Anda di halaman 1dari 4

1.

Pertama, apabila memang kemungkinan besar mendapati Surat KetetapanPajak Kurang


Bayar (SKPKB) dan juga Surat Tagihan Pajak (STP) untuk beberapa jenis pajak oleh
Direktoran Jenderal Pajak dalam jumlah nominalyang cukup besar. Jangan Menghindar,
Menghindar ketika didatangi petugaspajak sama saja memperlama proses
pemeriksaan, apalagi jika WPmelakukan penghindaran, tetap saja masih
berlangsung biladirektur/pimpinan/pemilik tidak hadir, karena yang diperiksa adalah
badan(perusahaan) bukan diri pribadi. Jika Dirjen Pajak yang meminta pemeriksaanmaka
tidak akan adalagi alasan untuk menghindar.Kedua, Memahami Hak Perusahaan seperti :
meminta kepada pemeriksapajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa,
meminta tindasanSurat Pemeriksaan Pajak, Menolak untuk diperiksa (apabila pemeriksa
tidakmenunjukkan identitas), menanyakan latar belakang dan tujuan pemeriksaandan
meminta tanda bukti pinjaman (apabila pemeriksa ingin memeriksa lebihteliti di kantor
mereka)dan, Ketiga. Mengupayakan untuk bersikap professional dan tidak panikdalam
menghadapi saat pemeriksaan pajak.

2. alam hal ini kita harus melihat kondisi dari Jenis Pemeriksaan Pajak apayang diberikan.
Apakah termasuk Pemeriksaan Lapangan ataukahPemeriksaan Kantor. Jika jenis
pemeriksaan Lapangan berarti WP melakukankewajiban perpajakan secara benar dan
jujur yakni dalam memperlihatkanbuku atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan
dan dokumen lain yangberhubungan dengan penghasilan, kegiatan usaha, pekerja bebas
WP, atauObjek yang terutang pajak. Apabila kita menolak maka kita akan
mendapatiPENYEGELAN dari pemeriksa pajak sesuai dari Perarturan DirjenPajaktetang
Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan Pasal 7 tahun 2001

3. Sebagai Pemeriksa Pajak, pengujian yang dilakukan diatur sesuai denganPerarturan


Dirjen Pajak tentang Standar Pemeriksaaan yang dijelaskan daripasal 1-13 tahun 2013.
Mengenai pengujian terhadap PPh Badan, PPN dan PPnBM, PPh Pasal21/26, PPh
Pasal 23/26, dan PPh Pasal 4 ayat (2), diperlukannyapemeriksaan secara
spesifik mengenai pengisian yang telah diberikan olehWP PT. Tantri Wijaya, Laporan
berikut yakni :
 SPT Tahunan PPh tahun 2015
 Masa PPh 21/26
 SPT Masa PPN dan PPnBM
 Masa PPh Pasal 23/26 (TIDAK ADA), dan
 SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) (TIDAK ADA)

Dari Perusahaan tersebut apakah sudah diisi dengan lengkap dan jugaberkas induknya,
menghitung kembali perhitungan menurut SPT/WP yangtelah diberikan, selanjutnya
bandingkan laporan laba rugi/neraca denganperedaran usaha,harga pokok, biaya, PPh dan
kredit pajak, perlunya koreksifiscal oleh WP, lalu menghitung kembali perhitungan
menurut pemeriksaandari data SPT WP, beserta tarif PPH yang benar.Apabila Masa PPh
pasal 23/26 dan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2) jikakedua tersebut tidak adamaka
sebaiknya Berkonsultasi dengan KonsutanPajak, di Paragraf pertama menyatakan
bahwa Pemilik menjalankanperusahanya diri sendiri, jadi sudah jelas bahwa Pengisian
SPT PPh Pasal23/26 dan SPT PPh Pasal 4 ayat (2) tidak dibuatkan. Padahal SPT
tersebutsangat diwajibkan bagi badan(perusahaan) untuk dibuatkan.Dan si Pemilik belum
juga menghitung berapa Koreksi Fiskal yangdidapatkan padahal itu harus dihitung untuk
perhitungan PPh.

4. WP memberikan tanggapan tertulis atas SPHP dan daftar temuan hasilpemeriksaan


berupa:
 Lembar pernyataan persutujuan hasil pemeriksaan dalam hal
WPmenyutujui seluruh hasil Pemeriksaan, atau
 Surat sanggahan, dalam hal WP tidak menyetujui sebagian atau seluruhhasil
Pemeriksaan.
anggapan tertulis harus disampaikan ke pemeriksa pajak secara langsungatau melalui
Faksimili dalam jangka waktu paling lama tujuh (7) hari kerjasejak tanggal diterimanya
SPHP oleh WP dan WP dapat melakukanperpanjangan jangka waktu penyampaian
tanggapan tertulis untuk jangkawaktu paling lama tiga (3) hari terhitung sejak jangka
waktu penyampaiantanggapan paling lama tujuh (7) hari berakhir dengan cara
harusmenyampaikan pemberitahuan tertulis sebelum jangka waktu
penyampaiantanggapan berakhir.Apabila WP tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas
SPHP, makaPemeriksa Pajak membuat berita acara tidak disampaikannya
tanggapantertulis atas SPHP yang ditandatangai oleh tim Pemeriksa Pajak.Jadi bisa
dilihat, ketika SPHP telah ada dan sampai pada Wajib Pajak.WP berhak
menyampaikan tanggapan setuju atau sanggahan kepadapemeriksaan pajak dan
penyampaiannya berupa tanggapan tertulis denganbatas waktu tertentu

5. Dalam Pembahasan Akhir hasil Pemeriksaan yang dilakukan antarapemeriksa


pajak dengan Wajib Pajak, ada enam (6) scenario yangmerupakan hasil dari
pembahasan tersebut yang nantinya akan bermuarapada surat ketetapan pajak yang akan
diterbitkan. Skenario yang diatur dalamPMK17/PMK.03/2013 Pasal 44 tersebut.(Untuk
kasus pemeriksaan pajak ini yakni “Tidak Setujusebagian/seluruhnya dan
Hadir” karena hasil SPHP bagi perusahaanmengatakan tidak usah menginput hasil
koreksi tertentu disebabkanseharusnya tidak kena pajak penjualan tetapi karena
tidak ada“Pemberitahuan Ekspor Barang” lalu pemerintah mengasumsikan
penjualandalam negeri, sehingga terhutang PPN. Perusahaan tidak menggunakan
PEBkarena menggunakan Jasa Pengiriman Barang dengan via
kurir(DHL/FedEx/UPS/EMS/dan lain-lain).Jadi, dapat dikatakan, tergantung perusahaan
akan memilih skenarioyang dipilih akankah dia menerima undangan tersebut
ataukah tidakmenerima undangan dalam artian “tetap melaporkan laporan
tanggapansecara tertulis”

6. Apabila Perusahaan tidak setuju terhadap Tanggapan tertulis yang diberikan / SPHP pada
kasus ini kita bisa bilang dia masuk dari kategori Ke-3 (Beda Pendapat), yang mana akan
di selesaikan oleh Tim Quality Assurance pemeriksaan yang bertugas berdasarkan
permintaan WP untuk membahas hasil pemeriksaan yang belum disepakati dalam
pembahasan akhir hasil pemeriksaan.

7. Sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (persen) per bulan paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak,
bagian tahun pajak, atau tahun pajak sampai dengan di terbitkannya SKPKB apabila
berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang
dibayar.

8. Sebagaimana dinyatakan Dirjen Pajak bahwa kesadaran membayar pajak datangnya dari
diri sendiri, maka saran kami adalah menanamkan pengertian dan pemahaman mengenai
Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) baik badan (perusahaan) maupun pribadi,
setidaknya ada langkah/cara yang harus dilakukan oleh Pemerintah untuk menciptakan
sistem Self-Asessment yang lebih baik. Dan paling penting dalam pemeriksaan pajak
adalah jangan lupa untuk tiap bulan/tahun melaporkan SPT dan juga SPT setiap pasal-
pasal yang wajib dilaporkan, agar kiranya terhindar dari SKPKB dan STP.

Anda mungkin juga menyukai