Anda di halaman 1dari 10

TUGAS REVIEW

MATA KULIAH PERDAGANGAN INTERNASIONAL


SEMESTER GANJIL 2020/2021

JUDUL JURNAL:
An Analysis of the Competitiveness And Market Expansion Of
Thailand’s Rubber Smoked Sheet Export - A Technical Note
(Wattanakul, 2019)

Disusun oleh :
SRI UTAMI LESTARI
H453190031

Dosen :
Dr. Tanti Novianti, S.P, M.Si

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI PERTANIAN


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2020
Jurnal : An Analysis of the Competitiveness and Market Expansion of Thailand’s
Rubber Smoked Sheet Exports- A Technical Note
Author : Thanet Wattanakul , Sakkrin Nonthapot and Tanawat Watchalaaanun
Reviewer : Sri Utami Lestari
Date : 21/09/2020

SUMMARY
Lateks adalah bahan dan komponen penting dalam pembuatan banyak produk. Akan
tetapi, lateks mentah memiliki keterbatasan dalam menjaga kualitasnya dan sulit untuk
dipindahkan. Rubber Smoked Sheet (RMS) adalah  merupakan produk hasil transformasi
dari lateks dan kaleng penggunaannya memecahkan masalah yang disebutkan di
atas. Produk juga banyak digunakan dalam proses produksi dari banyak industri. Namun,
eksportir RMS dihadapkan pada barang substitusi seperti karet sintetis, yang telah
berkembang dalam beberapa tahun terakhir dan mempengaruhi pasar karet.
Disisi penawaran, eksportir utama pada pasar RMS adalah negara ASEAN. Thailand
adalah eksportir terbesar sejak tahun 2001. Thailand memiliki lebih dari 70% pangsa pasar
RMS dunia selama 17 tahun sebagai unggulan kualitas. Bagaimanapun, kelemahan dari
RMS Thailand adalah biaya produksi dan pengembangan yang tinggi dibandingkan dengan
negara lain. Dari 2001 hingga 2003, ekspor RMS Thailand meningkat seiring dengan
pertumbuhan pasar ekspor RMS dunia tetapi antara tahun 2005 dan 2009 menurun pasar
RMS dunia dan nilai ekspor RMS Thailand dipengaruhi oleh pasar yang lebih rendah.
Selain itu, adanya tren penurunan nilai RCA index pada nilai ekspor RMS dan
indeks efek dalam model Pangsa Pasar Konstan (model CMS) di pasar ini antara tahun
1997 dan 2016. Di sisi lain, pengaruh daya saing dan pengaruh interaksi adalah penyebab
penurunan sedangkan pengaruh distribusi pasar menyebabkan kedua pengaruh tersebut
selama periode tersebut. pada 2017, 10 negara importir utama RMS dari Thailand adalah
China, Jepang, USA, Perancis, India, Brazil, Spanyol, Taiwan, Turki dan Italia.
Pada tahun 1970, hubungan antara daya saing dan nilai ekspor dikemukakan oleh
Leamer dan Stem dalam model CMS (Sonstant Market Share Model). Model ini
mengasumsikan bahwa daya saing berhubungan pada pangsa pasar. Total nilai ekspor dari
sebuah negara ditentukan dari total nilai ekspor dunia dan pangsa pasar dari negara tersebut
terhadap pasar dunia. Berdasarkan konsep dasar CMS tersebut, perubahan nilai ekspor
dipengaruhi oleh perubahan total ekspor ke pasar dan perubahan pangsa pasar sementara
kedua penyebab ditentukan oleh faktor lain.
Impor barang apa pun dari negara mana pun dipengaruhi oleh perluasan pasar /
pengurangan barang atau total impor barang dari negara pengimpor dan daya saing negara
pengekspor di pasar negara pengimpor. Semua faktor yang ditentukan oleh faktor lain
adalah variabel endogen sedangkan variabel bebas faktor adalah variabel
eksogen. Pengaruh variabel eksogen terhadap endogen Variabel mungkin mendistorsi hasil
empiris dalam persamaan tunggal yang diperkirakan oleh penaksir kuadrat terkecil biasa,
tetapi persamaan simultan mungkin lebih cocok untuk persamaan sistem, dan metode
penduga kuadrat terkecil tiga tahap mungkin sesuai dan efisien karena sifat dari dua tingkat
kuadrat terkecil dan kuadrat terkecil umum proses dalam metode.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode persamaan simultan dengan
data panel 10 tahun dari tahun 2008 sampai degnan tahun 2017, dari 10 negara importir
utama. Hubungannya di estimasikan menggunakan 3SLS (Three Stages Least Square).
Dengan persamaan sebagai berikut:
Thit = β0 + β1 Sit + β2 Wit + uit eq (1)
Sit = α1 + α2 Pit + α3 Excit + vit eq (2)
Wit = γ0 + γ1 GDPit + γ3 MOt + wit eq (3)
Persamaan (1) menyajikan hubungan antara perluasan pasar dan daya saing di RMS
impor mitra dari Thailand ketika perluasan pasar diwakili oleh istilah dan daya saing
diwakili oleh istilah. Persamaan (2) menyajikan faktor-faktor yang mempengaruhi pangsa
pasar, seperti harga dan nilai tukar sedangkan pada persamaan (3) merupakan faktor-faktor
yang mempengaruhi total impor RMS mitra seperti PDB dan ekspor ban pneumatik mitra
negara.
Hasil empiris dari persamaan (1) menunjukkan pangsa pasar berpengaruh
signifikan positif (daya saing) dan jumlah total impor RMS dari Thailand oleh negara
importir utama. Untuk peningkatan total impor kuantitas RMS negara mitra sebesar 1 ton,
ada 0,7749 ton yang diimpor dari Thailand. Selanjutnya hubungannya antara pangsa pasar
RMS (Daya Saing) dan impor kuantitas RMS dari Thailand di pasar menunjukkan
pentingnya strategi bersaing di pasar. Jika pasar RMS pangsa Thailand di negara mitra
meningkat sekitar 1 persen, ada peningkatan 850.575 ton impor RMS oleh mitra
Thailand. Alhasil, bisa ditegaskan itu Thailand adalah eksportir terbesar pada pasar RMS.
Mempertimbangkan pangsa pasar RMS Thailand dari pasar mitra pada persamaan
(2), ada dua Faktor penting yang menentukan pangsa pasar, yaitu nilai tukar dan harga. Ada
sebuah pengaruh negatif yang kuat dari nilai tukar terhadap total impor mitra RMS dari
Thailand sementara harga rata-rata RMS memiliki pengaruh yang lemah. Ketika mata uang
negara importir menguat dibandingkan dengan baht atau baht terdepresiasi dibandingkan
dengan mata uang negara importir, ada peningkatan yang signifikan dalam Pangsa pasar
RMS Thailand di pasar mitra RMS. Namun, harga rata-rata RMS memiliki efek arah positif
pada pangsa pasar sebagai akibat dari efek yang lebih lemah dari sebelumnya faktor.
Dengan demikian, pembuat kebijakan dapat mempengaruhi pangsa pasar atau
meningkatkan daya saing efek dengan menggunakan kebijakan fiskal internasional
sedangkan kelemahan efek harga di RMS impor mitra memiliki pengaruh yang lebih besar
daripada kualitas.
REVIEW

Thailand merupakan eksportir karet alam terbesar dunia. Thailand menguasai lebih dari
70% pangsa pasar karet alam dunia dalam bentuk RMS (Rubber Smoked Sheet). Akan
tetapi indeks daya saing RMS Thailand terus mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
ekspor dari RMS sendiri mengalami persaingan dengan produk subtitusinya, yaitu pasar
karet sintesis. Disisi lain, tingginya biaya produksi dan pengembangan karet alam Thailand
lebih tinggi dibandingkan dengan negara pengekspor lainnya. Hal tersebut yang mendasari
tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk menginvestigasi efek dari pangsa pasar dan total
impor RMS Thailand dari negara partner importir. Hal ini juga didukung oleh penelitian
Sattayawaksakul and Choi (2017) yang menyatakan bahwa pada komoditas karet alam
menunjukkan bahwa Indonesia dan Thailand memiliki nilai RCA tertinggi untuk
keseluruhan ekspor karet alam, diikuti oleh Vietnam dan Malaysia masing-masing.
Thailand juga memiliki nilai RCA tertinggi untuk karet lateks dan karet lembaran asap,
sedangkan Indonesia menghasilkan nilai RCA tertinggi pada Technically Specified Natural
Rubber (TSNR). Namun, Indonesia sudah tidak memiliki keunggulan kompetitif dalam
mengekspor karet lateks. Malaysia tidak berada dalam keunggulan kompetitif mengekspor
karet lembaran asap.
Daya saing didefinisikan dalam dua perspektif oleh OECD (2012): (i) Daya saing
sebagai kemampuan untuk berhasil saat menghadapi persaingan (ii) Daya saing sebagai
kemampuan untuk menjual produk yang memenuhi persyaratan permintaan dan pada saat
yang sama memastikan keuntungan melebihi waktu yang memungkinkan perusahaan
berkembang. Keunggulan komparatif suatu bangsa mengacu pada kemampuannya untuk
menghasilkan komoditas dengan biaya peluang lebih rendah dari produk lain yang hilang
negara lain, sementara keunggulan kompetitif menunjukkan apakah suatu perusahaan dapat
berhasil bersaing dalam perdagangan komoditas di pasar internasional, mengingat
kebijakan yang ada dan struktur ekonomi.
Teori perdagangan mengemukakan bahwa daya saing suatu negara didasarkan pada
konsep keunggulan komparatif. Teori ini dikonseptualisasikan oleh Ricardo dan Heckscher-
Ohlin (dalam kasus dua negara, dua masukan), keunggulan komparatif mendalilkan bahwa
arus perdagangan adalah hasil dari perbedaan biaya produksi antar negara dan negara akan
mengkhususkan diri dalam produksi barang yang memiliki keunggulan (Latruffe 2010).
RCA merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur indeks daya saing karet
Thailand pada penelitian ini. Kinerja ekspor suatu negara dapat diukur dengan menghitung
pangsa nilai ekspor suatu produk terhadap total ekspor suaru negara dibandingkan dengan
pangsa nilai produk tersebut dalam perdagangan dunia (Kemendag. 2019). Metode RCA
pertama kali dikemukakan oleh Balassa pada tahun 1965 untuk mengukur keunggulan
komparatif suatu wilayah yang kemudian direfleksikan ke dalam keunggulan komparatif
suatu negara melalui ekspor negara tersebut.
Penelitian ini masih dapat dilengkapi oleh beberapa informasi guna lebih memahami
bagaimana kondisi daya saing komoditas karet Thailand di pasar dunia, seperti menambah
informasi tentang daya saing kompetitif dan struktur pasar komoditas karet yang dapat
menggunakan perhitungan ECI dan HI atau CR seperti pada penelitian Kamaludin (2018)
yang menyatakan daya saing kompetitif karet Thailand tertinggi di Dunia dan struktur pasar
yang dihadapi oleh tiga besar negara pengekspor karet alam di pasar internasional
cenderung berbentuk oligopoly-shaped competition. Tingginya nilai rasio konsentrasi
menggambarkan bahwa pasar karet alam merupakan pasar yang terkonsentrasi dengan
jumlah produsen yang relatif sedikit. Adanya kondisi ini juga menunjukkan bahwa dalam
perkembangannya terdapat persaingan yang ketat antar produsen, karena belum ada
produsen yang secara signifikan menguasai pasar. (Kamaludin, 2018). Indeks Daya Saing
Ekspor (ECI) menunjukkan rasio pangsa ekspor sebuah negara di pasar dunia untuk
komoditas tertentu dalam periode tertentu (t) dengan rasio pangsa ekspor suatu negara di
pasar dunia untuk komoditas tersebut pada tahun sebelumnya periode (t-1) (Hakobyan
2017). Saboniene (2009) menggunakan indeks daya saing ekspor ini untuk memperkirakan
keberhasilan atau kegagalan dalam suatu industri untuk meningkatkan pertumbuhan dalam
menghadapi meningkatkan pertumbuhan pasar. Dengan memperhatikan pangsa pasar suatu
negara, maka Indeks daya saing ini akan menjadi indikator yang lebih baik dalam melihat
keunggulan sebuah komoditas.
Penelitian ini menggunakan metode sistem persamaan 3SLS (Three Stages Least
Square). Dengan menggunakan data penelitian selama 10 tahun (2008 hingga tahun 2017)
dari 10 negara importir RMS Thailand, yaitu; China, Jepang, Amerika, Paris, India, Brazil,
Spanyol, Taiwan, Turki dan Italia. Sistem persamaan terdiri dari tiga persamaan struktural.
Dimana terdapat tiga variabel endogen, 4 variabel eksogen sehingga terdapat 7 variabel
dalam sistem persamaan pada penelitian ini. Pada jurnal ini tidak terdapat keterangan
tentang identifikasi persamaan. Yang dimaksud dengan masalah identifikasi adalah apakah
taksiran dari parameter persamaan struktural dapat diperoleh atau tidak. jika taksiran
parameter persamaan struktural dapat dihasilkan dari parameter bentuk yang direduksi
maka persamaan tersebut dikatakan teridentifikasi (identified), tapi jika tidak maka
persamaan tersebut dikatakan tidak teridentifikasi (unidentified) atau kurang teridentifikasi
(underidentifed) (Sugiyono 2016). Pada penelitian ini sistem persamaan ini sudah
overidentified, artinya terdapat lebih dari satu nilai parameter struktural.
Three Stage Least Square (3SLS) adalah suatu metode yang diaplikasikan untuk semua
persamaan yang terdapat pada model dalam waktu yang sama dan memberikan penaksiran
untuk semua parameter secara simultan. Metode ini dikembangkan oleh Theil dan Zellner
sebgai lanjutan dari Two Stage Least Square (2SLS). Sesuai dengan namanya metode
penaksiran Three Stage Least Square (3SLS) adalah metode OLS dalam tiga tahap.
Penaksiran 3SLS merupakan penaksir yang konsisten dan secara umum lebih efisien
daripada penaksir 2SLS. Tetapi, jika variabel error antar persamaan struktural tidak
berkorelasi sehingga matriks varian-kovarian untuk variabel error merupakan matriks
diagonal, maka hasil taksiran 3SLS sama dengan 2SLS (Sugiyono 2016). Sistem persamaan
3SLS (Three Stages Least Square) umumnya digunakan untuk sistem persamaan dengan
persamaan yang rumit dan banyaknya variabel.
Metode 3SLS memberikan parameter estimasi yang lebih efisien secara asimtotik
dibandingkan dengan metode 2SLS, tetapi metode 3SLS dan FIML menggunakan
informasi yang lebih banyak dan lebih sensitif terhadap jumlah sampel dan kesalahan
spesifikasi (Koutsoyiannis, 1977). Apabila berdasarkan penelitian ini, sebaiknya dapat
menggunakan sistem persamaan 2SLS. Keunggulan dari metode 2SLS adalah dapat
menghasilkan parameter estimasi yang konsisten dan paling mantap (robust), lebih
sederhana, lebih mudah dan tidak rentan terhadap perubahan respesifikasi. Dan terdapat
beberapa variabel yang dapat ditambahkan ke dalam persamaan penelitian ini, misalnya
persamaan untuk produksi karet alam yang mana produksi yang efisien tentunya akan
mempengaruhi daya saing komoditas, produksi dan harga dari karet sintesis sebagai
komoditas yang menjadi subtitusi, konsumsi domestik dari karet alam yang
menggambarkan keterserapan karet alam, stock karet alam dunia, harga karet alam
domestik dan harga karet alam dunia (Mdludin et al. 2016).
Hasil estimasi pada persamaan pertama, menunjukkan efek yang signifikan positif dari
pangsa pasar dan total impor RMS dari negera importir terhadap jumlah ekspor RMS dari
Thailand. Market share atau pangsa pasar adalah bagian pasar yang dikuasai oleh sebuah
perusahaan. Hal ini dikarenakan pangsa pasar sering dikaitkan dengan profitabilitas.
Banyak perusahaan berusaha meningkatkannya dengan memacu penjualan, relatif terhadap
pesaing. Ada beberapa alternatif untuk meningkatkan penguasaan pasar, diantaranya
adalah; meningkatkan skala ekonomi, volume yang lebih besar dapat menjadi salah satu
cara untuk mencapai keunggulan biaya. Biaya yang lebih rendah berarti harga lebih rendah,
yang kemudian ditranslasikan ke dalam penjualan yang lebih banyak. Meningkatkan
reputasi, memperkuat reputasi tidak hanya membuat pelanggan yang ada menjadi loyal,
tetapi juga mendorong pelanggan beralih dari pesaing. Meningkatkan daya tawar, posisi
daya tawar yang kuat memberi keuntungan dalam negosiasi dengan pemasok dan anggota
saluran. Ini memungkinkan perusahaan untuk menghemat lebih banyak biaya, sehingga
dapat menjual dengan lebih murah. Meningkatkan nilai tambah dari produk tersebut
(Kamaludin 2018).
Pada estimasi persamaan kedua, menunjukkan bahwa variabel pertama yaitu nilai tukar
memiliki pengaruh yang signifikan dan hubungan negatif terhadap pangsa pasar RMS
Thailand. Nilai tukar adalah nilai tukar suatu mata uang atau kurs adalah nilai tukar mata
uang suatu negara terhadap negara asing lainya (Uchida and Cook 2005). Definisi yang
lebih lengkap mengenai kurs (Exchange Rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang
berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut.
Perbandingan nilai inilah sering disebut dengan kurs (exchange rate). konsep riil yang
dipergunakan untuk mengukur daya saing komoditi ekspor suatu negara di pasaran
internasional. Menurut Claudia et al (2016) bila suatu negara dengan kurs dalam keadaan
depresiasi atau nilai tukarnya mengalami peningkatan maka impornya akan menurun
sedangkan bila dalam keadaan apresiasi atau nilai tukarnya mengalami penurunan maka
impornya akan meningkat. Sedangkan faktor kedua yaitu harga impor komoditas RMS
dinegara tujuan menunjukkan pengaruh yang signifikan dengan hubungan yang positif
meskipun pengaruh yang diberikan oleh variabel tersebut kecil.
KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal yang mempengaruhi daya saing karet
alam Thailand sebagai pengekspor karet alam terbesar dunia dan ekspansi pasar yang dapat
dilakukan. Tujuan penelitian ini didasari oleh semakin menurunnya volume ekspor dan
pangsa pasar karet alam yang dimiliki Thailand, hal ini tentu mengkhawatirkan Thailand
sebagai pendominasi eksportir karet ala dunia. Pada penelitian ini, tujuan penelitian sudah
sesuai dengan latar belakang penelitian. Metode yang digunakan untuk melihat daya saing
pada penelitian ini adalah RCA dan metode analisis yang digunakanan adalah sistem
persamaan 3SLS (Three Stages Least Square) untuk melihat keterkaitan yang saling
mempengaruhi antara persamaan jumlah ekspor karet alam dari Thailand ke negara partner
importir Thailand, pangsa pasar dan jumlah impor negara negara partner. Didapat hasil
bahwa pangsa pasar memiliki pengaruh positif terhadap ekspor karet alam Thailand, nilai
tukar memiliki pengaruh negatif dan harga domestik memiliki pengaruh positif terhadap
jumlah ekspor karet alam Thailand.
Keterbatasan dari penelitian ini adalah, tidak dapat penjelasan tentang market
expansion, meskipun terdapat ditujuan dan judul penelitian. Penelitian ini juga masih dapat
ditambahkan informasi tentang struktur passer yang dihadapi karet alam Thailand dan
bagaimana daya saing kompetitif dari karet alam Thailand. Metode yang digunakan
meskipun sudah cukup sesuai, akan tetapi penggunaan model persamaan 3SLS untuk
penelitian ini dianggap tidak sesuai, dikarenakan data dan persamaan yang digunakan
terlalu sedikit, alangkah lebih baik penelitian ini menggunakan model persamaan 2SLS.
Dan persamaan pada penelitian ini masih dapat ditambahkan agar informasi yang didapat
semakin lengkap, seperti menambahkan persamaan produksi karet alam, konsumsi
domestik, stock karet alam Thailand, dan harga dan produksi karet sintesis sebagai
komoditas subtitusi dari karet alam sendiri. Pada bagian penjelasan penelitian ini, juga tidak
terdapat rekomendasi yang diberikan peneliti terhadap hasil penelitian. Adapun
rekomendasi yang dapat diberikan pada penelitian ini antara lain, meningkatkan pangsa
pasar, pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan guna menjaga kondisi perekonomian
Thailand sehingga nilai tukar tetap terjaga, meningkatkan nilai tambah dari karet alam
Thailand sendiri.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
Balassa B. 1965. Trade Liberalisation and “Revealed” Comparative Advantage.
Manchester Sch. . doi:10.1111/j.1467-9957.1965.tb00050.x.
Claudia G, Yulianto E, Mawardi M. 2016. PENGARUH PRODUKSI KARET ALAM
DOMESTIK, HARGA KARET ALAM INTERNASIONAL, DAN NILAI
TUKAR TERHADAP VOLUME EKSPOR KARET ALAM (Studi Pada
Komoditi Karet Alam Indonesia Tahun 2010-2013). J. Adm. Bisnis S1 Univ.
Brawijaya 35(1):165–171.
Hakobyan S. 2017. Export Competitiveness of Developing Countries and US Trade Policy.
World Econ. . doi:10.1111/twec.12443.
Kamaludin R. 2018. Competitiveness and Exports Sustainability of The Indonesian Natural
Rubber. Sriwij. Int. J. Dyn. Econ. Bus. 2(1):85–98.
[Kemendag]. Kementrian Perdagangan. 2019. Direktorat Jenderal Perundingan
Perdagangan Internasional.
Koutsoyiannis A, Koutsoyiannis A. 1977. Methodology of Econometric Research. In
Theory of Econometrics, p.
Latruffe L. 2010. Competitiveness, Productivity and Efficiency in the Agricultural and
Agri-Food Sectors. OECD Food, Agric. Fish. Pap. . doi:10.1787/5km91nkdt6d6-
en.
Mdludin N, Applanaidu S, Abdullah H. 2016. An Econometric Analysis of Natural Rubber
Market In Malaysia. (6):29–37.
Saboniene A. 2009. Lithuanian export competitiveness: Comparison with other Baltic
states. Eng. Econ.
Sattayawaksakul D, Choi SY. 2017. A Comparative Analysis of Export Competition in
Natural Rubber Among the Leading Exporters in Southeast Asia. SSRN Electron.
J. . doi:10.2139/ssrn.3010865.
Sugiyono PD. 2016. (3SLS) Three Stages Least Square. J. Chem. Inf. Model. 53(9):1689–
1699. doi:10.1017/CBO9781107415324.004.
Uchida Y, Cook P. 2005. The transformation of competitive advantage in East Asia: An
analysis of technological and trade specialization. World Dev. 33(5):701–728.
doi:10.1016/j.worlddev.2005.01.005.
-

Anda mungkin juga menyukai