PENDAHULUAN
Dewasa ini masalah sosial dan lingkungan yang tidak diatur dengan
bahkan tujuan meraih keuntungan dalam aspek bisnis malah berbalik menjadi
kerugian yang berlipat. Oleh karena itu masalah pengelolaan sosial dan
lingkungan untuk saat ini tidak bisa menjadi hal marginal, ditempatkan pada
tahap kuratif atau aspek yang tidak dianggap penting dalam beroperasinya
Disinilah salah satu manfaat yang dapat dipetik perusahaan dari kegiatan
1
Dwi Kartini, Corporate Social Responsibility Transformasi Konsep Sustainability
Management dan Implementasi di Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2009, hlm. 128.
2
Sentosa Simbiring, “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (Corporate Social and
Environment Resposibilities) Dalam Perspektif Hukum Perusahaan”, Jurnal Hukum Yusriri A,
Edisi Nomor 77, Tahun 2009, hlm. 66.
1
2
CSR. “Dalam konteks aktifitas, CSR menjadi menu wajib bagi perusahaan, di
berkaitan dengan kebudayaan perusahaan dan etika bisnis yang harus dimiliki
mengenai tanggung jawab sosial suatu institusi yang mencakup semua sektor
negara maju. Melalui ISO 26000 ini akan memberikan tambahan nilai
terhadap aktivitas tanggung jawab sosial yang berkembang saat ini dengan
cara:
sosial;
berdasakan prinsip yang terdapat dalam Pasal 33 ayat (4) tersebut bertujuan
Indonesia tidak semata-mata tanggung jawab salah satu pihak saja, akan
Responsibiliy)”.11
yang lebih baik. Para pelaku bisnis (perusahaan) dan masyarakat hendaknya
Umar Hasan, “Kewajiban Corporate Sosial Responsibility (CSR) Dilihat dari Perspektif
11
Hukum”, Majalah Hukum Forum Akademika, Nomor 1 Tahun 2014, hlm. 1-2.
5
harus dapat bersinergi dalam hal ini perusahaan harus mampu menghapus
mengenai tanggung jawab sosial perusahaan yang salah satunya diatur dalam
12
I Nyoman Tjager, et al, Corporate Governance (Tantangan dan Kesempatan Komunitas
Bisnis Indonesia), PT. Perhalindo, Jakarta, 2002, hlm. 142.
6
pelaksanaan lebih lanjut mengenai tata cara tanggung jawab sosial lingkungan
dana tersebut yang disetujui dan disahkan dalam Rapat Umum Pemegang
Tahun 2012 tidak diatur secara jelas bentuk dan standarisasi pelaksanaan
sebuah regulasi yang mengatur secara mendetail”.13 Seperti yang diatur dalam
tertuang atas “kepatutan dan kewajaran” pada UUPT 2007 dijelaskan dengan
makna “cukup jelas”, dimana sebenarnya makna dan bentuk kepatutan itu
sendiri merupakan hal yang sifatnya umum. Banyak penafsiran yang akan
dalam undang-undang, namul hal tersebut dapat dianggap berbeda dan tidak
13
Rachmad Robby Nugraha, dkk. “Makna Kepatutan dan Kewajaran Berkaitan Dengan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Volume 3 Nomor
2, hlm. 178.
7
memenuhi bentuk dan pemaknaan dari kepatutan dan kewajaran tersebut oleh
masyarakat, karena belum ada atau tidak adanya sejauh mana acuan dan tolak
perusahaan. Hal ini tentunya membuat belum adanya kepastian hukum terkait
baku, larangan analogi (lex scripta), dan harus jelas atau tidak multitafsir (lex
yang jelaskan pada Pasal 74 ayat (2) UUPT 2007 belum dapat memberikan
dan mencerminkan suatu kepastian hukum yang merupakan ciri utama dari
hukum itu sendiri. Hal ini karena tidak terpenuhinya unsur lex stricta dan lex
14
Ahmad Redi, Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Cetakan Pertama,
Sinar Grafika, Jakarta, 2018, hlm.158.
15
Ibid., hlm. 159.
8
kepatutan dan kewajaran.”. Namun, dalam hal ini standarisasi kepatutan dan
kewajaran tidak ditentukan oleh Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 tentang
bagi tiap-tiap perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya suatu keseragaman
CSR tidak memberikan standar atas pelaksanaan CSR yang berdasarkan atas
kepatutan dan kewajaran itu sendiri. Karena tidak adanya norma yang jelas
B. Rumusan Masalah
16
Muhammad Hundory, et, Al. “Urgensi Etika Bisnis dalam Wujudkan Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan Perusahaan Sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas”, Jurnal Living Law, Volume 11 Nomor 1, Tahun 2019, hlm. 58.
9
berikut:
C. Tujuan Penelitian
tersebut memiliki arahan dan tujuan yang pasti. Tujuan pada prinsipnya
mengungkapkan apa yang hendak dicapai oleh peneliti sebagai solusi atas
Perseroan Terbatas.
D. Manfaat Penelitian
dapat memberikan manfaat yang tidak hanya bagi peneliti sendiri, namun
juga bagi orang lain. Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil dalam
1. Manfaat akademis
hukum ekonomi.
2. Manfaat praktis
E. Kerangka Konseptual
terhadap kata atau istilah yang digunakan dalam judul skripsi, maka menjadi
perseroan.17
Lihat Penejelasan Pasal 5 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012
17
umumnya.
F. Landasan Teori
18
Ni Ketut Supasti Dharmawan, “A Hybrid Framework Suatu Alternatif Pendekatan CSR
(Corporate Social Responsibility) di Indonesia”, Jurnal Hukum Kertha Patrika, Volume 34 Nomor
1, Tahun 2010, hlm. 5.
19
Ibid.
13
2. Teori Keadilan
“Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum yang paling
bahwa adil dapat berarti menurut hukum, dan apa yang sebanding, yaitu
itu mengambil hak lebih dari bagian yang semestinya. Orang yang tidak
menghiraukan hukum juga tidak adil, karena semua hal yang didasarkan
20
Ibid., hlm. 6.
21
Ibid.
22
John Thamrun, Perselisihan Prayudisial Penundaan Pemeriksaan Perkara Pidana
Terkait Perkara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm. 11.
23
Muhamad Erwin, Filsafat Hukum Edisi Revisi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2015,
hlm. 294.
14
24
John Thamrun, Op. Cit., hlm. 12.
25
Muhamad Erwin, Op.Cit., hlm. 294.
26
John Thamrun, Loc.Cit.
15
vindikatif”.27
bahwa Negara yang ideal apabila didasarkan atas keadilan, dan keadilan
27
Muhamad Erwin, Op.Cit., hlm. 296.
28
Ibid.
29
John Thamrun, Loc.Cit.
16
warga hidup sejalan dan serasi dengan tujuan negara, di mana masing
masing warga negara menjalani hidup secara baik sesuai dengan kodrat
yang serupa diperlakukan dengan cara yang serupa, sedangkan untuk hal
30
Hayat, “Keadilan sebagai Prinsip Negara Hukum”, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 2
Nomor 2, Tahun 2015, hlm. 392.
17
Jadi, paling tidak ada dua rumusan umum tentang keadilan, yaitu
hak dan pelaksanaan kewajiban. Kedua, pandangan para ahli hukum yang
dibuat dan diundangkan secara pasti karena mengatur secara jelas dan
dan logis. Jelas dalam artian ia menjadi suatu sistem norma dengan
31
Dominikus Rato, Filsafat Hukum Mencari: Memahami dan Memahami Hukum, Laksbang
Pressindo, Yogyakarta, 2010, hlm. 59.
32
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 158.
18
mencirikan hukum. Suatu hukum yang tidak pasti dan tidak mau adil
keadilan dalam arti sempit yakni kesamaan hak untuk semua orang
hukum karena isi hukum memang sesuai dengan tujuan yang mau dicapai
ditaati. Dari ketiga ide dasar hukum Gustaf Radbruch tersebut, kepastian
33
Cst Kansil dkk, Kamus Istilah Hukum, Jakarta, 2009, hlm. 385.
34
R. Tony Prayogo, “Penerapan Asas Kepastian Hukum dalam Peraturan Mahkamah
Agung Nomor 1 Tahun 2011 tentang Hak Uji Materil dan dalam Peraturan Mahkamah Konstitusi
Nomor 06/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara dalam Pengujian Undang-Undang (The
Implementation Of Legal Certainly Principle In Supreme Court Regulation Number 1 Of 2011 On
Material Review Rights And In Constitutional Court Regulation Number 06/PMK/2005 On
Guidelines For The Hearing In Judicial Review)”, Jurnal Legislasi Indonesia, Volume 13 Nomor
02, Tahun 2016, hlm. 192.
19
dasar hukum.35
dan van Kan sebagaimana dikutip oleh Ramlan, menganggap bahwa pada
Bahwa hukum sebagai sesuatu yang otonom atau hukum dalam bentuk
kewajiban seseorang”.37
merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum terutama untuk
makna karena tidak lagi dapat dijadikan pedoman perilaku bagi semua
orang”.38
38
Ibid.
21
G. Metode Penelitian
1. Tipe penelitian
perusahaan.
senantiasa dibatasi oleh rumusan masalah, objek yang diteliti dan tradisi
sebagai berikut:
2. Pendekatan penelitian
42
Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Mandar Maju, Bandung, 2008,
hlm. 91-92.
23
3. Bahan Hukum
dibahas yaitu:
1945;
Terbatas;
43
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2006, hlm. 92.
44
Ibid. hlm. 95.
24
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu terdiri dari Kamus Hukum dan Kamus
H. Sistematika Penulisan
penulisan.
tanggung jawab sosial dan lingkungan atau dalam dunia internasional dikenal
tanggung jawab yang melekat pada setiap penanam modal untuk tetap
rumit sebagian karena tidak adanya lawan yang secara umum telah disetujui;
27
paling sedikit tampaknya tidak ada yang menganjurkan agar perusahaan tidak
UUPT 2007, diilhami oleh pandangan yang berkembang belakangan ini yang
bersumber dari nilai moral, bahwa perseroan hidup dan berada di tengah-
45
Habib Adjie, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial
Perseroan Terbatas, Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm. 61.
46
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, 2016, hlm. 298.
47
Ibid.
28
b. Komisi Eropa
e. ISO 26000
48
Hendrik Budi Untung, Corporate Social Responsibility, Sinar Grafika, Jakarta, 2008,
hlm. 1., menguntip Suhandari M. Putri, Schema CSR, Kompas, 4 Agustus 2007.
49
Totok Mardikanto, Corporate Social Responsibility: Tanggung Jawab Sosial Korporasi.
Cet. 1, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2011, hlm. 92.
50
Ibid., hlm. 93.
51
Ibid., hlm. 94.
29
f. Davis (1960)
g. Bowem (1951)
masyarakat”.54
Definisi CSR, dewasa ini belum memiliki satu konsep yang sama
52
Ibid., hlm. 97.
53
Ibid., hlm. 86.
54
Ibid.
30
Dalam hal ini, pengaturan CSR atau TJSL yang diatur dalam Pasal 74 UUPT
Responsibility
perundang-undangan.
Selain itu dalam Pasal 16 UU Penanaman Modal juga diatur bahwa setiap
a. peringatan tertulis;
tepat waktu;
(3) dan Pasal 40 ayat (5). Di dalam Pasal 11 ayat (3) ditentukan bahwa
kegiatan usaha hulu yang dilaksanakan oleh Badan Usaha atau Badan
usaha Minyak dan Gas Bumi (kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha
setempat.
usaha kecil agar menjadi tangguh dan madiri. Selanjutnya pada Pasal 1
diberikan acuan sebesar 1 (satu) hingga 4% (empat persen) dari hasil laba
Menteri BUMN nomor 236 Tahun 2003 disebutkan bahwa dalam kondisi
36
oleh setiap Perseroan. “Oleh sebab itu, dalam penerapan CSR diperlukan
CSR dengan baik”.56 Karena, jika tidak ada pengetahuan akan kondisi yang
program CSR.
implementasi CSR yang baik. Penyusunan program CSR dapat tediri dari
kehumasan. Tahapan mutlak yang harus ada dalam menyusun program CSR
Responsibility
Perilaku para pengusaha pun beragan dari kelompok yang sama sekali
nilai inti (corevalue) dalam menjalankan usaha. “Terkait dengan praktik CSR,
dan hijau”.57
untuk kepentingan diri sendiri. Kelompok ini sama sekali tidak peduli pada
inti dan jantung bisnisnya, CSR tidak hanya dianggap sebagai keharusan,
budaya perusahaan (corporate culture) yang ada yang dipengaruhi oleh etika
beraneka ragam dari yang besifat charity sampai pada kegiatan yang bersifat
58
Bambang Rudito & Melia Famiola, etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan
di Indonesia, Rekayasa Sains Bandung, Bandung, 2007, hlm. 210.
39
yang konkrit. Akan tetapi dari keseluruhan kegiatan tersebut, pada dasarnya
tidak terkait dengan produk dari yang dihasilkan oleh perusahaan, seperti
sebuah reklame tetapi tidak berisi produk dari si pembuat reklame. “Kegiatan
produk apa yang dihasilkan oleh perusahaan, akan tetapi tertanam di benak
sebagian keuntungannya untuk kegiatan sosial. Kegiatan atau usaha ini lebih
terhadap komunitas. Pekerjaan untuk model public relations ini lebih banyak
menjadi tugas dari unit kerja hubungan komunitas dalam sebuah perusahaan.
hamper sama dengan bentuk kegiatan public relations, akan tetapi berbeda
perusahaan sudah ada sebelumnya dan anggapan ini biasanya bernada negatif
dengan menggantinya dengan yang baru sebagai suatu anggapan baru yang
bersifat positif.
ditunjang dengan modal yang tidak sedikit, hal ini berkaitan dengan usaha
besar.
perusahaan yang berbeda dari hasil dari perusahaan itu sendiri. Kegiatan
perusahaan dalam konteks ini adalah sama sekali tidak mengambil suatu
bentuk, tetapi dari keseluruhan bentuk, hanya ada dua pelaksanaan CSR yang
42
dominan, yaitu meletakkan CSR sebagai kegiatan yang menyatu dengan inti
bisnis (core bisnis/inline) dan melakukan CSR diluar inti bisnis atau yang
yang benar dari CSR adalah ekspresi dari tujuan perusahaan dan nilai-nilai
60
Anonim, menuju praktek CSR, makalah disampaikan oleh Aris Bintoro dalam seminar
“kewajiban bagi bisnis mempraktekkan CSR pasca Undang-Undang PT” yang diadakan oleh BWI,
Hotel Sahid Raya Solo, 29 September 2007.
61
download.portalgaruda.org/article=346721&val=6466&title= Kewajiban Hukum
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Dalam Peraturan
Perundang-Undangan di Indonesia.
43
praktik bisnis”.62
perusahaan.
62
Totok Mardikanto, Op. Cit., hlm. 130.
63
Hendrik Budi Untung, Op. Cit. hlm 6-7., Menguntip Suhandri M. Putri, Schema CSR,
Kompas, 4 Agustus 2007.
44
setiap Sprogram CSR harus dibuat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
dalam hal ini dapat menciptakan hubungan yang baik antara pemerintah dan
64
Totok Mardikanto, Op. Cit., hlm. 132.
BAB III
Perseroan Terbatas
atau corporate social responsibility atau sering juga orang menyebut dengan
65
Siti Maryama, “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dalam Perspektif Regulasi
(Studi: Indonesia, Belanda dan Kanada”, Jurnal Liquidity, Volume 2 Nomor2, Tahun 2013, hlm.
189.
46
Terbatas (UUPT), terdapat pada BAB V tentang Tanggung Jawab Sosial dan
Perseroan Terbatas.
66
T. Romi Marnelly, “Corporate Social Responsibility (CSR): Tinjauan Teori dan Praktek
di Indonesia”, Jurnal Aplikasi Bisnis, Volume 2 Nomor 2, Tahun 2012, hlm. 50.
47
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sehingga diantara ketiganya saling
atau orang lain, maka itu merupakan liability. Namun jika kesalahan tersebut
tidak atau belum diatur secara yuridis, maka itu adalah pertanggungjawaban
secara responsibility.70
67
Putu Edgar Tanaya, “Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Corporate Social
Responsibility (CSR) Sebagai Etika Bisnis dan Etika Sosial”, Jurnal Komunikasi Hukum, Volume
2 Nomor 2, Tahun 2016, hlm. 269.
68
Gayus Lumbuun, “Telaah Hukum Atas Ketentuan Corporate Social Responsibility Dalam
UUPT”, Makalah, Disampaikan Pada Seminar “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Pada
Perusahaan Tambang” dalam rangka Lustrum XX Universitas Sahid Jakarta, 26 Februari 2008,
hlm.3-4.
69
Yosi Hadiyanto, “Aspek Hukum Al-Wadi’ah Yad Adh-Dhamanah pada Perbankan
Syariah”, Artikel Ilmiah, Fakultas Hukum Universitas Negeri Jember, Jember, 2013,
http://repository.unej.ac.id/bitstream/. Diakses pada tanggal 22 Mei 2020.
70
Busyra Azheri, “Tanggung Jawab Sosial Perusahaaan (Corporate Social Responsibility)
dalam Kegiatan Pertambangan di Sumatera Barat”, Disertasi, Program Pasca Sarjana Fakultas
Hukum Universitas Brawijaya, Malang, 2010, hlm. 63.
48
cakupan TJSL menjadi sangat luas, yaitu memberikan landasan hukum bagi
peraturan perundang-undangan.72
72
Sri Bakti Yunari, “Suatu Perbandingan Pengaturan Corporate Social Responsibility
(CSR) DI Taiwan dan di Indonesia”, Jurnal Legality, Volume 24 Nomor 1, Tahun 2016, hlm. 66.
50
kewajiban moral yang selama ini melekat pada CSR, berubah menjadi
kewajiban hukum (legal obligation), dan sifat CSR yang voluntary dianut
Mandatory”.73
Konsep CSR oleh Pasal 74 ayat (1) UUPT 2007 telah ditetapkan
sebagai kewajiban hukum dan harus dilaksanakan. Dimasukannya
konsep CSR dalam ketentuan Pasal 74 tersebut merupakan suatu
langkah maju bagi masyarakat, bangsa dan negara walaupun
ketentuan tersebut terbatas bagi perusahaan yang menjalankan
kegiatan usahanya di bidang sumber daya alam.74
yang tidak memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial untuk menjalankan
itu berada. Kewajiban atas tanggung jawab sosial dan lingkungan bagi
perusahaan yang telah ditetapkan sebagai kewajiban hukum oleh UUPT 2007
sukarela, tetapi perlu diatur dalam suatu norma sebagai suatu kewajiban
positif dan manfaat yang lebih besar baik kepada perusahaan. Dalam
pelaksanaan CSR ada hubungan timbal balik yakni saling membutuhkan dan
CSR tersebut dan disisi lain perseroan juga merasakan manfaat dari
dari stakeholders.
75
Gunawan Wijaya, Seri Pemahaman Perseroan Terbatas 150 Tanya Jawab tentang
Perseroan Terbatas, Cetakan Pertama, Forum Sahabat, Jakarta, 2008, hlm. 96.
76
Dyah Permata Budi Asri, “Relevansi Antara Pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (CSR) dengan Keberlanjutan Suatu Perusahaan”, Jurnal Cakrawala Hukum,
Volume VI Nomor 2, Tahun 2011, hlm. 34.
77
Eko Rial Nugroho, “Politik Hukum Pembaharuan Undang-Udang Nomor 40 Tahun 2007
tentang perseroan Terbatas (Kajian Pasal 74 beserta Penjelasannya)”. Jurnal Hukum IUS QUIA
IUSTUM, Nomor 3 Volume 21, Tahun 2014, hlm. 487-488.
52
Perseroan Terbatas, “Bahwa hubungan antara moral dan etik dengan hukum
dari nilai-nilai moral. Dalam hubungan ini, nilai-nilai moral dan etik yang
diterima secara sukarela (voluntary) dan dianggap penting dapat saja diubah
CSR di Indonesia yang semula hanya bersifat sukarela yang kini menjadi
kewajiban hukum, adalah merupakan suatu hal yang berbeda dengan konsep
Serikat, Taiwan, dan Belanda. Hal ini dikarenakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan yang diatur dalam Pasal 74 UUPT 2007 adalah sesuai dengan
bukan individualistic. Karena itu konsep CSR yang dianut negara barat yang
cenderung pada asas ekonomi kapitalis dan liberal tentunya sangat berbeda
Indonesia.
bagi masyarakat, baik dari sisi pelaku usaha dan konsumen yang masih
Indonesia.
terkandung ide dasar yang sarat nilai-nilai sosial serta moral yaitu aktivitas
79
Melianny Budiarti S. & Santoso Tri Raharjo, “Corporate Social Responsibility (CSR)
dari Sudut pandang Perusahaan”, Share Social Work Journal, Volume 4 Nomor 1, Tahun 2014,
hlm. 15.
54
80
Eny Suastuti, Op. Cit., hlm. 204.
81
Suhermanto, “Aspek Hukum Penerapan Pasal 74 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT) Dikaitkan Dengan Eksistensi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) di Lingkungan Badan Usaha Milik Negara Berbadan Hukum Perseroan Terbatas (PT)”,
Jurnal Pakuan Law Review, Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015, hlm. 120.
82
I Ketut Westra, “Implementasi Good Corporate Governance (GCG) dalam Perusahaan
Publik di Indonesia”, Jurnal Hukum Kerta Patrika, Volume 34 Nomor 1, Tahun 2010, hlm. 43.
55
jangka panjang dan berupaya menyediakan sumber daya yang cukup dan
sasaran dan tujuan CSR yang berperan serta dalam pembangunan ekonomi,
83
Elita Rahmi, Op. Cit., hlm. 138.
84
Sunaryo, “Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Perspektif Pembangunan
Berkelanjutan”, Fiat Justicia Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7 Nomor 1, Tahun 2013, hlm. 268-269.
56
pemisahaan antara tujuan ekonomi dan sosial adalah pandangan yang keliru,
bentuk, yaitu:86
Ketiga, kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk
akan mencoba menerangkan apakah makna dari kepatutan dan kewajaran itu
sendiri serta ukuran seperti bagaimanakah yang dimaksud UUPT 2007 dalam
87
Mahmul Siregar, “Prediktabilitas Regulasi Tanggung jawab Sosial Perusahaan
( Corporate Social Responsibility) di Indonesia”, Jurnal Hukum Samudra Keadilan, Volume II
Nomor 1, Tahun 2016, hlm. 101.
59
88
Penjelasan Pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
60
stakeholders atau pemangku kepentingan. “Di dalam Pasal 74 ayat (2) UUPT
89
Sulaeman, “Asas Kepatutan dalam Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan pada
Perseroan”, Badamai Law Journal, Volume 1 Nomor 1, Tahun 2016, hlm. 66.
90
Mahmul Siregar, Loc. Cit.
61
yang berbeda-beda. Oleh karena itu terdapat frase “kepatutan dan kewajaran”
sopan, patut dan adil. Jadi rumus kewajaran dan kepatutan meliputi semua
91
Sulaeman, Loc. Cit.
92
Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kbbi.web.id/kepatutan. Diakses pada tanggal 21
Mei 2020.
93
Hukum Online. Profesor FH USU Bedah Definisi “Asas Itikad Baik”,
http://m.hukumonline.com/. Diakses pada tanggal 21 Mei 2020.
94
Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, Mandar Maju, Bandung, Tahun
1993, hlm. 187.
62
pada itikad baik, sekedar itikad baik ini memenuhi unsur subjektif, terletak
dirasa baik dan tidak melanggar ketentuan serta pandangan kebiasaan yang
Pemaknaan atas kata kewajaran, yang memliki kata dasar wajar yakni
tidak menyimpang atau tidak menyalahi dari sebuah ketentuan yang ada, atau
wajar merupakan sesuatu yang dianggap dan dipersepsikan tentang hal yang
sebuah objek. Sehingga menurut KBBI kewajaran yang memiliki kata dasar
wajar ialah suatu hal yang memang semestinya dan tidak melanggar atas
baik yang menyangkut akan diri sendiri, orang lain pada sebuah situasi
95
Ibid.
96
Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Kewajaran. Diakses
pada tanggal 30 Mei 2020.
63
dan kewajaran, maka dalam hal ini harus ada itikad baik dari perusahaan.
“Itikad baik dalam arti subjektif merupakan suatu batin atau keadaan jiwa,
sehingga itikad baik dimaknai sebagai keinginan dalam hati sanubari pihak
Oleh karena itu kepatutan dapat dikatakan sebagai kelayakan, kepantasan atau
97
Rachmad Robby Nugraha, dkk. Op. Cit., hlm. 180.
98
Antique, Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan (TJSL) dan Hukum
Lingkungan, http://antiquem.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 21 Mei 2020.
64
lingkungan.
Nugraha, Siti Hamidah, dan Moh. Fadli, yang melakukan penelitian tentang
perusahaan dalam UUPT 2007 yang ditinjau dari aspek jumlah, sasaran, dan
1. Patut dan wajar dalam bentuk jumlah dan jenisnya, berdasarkan jumlah
jumlah dalam jenisnya terhadap patut dan wajar yakni jenis objek dan
CSR dapat dikeluarkan atas bentuknya sebagai dana atau uang dan juga
bentuk kepatutan terhadap sasaran yakni, sasaran yang tepat guna dimana
patut disini diartikan sebagai hal yang adil yakni sesuai dengan
dari CSR perusahaan, ialah suatu bentuk kepada sasaran yang memang
kepatutan dan kewajaran, sedangkan nilai patut dan wajar suatu perusahaan
tidak sama dengan perusahaan lain, maka batasan nilai patut dan wajar ini
belum bisa dijadikan sebagai acuan yang konkrit bagi perusahaan dalam
101
Ibid.
66
perekonomian.
interaksi sosial, bersifat sukarela didasarkan pada dorongan moral dan etika,
dan Planet). Profit, berarti perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari
102
Martin, Marthen B. Salnding, Inggit Akim, “Implementasi Corporate Social
Responsibility (CSR) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas”, Journal of Private and Commercial Law, Volume 1 Nomor 1, Tahun 2017, hlm. 115.
103
Mas Achmad Daniri, “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”, Jurnal, KADIN-
Indonesia, Tahun 2008, hlm. 27.
67
CSR yang berpijak pada prinsip ini melakukan kegiatan CSR berupa
104
Joko Rizkie Widokarti, “Masalah Dasar Pengelolaan Corporate Social Responsibility
(CSR) DI Indonesia”, Jurnal Universitas Terbuka, Tahun 2014, hlm. 15.
105
Putri Nesia Dahlius, dkk., “Analisis Hukum Terhadap Kebijakan Corporate Social
Responsibility (CSR) Pada PT. Bank Sumut”, USU Law Journal, Volume 4 Nomor 1, Tahun
2016, hlm. 47.
106
Ibid.
68
adalah mengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil
Salah satu prinsip moral yang sering digunakan adalah prinsip golden rules,
yang mengajarkan agar seseorang atau suatu pihak memperlakukan orang lain
sama seperti apa yang mereka ingin diperlakukan. Dengan begitu perusahaan
107
Melianny Budiarti S. & Santoso Tri Raharjo, Op. Cit., hlm. 15.
108
Dyah Permata Budi Asri, Op. Cit., hlm. 36-37.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
penulis menyimpulkan:
kewajaran.
B. Saran
Jawab Sosial Perusahaan (CSR) yang terdapat dalam UUPT 2007 yang
sukarela dan berdasarkan tanggung jawab moral dan etis. Akibat dari CSR
yang telah dijadikan kewajiban hukum, maka tentunya harus ada ukuran yang
pasti dalam pelaksanaan CSR yang dilakukan oleh Perusahaan agar dapat
oleh pemerintah. Jika CSR diatur seperti itu, Indonesia akan menjalankan
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Erwin, Muhammad. Filsafat Hukum Edisi Revisi, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2015.
Rudito, Bambang dan Melia Famiola. etika bisnis dan tanggung jawab sosial
perusahaan di Indonesia, Rekayasa Sains Bandung, Bandung, 2007.
B. Jurnal/Majalah Ilmiah
C. Makalah Seminar/Diskusi/Simposium/Lokakarya
Anonim, menuju praktek CSR, makalah disampaikan oleh Aris Bintoro dalam
seminar “kewajiban bagi bisnis mempraktekkan CSR pasca Undang-
Undang PT” yang diadakan oleh BWI, Hotel Sahid Raya Solo, 29
September 2007.
D. Peraturan Perundang-Undangan
E. Internet.
Download.portalgaruda.org/article=346721&val=6466&title= Kewajiban
Hukum Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility) Dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia.
http://hukumoline.com/klinik/detail/It52716870e6a0f/aturan-aturan-hukum-
corpprate-social–ressponsibility. Diakses pada tanggal 9 Desember
2019.
CURRICULUM VITAE
A. Data Pribadi
Nama : Herdiansyah
Tempat, Tanggal Lahir : Jambi, 30 April 1998
Agama : Islam
Alamat Rumah : Jl. Mawar II No. 14 Solok Sipin, Jambi
Nomor Telepon : 085314028664
Email : Herdy3004@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal
SD : SD Negeri 2 Kota Jambi (2004-2010)
SMP : SMP Negeri 2 Kota Jambi (2010-2013)
SMA : SMA ISLAM AL-FALAH Kota Jambi (2013-2016)
PT : Universitas Jambi (2016)
Tahun 2019.