PENDAHULUAN
Desa ini memiliki wewenang yang khusus di dalam pemerintahan Desa, BPD
yang mengatur serta mengurus kepentingan masyarakat yang sesuai dengan kultur
sosial setempat. Karena itu Desa memiliki otonomi asli dan sangat strategis, yang
yang baik.
Sebagai bentuk dari otonomi daerah dalam sistem pemerintahan di Desa dan
pembangunan menjadikan salah satu gambaran dari bentuk otonomi desa serta
antar Desa, maka dalam hal ini yang paling utama dalam Undang-undang ini
1
Mengacu pada undang-undang desa di atas, pemerintah desa memiliki hak
dan kewenangan yang luas dalam mengatur dan mengendalikan desa sesuai
potensi masing-masing desa. Dalam konteks ini, pemerintah desa dituntut untuk
merupakan suatu kesatuan masyarakat yang memiliki hukum sendiri dan memiliki
asli, demokrasi dan pemberdayaan.1 Demokrasi bukan saja sebuah teori bernegara
pemerintahan desa terutama dalam pengelolaan dana desa.3 Konteks inilah yang
memberikan gambaran bahwa BPD dirancang sebagai salah satu alat politik
1
Widjaja HAW, Otonomi Desa, Jakarta: PT Rajagrafindo persada 2003.
2
Kumorotomo Wahyudi, Etika Administrasi Negara, cetakan keempat (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 1999) Hlm 55.
3
Ibid, Hlm 80
2
pemerintahan desa, badan inilah yang memiliki kewenangan dalam mengawal
menegaskan “Desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya disebut Desa,
berdasarkan asal-usul adat dan istiadat setempat yang telah diakui dan dihormati
Daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
4
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
5
Undang-undang Nomor 9 tahun 2015 tentang Pemerintah Daerah
3
Undang-undang ini menegaskan mengenai otoritas dari otonomi Daerah yang
dari kepala desa dan perangkat desa semata tanpa posisi BPD. Batasan tersebut
desa terdiri dari Pemerintah Desa dan BPD. Namun demikian, walaupun
desa.
Dengan demikian posisi BPD masih sejajar dengan Kepala Desa, karena
setiap pengambilan kebijakan turut disertai persetujuan BPD. Selain itu, separasi
semacam itu bertujuan untuk menciptakan pemerintahan desa yang lebih modern,
dimana secara politik terjadi diferensiasi antara desainer kebijakan (BPD) dan
bentuk penguatan implementasi otonomi Desa, serta salah satu dari bentuk
usulan dari masyarakat, dan sering kali diambil dari tokoh masyarakat ataupun
4
orang yang berpengaruh di Desa tersebut. Selain itu Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) yang merupakan salah satu wahana demokrasi desa mengharuskan
BPD untuk dapat menyatu dengan masyarakat harus mampu menggali ataupun
permusyawaratan desa atau dapat disebutkan dengan nama lain, lau disingkat
Pemerintahan Desa”.6
titik krusial dalam menciptakan tatanan pemerintahan yang baik (good goverment)
karena hal ini dapat mempersempit ruang kerja terjadinya penyimpangan yang
dilakukan pemerintah desa yang dapat memiliki frekuensi yang cukup banyak.
Salah satu tugas kontroling yang dilakukan oleh BPD (Badan Permusyawaratan
Desa) mengenai dana Desa, dana desa sendiri diambil dari APBN yang
selanjutnya dialokasikan ke setiap Desa, dan menadi APB Des. Dana Desa yang
ada sekarang ini tidaklah sedikit maka dari itu adanya kontroling ini menjadikan
2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, Pasal 1, ayat 2 : Dana Desa
adalah Dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
6
UU No 32 2004 pasal 1 ayat (8) tentang Otonomi Daerah
5
diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan
Pada titik-titik inilah peranan BPD (Badan Permusawaratan Desa) itu terjadi
tersebut, peranan BPD (Badan Permusawaratan Desa) dapat dilihat pula ketika
musrenbang yang dilakukan oleh kepala Desa, sampai pada akhirnya pelaporan
7
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN,
Pasal 1, ayat 2
8
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 48 tentang Pelaksanaan undang-undang no 6
tahun 2014
6
menggambarkan sistem transpalasi didalam pemerinthan desa, guna tercapai
aspek kinerja pemerintahan desa, serta pembangunan yang bersifat fisik maupun
non fisik.
Berdasarkan ketetapan yang diteriama Dana Desa yaitu 30% untuk belanja
oprasional, serta 70% untuk belanja publik dan tujuan dari alokasi Dana Desa
sering kali belum diketahui oleh masyarakat selaku sasaran kebijakan karena
kurangnya sosialisasi dari pembuat kebijakan itu sendiri. Sering kali proses yang
dilakukan untuk pengolahan Dana Desa belum didukung dari sumber daya
manusia yang memadai sehingga pengolahan Dana Desa tersebut tidak berjalan
secara maksimal.
Desa) ikut andil didalam perumusan anggaran ataupun ikut andil didalam suasana
kebijakan pemerintah desa diwajibkan membuat laporan yang akan diteliti dan
disetujui oleh BPD (Badan Permusyawaratan Desa) saat persetujuan itu pula BPD
kecil yang diketuai oleh ketua BPD sendiri. Dari segi implementasi kebijakan
pemerintah desa BPD juga ikut andil, seperti pembangunan yang bersifat fisik
atau non fisik BPD beserta anggotanya mengawasi secara real, pada saat akhir
jawaban kepada BPD yang nntinya akan di setujui dan dilaporkan kepada camat.
7
Dari penelitian terdahulu menjelaskan bahwa BPD (Badan Permusawaratan
finansial dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Kantor Desa Perangat
Selatan antara lain, masih adanya aturan-aturan baru yang muncul di Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan Ketua RT.9 Diperlukan peran dari kecamatan
untuk meminta laporan keuangan desa, namun seringkali masih banyak anggota
pengelolaannya.12
9
Rianto T, Akuntabilitas Finansial Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa (Add) Di
Kantor Desa Perangat Selatan Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kutai Kartanegara,
eJournal Administrasi Negara, 2015, 3 (1) 119-130 ISSN 2337-7542 , ejournal.ip.fisip-
unmul.ac.id
10
Istiqomah Isti, Efektivitas Kinerja Badan Permusyawaratan Desa Dalam
Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa, Ilmu Administrasi Negara,
FISIP, Universitas Airlangga, anuari-April 2015, Surabaya
11
Risala, Fitriya, Supratiwi. Peran Bpd (Badan Permusyawaratan Desa) Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa Di Desa Rembun, Kecamatan Siwalan, Kabupaten Pekalongan.ilmu
pemerintahan. UNDIP. 2014. Semarang.
12
Deri, Peran Badan Permusyawaratan Desa ( Bpd ) Dalampengawasan Pengelolaan
Apbdes Di Desa Senambah Kecamatan Muara Bengkalkabupaten Kutai Timur.
ejournal.ip.fisip-unmul.ac.id
8
Hasil penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa BPD tidak memiliki
pengelolaan keuangan desa. Hal ini disebabkan oleh sumber daya manusia BPD
fungsi pengawasan. Selain itu, buruknya kinerja BPD juga disebabkan oleh
komunikasi antara pengurus BPD dan kepala desa serta perangkat desa tidak
yang terjadi apabila seseorang berusaha mencoba suatu tujuan atau percobaannya
yang pertama untuk mencapai tujuan itu hingga berhasil”14. Untuk menjelaskan
13
Sulismadi, Wahyudi, Ulum, dan Salahudin (2017) “Modul Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
berbasis Electronic Government”. Penerbit Buku Litera Yogyakarta.
14
Pariata Westra “Pengertian Rumusan Masalah”. (1981 : 263 )
9
2. Apa saja permasalahan yang dihadapi pengawasan BPD(Badan
Kabupaten Tegal.
untuk:
maupun praktis.
a. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah
kontroling. Selain itu juga, penilitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk
10
b. Manfaat Praktis
11
d) Membentuk pemilihan Kepala Desa.
aspirasi Masyarakat.
rencana yang telah ditetapkan dan ataupun hasil yang telah dikehendaki.15
sebelumnya.16
BPD dan Kepala Desa memiliki hubungan yang erat serta sejajar
15
Sujamto. (1986). Beberapa Pengantar Dibidang Pengawasan. Jakarta: Graha Indonesia.
16
Siagian, filsafat, (1996:169). Filsafat administrasi. Jakarta: pustaka binaan pressindo.
12
sistem pengawasan yang tidak baik dan tidak berkesinambungan, jelas
antara BPD dengan kepala desa sebagai mitra kerja dalam kedudukanya
berjenjang.17
17
Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang kedudukan kepala desa dan BPd pasal 1 angka 3
13
c. Pemerintahan Desa
“perintah” tersebut memiliki empat unsur yaitu, ada dua pihak yang
d. Dana Desa
dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa dan Desa Adat yang
kemasyarakatan. Fokus penting dari penyaluran dana ini lebih terkait pada
18
Inu Kencana Syafiie, pengantar ilmu pemerintahan, Bandung, PT Refika Aditama
14
para inisiatornya. Skenario awal Dana Desa ini diberikan dengan
pembangunan daerah.19
bagaimana cara mengukur suatu variabel. Untuk menilai variabel dapat dilihat
19
DPKKD Demak. Apa itu desa., 13 juli 2017
20
Undang-undang No 60 tahun 2014 tentang Dana Desa
21
Usman DKK. (2004). Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT Bumi Aksara.
15
a. Pelaksanaan
- Pelaksanaan kegiatan
- Pelaporan kegiatan
Permusyawaratan Desa).
a. Jenis Penelitian
kepercayaan orang yang diteliti dan semuanya tidak dapat diukur dengan
22
Sugiyono. (2010). Teknik-Teknik Observasi, Handbook of Qualitative Research,
YogyakartaPenerbit Pustaka Pelajar.
16
Desa) dalam Alokasi Dana Desa yang dilakukan di Desa Lebakgowah
b. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud adalah subyek yang akan dapat diperoleh,
1) Sumber data primer yaitu data yang telah diperoleh langsung dari
sumber atau subjek penelitian. Data primer dapat berupa opini subjek
penelitian ini penlis sumber sumber data primer yang diperoleh dari
2) Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang peneliti peroleh dari hal-
hal yang bersifat tidak langsung, sumber data ini dapat diambil dari
1. Observasi
17
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan
terlibat di dalam suatu aktivitas, memahami makna dari suatu kejadian, serta
2. Dokumentasi
dokumen yang ada di lapangan yang berfungsi sebagai data pelengkap dan
monografi, tipoligi.
3. Wawancara
metode tanya jawab kepada narasumber, narasumber ini penulis ambil dari:
a. Kepala desa
18
tidak terstruktur (peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
dan dapat dilakukan secara langsung (tatap muka) maupun secara tidak
d. Subjek penelitian
untuk dimintai keterangan yang terkait dengan penelitian yang akan peneliti
peneliti
1. Kepala Desa.
3. Ketua RT 04 RW 04.
23
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan
R&D.Bandung: Alfabeta Hal. 137
24
Ira Firawati. 2014. Teknik Penentuan Subjek Penelitian dalam Penelitian Kualitatif. Diakses.
http://www.penalaran-unm.org/artikel/penelitian/376-teknik-penentuan-subjek-penelitian-dalam
penelitian-kualitatif.html pada tanggal 23 November 2016.
19
e. Lokasi Penelitian
f. Analaisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data ialah mereduksi data menjadi hal yang dapat dipahami serta ditafsirkan
penelitian yang dapat ditelaah dan diuji. Kegiatan analisis terdiri dari
1) Reduksi Data
polanya.26 Secara garis besar penulis merangkum hal pokok yang akan
ini reduksi data yang nantinya akan diambil dari peneliti diantaranya
25
SugiyoNo. 2015. Metode Penelitian & Pengembangan (Research and Development).
Bandung:Alfabeta
26
Ibid
20
pelaporan BPD mengenai Dana Desa, arsip Dana Desa, serta dokumen
2) Penyajian Data/Display
3) Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini dapat berupa
Sejak awal penelitian ini dilakukan dan selama menapatkan data yang
yang telah dikumpulkan, yang nantinya data ini akan menjadi jawaban
21