Anda di halaman 1dari 12

A.

TEORI DORONGAN KUAT (BIG PUSH)

Paul Narcyz Rosenstein-Rodan adalah seorang ekonom asal Yahudi


yang lahir di Kraków, Austria pada tahun 1902. Teori big push ini
didasarkan pada pemikiran Paul Narcyz Rosenstein-Rodan. Menurut
Rosenstein-Rodan tesis teori ini untuk menanggulangi hambatan
pembangunan ekonomi di Negara berkembang dan untuk mendorong
ekonomi tersebut kearah kemajuan diperlukan suatu “dorongan kuat” dari
investasi atau suatu program besar-besaran yang menyeluruh dalam bentuk suatu jumlah minimum
investasi tertentu.
Teori ini menyatakan bahwa cara kerja atau kegiatan investasi “sedikit demi sedikit”
tidak akan dapat mendorong ekonomi dengan berhasil pada lintasan pembangunan, tetapi suatu
jumlah minimum investasi yang besar-besaran merupakan syarat mutlak dalam hal ini. Ia memerlukan
terciptanya atau tercapainya ekonomi eksternal, yang timbul pada pembangunan secara serentak atas
industry-industri yang secara teknik saling berkaitan satu sama lainnya. Dengan demikian syarat
mutlak seperti itu dan terciptanya ekonomi eksternal yang dihasilkan dari sejumlah minimum
investasi tertentu tersebut merupakan prasyarat untuk melancarkan pembangunan ekonomi dengan
berhasil.
Menurut Rosenstein-Rodan pembangunan industri secara serentak dan besar-besaran
ini akan menciptakan tiga macam ekonomi eksternal, yaitu: (a) yang diakibatkan oleh perluasan pasar,
(b) karena industri yang sama letaknya dan (c) karena adanya industri lain dalam perekonomian
tersebut. Namun demikian, menurut Rosenstein-Rodan ekonomi eksternal yang pertama adalah yang
paling penting dibandingkan yang lainnya dalam mendukung pembangunan tersebut.
Di samping itu, Rosenstein-Rodan memerlukan persyaratan sejumlah minimum
investasi yang digunakan untuk memacu program pembangunan. Adapun 3 syarat mutlak minimal
dan ekonomi eksternal itu adalah :
1. Syarat Mutlak Minimal Dalam Fungsi Produksi,
Menurut Rosenstein-Rodan untuk meningkatkan penghasilan, jumlah investasi minimal
dalam input, output atau proses, sangatlah berperan di dalam menurunkan rasio, Rodan
menganggap modal overheand social sebagai contoh paling penting dari syarat mutlak minimal
dan dari ekonomi eksternal pada sisi penawaran. Jasa dari modal overheand social yang terdiri
dari industry dasar seperti tenaga,angkutan dan perhubungan adalah secara tidak langsung
bersifat produktif dan mempunyai persiapan lama, dan tidak dapat di impor.
Pembangunannya membutuhkan investasi dengan “modal awal yang cukup besar”. Dengan
demikian kelebihan kapasitas mungkin akan tetap ada pada beberapa waktu. Investasi ini juga
mencakup paket industri minimal untuk berbagai pekerjaan umum sedemikian rupa sehingga

1
suatu Negara terbelakang harus melakukan investasi antara 30-40% dari total invertasinya pada
bidang-bidang ini. Oleh karena itu investasi ini harus mendahului investasi-investasi produktif
secara langsung cepat menghasilkan. Jadi menurui Rodan, modal overhead social mengandung 4
syarat mutlak minimal yaitu :
a. Modal overheand social di lihat dari segi waktu tak dapat di ubah lagi dan oleh karena itu
harus mendahului investasi lain yang bersifat produktif secara langsung.
b. Modal overheand mempunyai masa pakai minimum.
c. Modal overheand social mempunyai masa persiapan yang lama.
d. Modal overheand social terdiri dari suatu paket industry minimal yang tidak dapat dikurangi
lagi untuk jenis pekerjaan umum yang berbeda.
Syarat mutlak minimal pada persediaan modal overhand social ini merupakan salah satu dari
hambatan pokok pebangunan di Negara terbelakang. Oleh karena itu, di perlukan investasi awal
yang tinggi pada overhand social agar membuka jalan kearah investasi-investasi produktif secara
langsung cepat menghasilkan.

2. Syarat Mutlak Minimal Permintaan


Syarat mutlak minimal permintaan atau saling melengkapinya permintaan, membutuhkan
pendirian secara serentak industri-industri yang saling berkaitan di negara terbelakang. Karena
jika proyek investasi secara sendiri-sendiri mempunyai resiko tinggi sebagai akibat dari ketidak
pastian mengenai apakah produknya akan mendapatkan pasar, maka Rodan memutuskan tentang
investasi harus bersifat saling berkaitan. Rosenstein-Rodan menggunakan contoh terkenal dari
suatu pabrik sepatu untuk menjelaskan pokok pandangannya.
Ambilah contoh suatu perekonomian tertutup Andaikan 100 orang pekerja penganggur
tersembunyi dipekerjakan dalam satu pabrik sepatu yang gajinya merupakan penghasilan
tambahan. Jika pekerja-pekerja ini membelanjakan semua pendapatannya pada sepatu yang
mereka buat, pasaran sepatu akan memperoleh permintaan yang pasti dan dengan demikia
berhasil. Dalam kenyataanya, mereka tidak akan suka membelanjakan semua tambahan
pendapatan mereka hanya pada sepatu. Keinginan manusia bermacam-macam. Orang di luar
pabrik pun tidak akan membeli tabahan sepatu bila mereka miskin dan tidak punya cukup uang
untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal mereka. Dengan demikian pabrik baru itu akan di
tinggalkan karena pasar tidak memadai.

3. Syarat Mutlak Minimal Dalam Persediaan Tabungan.


Elastisitas pendapatan yang tinggi dari tabungan merupakan syarat mutlak minimal yang
ketiga teori Rosenstain. Suatu jumlah minimum investasi membutuhkan suatu jumlah tertentu
tabungan jumlah tabungan ini tidak mudah di capai oleh negara terbelakang yang miskin karena
sangat rendahnya tingkat pendapatan. Untuk mengatasi hal ini, maka ketika pendapatan

2
meningkat sebagai akibat peningkatan investasi, tingkat tabungan marginal diusahakan agar lebih
tinggi daripada tingkat rata-rata tabungan. Tapi tidak ada suatu negara pun yang pernah
mempunyai tingkat tabungan marginal yang lebih tinggi daripada tingkat rata-rata tabungan
sebelumnya.
Berdasarkan 3 syarat mutlak minimal ini dan adanya ekonomi eksternal yang dapat di
kembangkannya, maka ”Dorongan kuat” atau jumlah minimum investasi merupakan tindakan
satu-satunya untuk mengatasi hambatan-hambatan pembangunan di negara terbelakang.

MODEL PEMBANGUNAN SEIMBANG


Model pembangunan seimbang (balanced growth model) diartikan sebagai pembangunan di
berbagai jenis industri secara bersamaan sehingga industri tersebut saling menciptakan pasar
bagi yang lainnya. Dalam pembangunan yang seimbang ini diperlukan keseimbangan antara
penawaran dan permintaan, dari sisi penawaran memberikan tekanan pada pembangunan
serentak dari semua sektor yang berkaitan yang dapat meningkatkan penawaran barang. Dari
sisi permintaan berhubungan dengan penyediaan lapangan kerja yang lebih besar dan
peningkatan pendapatan agar permintaan barang dan jasa dapat tumbuh. Model pembangunan
seimbang menurut Rosenstein-Rodan adalah dengan melakukan industrialisasi secara besar-
besaran di daerah yang kurang berkembang agar tercipta pembagian pendapatan yang lebih
merata. Rodan beranggapan bahwa Mengadakan industrialisasi di daerah yang kurang
berkembang merupakan cara untuk menciptakan pembagian pendapatan yang lebih merata di
dunia dan untuk meningkatkan pendapatan di daerah tersebut dengan lebih cepat daripada
daerah yang lebih kaya. Dalam program tersebut industry harus di bangun secara serentak.
Tujuan dari strategi ini adalah untuk menciptakan berbagai jenis industry yang mempunyai
hubunga erat satu sama lain, sehingga setiap industri akan memperoleh ekonomi ekstren
(Rodan,1957).
Menurut Rosenstein-Rodan, pembangunan industri secara besar-besaran akan menciptakan
tiga macam ekonomi ekstren, yaitu:
a. Diakibatkan Oleh Perluasan Pasar,
Proses terciptanya eksternalitas ekonomi sebagai akibat dari adanya perluasan pasar
bisa di jelaskan dengan contoh sebagai berikut. Misalnya sebanyak 10.000 pengangguran
dari sektor pertanin di pekerjakan dari sebuah industri batik, mereka akan menerima
pendapatan yang lebih besar dari pekerjaan sebelumnya, dan hal ini akan menaikan
pengeluaran mereka. Namun demikian, kenaikan pengeluaran para pekerja ini hanya
sebagian kecil saja yang akan digunakan untuk membeli batik yang dihasilkan itu.
Sebagian besar pendapatan tersebut akan di konsumsi untuk membeli makanan dan
barang-barang lainnya. Oleh karena itu sebagian besar pendapatan tersebut dikonsumsi
untuk membeli makanan dan barang-barang lainnya, maka industri batik yang akan

3
didirikan itu akan mengalami kekurangan permintaan. Keadaan tersebut akan sangat
berbeda jika yang di pekerjakan adalah 1 juta pengangguran dari sektor pertanian. Mereka
di pekerjakan dalam industri-industri yang menghasilkan berbagai macam barang yang di
butuhkan oleh para pekerja tersebut. Pendapatan yang tercipta di berbagai industri itu
akan menciptakan dan memperluas pasar suatu industri, dan dengan demikian akan
mengurangi kemungkinan tidak terjualnya barang yang di produksikan oleh sesuatu
industri yang didirikan. Oleh karena itu resiko bisa di anggap sebagai bagian dari biaya
produksi, maka pembangunan industri secara besar-besaran dan yang saling berkaitan erat
satu sama lain akan mengurangi biaya produksi dan menciptakan eksternalitas ekonomi.
Pendapat Nurkse tidak banyak berbeda dengan Rosenstein-Rodan. Dalam inalisisnya, ia
menekankan bahwa pembangunan ekonomi bukan saja mengalami kesukaran dalam
mendapatkan modal, tetapi juga dalam mendapatkan pasar bagi barang- barang industri
yang akan di kebangkan. Nurkse mengatakan bahwa investasi sangat rendah karena
kecilnya daya beli masyarakat, sedangkan rendahnya daya beli itu disebabkan oleh
rendahnya pendapat riil masyarakat ini disebabkan oleh rendahnya produktivitas.
Nurkse mempunyai pendapat yang sama dengan Rosenstein-Rodan mengenai peranan
perluasan pasar dalam mempertinggi efisiensi suatu industri yakni pasar merupakan
eksternalitas ekonomi bagi berbagai industri. Ia juga menganggap bahwa perluasan pasar
tersebut merupakan eksternalitas ekonomi yang lebih penting dari pada eksternalitas
ekonomi yang dikemukakan Marshall, seperti :
1. memperbaiki jaringan transportasi dan komunikasi
2. perbaikan tingkat teknologi
3. perbaikan tingkat keterampilan serta keahlian tenaga kerja.
Eksternalitas ekonomi yang di sebabkan oleh perluasan pasar dan eksternalitas
ekonomi yang tradisional, menurut Nurkse dan Rosenstein-Rodan, yang menyebabkan
perbedaan yang besar sekali antara produktivitas modal marginal dari suatu perusahaan
(private marginal produktivity of capital). Perbedaan yang sangat besar di atas
mempunyai arti bahwa dorongan atau rangsangan bagi suatu perusahaan untuk
melakukan investasi seringkali tidak cukup besar karena kecilnya pasar. Namau
demikian, jika ditinjau industri secara keseluruhan, maka rangsangan tersebut sangat
besar. Oleh karena itu jika sejumlah industri besar dikembangkan maka secara bersamaan
setiap industri mengalami perluasan pasar yang besar sekali bagi produk-produknya.

b. Industri Yang Sama Letaknya Berdekatan.


Dengan adanya perluasan industri maka akan terjadi beberapa hambatan , karena
begitu banyaknya industri yang sama maka akan saling berdekatan pula tempat dimana
industri tersebut didirikan. Dengan adanya masalah ini maka terjadi ekonomi eksternal

4
c. Adanya Industri Lain Dalam Perekonomian Tersebut.
Di dalam perekonomian suatu Negara terdapat industri-industri yang memproduksi
kebutuhan penduduknya, sedangkan kebutuhan manusia sangatlah bermacam-macam
oleh karena itu akan berdiri industri lain yang memproduksi barang yang berbeda maka
terjadilah ekonomi eksternal.

 PENILAIAN
Prof. Rosenstein-Rodan menganggap Teori pembangunannya lebih unggul daripada teori
keseimbangan statis tradisional karena ia tidak menggunakan motto dari teori yang terakhir
ini bahwa alam memang melompat-lompat. Teorinya berdasarkan atas asumsi yang lebih
realistas yaitu syarat mutlak minial dan ketidak tepatan dalam fungsi produksi. Teori ini
menjajagi jalan menuju keseimbangan dan tidak hanya menjajagi kondisi-kondisi pada saat
titik keseimbangan tertentu. Jadi teori ini terutama merupakan teori investasi yang
menyangkut pasar tidak sepurna di Negara terbelakang. Dalam pasar tidak sempurna seperti
itu, bukan mekanisme pasar tetapi sejumlah minimal investasi tertentu yang menempatkan
suatu perekonomian Negara terbelakang menuju suatu posisi optimum.

 KEKURANGAN BIG PUSH THEORY


Meskipun demikian “teori dorongan kuat” tidak luput dari beberapa kekurangan yaitu :
1. Mengabaikan Investasi Di Bidang Ekspor Dan Impor
Teori investasi di bidang overhand social dapat menciptakan ekonomi eksternal yang luas. Namun
seperti dinyatakan Prof. Jakop Viner, perekonomian terbelakang ternyata menjadi lebih baik sebab
perdagangan dunia yang tidak tergantung pada investasi dalam negeri. Rodan menyadari ini,
namun tidak mau melihat kenyataan bahwa di negara yang sedang berkembang investasi di bidang
ekspor dan pengganti impor marginal memduduki peranan yang besar di dalam keseluruhan
investasi. Dalil ekonomi eksternal yang timbul dari “dorongan kuat” tersebut di atas kehilangan
alasan pembenarannya karena jenis investasi di bidang ekspor dan pengganti impior seperti itu
tidak memerlukan ekonomi eksternal.
2. Mengabaikan Investasi Yang Bersifat Pengurangan Biaya.
Di dalam produksi lokal barang-barang konsumsi, dan sebagaian besar pekerjaan umum,
ekonomi eksternal yang potensial hanya sedikit saja dapat terwujud. Investasi di bidang-bidang
yang permintaannya cukup inelastis lebih bersifat mengurangi biaya daripada memperluas output.
Karena ekonomi eksternal tubuh dari perluasan output industri sebelumnya, maka dalam hal
investasi yang bersifat pengurangan biaya ekonomi eksternal tersebut tidak diperlukan.
3. Mengabaikan Investasi Di Sektor Pertanian

5
Teori ini lebih menekankan pentingnya suatu jumlah minimal investasi pada semua tipe
industri barang modal, barang konsumsi dan modal overhand social, kecuali pertanian dan industri
primer lainnya. Bagi Negara terbelakang yang berorientasi pada pertaniaan, aplikasi teori
“investasi dorongan kuat” secara besar-besaran di bidang pengairan, fasilitas angkutan, landreform
dan perbaikan pertanian melalui peralatan yang lebih baik, pupuk dan lain-lain sama pentingnya.
Mengabaikan sector pertaniaan berarti meperhambat daripada mempercepat jalannya
pembangunan.
4. Menyebabkan Tekanan Inflasioner.
Investasi di bidang overhand social dalam jumlah minimal pun ternyata sangatlah mahal.
Modal overhand juga mempunyai rasio modal output yang tinggi dan masa persiapan yang sangat
lama. Ini membuat tugas pembangunan di negara terbelakang menjadi lebih sulit dan lebih lama,
karena negara tidak mempunyai sumber keuangan yang cukup untuk menyediakan modal overhand
yang diperlukan bagi “dorongan kuat” itu. Jangka waktu selama modal overhand itu dibentuk juga
akan menjadi masa yang mengandung tekanan inflasi karena barang-barang konsumsi langka.
Tekanan inflasi pada waktunya akan memperpanjang proses pembentukan modal overhand
sehingga tugas untuk membangun perekonomian dengan lebih cepat menjadi semakin labih sulit
lagi.
5. Investasi Rendah Membawa Peningkatan Besar Di Bidang Output.
Analisa statistic pembangunan ekonomi di dunia Prof. Jonh Adler menunjukan bahwa
“investasi yang relative rendah memberikan hasil yang baik dalam bentuk penambahan output.
Kesimpulan ini di dasarkan pada kajian tentang rasio odal output yang rendah di India, Pakistan
dan banyak negara lainnya di Asia dan Amerika latin. Jadi tidak banyak bukti yang dapat
menyakinkan bahwa “dorongan kuat” pada investasi merupakan suatu persyaratan bagi
pembangunan ekonomi negara terbelakang.
6. Kesulitan Administrative Dan Institusional
Teori dorongan kuat di dasarkan pada investasi yang dimotori oleh Negara. Prof. Rosenstein
mengemukakan bahwa karena pasar di Negara terbelakang bersifat tidak sempurna, maka
mekanisme pasar bukan merupakan system pemberi isyarat yang baik. Tetapi ketergantungan
kepada negara sendiri mengandung jumlah masalah. Perlengkapan administrasi dan kelembagaan
pada perekonomiaan seperti itu lemah dan tidak efisien. Kesulitan yang akan timbul tidak akan
tidak saja menyangkut perencanaan berbagai macam proyek tetapi juga dalam pelaksanaanya.
Kekurangan informasi statistic, keterampilan teknik, tenga terlatih dan koordinasi antara berbagai
departemen adalah sebagian dari masalah kompleks yang tidak mudah diatasi. Lebih lanjut,
sebagian beras Negara terbelakang merupakan ekonomi campuran, di mana sector swasta dan
Negara lebih danyak bersaing daripada saling melengkapi. Ini membawa kepada saling curiga dan
permusuhan yang rasanya bertentangan dengan pertumbuhan ekonomi yang berimbang.
7. Bukan fakta sejarah paling akhir

6
Tesis Prof. Rodan jenis resep untuk mendorong maju Negara terbelakang kejalur cepat, pada
saat ini. Ia bukan suat uraian sejarah mengenai bagaimana pembangunan pernah berlangsung,
karena menurut sejarah keberadaan atau absennya suatu dorongan kuat tidak merupakan ciri
pertumbuhan yang istimewa, di mana pun juga. Kata prof. Hagen.

 KRITIK TERHADAP PEMBANGUNAN SEIMBANG


Banyak kritik yang di lontarkan terhadap teori pembangunan seimbang, yang dikemukakan
oleh :
1. Hirschman
Merupakan pengkritik yang paling “baik” karena selain menunjukan keleahan-kelemahan
teori pembangunan seimbang juga mengemukakan teori pembangunan tak seimbang.
Hirschman berpendapat bahwa disatu pihak pembangunan seimbang sangat meragukan
kemampuan Negara-negara sedang berkembang, tetapi di lain pihak mereka mebuat
penghargaan-penghargaan yang samasekali tidak realitis mengenai daya kreatif Negara -
negara tersebut. Menurut Hirschman, teori pembangunan seimbang melupakan kenyataan
historis yang menunjukan bahwa swcara gradual (perlahan) kegiatan industri modern
telah mulai berkembang pada masa lalu, dan telah sanggup menggantikan beberapa
industri ruah tangga maupun menghasilkan barang-barang yang pada mulanya diinpor.
Juga teori itu telah mengabaikan kenyataan sejarah yang menunjukan bahwa hasil-hasil
moderen telah mengabaikan kenaikan pengeluaran masyarakat sehingga mengurangi
tabungan mereka serta medorong untuk bekerja lebih giat.
Jadi menurut Hirschman, hambatan-hambatan terhadap pembangunan terutama
industrialisasi tidaklah seserius seperti yang dikemukakan orang, termasuk orang yang
memcetuskan pandangan tentang perlunya pebangunan seimbang.
Hirschman juga mengatakan bahwa ia tidak yakin Negara-negara sedang berkembang
sanggup melaksanakan program pembangunan yang demikian tanpa adanya bantuan dari
luar, karena pelaksanaan pemmbangunan eerlukan tenaga-tenaga ahli yang besar sekali
julahnya, yang notabene sangat terbatas sekali jumlahnya di Negara-negara sedang
berkemmbang, berkaitan dengan hal itu Hirschan mengatakan bahwa jika suat Negara
sudah mapu untuk melaksanakan doktrin pembangunan seimbang, maka Negara itu sudah
bukan Negara sedang berkembang lagi. Selain itu, Hirschman (dan Fleming)
mengemukakan bahwa pembangunan seimbang itu selain menciptakan efisiensi dan
keuntungan yang lebih tinggi kepada masing-masing industri juga bias menimbulkan
eksternalitas disekonomis. Misalnya, pembangunan seimbang akan menghancurkan cara-
cara tradisional dalam kehidupan masyarakat, dalam kegiatn produksi, dan dalam cara-
cara bekerja masyarakat. Hal ini sering kali menimbulkan kerugian bagi masyarakat.
Keahlian tradisional tidak berguna lagi, corak kegiatan perdagangan yang lama hancur,

7
dan pengangguran tercipta. Kalau keadaan demikian terjadi maka akan menimbulkan
berbagai jenis biaya social (social cost) bagi masyarakat.

2. Singer
Mengeritik pandangan yang menekankan tentang perlunya manciptakan pembangunan
yang bersamaan pada berbagai industri (Rosenstein-Rodan dan Nurkse). Menurut Lewis,
melupakan sector pertanian. Sebagai akibatnya, sector pertanian akan menghadapi
kesukaran untuk memenuhi pertambahan permintaan bahan pangan dan bahan baku
pertanian yang akan digunakan sector industri. Oleh karena itu, menurut Singer, teori
pembangunan seimbang harus diperluas sehingga meliputi pula usaha pembangunan
secara besar-besaran di sector pertanian. Dengan demikian kenaikan produktivitas dan
produksi sector pertanian akan dapat memenuhi kenaikan permintaan di sector industri.
Namun demikian, Singer meragukan kemampuan Negara-negara sedang berkembang
untuk menyediakan sumberdaya jika ingin melaksanakan program secara besar-besaran
seperti itu. Ia juga mengatakan bahwa teori pembangunan seimbang tidak menyadari
masalah utama yang dihadapi Negara-negara yang sedang berkebang yaitu kekurangan
sumberdaya, walau pun begitu tidak berarti bahwa Singer menolak sama sekali
pandangan-pandangan dari teori pembangunan seimbang. Pandangan teori tersebut yang
menunjukan pentingnya perluasan pasar dan hubungan erat antara berbagai industri dalam
menciptakan eksternalitas ekonomi untuk berbagai industri dianggapnya sebagai suatu
subangan penting dari teori ini bagi pemikiran pembangunan.
Kritik utama Singer terhadap teori pembangunan seimbang adalah mengenai corak
program pembangunan yang harus di laksanakan di berbagai industri dan sektor. Menurut
Singer, hal tersebut sangat sulit dilakukan oleh Negara-negara sedang berkembang yang
biasanya mempunyai sumberdaya yang terbatas.

B. TEORI DUALISTIK
A. Pengertian Ekonomi Dualisme
Ekonomi dualisme (dual economy) merupakan istilah yang memiliki makna
akademis teknis maupun makna yang lebih umum. Dikatakan demikian karena dalam
aspek teknisnya, istilah ini merujuk pada adanya dua sektor berlainan dalam
perekonomian yang sama, masing-masing memiliki pijakan budaya, aturan main,
teknologi, pola-pola permintaan, dan praktik pelaksanaannya sendiri. Sedangkan disisi
lain yang mencerminkan hal lebih umum adalah adanya perbedaan sektor subsistem
tradisional yang berpendapatan rendah khususnya dipedesaan dengan sektor
kapitalis perkotaan yang tumbuh pesat dan lebih modern (Singer, 2000:248).

8
Ekonomi dualisme menurut J.H Boeke (Ekonom Belanda) adalah dua sistem
ekonomi yang berbeda dan berdampingan kuat. Dua sistem tersebut bukan sistem
ekonomi transisi dimana sifat dan ciri-ciri yang lamanya makin melemah dan yang baru
makin menguat melainkan kedua-duanya sama kuat dan jauh berbeda. Perbedaan
tersebut karena sebgaian akibat penjajahan orang-orang barat. Dualisme ini berarti dalam
waktu yang sama didalam masyarakat terdapat dua gaya sosial yang jelas berbeda satu
sama lainnya dan masing-masing berkembang secara penuh serta saling mempengaruhi.
Jadi, Ekonomi Dualisme adalah sistem ekonomi yang merujuk kepada dua sistem yang
berlainan namun sama kuat. Sistem tersebut adalah perekonomian modern dan
perekonomian kerakyatan.
Jadi, dualisme adalah dua keadaan yang berbeda dimana satu keadaan bersifat
superior dan keadaan lainnya bersifat inferior yang hidup berdampingan pada ruang dan
waktu yang sama. Dengan adanya dua keadaan yang berbeda ini tentunya akan memiliki
pengaruh tersendiri bagi suatu negara yang secara tidak langsung menganut sistem
dualisme ekonomi ini.

B. Ciri-Ciri Dualisme Ekonomi


Dualisme Ekonomi mempunyai 4 ciri-ciri , sebagaimana dikemukakan oleh
Lincolin Arsyad (2010) yaitu sebagai berikut :
1. Dua keadaan yang berbeda dimana sebagian bersifat superior dan lainya bersifat
inferior yang bisa hidup berdampingan pada ruang dan waktu yang sama.
2. Keadaan hidup berdampingan itu bersifat kronis dan bukan transisional.
3. Derajat superioritas atau inferioritas itu tidak menunjukan kecenderungan yang
menurun,bahkan terus meningkat.
4. Keterkaitan antara unsur superior dan unsur inferior tersebut menunjukan bahwa
keberadaan unsur superior tersebut hanya berpengaruh kecil sekali atau bahkan tidak
berpengaruh dalam mengangkat derajat unsur inferior.

C. Kekurangan Dan Kelebihan Dualisme Ekonomi


1. Kekurangan Dualisme Ekonomi
Adapun kekurangan dari dualisme ekonomi yaitu,
a. Pembangunan sektor publik yang tidak seragam. Dengan adanya dualisme
ekonomi, terjadi ketimpangan dalam membangun sektor publik, karena
pembangunan hanya terjadi pada daerah yang dihuni industri-industri besar.
Sementara, untuk daerah-daerah yang tidak tersentuh pertumbuhan industri,
terjadi keterlambatan pembangunan sektor publik. Dengan adanya
pertumbuhan industri pada daerah-daerah tertentu menyebabkan pembangunan

9
sektor publik seperti, infrastruktur jalan, rumahsakit, sekolah, dan sektor publik
lainnya semakin cepat dan mengakibatkan jarak (gap) pembangunan terhadap
daerah-daerah lain semakin besar.
b. Ketidakseimbangan pendapatan rakyat.
c. Kesejahteraan masyarakat tidak merata. Dengan pendapatan rakyat yang tidak
seimbang, rakyak kesulitan memenuhi kesejahteraannya seperti sandang,
pangan, serta papan.
d. Memicu munculnya disintegrasi bangsa. Karena ekonomi dualisme
mengakibatkan pengangguran

2. Kelebihan Dualisme Ekonomi


Adapun kelebihan dualisme ekonomi yaitu adanya dualisme ekonomi, dapat
dilakukannya pengembangan sumber daya efisien.

D. Faktor-faktor Penyebab Ekonomi Dualisme


Ada empat faktor yang melatarbelakangi atau menjadi penyebab lahirnya
dualisme ekonomi, yaitu :
1. Mempertahankan agar surplus disektor pertanian tetap berada didalam negeri daripada
dibawa keluar negeri seperti pada masa penjajahan.
2. Kebijakan untuk mengalihkan surplus pertanian kesektor industri (manufacturing), dan
ekonomi seperti semula.
3. Adanya dari pola-pola pertumbuhan ekonomi yang terjadi di negara-negara Asia.
Pertumbuhan penduduk yang cepat untuk Filipina, Taiwan, dan Korea Selatan (2-3%
pertahun) berdampingan dengan miskinnya sumber-sumber alam. Ekspor hasil bumi
dapat dikatakan kecil, dan tidak dapat mengimbangi angka pertumbuhan penduduk.
Sementara pada daerah lainnya kita akan temukan tekanan pendudukyang rendah, tetapi
cukup memiliki sumber-sumber alam, dan potensial untuk mengadakan ekspor hasil
bumi. Malahan ekspor hasil bumi memainkan peranan penting dalam ekonomi nasional.
Ini dapat kita temukan dinegara Thailand dan Malaysia.
4. Dinegara-negara sedang berkembang, kebanyakan dari masyarakat tingkat
pemilikan tanah kecil. Rasio antara manusia dan tanahnya dapat mencapai 1.000-1.500
orang perkilometer persegi dengan 80% lebih hidup didaerah pedesaan, danbekerja pada
sektor pertanian tradional. Lemahnya perekonomian nasional. Perekonomian nasional
dari negara yang memiliki dualisme untuk pertumbuhanekonominya. Pada sebagian
besar negara sedang berkembang, biasanyatergantung kepada perdagangan luar negeri,
bantuan luar negeri dan investasi-investasi asing.

10
E. Macam-macam Ekonomi Dualisme
1. Dualisme Sosial
Tahun 1910, seorang ekonom Belanda, J.H Boeke menyatakan bahwa
pemikiran ekonomi Barat tidak dapat diterapkan dalam memahami permasalahan
perekonomian negara-negara jajahan (tropis) tanpa suatu “modifikasi” teori. Jika ada
pembagian secara tajam, mendalam dan luas yang membedakan masyarakat menjadi
dua kelompok, maka banyak masalah sosial dan ekonomi yang polanya sangat berbeda
dengan teori ekonomi Barat sehingga pada akhirnya teori tersebut akan kehilangan
hubungannya dengan realitas dan bahkan kehilangan nilainya. Boeke menganggap
bahwa prokondisi dari dualismenya adalah hidup berdampingannya dua sistem sosial
yang berinteraksi hanya secara marginal melalui hubugan yang sangat terbatas antara
pasar produk dan pasar tenaga kerja.
2. Dualisme Ekologis
Pada tahun 1963 Clifford Geertz mengenalkan dualisme ekologis.
MenurutGeertz, dualisme ditandai oleh perbedaan-perbedaan dalam sistem ekologis.
Setiap sistem ekologis tersebut menggambarkan pola-pola sosial dan ekonomi
tertentu yang menyatu di dalamnya dan membentuk suatu keseimbangan internal.
3. Dualisme Teknologi
Dualisme teknologi adalah suatu keadaan di mana di dalam suatu kegiatan
ekonomi tertentu digunakan teknik produksi dan organisasi produksi yang modern
yang sangat berbeda dengan kegiatan ekonomi lainnya dan pada akhirnya akan
mengakibatkan timbulnya perbedaan tingkat produktifitas yang sangat besar, dalam
hal ini teknologi modern sangat berperan penting.
Teknologi modern yang dimaksud diatas berkisar pada sektor industri
pertambangan, industri transportasi dan sebagainya. Sedangkan kegiatan ekonomi
yang tingkat teknologinya masih rendah yaitu : pertanian, industri rumah tangga,
organisasi produksi tradisional dan lain lain.
4. Dualisme Finansial
Dalam analisis Myint, beliau mengemukakan mengenai dualisme finansial. Hal
ini pun merujuk pada pengertian bahwa pasar uang dalam negara jajahan dibedakan
menjadi 2 kelompok yaitu pasar uang yang terorganisir dengan baik (organized
money market) dan pasar uang yang tidak terorganisir (unorganized money market).
Pasar uang yang terorganisir dengan baik terdiri dari bank-bank komersial dan
lembaga-lembaga keuangan non-bank. Lembaga ini terdapat di pusat-pusat bisnis dan
kota-kota besar, serta memiliki tujuan untuk menyediakan pinjaman kepada
perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan tanaman ekspor dan
pertambangan. Namun setelah NSB mencapai kemerdekaan, pemerintah mengadakan

11
usaha yang sifatnya mendorong lembaga-lembaga keuangan modern untuk
memberikan pinjaman kepada sektor ekonomi lainnya, terutama sektor industri dan
pertanian rakyat.
5. Dualisme Regional
Dualisme Regional adalah ketidakseimbangan tingkat pembangunan antar
berbagai daerah dalam negara. Dualisme regional ini memusatkan perhatiannya pada
masalah kesenjangan yang terjadi pada kesejahteraan antar daerah. Misalnya, di NSB
ada beberapa daerah yang berkembang sangat pesat sehingga keadaan ekonomi dan
sosialnya sudah hampir menyamai negara maju, sedangkan daerah lainnya
mengalami perkembangan yang sebaliknya atau bahkan mengalami kemunduran.
Berikut ini merupakan jenis dari dualisme regional dinegara sedang
berkembang:
a. Dualisme antar daerah perkotaan dan pedesaan
b. Dualisme antara pusat negara,pusat industri dan perdagangan dengan daerah lain
dalam negara tersebut.
Dualisme ini merupakan akibat dari investasi yang tidak seimbang antara
daerah perkotaan dan pedesaan. Ketidakseimbangan ini akhirnya menyebabkan
kesenjangan antara perkotaan dan pedesaan semakin besar.

12

Anda mungkin juga menyukai