Anda di halaman 1dari 5

Mengatasi Adverse Selection dan Moral Hazard Melalui Individual Lending dan

Group Lending
Sri Utami Lestari (H453190031)
Prodi Ilmu Ekonomi Pertanian

Pembiayaan pertanian memegang peranan penting dalam mendukung


peningkatan produksi, meningkatkan kesejahteran petani, dan pembangunan
pertanian. Pembiayaan pertanian menjadi “pelumas’ untuk menjalankan kegiatan
pertanian pada level mikro dan makro. (Feryanto 2017). Akan tetapi, permasalahan
klasik yang membelit skema pembiayaan pertanian belum dapat diurai secara baik,
apalagi ditemukan jalan keluarnya yang efektif. Pertama, minimnya informasi dan
buruknya komunikasi antara sektor pertanian dan lembaga keuangan perbankan dan
nonperbankan. Sektor pertanian menjadi kurang atraktif bagi lembaga pembiayaan,
terutama sektor perbankan. Di samping itu, sektor perbankan juga memiliki
pemahaman yang tidak lengkap tentang prospek sektor pertanian. Mereka hanya
mengetahui-dari persepsi atau literatur ekonomi pembangunan kedaluwarsa-bahwa
pertanian itu sebagai suatu sektor usaha sangat berisiko (high risk), tergantung
musim, jaminan harga yang tidak pasti, dan sebagainya. Bahkan, pemahaman yang
lebih ekstrim masih mendominasi, misalnya petani atau pelaku usaha dengan tingkat
kemiskinan tinggi, pendidikan rendah, mandi keringat, terbenam dalam lumpur dan
sebagainya.
Pada industri ini, kesulitan utama dalam pengawasan (monitoring) adalah karena
adanya asimetri informasi (asymmetry information) atau ketidak selarasan informasi,
yang menjadikan industri ini rawan masalah moral hazard. Kepentingan pemegang
saham dapat mengorbankan pihak lain (misal deposan, lembaga penjamin atau
pemegang saham minoritas) untuk keuntungan dirinya, kepentingan manajemen bisa
mengorbankan kepentingan pemegang saham, kepentingan debitur dapat
mengorbankan kepentingan bank. Pada Industri perbankan ini, para agen atau bankir
sering mempunyai informasi yang lebih baik mengenai bisnis tersebut daripada pihak
principal (pendiri), para agen bisa memaksimumkan utilitasnya atas beban pihak lain,
atau paling sedikit agen tidak menanggung secara penuh atau sepadan dengan
kerugian bila terjadi. Para pemegang saham dan manajemen bisa mempunyai agenda
tersembunyi yang bertentangan dengan etika dan prinsip-prinsip pengelolaan
perbankan yang sehat karena kegagalan bank akan menjadi beban penjamin simpanan
dan atau deposan.
Asimetris informasi dibagi menjadi dua jenis berdasarkan bagaimana suatu pihak
memiliki informasi yang lebih unggul daripada pihak lainnya. yang pertama adverse
selection adalah jenis asimetris informasi dalam mana satu pihak atau lebih yang
melangsungkan atau akan melangsungkan suatu transaksi usaha, atau transaksi usaha
potensial memiliki informasi lebih atas pihak-pihak lain. Adverse selection terjadi
karena beberapa orang seperti manajer perusahaan dan pihak insiders lainnya lebih
mengetahui kondisi kini dan prospek ke depan suatu perusahaan daripada para
investor luar (Paloma 2013). Dan jenis asimetris informasi selanjutnya adalah
masalah moral hazard sebagai bentuk penyimpangan akan menyangkut siapa yang
akan menyimpang, mengapa menyimpang dan siapa yang dirugikan akibat tindakan
tersebut. Oleh karenanya bahaya moral hazard perlu dicegah. Persoalannya
bagaimana mencegahnya (Ibrahim Taswan dan Ragimun 2016). Krugman (1999)
menyebutkan bahwa konsep moral hazard telah luas dipergunakan untuk
menjelaskan berbagai perilaku debitur (borrower) dan pemberi kredit (kreditur/bank)
yang berani mengambil risiko tinggi selama krisis keuangan terjadi di Asia Tenggara
pada tahun 1997 -1998. Moral hazard merupakan perilaku pihak-pihak yang
berkepentingan (stakeholder) misalnya pihak bank (pemegang saham dan
manajemen) atau debitur perbankan yangmenciptakan insentif untuk memiliki agenda
dan tindakan tersembunyi yang berlawanan dengan etika bisnis dan hukum yang
berlaku untuk keuntungan dirinya (Luiz, Silva dan Masaru, 2001). Pihak-pihak yang
berkepentingan tersebut atas nama korporasi, atau demi kepentingan korporasi,
berdasarkan hubungan kerja atau berdasarkan hubungan lain, dalam lingkup usaha
korporasi, baik diri sendiri atau bersama-sama.
Suatu kredit disebut menggunakan pendekatan kelompok atau individu bukan
dilihat dari apakah para peminjamnya dikumpulkan dalam kelompok-kelompok atau
tidak. Selain itu, indikator apakah suatu program menggunakan pendekatan kelompok
bukan pada catatan administrasi daftar peminjamnya dicatat dalam suatu kelompok
atau dicatat masing-masing per-individu. Bisa saja, suatu lembaga kredit dalam daftar
peminjamnya adalah nama-nama kelompok, bukan nama-nama perseorangan,
tetapi lending methodology-nya justru individual. Namun sebaliknya, bisa jadi
pencatatan dalam daftar peminjamnya adalah nama-nama perseorangan/individual
peminjam, tapi lending methodology-nya justru menggunakan pendekatan kelompok.
Jadi proses administrasi bukan dasar utama apakah suatu model kredit dapat
dikategorikan menggunakan pendekatan kelompok atau individual. Pembeda antara
pendekatan individual dan kelompok adadalah pada (1) paradigma (2) proses
pengajuan (3) seleksi kelayakan (4) metode penanganan pinjaman bermasalah.
Pendekatan individual atau kelompok memiliki kelebihan dan kekurangan. Bila
dilaksanakan dengan konsisten dengan sumberdaya yang memadai sesuai kebutuhan
masing-masing pendekatan, maka tunggakannya akan rendah dan dapat berkelanjutan
secara keuangan.
Pada pendekatan individual lending dalam menyeleksi anggota semua yang
mengajukan pinjaman adalah tidak layak, kecuali terbukti layak setelah dianalisis
secara kelayakan ekonomi. Yang layak diberi pinjaman adalah yang usahanya layak
secara ekonomi. Proses seleksi dan keputusan persetujuan pinjaman oleh petugas dari
agent intermediant dilihat dari kelayakan individu borrower sendiri. Dalam
pembinaan atau pengendalian pinjaman agent mendatangi tempat usaha atau rumah
nasabah. Dalam mengantisipasi kemacetan dan keberhasilan kredit pada pendekatan
ini bergantung pada kemampuan analisis kelayakan usaha yang dilakukan oleh agent
intermediant. Untuk penyelesaian terhadap penyelesaian pinjaman bermasalah
penagihan oleh petugas, penyitaan jaminan dan penyelesaian dengan jalur hukum.
Sementara apabila menggunakan pendekatan group lending mekanismenya
anggota kelompok berkumpul didasari atas keinginan untuk saling tolong-menolong.
Sehingga ketika suatu saat nanti harus menolong yang lainnya, mmisalnya dengan
menalangi cicilan, tidak akan ada compalaint.karena memahami konsekuensi dari
tanggung renteng, maka kelompok hanya akan menerima calon anggota kelompok
yang bisa dipercaya atau kelompok hanya akan menerima anggota yang siap mereka
bantu. Dengan demikian, seleksi yang dilakukan oleh antar anggota akan
menghasilkan anggota KSM yang akan lancar cicilannya. Dalam pembinaan atau
pengendalian pinjaman adanya pertemuan rutin antar anggota kelompok. Dalam
mengantisipasi kemacetan dan kunci kesuksesan kredit bergantung pada kemampuan
pendampingan kelompok, kesolidan kelompok, kesadaran tanggung renteng dan
pelatihan pra pencairan. Dalam menyelesaikan pinjaman yang bermasalah, saat itu
juga langsung diatasi oleh kelompok dengan mekanisme tanggung renteng. Karena
kelompok yang menyetujui pengajuan pinjaman, maka ketika ada tunggakan,
kelompok yang bertanggungjawab. Keuntungan dari pendekatan group lending ini
terhadap borrower yang baik atau lancar adalah untuk pinjaman berikutnya kelompok
ini akan mendapatkan pinjaman berikutnya lebih besar dengan proses saringan yang
berkurang.
Beberapa catatan atas perbedaan antara pendekatan kelompok dan
individu. Pertama, proses yang benar. Asumsi pada pendekatan kelompok tidak akan
terwujud bila prosesnya tidak benar, khususnya pada pembentukan kelompok. Jadi
asumsi itu akan ada, ketika prosesnya benar bukan sesuatu yang tiba-tiba langsung
ada. Kedua, pendekatan kelompok memprioritaskan preventif dibandingkan kuratif.
Pendekatan kelompok lebih memprioritaskan upaya mencegah timbulnya tunggakan,
dibandingkan dengan upaya-upapa yang sifatnya kuratif, seperti penyelesaian
pinjaman bermasalah. Maksud di sini adalah optimalisasi sumberdaya yang ada, akan
difokuskan pada upaya melakukan perguliran baru berikutnya yang bagus (preventif),
dibandingkan dengan mengerahkan sumberdaya yang ada untuk melakukan upaya-
upaya penyelesaian pinjaman bermasalah. Selama ini ada kesalahpahaman bahwa
dampak dari adanya tanggung renteng adalah hanya pada penyelesaian pinjaman
bersamalah (ketika ada tunggakan). Padahal, dengan sejak awal memahamkan kepada
calon anggota KSM akan adanya konsekuensi tanggung renteng, akan akan terbentuk
suatu kelompok yang terseleksi dengan baik.
Daftar Pustaka
Feryanto. 2017. Pembiayaan Pertanian dan Upaya Meningkatkan Kesejahteraan
Petani: Analisis Data Makro. AGRICORE-Jurnal Agribisnis Dan Sos.
Ekon. Pertan. 2(2):291–357.
http://kotaku.pu.go.id:8081/wartadetil.asp?mid=7404&catid=2& / diakses pada 20
Desember 2020 13.08 WIB
Ibrahim Taswan dan Ragimun. 2016. Moral Hazard dan Pencegahannya Pada Industri
Perbankan di Indonesia. 4(1):64–75.
Krugman, P., 1999, What happened to Asia, Conference paper in Japan, South
Western Publishing.
Luiz A. Pereira, Silva & Masaru Yoshitomi, 2001, Can “Moral Hazard” Explain the
Asians Crises, ADB Institute, Tokyo.
Paloma. 2013. Adverse selection dan moral hazard pada skim kredit lembaga
keuangan mikro agribisnis (lkm-a) puap di kota padang cindy paloma.

Anda mungkin juga menyukai