalah inokulasi pada telapak kaki mencit
dan dipertahankan pada suhu 20°C. Binatang lain yang jugs peka terhadap basil lepra adalah suatu jenis
dari armadillo.Pertumbuhan khusus. Penanaman pada binatang percobaan menunjukkan bahwa basil
lepra mempunyai waktu generasi cukup panjang, yaitu antara 12 hari sampai 42 hari, dibanding dengan
14 jam pada basil tbc atau 20 menit pada coliform.

Sifat-sifat. Basil lepra dalam suasana panas dan lembab dapat tetap hidup selama 9-16 hari. Jika terkena
sinar matahari secara langsung dapat bertahan hidup selama 2 jam, terhadap sinar u.v. hanya dapat
bertahan 30 menit.

B.       

Jenis-jenis antigen pada basil lepra belum dapat dijelaskan secara pasti, tetapi ada sedikit hubungan
antigenik antara basil tbc dan basil lepra. Proses timbulnya penyakit lepra diduga akibat reaksi antara
antigen pada lepra yang berikatan dengan antibodinya. lkatan antibodi dan antigen dari basil lepra
tersebut kemudian dideposit ke jaringan tertentu.

 
C.      Produk Ekstraseluler

Produk ekstraseluler tidak banyak dikenal, tetapi dapat dibuat bahan serupa tuberkulin yang disebut
Lepromin. Bahan yang masih kasar dibuat dari basil lepra oleh Mitsuda, disebut antigen Mitsuda, yang
dapat lebih dimurnikan sehingga tidak mengandung komponen-komponen dari sel basil lepra. Sekarang
banyak dipakai lepromin yang dibuat dari lesi lepra pada armadillo.

D.      Patogenesis

Lepra adalah suatu granulomatosa kronik, disebabkan oleh basil lepra, yang terutama menyerang kulit,
saraf perifer dan mukosa hidung. Akan tetapi pada dasamya dapat menyerang pula setiap jaringan
tubuh yang lain.

E.       Patologi

Penyakit lepra digolongkan menjadi 2 tipe pokok, tipe lepromatosa dan tipe tuberkuloid. Di antara
kedua tipe itu terdapat tipe-tipe antara misalnya tipe dimorphosa atau “borderline” dan tipe
intermediate.

Ridley dan jopling membagi tipe lepra menurut tinSkatannya, menjadi 5 group:

Tuberculoid (TT)Borderline tuberculoid (BT)Borderline (BB)Borderline leprornatosa, (BL)Lepromatosa


(LL).
Tipe-tipe tersebut menggambarkan status imunitas seseorang. Oleh karenanya tipe lepra pada
seseorang dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan imunitas atau keberhasilan peRgobatan pada
orang tersebut. Akan tetapi sifat-sifat dan virulensi basil lepra tidak berbeda, walaupun diisolasi dari
penderita dengan tipe yang berbeda-beda.

F.       

Tipe lepromatosa muncul pada orang yang days tahannya menurun. Tampak beberapa lesi nodular pada
kulit (lepromata), yang terdid dari jaringan granulasi, monosit dan basil lepra. Lesi ini dapat menjadi
ulcus, sehingga dapat terjadi infeksi sekunder dan kemudian terjadi proses mutilasi. Selanjutnya basil
lepra menyerang mukosa hidung, mulut, saluran nafas bagian atas, basil lepra tersebut keluarkan
bersama-sama sekret, sehingga lepra tipe lepromatosa sangat menular.

Di samping itu basil lepra juga menyerang organ-organ lain seperti sistema retikulo-endotelial, mats,
testis, ginjal dan tulang, sehingga biasa terjadi basilaemia. Prognose lepra tipe lepromatosa adalah jelek.

Tipe tuberkuloid terjadi pada penderita yang mempunyai days tallan tinggi. Lesi pada kulit hanya
beberapa dan berbatas jelas, berupa bercak-bercak makula anestetik. Saraf-saraf dapat terserang lebih
awal dan efek nyata dengan timbulnya deformitas terutama pada tangan dan kaki. Basil sangat sedikit
pada lesi dan kecil pula kemungkinan menular.

G.      Diagnosa Laboratorium

Bahan pemeriksaan diambil dari goresan dengan skalpel pada lesi di kulit atau mukosa hidung atau daun
telinga. Dibuat sediaan apus pada gelas benda dan dilakukan pengecatan menurut cara Ziehl-Neelsen.
Adanya basil lepra tampak berwama merah dengan susunan bentuk globus, cerutu atau satu-satu.

 
H.      

Ada hubungan antara imunitas terhadap basil tbc dan basil lepra. Dari hasil suatu penelitian, orang-
orang yang mendapat vaksinasi BCG, sekitar 85% juga terlindung dari infeksi basil lepra.

I.         Pengobatan

Obat-obat yang dapat dipergunakan untuk penyakit lepra antara lain:

Golongan sulphon, merupakan obat pilihan utama. Obat yang dipergunakan umumnya diami nodi
phenyl sui I phone (DDS, dapson).Clofazimine, diberikan pada lepra yang telah resisters terhadap
DDS.Rifampicin, diberikan sebagai kombinasi dengan obat pilihan utama.

J.        Epidemiologi, Pencegahan dan Pengawasan

Penyakit lepra sangat menular, dan sumber penularan adalah penderita lepra. Cara penularan belum
diketahui secara pasti, sangat mungkin terjadi pada mass kanak-kanak, dalam waktu yang sangat
panjang selalu kontak dengan penderita yang dalam sekretnya banyak mengandung basil lepra. Sekret
hidung merupakan sumber penularan utama, kemudian bare discharg dari lesi di kulit.

Sering terjadi orang tampak normal, tidak merasa menderita lepra tetapi mengeluarkan sekret yang
menularkan lepra. Keadaan seperti ini berlangsung 2-3 tahun sampai kemudian jelas orang tersebut
menunjukkan tanda-tanda menderita lepra. Masa inkubasi lepra rats-rats 2-5 tahun.
Kunci pengawasan adalah tedetak pada penetapan diagnosa dan pengobatan penderita lepra. Anak-
anak dari keluarga pendedta lepra yang dianggap dapat menularkan, peHu diberi pengobatan sampai
pengobatan terhadap yang sakit dinyatakan tidak menular lagi.

Usaha vaksinasi sudah banyak dilakukan dengan vaksin BCG dan dicoba pula dengan vaksin lepra.
Percobaan di Uganda ffmnunjukkan bahwa sekitar 85% dari orang-orang yang diberi vaksinasi BCG
terhindar dari penyakit lepra.

Anda mungkin juga menyukai