Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGERTIAN DAN LANDASAN PANCASILA


SEBAGAI SISTEM FILSAFAT INDONESIA

Disusun Oleh :

1. Chanthy Tri Lestari_I1B021003

2. Rizki Amalia_I1B021059

3. Umi Shalihatun_I1B021087

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2021 / 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi kita
Muhammad SAW, beserta keluarga-Nya, Sahabat-sahabat-Nya dan kita selaku
umat-umat-Nya hingga akhir zaman. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari seluruh komponen yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah yang berjudul “Pengertian dan Landasan Pancasila sebagai
sistem Filsafat Indonesia”.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


dalam pembuatan makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
para pembaca, masyarakat Indonesia

Purwokerto, 21 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 Pengertian Pancasila Dan Filsafat.............................................................3
2.2 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.............................................................6
2.3 Objek dari Filsafat Pancasila.....................................................................9
BAB 3....................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................11
3.2 Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang
menyokong negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta tidak
terombang ambing oleh persoalan yang muncul pada masa kini. Pada
hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi manusia berkat kemampuan
mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Pancasila sebagai ideologi
menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara dan karakteristik
Pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah Indonesia menunjukkan bahwa
Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberikan kekuatan
hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan yang layak dan lebih baik, untuk mencapai masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur.

Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam


masing-masing sila tidak bisa ditukar tempat atau dipindakan. Bagi bangsa
Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara
Indonesia. Bahwasannya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai
dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji
kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan
manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia.

Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa


Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan
hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat
dan berbudaya tinggi. Melalui makalah ini diharapkan dapat membantu kita
dalam berpikir lebih kritis mengenai arti Pancasila sebagai landasan dan
sistem filsafat Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pancasila dan Filsafat ?
2. Bagaimana pengertian Pancasila sebagai sistem filsafat Indonesia ?
3. Apa saja objek dari filsafat Pancasila ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pancasila dan Filsafat.
2. Untuk mengetahui dan memahami pengertian Pancasila sebagai sistem
filsafat Indonesia.
3. Untuk mengetahui objek dari filsafat Pancasila.

1.4 Manfaat
1. Seluruh lapisan masyarakat khususnya kaum muda bangs Indonesia
sebagai generasi penerus bangsa dapat lebih memahami bagaimana arti
penting dari Pancasila sebagai sistem filsafat.
2. Para pembaca diharapkan dapat mengamalkan nilai-nilai dan ajaran yang
terdapat dalam Pancasila.
3. Dapat memotivasi sluruh generasi muda agar lebih mencintai dasar
negaranya.
4. Dapat mendidik bagaimana seharusnya perilaku masyarakat dalam
mengartikan, memaknai, serta mengimplementasikan arti Pancasila
sebagai sistem filsafat Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila Dan Filsafat

2.1.1 Pengertian Pancasila


Secara etimologi dalam bahasa Sansekerta (Bahasa Brahmana
India), Pancasila berasal dari kata ‘Panca’ dan ‘Sila’. Panca artinya lima,
sila atau syila yang berarti batu sendi atau dasar. Kata sila bisa juga berasal
dari kata susila, yang berarti tingkah laku yang baik. Jadi secara kebahasaan
dapat disimpulkan bahwa Pancasila dapat berarti lima batu sendi atau dasar.
Atau dapat juga berarti lima tingka laku yang baik.
Secara terminologi, Pancasila digunakan oleh Bung Karno sejak
sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945 untuk memberi nama pada lima prinsip
dasar negara.1 Eksistensi Pancasila tidak dapat dipisahkan dari situasi
menjelang lahirnya negara Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945.
Setelah mengalami pergulatan pemikiran, para pendiri bangsa ini akhirnya
sepakat dengan lima pasal yang kemudian dijadikan sebagai landasan hidup
dalam berbangsa dan bernegara.
2.1.2 Pengertian Filsafat
a. Secara Etimologis
Berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata Philo, Philos, Philein,
yang artinya cinta/ pecinta/mencintai dan Sophos, sophia yang artinya
kebijaksanaan kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran . Jadi Filsafat
berarti ”Cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki” atau jika
dijabarkan filsafat dapat diartikan sebagai “Berpikir sedalam-dalamnya
terhadap sesuatu secara metodik, sistematik, menyeluruh dan universal
untuk mencari hakikat sesuatu”
b. Secara Epistemologi,
Yaitu arti filsafat setelah dikaitkan dengan bidang-bidang ilmu tertentu
sesuai perkembangan Ilmu Pengetahuan. Menurut Nasution, keseluruhan
arti filsafat dapat dikelompokkan. menjadi 2 :
1) Filsafat sebagai produk, yaitu :
 sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep pemikiran para filsuf masa
lalu yang lazimnya merup. aliran atau sistem filsafat tertentu ; seperti :
idealisme, materialisme, dll.
 sebagai jenis problema yang dihadapi mns, sbg hasil aktivitas filsafat
dlm mencari kebenaran yg bersumber pd. akal.
2) Filsafat sebagai proses
Filsafat sebagai proses merupakan aktifitas berfilsafat dalam proses
pemecahan permasalahan menggunakan cara dan metode tertentu sesuai
objeknya. Filsafat merupakan sistem Ilmu Pengetahuan yang dinamis.
c. Filsafat dalam pengertian umum
1) Pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat
segala yang ada, sebab-musabab, asal-muasal, dan hukumnya.
2) Teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan
3) Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemology

2.1.3 Ciri-Ciri Filsafat


Filsafat sebagai proses berfikir manusia memiliki perbedaan
dengan berfikir pada umumnya. Dapat dinyatakan filsafat adalah berfikir
yang berciri khusus. Ciri khusus tersebut adalah integral, radikal,
komphrehensif, dan sistematik. Integral artinya merupakan satu kesatuan
antar bagian, radikal artinya berfikir dengan cara menenmukan sebab pokok
/ akar permasalahan, komphrehensif artinya menyeluruh, memperhatikan
berbagai aspek terkait, dan sistematik artinya memiliki langkah yang jelas.

2.1.4 Dorongan Manusia Untuk Berfilsafat


Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat yaitu :
a. Keheranan. Rasa heran itu akan mendorong untuk menyelidiki.
b. Kesangsian, Sikap ini sangat berguna untuk menemukan titik pangkal
yang kemudian tidak disangsikan lagi.
c. Kesadaran akan keterbatasan, manusia jika menyadari bahwa dirinya
sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam
sekelilingnya.

2.1.5 Obyek Filsafat


Filsafat sebagai kegiatan olah pikir manusia menyelidik obyek yang tidak
terbatas yang ditinjau dari dari sudut isi atau substansinya dapat dibedakan
menjadi :
a. Obyek Material Filsafat .
Obyek pembahasan filsafat yang mencakup segala sesuatu, baik yang
bersifat material kongkrit seperti manusia, alam, benda, binatang dan lain-
lain, maupun sesuatu yang bersifat abstrak spiritual seperti nilai-nilai, ide-
ide, ideologi, moral, pandangan hidup dan lain sebagainya.
b. Obyek Formal Filsafat.
Cara memandang seorang peneliti terhadap objek material tersebut.
Terdapat berbagai macam sudut pandang filsafat yang merupakan cabang-
cabang filsafat. Adapun cabang-cabang filsafat yang pokok adalah :
 Metafisika, Membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis
yang meliputi bidang : ontologi (membicarakan teori sifat dasar dan
ragam kenyataan), kosmologi (membicarakan tentang teori umum
mengenai proses kenyataan, dan antropologi.
 Epistemologi, Pikiran-pikiran dengan hakikat pengetahuan atau
kebenaran
 Metodologi, Ilmu yang membicarakan cara/jalan untuk memperoleh
pengetahuan.
 Logika, Membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dapat
mengambil kesimpulan yang benar.
 Etika, Membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan tingkah laku
manusia tentang baik-buruk
 Estetika, Membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan hakikat
keindahan kejelekan
2.1.6 Aliran-Aliran Filsafat
a. Aliran Materialisme,
Aliran ini mengajarkan bahwa hakikat realitas kesemestaan, termasuk
mahluk hidup dan manusia ialah materi. Semua realitas itu ditentukan
oleh materi (misalnya benda ekonomi, makanan) dan terikat pada hukum
alam, yaitu hukum sebab-akibat (hukum kausalitas) yang bersifat objektif.
b. Aliran Idealisme/Spiritualisme
Aliran ini mengajarkan bahwa ide dan spirit manusia yang menentukan
hidup dan pengertian manusia. Jadi hakikat diri dan kenyataan
kesemestaan ialah akal budi (ide dan spirit)
c. Aliran Realisme,
Realitas kesemestaan, terutama kehidupan bukanlah benda (materi)
semata-mata. Realitas adalah panduan benda (materi dan jasmaniah)
dengan yang non materi (spiritual, jiwa, dan rohaniah). Jadi menurut aliran
ini, realitas merupakan sintesis antara jasmaniah-rohaniah, materi dan
nonmateri.

2.2 Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

2.2.1 Hakikat Pancasila sebagai Sistem Filsafat


a. Pancasila merupakan dasar filsafat Negara yang mewarnai seluruh
peraturan hukum yang berlaku di Indonesia
b. Pancasila merupakan suatu sistem mendasar, fundamental karena
mendasari seluruh kebijakan penyelenggaraan negara.
c. Kelima nilai (Ketuhanan, Kemanusiaan, Kesatuan, Kerakyatan, dan
Keadilan) mengandung keunikan dan membentuk satu rangkaian saling
terkait satu sama lain.
d. Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran
yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.
e. Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis
dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan
budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
f. Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil
permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding
father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).
g. Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu
tentang hakikat dari Pancasla (Notonagoro).

2.2.2 Syarat Pancasila Sebagai Sistem Filsafat


Pancasila memenuhi syarat Sebagai sistem filsafat Karena:
a. Pancasila Sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia
Dilihat dari Kausa Materialisme, Nilai-nilai dalam Pancasila sudah ada
dan hidup sejak jaman dulu yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari
oleh karena itu Pancasila adalah jadi diri Bangsa Indonesia.
b. Rumusan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Sebagai Suatu Sistem.
Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling bekerja sama untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang utuh. Ciri-ciri Sistem sebagai berikut :
 Suatu kesatuan bagian-bagian
 Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
 Saling berhubungan dan saling ketergantungan
 Kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama
(tujuan sistem)
 Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Sila-sila dalam pancasila Merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh,
saling berhubungan satu sama lain maka dari itu Pancasila merupakan
suatu sistem.
c. Susunan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Bersifat Organis.
Isi sila-sila Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan
peradaban, dalam arti, setiap sila merupakan unsur (bagian yang mutlak)
dari kesatuan Pancasila .
 Setiap sila tidak dapat berdiri sendiri-sendiri terlepas dari sila-sila
lainnya.
 Di antara sila satu dan lainnya tidak saling bertentangan.
d. Susunan Kesatuan Yang Bersifat Hirarkhis Dan Berbentuk Piramidal.
Susunan sila-sila Pancasila menunjukkan suatu rangkaian tingkatan luas
dan isi sifatnya dari silasila sebelumnya atau diatasnya .Dengan demikian,
dasar susunan sila-sila Pancasila mempunyai ikatan yang kuat pada setiap
silanya sehingga secara keseluruhan Pancasila merupakan suatu
keseluruhan yang bulat.
e. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-Sila Pancasila Yang Saling Mengisi
Dan Saling Mengkualifikasi
Setiap sila terkandung nilai keempat sila lainnya, dengan kata lain, dalam
setiap sila Pancasila senantiasa dikualifikasi oleh keempat sila lainnya.

2.2.3 Landasan Pancasila sebagai Sistem Filsafat


a. Landasan Ontologis
Ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada
(eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat ada,
termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau kosmologi.
Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak
monopluralis, oleh karenanya disebut juga sebagai dasar antropologis.
Landasan antropologis, pancasila bukanlah asas yang berdiri sendiri,
melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis. Jadi, yang melandasi
pemikiran Pancasila adalah adanya manusia Indonesia. Manusia
Indonesia sebagai titik tolak memahami Pancasila atau subjek pendukung
pokok sila-sila Pancasila adalah manusia Indonesia.
b. Landasan Epistemologi
Epistemologi adalah bidang/cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat,
susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Pancasila sebagai
suatu sistem filsafat pada hakikatnya adalah suatu sistem pengetahuan.
suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan (belief system) sehingga
telah menjelma menjadi ideologi (mengandung tiga unsur yaitu :
 Logos (rasionalitas atau penalaran),
 Pathos (penghayatan), dan
 Ethos (kesusilaan).
Persoalan mendasar epistimologis adalah tentang sumber
pengetahuan manusia, teori kebenaran manusia, watak pengetahuan
manusia. Jadi, yang melandasi proses pencarian dan penggalian Pancasila
adalah hasil berpikir manusia Indonesia, dan sumber Pengetahuan
Pancasila adalah nilai-nilai, adat-istiadat, serta kebudayaan yang ada
pada bangsa Indonesia sendiri.
c. Landasan Aksiologi
Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran dan atau ilmu/teori.
Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki :
 Tingkah laku moral, yang berwujud etika,
 Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,
 Sosio politik yang berwujud ideologi.
Aksiologi adalah cabang fisafat yang menyelidiki makna nilai,
sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilai, termasuk
estetika, etika, ketuhanan dan agama. Jadi, nilai-nilai dalam Pancasila
harus diakui pengakuan, penerimaan dan pernghargaan atas nilai-nilai
Pancasila itu dan nampak dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan
bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas sebagai manusia
Indonesia.

2.3 Objek dari Filsafat Pancasila

Ditinjau dari segi obyektifnya, filsafat meliputi hal-hal yang ada atau
dianggap dan diyakini ada, seperti manusia, dunia, Tuhan dan
seterusnya.Ruang lingkup objek filsafat :
a. Objek material
b. Objek formal
Lebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of
Philosophy (1962) menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat
(secara tersirat menunjukan objek filsafat) ialah : Truth (kebenaran), Matter
(materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and mind (hubungan antara
materi dan pikiran), Space and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab),
Freedom (kebebasan), Monism versus Pluralism (serba tunggal lawan serba
jamak), dan God (Tuhan).
Pendapat-pendapat tersebut diatas menggambarkan betapa luas dan
mencakupnya objek filsafat baik dilihat dari substansi masalah maupun sudut
pandangnya terhadap masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa objek
filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud dalam sudut pandang dan kajian
yang mendalam (radikal). Secara lebih sistematis para ahli membagi objek
filsafat ke dalam objek material dan obyek formal. Obyek material adalah
objek yang secara wujudnya dapat dijadikan bahan telaahan dalam berfikir,
sedangkan obyek formal adalah objek yang menyangkut sudut pandang dalam
melihat obyek material tertentu.
Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat adalah
sarwa yang ada (segala sesuatu yang berwujud), yang pada garis besarnya
dapat dibagi atas tiga persoalan pokok yaitu :
1). Hakekat Tuhan;
2). Hakekat Alam; dan
3). Hakekat manusia.
Sedangkan objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal
terhadap objek material filsafat. Dengan demikian objek material filsafat
mengacu pada substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat difikirkan oleh
manusia, sedangkan objek formal filsafat menggambarkan tentang cara dan
sifat berfikir terhadap objek material tersebut, dengan kata lain objek formal
filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan dalam memikirkan
objek material filsafat.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam
masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa
Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia.
Dan filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode
dan sistem.

Pancasila sebagai filsafat karenakan pancasila merupakan hasil


perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang
kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat, dimana pancasila memiliki
hakekatnya tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai dengan kelima sila-
silanya. Adapun yang mendasari Pancasila adalah landasan ontologis (hakikat
manusia), landasan epistemologis (pengetahuan), landasan aksiologis
(pengamalan nilai-nilainya).

3.2 Saran
Diharapkan seluruh masyarakat mengetahui seberapa penting Pancasila
dan dapat mengamalkan nilai-nilai sila dari pancasila dengan baik dan benar, serta
tidak melecehkan arti penting pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Basyir, K. (2013). Bab Ii Pancasila : Pengertian , Sejarah , Landasan Ideologi


Dan Filosofinya. 17–50. Diakses Pada 21 Oktober 2021
Sutono, A. (2019). Aksiologi Pancasila 67. Jurnal Ilmiah Civis, Viii(2), 67–86.
Diakses Pada 21 Oktober 2021
Mudhofir, A. (1996). Pancasila Sebagai Sistem Kefilsafatan. Jurnal Filsafat, 9–
13. Diakses Pada 21 Oktober 2021
Sulisworo, D., Wahyuningsih, T., & Arif, B. D. (2012). Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat Dan Ilmplikasinya. Diakses Pada 21 Oktober 2021
Julian. (2013). Pancasila Sebagai Sistem Filsafat. Diakses Pada 21 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai