Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keberhasilan suatu negara ditandai dengan meningkatnya aspek
kualitas hidup, kesejahteraan keluarga dan masyarakat, serta usia harapan
hidup (UHH). Peningkatan UHH mengakibatkan semakin meningkatnya
jumlah penduduk lansia di dunia.1 Berdasarkan data World Health
Organization (WHO), persentase jumlah lansia di dunia mengalami
peningkatan, dimana pada tahun 2010 mencapai 524 juta orang dan
diperkirakan akan terus meningkat hingga 3 kali lipat di tahun 2050. 2
Indonesia termasuk negara yang memiliki lanjut usia (aging structured
populatiaon) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun keatas mencapai
7,18%. Pada tahun 2015 jumlah penduduk lansia di Indonesia, mencapai 28,8
juta jiwa (9,51%) dengan usia harapan hidup 66,2 tahun, sedangkan pada
tahun 2016 jumlah lansia mengalami peningkatan menjadi sebesar 30 juta
jiwa (11,49%) dengan usia harapan hidup 68,6 tahun dan pada tahun 2020
diperkirakan sebesar 36 juta (14, 51%) dengan usia harapan hidup 71,1
tahun.3
Data yang dikutip dari Profil Dinas Kesehatan Provinsi Aceh pada
tahun 2014 jumlah lansia yang terdapat di Provinsi Aceh mencapai 299.598
orang. Laporan yang diperoleh dari Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang
Banda Aceh tahun 2018, jumlah lansia yang dirawat mencapai 60 orang
lansia.4
Penuaan merupakan suatu hal yang normal, tetapi kenyataannya akan
menjadi beban bagi orang lain jika dibandingkan dengan proses lain yang
terjadi. Lansia akan mengalami kemunduran fisiologis, rentan terhadap
berbagai problematik hidup apalagi bila individu tersebut menua dengan
disertai keadaan yang patologik, seperti penyakit yang menahun, kehilangan
produktifitas yang harus dihadapinya. Lansia tidak mampu mengkompensasi,
sehingga merasa kehilangan karakter yang melekat pada dirinya semasa

1
muda, merasa terisolasi karena hilangnya pasangan hidup, lingkungan yang
tidak mendukung, dan sebagainya. Dampaknya pada lansia dapat mengalami
gangguan emosi, gangguan alam perasaan, gangguan psikologis dan mental
yang menjadi faktor pencetus terjadinya depresi.5
Depresi merupakan masalah psikologis yang sering terjadi pada
lansia, yang ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berdampak pada
gangguan interaksi sosial, yang ditunjukkan dengan gangguan tidur seperti
insomnia dan berkurangnya nafsu makan. Depresi juga seringkali dianggap
sebagai akibat dari proses penuaan dan penyakit kronis yang dialami oleh
lanjut usia, deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi lansia
dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup bagi lanjut usia.6
WHO mengambarkan depresi sebagai kondisi penuh kesedihan,
kehilangan daya tarik terhadap minat dan hal-hal yang menyenangkan, rasa
bersalah atau rendah diri yang berlebihan, gangguan tidur dan nafsu makan,
mudah sekali letih, dan gangguan parah terhadap konsentrasi. Penderita
depresi memiliki banyak keluhan terhadap penampilan fisik dan cenderung
berdampak lama terhadap kehidupan sehari-hari si penderita. Dampak negatif
yang muncul akibat depresi dapat mendorong penderita melakukan aksi
bunuh diri.7
Data yang dilaporkan WHO, prevalensi depresi pada lansia di dunia
berkisar 8-15% dan hasil meta analisis dari laporan negara-negara di dunia
mendapatkan prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5%.8
Penelitian yang dilakukan oleh Wada pada tahun 2005 dalam Kartika (2012)
menggunakan Geriatric Depression Scale short form (GDS-SF) sebanyak
33,8% lansia pernah mengalami depresi di Indonesia, dan sekitar 39% lansia
usia 65-85 tahun berhasil melakukan upaya bunuh diri. Angka bunuh diri
pada lansia pria tujuh kali lebih besar dibandingkan lansia wanita.9
Depresi pada lanjut usia dipengaruhi oleh faktor biologi, faktor
genetik dan faktor psikososial.10 Faktor risiko lain yang menyebabkan
terjadinya depresi pada lansia meliputi jenis kelamin, usia, status perkawinan,
riwayat keluarga, sosial, dukungan sosial, dukungan keluarga dan tidak
bekerja.11

2
Keluarga merupakan sistem pendukung informal yang dimiliki lansia,
dimana dukungan keluarga sangatlah berarti dalam terjadinya depresi ataupun
menjadi pendukung untuk mengatasi lansia dengan masalah ini.12 Kurangnya
dukungan keluarga kepada lanjut usia, akan mempengaruhi koping pada
lanjut usia tidak adekuat. Koping yang tidak adekuat dalam menghadapi
masalah akan menimbulkan gejala depresi.13
Penelitian yang dilakukan oleh Sari pada 2012, mengemukakan bahwa
tingkat depresi dipengaruhi oleh perhatian dari pengasuhnya, yaitu anggota
keluarganya. Keluarga sebagai orang terdekat dengan lansia selayaknya
memberikan dukungan yang memadai dalam perawatan lansia disisa usianya.
Kemunduran yang dialami lansia dapat menimbulkan rasa kesepian, ketidak
berdayaan dalam segala bidang. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan para
lanjut usia untuk menyesuaikan diri menghadapi stres psikososial terutama
yang berhubungan dengan kehilangan, ketidakmampuan menghadapi
kehilangan atau sedih berpisah dengan anak.14
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rosita tahun 2012, tentang sosial
dan biologi penyebab depresi pada lansia, menyebutkan bahwa internal yang
menyebabkan depresi pada lansia meliputi persepsi individu dengan gejala
berupa kekecewaan maupun kemarahan terhadap anggota keluarganya. 15
Diperkuat dengan penelitian yang dilakukan juga oleh Rezki dkk tahun 2014,
tentang faktor-faktor penyebab depresi pada lanjut usia, terdapat pengaruh
antara kehilangan dan kecemasan terhadap tingkat depresi pada lanjut usia.16
Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari tahun 2011, tentang
kejadian dan tingkat depresi lansia yang tinggal di panti dibandingkan dengan
lansia yang tinggal di komunitas di Kota Magelang, menyebutkan bahwa
persentase lansia yang tinggal di Panti lebih beresiko mengalami depresi
dibandingkan lansia yang tinggal dirumah. Disebutkan 38,5% lanjut usia di
panti mengalami depresi dan 30% lanjut usia di rumah mengalami depresi.17
Berdasarkan studi pendahuluan awal yang peneliti lakukan di Panti
Jompo Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Banda Aceh, diperoleh data
jumlah lansia yang dirawat ebanyak 60 lansia, 18 melalui wawancara dengan
perawat yang bertugas di Rumoh Seujahtra Geunaseh Sayang Banda Aceh

3
diperoleh bahwa sebagian besar lansia mengalami gangguan emosional
seperti rasa sedih, merasa tersisih dan tertekan karena terbuang dari keluarga,
tinggal bersama keluarga di tengah-tengah masyarakat merupakan harapan
lansia yang tinggal dalam lingkungan panti.
Hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan 7 orang lansia,
diperoleh bahwa 4 dari 7 lansia pada saat diwawancarai menyatakan bahwa
lansia kadang kala suka melamun teringat keluarganya, mereka sering susah
tidur hanya karena rindu ingin bertemu dan berkumpul bersama-sama dalam
rumah, namun mereka sering merasa sedih mengapa keluarga menitipkan
mereka dipanti, sehingga menimbulkan anggapan bahwa keluarga tidak
membutuhkan lagi lansia, ingin membuang lansia dan menganggap lansia
adalah bagian bagi keluarga. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai ”Hubungan Dukungan Keluarga
Dan Kehilangan Keluarga Dengan Derajat Depresi Pada Lansia Di Panti
Jompo Rumoh Geunaseh Sayang Banda Aceh Tahun 2019”.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimanakah hubungan dukungan
keluarga dan kehilangan keluarga dengan derajat depresi pada lansia di Panti
Jompo Rumoh Geunaseh Sayang Banda Aceh Tahun 2019?”.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dan kehilangan keluarga
dengan derajat depresi pada lansia di Panti Jompo Rumoh Geunaseh
Sayang Banda Aceh Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

4
a. Untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan derajat
depresi pada lansia di Panti Jompo Rumoh Geunaseh Sayang Banda
Aceh Tahun 2019.
b. Untuk menganalisis hubungan kehilangan keluarga dengan derajat
depresi pada lansia di Panti Jompo Rumoh Geunaseh Sayang Banda
Aceh Tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
pengalaman peneliti dalam mengembangkan penelitian terutama dalam
mengidentifikasi dengan kejadian depresi pada lansia.
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan kajian untuk
berperan serta dalam program pemerintah menurunkan angka kesakitan
dan angka kematian akibat depresi.
1.4.3 Bagi Panti Jompo Rumoh Geunaseh Sayang Banda Aceh
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan perhatian dan kasih sayang
dalam perawatan lansia, sehingga dapat menurunkan angka depresi bagi
lansia yang tinggal di panti.
1.4.4 Bagi peneliti lain
Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi bagi peneliti lain
yang ingin meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
depresi pada lansia, guna memperoleh hasil yang lebih baik lagi di masa
yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai