Anda di halaman 1dari 4

Pertm .12.

POLITIK DANSTRATEGI NASIONAL

a) Pengertian Politik, Strategi, dan Polstranas


1) Pengertian Politik
Kata “Politk” secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “Polisteria” yang terdiri
atas kata “polis” artinya Kesatuan msyarakat yang berdiri sendiri,yaitu Negara dan
“tela” artinya urusan. Dalam bahasa inggris dapat diartikan “Politics” dan ”Policy”.
“Politics” (dalam makna kepentingan umum) ialah rangkaian,prinsip, keadaan, cara,
dan alat untuk mencapai cita-cita atau tujuan.
“Policy” (dalam makna kebijaksanaan) ialah penggunaan pertimbangan-pertimbangan
yang dianggap dapat lebih menjamin pelaksananya, usaha, cita-cita, atau tujuan.

Politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan Negara dan cara
melaksanakannya
Pelaksanaanya memerlukan kebijakan-kebijakan umum (public policies) yang
menyangkut pengaturan, pembagian, atau alokasi sumber-sumber yang ada.
Untuk menentukan kebijaksanaan umum tersebut diperlukan kekuasaan dan
wewenang (Authurity).

Dengan demikian politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan Negara,


kekuaraan,pengambilan keputusan kebijakan (policy), dan distribusi atau alokasi
sumber daya.
a. Negara : Organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan yang tertinggi
yang ditaati oleh rakyatnya.
b. Kekuasaan : seseorang atau kelompok untuk memperngaruhi tngkah laku
seseorang atau kelompoklain sesuai dengan keinginanya . Yang perlu diperhatikan
ialah bagaimana kekuasaan itu diperoleh, bagaimana mempertahankan dan
bagaimana melaksanakannya.
c. Pengambilan Keputusan : Merupakan aspek nutama politik.perlu
diperhatikan siapa pengambil keputusan dan untuk siapa keputusan itu dibuat.
d. Kebijakan Umum : Merupakan Kumpulan keputusan yang diambil oleh
seseorang atau kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara mencapai tujuan
itu.
e. Distribusi : Pembagian dan penjatahan nilai-nilai (Values) dalam masyarakat.
(Nilai adalah sesuatu yang diinginkan atau yang penting). Ia harus dibagi secara
adil.

2) Pengertian Strategi
Kata “strategi” berasal dari bahasa Yunani, yang diartikan sebagai “the art of general”
atau seni seorang panglima yang digunakan dalam peperangan.
Tokoh-tokoh yang mempelajari strategi antara lain ialah Antoine Henri Jomini (1779
– 1869) , Karl vob Clausewitz (1780 – 1831), dan Liddle Hart (Abad XX) .
Menurut Jomini : Strategi adalah seni menyelenggarakan perang di atas petadan
meliputi seluruh kawasan operasi.
Clausewitz : Pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untukn kepentingan
perang. Sedangkan penggunaan pertempuran merupakan kelanjutan dari politik
( dengan cara lain ).
Liddle Harta : Seni untuk mendistribusikan dan menggunakan sarana-sarana
mliter untuk tujuan politik.

Dalam abad modern pengertian strategi sudah digunakan secara luas, ynng diartikan
seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan (Ipoleksosbud Hankam)
untuk mencapai tujuan.

3) Politik dan Strategi Nasional(Polstranas)


Politik Nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan pengambilan kebijakan untuk
mencapai tujuan nasional.
Jadi politik nasional: asas, haluan, usaha, serta kebijaksanaan Negara tentang
pembinaan ( perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, dan pengedalian) serta
penggunaan kekuatan nasional untuk mecapai tujuan nasional).
Strategi Politik : cara melaksanakan politik nasional untuk menapai sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan oleh Plitik nasional.

b) Dasar Pemikiran Penyusunan Politik dan Strategi Nasional


Penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami pokok-pokok pikiran yang
terkandung dalam system manajemen nasional yang berlandaskan Ideologi Pancasila,
UUD 1945, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Di dalamnya terkandung dasar
Negara, cita-cita nasional, dan konsep strategi bangsa Indonesia.

c) Penyusunan Polstranas
Polstranas disusun berdasarkan kenegaraan menurut UUD 1945 oleh :
 Jajaran pemerintah dan lembaga-lembaga yang tersebut dalam UUD 1945 merupakan
“Suprastruktur Politik”, yaaitu : MPR, DPR, Presiden, BPK, dan MA.
 Badan-badan yang ada dalam masyarakat yang disebut “Infrastruktur Politik” yang
mencakup pranata politik yang ada dalam masyarakat, seperti partai politik,organisasi
kemasyarakatan, media masa, kelompok kepentingan (interst group), dan kelompok
penekan (pressure group) antara Suprastruktur Politik dan Infrastruktur politik harus
dapat bekerja sama dan memiliki kekuatan yang seimbang.

Mekanisme penyusunan Polstranas di tingkat suprastruktur politik diatur oleh Presiden/


mandataris MPR. Dalam pelaksanaan tugas ini, presiden dibantu oleh lembaga-lembaga
tinggi Negara lainnya serta badan koordinasi seperti Dewan Stabilitas Ekonomi Nasional,
Dewan Pertahanan Kemanana Nasional , Dewan Tenaga Atom, Dewan Otonomi Daerah,.
Dan Dewan Stabilitas Politik dan Keamanan.

Proses penyusunan Polstranas di tingkat Suprastruktur politik dilakukan oleh Presiden


setelah menerima GBHN. Selanjutnya presiden menyusun program cabinet dan emmilih
menteri-menteri yang akan melaksanakannya.
Program Kabinet dapat dipandang sebagai dokumen resmi yang memuat politik nasional
dilakukan oleh para menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non departemen
berdasarkan petunjuk presiden. Yang dilaksanakan oleh presiden sesungguhnya merupakan
politik dan strategi nasional yang bersifat pelaskanaan (di dalamnya tercantum program-
program yang lebih konkret yang disebut sasaran nasional).

Proses Polstranas para tingkat Infrastruktur politik merupakan sasaran yang akan dicapai
oleh rakyat Indonesia. Melalui pranata-pranata politik, masyarakat ikut berpartisipasi
dalam kehidupan politik. Dalam era reformai saat ini, masyarakat memiliki peran yang
sangat besar dalam mengontrol pelaksanaan Polstranans, karena :
1) Semakin tinggi kesadaran bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
2) Semakin terbukanya akal dan pikiran untuk memperjuangkan haknya
3) Semakin meningkatnya kemampuan untuk menentukan pilihan dalam pemenuhan
kebutuhan hidup.
4) Semakin tinggi nya tingkat pendidikan
5) Semakin kritis dan terbukanya masyarakat terhadap ide baru.

d) Stratifikasi Politik Nasional


Stratifikasi politik (kebijakan) nasional dalam NKRI, sebaagi berikut :
1) Tingkat Penentu Kebijaksanaan Puncak
a. Meliputi kebijakan tertinggi yang menyeluruh secara nasional; mencakup :
Penentuan UUD, penggarisan Makro Politik, dilakukan oleh MPR berupa GBHN
dan ketetapan MPR.
b. Termasuk kewenangan Presiden sebagai kepada Negara (Pasal 10 s/d Pasal 15
UUD 1945), berupa :dekrit, peraturan atau piagam kepala Negara.

2) Tingkat kebijakan Umum


Merupakan tingkat kebijakan di bawah tingkat kbijakan puncak, yang lingkupnya juga
menyeluruh nasional dan berupa penggarisan masalah-masaslah makro strategis
berbentuk :
a) Undang-undang, dibuat oleh dPR bersama presiden untuk melaksanakan UUD
1945 dan Ketetapan MPR.
b) Perautran Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu), dibuat oleh Presiden
dalam hal memaksa, dengan ketentuan :
a. Perpu harus diajukan kepada DPR dalam persidangan berikutnya
b. DPR dapat menerima atau menolak Perpu
c. Jika ditolak, Perpu itu harus dicabut
c) Peraturan Pemerintahan (PP), dibuat oleh pemerintah untuk melaksanakan undang-
undang
d) Keputusan Presiden (Kepres), dibuat oleh Presiden untuk menjalankan fungsi dan
tugasnya dalam pelaksanaan administrasi Negara dan pemerintahan.

3) Tingkat Penentuan Kebijakan Khusus


Merupakan penggantian terhadap satu bidang utama (major area) pemerintahan,
sebagai penjabaran kebijakan umum guna merumuskan strategi, administrasi, system
dan prosedur dalam bidang utama tersebut. Wewenangnya pada menteri, yang hasil-
hasilnya Peraturan Menteri, KeputusanMenteri, atau Instruksi Menteri.

4) Tingkat Penentuan Kebijakan Teknis


Meliputi penggarisan dalam satu sector bidang utama di atas dalam prosedur dan
teknik untuk mengimplementasikan rencana, program, dan kegiatan.
Wewenang pengeluarannya oleh pimpinan eselon I departemen pemerintahan dan
pimpinan lembaga-lembaga non departemen. Hasilnya ialah peraturan, keputusan,
instruksi lembaga non departemen atau direktorat jendral.

5) Kekuasaan dalam Pembuatan Aturan di Daerah


a) Wewenang penentuan pelaksanaan kebijakan pemerintahan pusat di daerah, bagi
daerah tingkat I wewenang itu berada ditangan gubernur, di daerah tingkat II di
tangan Bupati atau walikota.
Peraturan Daerah, dibuat oleh kepala daerah dengan persetujuan DPRD, berupa peraturan daerah
tingkat I dan II.

Anda mungkin juga menyukai